Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164391 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Septia Wahyuni
"Kelompok anak pemulung terutama pada tahap usia sekolah (6-12 tahun) sangat dekat dengan lingkungan yang tidak hygiene. Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan perilaku personal hygiene pada kelompok anak pemulung di Bantar Gebang. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Alam Tunas Mulia Bantar Gebang dengan jumlah responden 72 orang dan menggunakan metode total sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar kelompok anak pemulung usia sekolah di Bantar Gebang 76,4% berpengetahuan baik dan 52,8% berperilaku personal hygiene baik. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk terus berpartisipasi aktif dalam mempertahankan dan meningkatkan perilaku hygiene anak usia sekolah.

Scavengers children group, especially in school age (6-12 years) is very close with unhygienic environment. This is descriptive study with cross-sectional design aims to describe the knowledge and personal hygiene behaviors about scavengers children group at Bantar Gebang. This research was conducted at Sekolah Alam Tunas Mulia Bantar Gebang. The total of respondents is 72 people and used total sampling method. The results showed that almost scavengers children group at Bantar Gebang are 76.4% children have good knowledge and 52.8% children have good personal hygiene behavior. This study provides recommendations to the government in order to participate actively in maintaining and improving school age hygiene behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56735
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susan Dewi Kurniawati
"Pemulung merupakan populasi berisiko tinggi yang memiliki perilaku kebersihan diri yang buruk yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku personal hygiene pada pemulung di Bekasi. Studi cross sectional dilakukan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu di kawasan Bantar Gebang, Bekasi. Sampel penelitian adalah 107 pemulung dengan rentang usia 19 hingga 70 tahun dengan rata-rata usia 36 tahun. Sampel diambil menggunakan metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tingkat pengetahuan dan perilaku kebersihan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan pemulung 77,86 dengan nilai terendah 51,43 dan tertinggi 100. Standar deviasi tingkat pengetahuan 10,28. Pemulung dengan perilaku personal hygiene baik sebanyak 50,5% (54 orang) dengan rerata nilai pengetahuan 82,64 sedangkan yang berperilaku buruk rerata skor 72,99 (53 orang). Hasil uji independent sample t-test menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku personal hygiene (p = 0,001). Tingkat pengetahuan higiene perorangan dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku higiene perorangan yang baik atau buruk pada pemulung. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat di masyarakat meningkatkan upaya promosi dan preventif terkait cara menjaga personal hygiene agar pemulung dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Scavengers are a high-risk population who have poor personal hygiene behavior which can cause serious health problems. This study aims to determine the relationship between the level of knowledge and personal hygiene behavior among scavengers in Bekasi. The cross sectional study was conducted at an Integrated Waste Processing Site in the Bantar Gebang area, Bekasi. The research sample was 107 scavengers ranging in age from 19 to 70 years with an average age of 36 years. Samples were taken using non probability sampling method with purposive sampling technique. The instrument used was an instrument for the level of knowledge and personal hygiene behavior. The results showed that the average level of knowledge of scavengers was 77.86 with the lowest score of 51.43 and the highest was 100. The standard deviation of the knowledge level was 10.28. Scavengers with good personal hygiene behavior were 50.5% (54 people) with a mean knowledge value of 82.64 while those with bad behavior had an average score of 72.99 (53 people). The results of the independent sample t-test showed a significant relationship between the level of knowledge and personal hygiene behavior (p = 0.001). The level of knowledge of personal hygiene can influence the formation of good or bad personal hygiene behavior among scavengers. This study recommends that nurses in the community improve their promotional and preventive efforts related to maintaining personal hygiene so that scavengers can improve their quality of life."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthon Nashir. Y
