Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126157 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akbar Syakir
"Twenge, dkk (2007) menemukan bahwa eksklusi sosial berpengaruh negatif terhadap perilaku menolong. Ketika muncul pertanyaan apakah hal tersebut juga memiliki pengaruh yang sama pada remaja? Pentingnya perilaku menolong bagi perkembangan dan peran sosial remaja adalah alasan utama melakukan penelitian. Uji mediasi afek positif dilakukan untuk memperjelas hubungan kausalitas eksklusi sosial terhadap perilaku menolong. Manipulasi diberikan dalam bentuk false feedback tes kepribadian partisipan yang telah mengisi Eysenk Personality Quotionaire (EPQ). Skor afek positif diukur dengan Positive and Negative Affect Scale (PANAS Scale). Penelitian dilakukan pada 64 partisipan remaja pria dan wanita. Divariasikan menjadi kelompok yang mendapat eksklusi sosial (future alone, n=32) dan kelompok pembanding (future belonging, n=32).
Hasil signifikan menemukan kelompok yang mendapat manipulasi eksklusi (M=0,66, SD=1,72) lebih sedikit yang ikut menolong dibandingkan kelompok pembanding (M=0,87, SD=0,33), Χ2(1,64)=4,267, p<0,05 namun manipulasi eksklusi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap skor afek positif partisipan, t(62)= -1,851, p>0,05. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh eksklusi sosial terhadap menurunnya perilaku menolong remaja tidak dimediasi oleh afek positif yang dirasakan, z=1,44<1,96, p>0,05.

Twenge, et al (2007) have found social exclusion have negatively effect on helping behavior. When a question appears, whether it would also have the same effect on teens helping behaviour? Importance of helping behavior for teens developments and social role is the reason to doing this research. Testing positive affect as mediator conducted to clarify causality effect of social exclusion on helping behavior. Manipulation is given as false feedback of participant’s personality test, who have complete Eysenk Quotionaire Personality (EPQ). Positive affect measured with the Positive and Negative Affect Scale (PANAS Scale) on 64 participant male and female. Manipulation be variated as one group receiving social exclusion (future alone, n=32) and the other as comparison group (future belonging, n=32).
The results significant finding group has received exclusion manipulation (M=0.66, SD=1.72) participated less helping than the comparison group (M=0.87, SD=0.33), Χ2(1,64)=4.267, p<0.05, but exclusion did not have a significant effect on participants positive affect scores, t(62)= -1.851, p>0.05. The results showed the effect of social exclusion on the decrease teenager’s helping behavior is not mediated by positive affect, z=1.44<1.96, p> 0.05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Egan, Gerard
Australia: Brooks, 2014
158.3 EGA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chang, Valeri
"Contents: Introduction. Section I: FOUNDATION. 1. Importance of Self Understanding. 2. Ways of Understanding and Perceiving Others. 3. Values, Ethics, and Legal Obligations. 4. Professionalism and Professional Relationships. Section II: BUILDING PROFESSIONAL RELATIONSHIPS. 5. Developing Working Relationships. 6. Basic Interpersonal Skills. 7. Opening and Closing a Meeting. 8. Expressing Understanding. Section III: EXPLORING AND ASSESSING WITH CLIENTS. 9. Gaining Further Understanding. 10. Developing Deeper Understanding. Section IV: DEFINING THE FOCUS OF WORK. 11. Assessing Readiness and Motivation. 12. Identifying Key Problems or Challenges. 13. Establishing Goals. Section V: DOING, EVALUATING, AND ENDING THE WORK. 14. Taking Action. 15. Evaluating and Ending Professional Relationships. Appendix A: Practice Evaluation Scales. Appendix B: Overall Practice Evaluation Form. Glossary. References."
Singapore: Cengage Learning, 2013
158.3 CHA d (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Ratna Juwita
"Penelitian ini akan fokus pada hubungan antara nilai individual kebajikan dan tingkah laku menolong dimediasi oleh komitmen organisasi afektif. Sampel penelitian adalah karyawan salah satu perusahaan BUMN di jakarta (N = 84). Tingkah laku menolong diukur oleh atasan karyawan dengan mengunakan alat ukur dari Van Dyne dan Lepine (1998). Nilai individual diukur mengunakan Schwartz Value Survey (Schwartz, 1992) dan diberikan kepada karyawan untuk mengukur dirinya sendiri. Begitupula komitmen organisasi afektif mengunakan alat ukur dari Meyer, Allen, dan Smith (1993). Hasil memperlihatkan bahwa nilai kebajikan signifikan berhubungan positif dengan tingkah laku menolong (p > .05, SE = .828 CI [-.2290 to 3.066]). Selain itu mediasi komitmen organisasi afektif dalam hubungan antara nilai individual kebajikan dan tingkah laku menolong tidak ditemukan signifikan (point estimates = 0.26, 95% percentile CI = -07 to.86). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa nilai individual kebajikan secara langsung memprediksi tingkah laku menolong lebih baik daripada melalui mediasi komitmen organisasi afektif.