"Latar Belakang: Skabies merupakan penyakit yang dapat terjadi di mana saja, terutama di tempat padat penghuni, seperti pondok pesantren. Faktor yang menyebabkan terjadinya skabies pada remaja adalah tingkat pengetahuan, perilaku, tinggal di tempat padat penghuni, dan hygiene yang buruk. Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan personal hygiene, sanitasi lingkungan dan perilaku dengan kejadian skabies. Metode: Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Santri SMP Putra dengan jumlah 96 Santri. Teknik sampel menggunakan total sampling, pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan univariat dan bivariat dengan analisis chi-square. Hasil: hasil penelitian menunjukan karakteristik usia di diketahui rerata usia santri adalah 13,61 tahun dengan hampir setengahnya santri kelas IX (45,8%). Sebagian besar dalam kategori iya (74,0%), pengetahuan tentang personal hygiene didapatkan setengahnya responden dalam kategori pengetahuan kurang (57,3%), pengetahuan tentang sanitasi lingkungan didapatkan sebagian besar dalam kategori pengetahuan kurang (58,3%), perilaku tentang personal hygiene didapatkan sebagian besar dalam kategori perilaku kurang (64,6%). Berdasarkan analisis bivariat menunjukan ada hubungan antara pengetahuan personal hygiene, pengetahuan sanitasi lingkungan, perilaku dengan kejadian skabies. Kesimpulan: pengetahuan personal hygiene, pengetahuan sanitasi lingkungan, perilaku terkait personal hygiene merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian skabies.

Background: Scabies is a common disease that occurs in many places, such as Islamic boarding schools. Factors that cause scabies in adolescents are the level of knowledge, behavior, living in densely populated places, and poor hygiene. Objective: To determine the correlation between knowledge of personal hygiene, environmental sanitation and behavior with the incidence of scabies. Method: This type of research is a quantitative cross-sectional design. The population in this study were all male junior high school students with a total of 96 students. The sample technique used total sampling, data collection used a questionnaire and data analysis used univariate and bivariate with chi-square analysis. Results: The results showed that the age characteristics of the students were 13,61 with almost half of the students in class IX ( 45,8%). Most were in the yes category (74,0%), knowledge about personal hygiene was found by half of the respondents in the less knowledge category (57,3%), knowledge about environmental sanitation was obtained mostly in the less knowledge category (58,3%). about personal hygiene, most of them were in the less behavioral category about personal hygiene (64,6%). Based on bivariate analysis, it showed that there was a correlation between knowledge of personal hygiene, knowledge of environmental sanitation, behavior related to personal hygiene and the incidence of scabies Conclusion: knowledge of personal hygiene, knowledge of environmental sanitation, behavior related to personal hygiene are factors that influence the incidence of scabies."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamana Ihda Husna Zain
"Disabilitas intelektual ditandai dengan keterbatasan pada fungsi intelektual dan fungsi adaptif, keterbatasan ini menghambat pemenuhan kebersihan diri, yang nantinya akan membentuk perilaku menjaga kebersihan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kondisi umum dan perilaku kebersihan diri pada anak dengan disabilitas intelektual. Tujuan lain adalah untuk melihat perbedaan perilaku ditinjau dari usia, klasifikasi disabilitas intelektual, dan penghasilan orang tua. Penelitian dilakukan dengan desain Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel total sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 66 anak di Kota Bekasi. Hasil penelitian ini menunjukan presentase sebanding antara anak dengan disabilitas intelektual yang memiliki perilaku menjaga kebersihan diri baik dan kurang baik, serta mayoritas anak memiliki kebersihan diri yang baik (59,1%). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terkait gambaran perilaku menjaga kebersihan diri ditinjau dari usia anak (p = 0,330; α = 0,05) dan penghasilan orang tua (p = 0,371; α = 0,05). Terdapat perbedaan yang signifikan terkait gambaran perilaku menjaga kebersihan diri ditinjau dari klasifikasi disabilitas intelektual yang dimiliki (p = 0,013; α = 0,05). Terdapat perbedaan kondisi umum terkait kebersihan diri ditinjau dari perilaku menjaga kebersihan diri anak (p = 0,02; α = 0,05). Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk membentuk perilaku kebersihan diri yang baik pada anak disabilitas inelektual. Perawat dapat melakukan upaya preventif dan promotif dalam asuhan pada klien dengan disabilitas. Perawat pada layanan kesehatan di puskesmas atau di unit kesehatan sekolah dapat melakukan promosi dan pendidikan kesehatan atau mengambil peran dalam pemberian asuhan.

Intellectual disability is the limitation on intellectual and adaptive functions, the limitation limits the fulfillment of personal hygiene, that may shape personal hygiene behavior. This study aims to identify general conditions and personal hygiene behavior on children with intellectual disabilities. Another goal is to see the differences of personal hygiene behavior among age, classification of intellectual disability, and parents' income. The study was conducted on Cross Sectional design and total sampling method. The number of samples required is 66 children in Bekasi. The results showed a comparable percentage of children with intellectual disabilities who have good and poor personal hygiene behavior, and majority had good personal hygiene (59.1%). There were no significant difference on personal hygiene behavior among age (p = 0,330; α = 0,05) and parents' income group (p = 0.371; α = 0,05). There was a significant difference on personal hygiene behavior among intellectual disability classification (p = 0.013; α = 0,05). There was a significant difference on self hygiene general conditions in term of children self care behavior (p = 0.02; α = 0,05). The results of this study recommend us to establish good personal hygiene behavior in children with intellectual disabilities. Nurses are able to take a role. Nurses in all setting such as in health service or school health unit can carry out health promotion, education, or providing direct care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naadiyah Fauziyyah
"Penyakit menular di negara berkembang terjadi sangat cepat karena kurangnya penerapan praktik kebersihan pribadi dan kondisi sanitasi yang memadai. Praktik kebersihan pribadi seperti mencuci tangan telah terbukti mengurangi kemungkinan penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernapasan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku kebersihan diri santri di pondok pesantren di Bogor. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif cross sectional. Penelitian ini dilakukan terhadap 146 santri di dua pondok pesantren di Bogor dengan menggunakan metode total sampling dan menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan siswa yang memiliki pengetahuan baik dan pengetahuan kurang sama (50%), sikap siswa terhadap personal hygiene kurang (54,8%) dan perilaku personal hygiene siswa tergolong baik (51,4%). Rekomendasi dari hasil penelitian ini perlu dilakukan dalam penyuluhan kesehatan khususnya terkait personal hygiene di pesantren di Indonesia karena masih terdapat santri yang kurang pengetahuan, sikap dan perilaku terkait personal hygiene.

Infectious diseases in developing countries occur very rapidly due to the lack of adequate personal hygiene practices and sanitary conditions. Personal hygiene practices such as washing hands have been shown to reduce the chances of illnesses such as diarrhea and respiratory infections. This study aims to describe the level of knowledge, attitudes and personal hygiene behavior of students in Islamic boarding schools in Bogor. This study used a cross sectional descriptive research design. This research was conducted on 146 students in two Islamic boarding schools in Bogor using a total sampling method and using univariate analysis. The results showed that students who had good knowledge and less knowledge were the same (50%), students 'attitudes towards personal hygiene were less (54.8%) and students' personal hygiene behavior was classified as good (51.4%). Recommendations from the results of this study need to be carried out in health education, especially regarding personal hygiene in Islamic boarding schools in Indonesia because there are still students who lack knowledge, attitudes and behavior related to personal hygiene."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oviliani Wijayanti