This study will focus on individual value benevolence as a predictor of helping behavior mediated by affective organizational commitment. Sample are employees of BUMN company in Jakarta (N = 84). Helping behavior measured by supervisor with instrument adapted from Van Dyne and Lepine (1998). Individual values obtained from self-report measured with Schwartz Value Survey (Schwartz, 1992). Likewise affective organizational commitment obtained from self-report with instrument adapted from Meyer, Allen, dan Smith (1993). Result shows that value benevolence is found as significant positive predictors of helping behavior (p > .05, SE = .803 CI [.0859 to 3.281]). Futhermore mediating effect of affective organizational commitment in the relationship between the individual values benevolence and helping behavior was not found significant (point estimates = 0.26, 95% percentile CI = -07 to .86).The results shows that individual values benevolence predict helping behavior directly better than through the mediation of affective organizational commitment."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46412
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Whittaker, James K.
Chicago: Aldine, 1975
361 WHI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Elsa Natasia Br.
"Penelitian ini menjelaskan pengaruh nilai-nilai ekosentrisme terhadap perilaku pro-lingkungan pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Penelitian-penelitian sebelumnya menjelaskan bagaimana nilai-nilai tersebut terhadap perilaku pro-lingkungan di kalangan masyarakat. Penelitian ini berfokus pada bagaimana nilai-nilai ekosentrisme berpengaruh terhadap perilaku pro-lingkungan di kalangan mahasiswa sebab mahasiswa merupakan orang yang terdidik sehingga memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data yang dikutip melalui survei.
Penelitian-penelitian sebelumnya menjelaskan bahwasanya nilai-nilai ekosentrisme, nilai-nilai altruistik, nilai-nilai antroposentrisme, tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perilaku pro-lingkungan mereka. Untuk melengkapi studi-studi sebelumnya, peneliti meneliti pengaruh nilai ekosentrisme terhadap perilaku pro-lingkungan Mahasiswa FISIP UI. Nilai ekosentrisme merupakan nilai yang mengutamakan kepekaan terhadap lingkungan dan mengedepankan nilai intrinsik flora, fauna, dan ekosistem. Nilai ini terdiri dari aspek ego- biosentris dan biosfer. Sementara itu perilaku pro-lingkungan merupakan tindakan yang bertujuan untuk meminimalisir dampak buruk terhadap alam dengan cara mengurangi penggunaan energi yang terbatas dan memaksimalkan sumber daya yang ada. Perilaku ini terdiri dari enam aspek yang terdiri dari konservasi energi, mobilitas dan transportasi, konsumerisme, konservasi, aktivitas daur ulang, dan pengurangan limbah.
Hasil analisis Chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel dan korelasi antara kedua variabel tersebut adalah cukup kuat. Artinya tingkat korelasi antara kedua variabel tersebut adalah sedang positif. Dengan kata lain, nilai-nilai ekosentrisme cukup berpengaruh terhadap perilaku pro-lingkungan di kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun faktor-faktor lain yang memengaruhi perilaku pro-lingkungan adalah biaya, keterjangkauan aktivitasnya, ketersediaan fasilitas, dan stigma masyarakat.