"Anak-anak, terutama yang tinggal di lingkungan kurang bersih, merupakan populasi yang rentan mengalami askariasis. Gejala askariasis tidak khas sehingga sering tidak terdeteksi. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai gejala askariasis perlu diberikan pada anak-anak, salah satunya melalui penyuluhan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan anak mengenai gejala askariasis. Desain yang digunakan adalah pre-post study. Penyuluhan dilakukan di Sekolah Dasar X, Bantar Gebang, Bekasi pada 17 Desember 2011. Subjek penelitian adalah 60 orang murid kelas IV, V, dan VI SD X. Data pengetahuan diambil menggunakan kuesioner berisi lima pertanyaan mengenai gejala askariasis yang dibagikan sebelum dan setelah intervensi penyuluhan. Data diolah dengan program SPSS 20.0 dan diuji dengan Wilcoxon. Sebelum penyuluhan, secara keseluruhan tingkat pengetahuan semua responden mengenai gejala askariasis tergolong kurang dan tidak meningkat setelah diberikan penyuluhan. Selanjutnya, pada analisis setiap butir pertanyaan, didapatkan perbedaan bermakna antara skor pretest dan posttest pada dua pertanyaan, yaitu mengenai gejala umum infeksi cacing gelang (p=0,001) dan akibat yang ditimbulkan larva cacing gelang pada infeksi berat (p<0,001). Sementara itu, tidak terdapat perbedaan bermakna antara skor pretest dan posttest pada ketiga pertanyaan lainnya. Disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan tidak efektif meningkatkan pengetahuan murid SD X, Bantar Gebang, Bekasi mengenai gejala askariasis.

Children, especially ones living in unsanitary environment, are prone to having ascariasis. Detecting ascariasis is difficult because symptoms are uncharacteristic. Knowledge about symptoms of ascariasis becomes important issue for children. This survey aims at assessing the effect of health education on improving students? knowledge about symptoms of ascariasis. Pre-post study is the design of choice. Health education was given at X Primary School, Bantar Gebang, Bekasi on December 17, 2011. The subjects are 60 fourth, fifth, and sixth grade students. Questionnaires consisting of 5 questions about symptoms of ascariasis were handed out before and after health education. Data were processed using SPSS 20.0 and tested with Wilcoxon. Before health education was given, the knowledge of all students? about the symptoms of ascariasis was poor and did not improve afterwards. Based on analysis of each question, there is significant difference between pretest and posttest scores on two questions regarding common symptom of ascariasis (p=0,001) and the effect of A. lumbricoides larvae in severe infection (p<0,001), while there is no significant difference on the other three. It is concluded that health education is not effective in improving students? knowledge about the symptoms of ascariasis in X Primary School, Bantar Gebang, Bekasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Fajar Priarti
"Infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia. Masalah infeksi cacing soil transmitted helminth dan protozoa paling banyak terjadi pada anak usia sekolah. Infeksi parasit usus ini erat kaitannya dengan kebiasaan penggunaan tempat buang air besar. Kebiasaan buang air besar yang tidak pada tempatnya dapat menyebabkan kontaminasi tanah maupun air disekitarnya, sehingga meningkatkan kejadian infeksi parasit usus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi infeksi parasit usus pada anak-anak di TPA Bantargebang, Bekasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional pada 139 anak usia 0-13 tahun yang diambil secara consecutive sampling. Data yang diambil dari responden berupa data primer melalui pengisian kuisioner dan pemeriksaan feses.
Kemudian data diolah menggunakan spss 11.5 for windows. Variabel pada penelitian ini adalah infeksi parasit usus dan kebiasaan tempat buang air besar yang dianalisis dengan uji chi square. Hasil penelitian didapat angka infeksi parasit usus pada anakanak di TPA Bantargebang sebesar 74,1%. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara penggunaan tempat buang air besar dengan infeksi parasit usus (P>0,05).

Intestinal parasitic infection is one of the biggest health problem in the world. The soil transmitted helminth and intestinal protozoa infections most common in schoolage children. Intestinal parasitic infection is closely related with toilet usage behavior. Defecation at the wrong places can lead to contamination of the surrounding soil and water, thereby increasing the incidence of intestinal parasitic infection. The aim of this study to determine the prevalence of intestinal parasitic infection in children at landfill Bantargebang. This study was conducted with a crosssectional method on 139 children aged 0-13 years were taken by consecutive sampling. Data taken from respondent was primary data through questionnaire and stool examination.
Then the data was processed using spss 11.5 for windows. Variable in this study are the intestinal parasitic infection and the toilet usage behavior. This data was analyzed by chi-square test. The result show the prevalence of intestinal parasites in children at landfill Bantargebang is 74,1%. The result also showed no significant association between toilet usage and intestinal parasitic infection (P>0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardya Garini
"Kota Bekasi merupakan kota yang padat dan berbatasan dengan Ibukota DKI Jakarta. Pencemaran udara di Kota Bekasi mayoritas disebabkan oleh kegiatan transportasi. Konsentrasi zat pencemar udara yang cenderung mengalami peningkatan akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan terutama bagi kesehatan saluran pernapasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara ambien (parameter NO2, SO2, dan TSP) dengan kejadian ISPA di Kota Bekasi tahun 2004-2011. Desain studi yang digunakan adalah studi ekologi time trend dengan sampel penelitian 6 Kecamatan. Data kualitas udara diperoleh dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bekasi. Data kasus ISPA diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi.
Variabel yang berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi adalah TSP (p value = 0,029; r = - 0,226). Hasil uji regresi linear ganda menunjukkan bahwa variabel SO2, TSP, dan interaksi antara NO2 dengan SO2 mempengaruhi kejadian ISPA (p value = 0,004; r = 0,369). Persamaan garis regresi yang menjelaskan variabel-variabel yang mempengaruhi ISPA adalah jumlah kasus ISPA = 651,09 + 5,054 (konsentrasi SO2) - 0,512 (konsentrasi TSP) - 0,042 (NO2 * SO2).
Untuk mencegah peningkatan jumlah kasus ISPA dan peningkatan konsentrasi zat pencemar di udara sebaiknya dilakukan kerjasama lintas sektor oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam hal uji emisi kendaraan bermotor, uji emisi cerobong asap industri, penambahan jumlah pepohonan di sepanjang jalan raya, penyelesaian masalah di titik-titik kemacetan, promosi bahan bakar gas, dan penyuluhan kesehatan.

Bekasi city is densely populated city and bordering the capital city DKI Jakarta. Air pollution in Bekasi city is caused by transportation activity. Increasing of air pollutant every year can cause negative effect to health especially respiratory health.
This study aims to determine the relationship between ambient air quality (parameter NO2, SO2, TSP) with ARI occurrence in Bekasi city in 2004-2011. The study design used is time trend ecological study with 6 subdistrict as sample. Air quality data is obtained from Environmental Management Agency of Bekasi city. ARI cases data is obtained from Departement of Health of Bekasi city.
Based on correlation and regression analysis, TSP has a significant correlation with ARI occurrence (p value = 0,029; r = - 0,226). The result of multiple linear regression test show that SO2, TSP, and interaction between NO2 with SO2 affect ARI occurrence (p value = 0,004; r = 0,369). The equation of multiple linear regression which describe the variables that affect ARI is ARI cases = 651,09 + 5,054 (SO2 concentration) - 0,512 (TSP concentration) - 0,042 (NO2 * SO2).
To prevent the increasing of ARI cases and increasing of pollutant concentration, the government of Bekasi city should make cross-sectors corporation to do vehicle emission test, industry emission test, adding the amount of trees along the road, problem solving in traffic jam area, fuel gas promotion, and health promotion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sheli Azalea
"Cacingan merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia khususnya pada anak usia sekolah dasar (SD). Pengetahuan mengenai pencegahan dan pengobatan penting dalam mengatasi cacingan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan murid SD mengenai cacingan.
Penelitian menggunakan desain eksperimental dengan intervensi penyuluhan kesehatan. Pengambilan data dilaksanakan di SD X Bantar Gebang, Bekasi pada tanggal 17 Desember 2011 terhadap 60 murid SD kelas IV, V, dan VI. Murid tersebut diberikan penyuluhan mengenai pencegahan dan pengobatan cacingan.
Evaluasi dengan pretest dan posttest menggunakan kuesioner berisi lima pertanyaan mengenai pencegahan dan pengobatan cacingan. Data diolah dengan SPSS 20.0 serta diuji dengan marginal homogeneity dan Wilcoxon. Sebelum penyuluhan, murid yang mempunyai pengetahuan kurang 56 orang (93,3%), sedang 4 orang (6,7%), dan tidak ada yang memiliki pengetahuan baik. Setelah penyuluhan, murid dengan pengetahuan kurang 51 orang (85%), sedang 8 orang (13,3%), dan baik 1 orang (1,7%). Sebelum penyuluhan, pertanyaan yang paling banyak dijawab tidak tepat oleh murid SD adalah makanan yang tidak boleh dimakan penderita cacingan (88,3% yang menjawab salah).
Berdasarkan uji marginal homogeneity didapatkan perbedaan tidak bermakna (p=0,058) pada pengetahuan murid sebelum dan sesudah penyuluhan. Disimpulkan penyuluhan tidak berperan meningkatkan pengetahuan murid SD mengenai pencegahan dan pengobatan cacingan.

Helminthiasis is a health problem in Indonesia especially in school age children. Knowledge on helminthiasis prevention and medication is important in overcoming the disease. The aim of this research is to know the role of health education in stage of elementary school student knowledge level on prevention and medication of helminthiasis.
This case study uses experimental design with intervention in health education and analyze by SPSS 20.0 with marginal homogeneity and Wilcoxon test. Data collected in SD X, Bantar Gebang, Bekasi on December 17th, 2011 from 60 elementary school students.
Health education was given about helminthiasis prevention and education. Pretest and posttest use questionnaire which consists of five questions about helminthiasis. Knowledge level of student before health education are 93,3% poor, 6,7% average, and 0% good. After health education, the knowledge level are 85% poor, 13,3% average,and 1,7% good. Before health education, the question with the poorest score is the food that forbidden for helminthiasis (88,3% answer false).
Based on marginal homogeneity test, there is no siginificant difference (p=0,058) on the knowledge level before and after health education. It is concluded that health education has no role in increasing knowledge level of elementary school student on helminthiasis prevention and medication."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Puspita Sari
"Kejadian penyakit kulit pada santri di pondok pesantren masih banyak terjadi. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat pengetahuan santri mengenai kebersihan diri dan lingkungan sehingga dapat berpengaruh terhadap perilaku perawatan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kebersihan diri dan lingkungan dengan perilaku perawatan diri santri di pondok pesantren X Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 107 sampel yang diambil menggunakan stratified random sampling. Penelitian ini juga menggunakan lembar observasi mengenai sanitasi lingkungan untuk mendukung hasil penelitian. Analisis statistik menggunakan chi-square mendapatkan bahwa tingkat pengetahuan kebersihan diri dan lingkungan memiliki hubungan yang sangat bermakna dengan perilaku perawatan diri p=0,001; OR=5,924. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat dapat meningkatkan pengetahuan kebersihan diri dan lingkungan melalui promosi kesehatan berupa penyuluhan kesehatan.

The incidence of skin diseases in students at boarding schools is still common. It was because the students have poor knowledge about personal hygiene and environment so it can affect the behavior of self care. Research aimed to analize relationship between level of knowledge of personal hygiene and environment with Self Care in Students at Boarding School X Bogor Regency. The research used design cross sectional with 107 samples which is chosen by stratifed random sampling. This research also used an observation sheet on environmental sanitation to support the research results. Statistic analized used chi square with the result that level of knowledge of personal hygiene and environment had correlation with self care practice p 0,001 OR 5,924. This study recommended the nurses to improved the knowledge of personal hygiene and environment with heath promotion in order to avoid skin disease."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>