This study explains the effect of ecocentrism values on pro-environmental behavior in students of the Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia (FISIP UI). Previous studies explain how these values affect pro-environmental behavior in society. This study focuses on how ecocentrism values affect pro-environmental behavior among students because students are educated people so they have high environmental awareness. This study uses a quantitative approach by collecting data quoted through a survey.
Previous studies have explained that ecocentrism values, altruistic values, anthropocentrism values, education level affect their pro-environmental behavior. To complement the previous studies, the researcher examined the effect of the value of ecocentrism on the pro-environmental behavior of students at FISIP UI. The value of ecocentrism is a value that prioritizes sensitivity to the environment and prioritizes the intrinsic value of flora, fauna and ecosystems. This value consists of ego- biocentric and biospheric aspects. Meanwhile, pro-environmental behavior is an action that aims to minimize the negative impact on nature by reducing the use of limited energy and maximizing existing resources. This behavior consists of six aspects consisting of energy conservation, mobility and transportation, consumerism, conservation, recycling activities, and waste reduction.
The results of the Chi-square analysis show that there is a significant relationship between the two variables and the correlation between the two variables is quite strong. This means that the level of correlation between the two variables is moderately positive. In other words, ecocentrism values are quite influential on pro-environmental behavior among students of the Faculty of Social and Political Sciences. Other factors that influence pro- environmental behavior are cost, affordability of activities, availability of facilities, and community stigma.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azmi Nisrina Umayah
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh empati emosional terhadap perilaku prososial yang dimoderasi oleh jenis kelamin pada mahasiswa. Empati emosional diartikan sebagai dorongan secara otomatis dan tanpa disadari untuk merespon keadaan emosi orang lain Rogers, Dziobek, Hassenstab, Wolf, Convit, 2007 dan perilaku prososial diartikan sebagai tindakan yang dilakukan individu untuk membantu orang lain Baron, Branscombe, Byrne, 2008 . Instrumen yang digunakan untuk mengukur empati emosional dengan menggunakan Positive Affect and Negative Affect Scale PANAS yang dikembangkan oleh Watson, Clark, Tellegen 1988 dan dilakukan induksi empati menggunakan tayangan video. Pengukuran perilaku prososial dilakukan dari jumlah donasi yang diberikan oleh partisipan. Responden penelitian ini merupakan 126 individu laki-laki dan perempuan yang berusia 18-25 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara empati emosional terhadap perilaku prososial, namun pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku prososial memiliki hasil yang tidak signifikan.

This study was conducted to examine whether emotional empathy could predict prosocial behavior if it rsquo s moderated by gender among college students. Emotional empathy defined as automatically and unconsciously impulse that responds to the emotions of others Rogers, Dziobek, Hassenstab, Wolf, Convit, 2007 . Prosocial behavior defined as an action that individuals do to help others Baron, Branscombe, Byrne, 2008 . Emotional empathy measured by Positive Affect and Negative Affect Scale PANAS which was developed by Watson, Clark, and Tellegen 1988 and empathy induction was conducted by showing a video to participants. Measurement of prosocial behavior is based on the amount of donation given by each participant. Participants of this study consist of 126 college students and aged 18 ndash 25 years old. The result of this study pointed out that emotional empathy could predict prosocial behavior. However, there is no gender effect on prosocial behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas, Edwin J.
California: Sage, 1984
158.3 THO d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanti Zuha Larasati
"Perilaku agresif kakak usia prasekolah kepada adik bayi baru lahir dapat dikurangi dengan meningkatkan perilaku prososial (Carlo dkk. 2014, dalam Beier dkk. 2019). Ibu berperan penting dalam perkembangan perilaku prososial anak dengan memberikan pengasuhan yang hangat dan kualitas hubungan yang baik (secure attachment) (Eisenberg, Spinrad, & Knafo-Noam, 2015). Partisipan penelitian adalah ibu yang memiliki 2 anak, anak pertama usia prasekolah, anak kedua berusia bayi. Attachment diukur menggunakan PCRI (Marcus, 2001 dalam Hapsari, 2009). PRF diukur menggunakan PRFQ (Luyten dkk. 2017). Perilaku prososial anak usia prasekolah diukur menggunakan alat ukur perilaku prososial anak prasekolah kepada adik bayi yang dibuat oleh Dwitya (2012). Hasilnya menunjukkan Attachment tidak berperan secara signifikan menjadi mediator antara Parental Reflective Functioning dan perilaku prososial kakak kepada adik bayi.

Aggressive behavior of firstborn preschooler toward newborn sibling can be reduced by increasing prosocial behavior (Carlo dkk. 2014, dalam Beier dkk. 2019). Mothers play an important role in the development of childrens prosocial behavior by providing warmth parenting and good quality relationships (secure attachment) (Eisenberg, Spinrad, & Knafo-Noam, 2015). The research participants were mothers who had 2 children, the firstborn was preschoolers, the second child was a baby. Attachments were measured using PCRI (Marcus, 2001 in Hapsari, 2009). PRF is measured using the PRFQ (Luyten et al. 2017). Prosocial behavior of preschoolers was measured using preschool children's prosocial behavior measurement tools for younger siblings made by Dwitya (2012). The results study shows that attachment did not play a significant role as a mediator between Parental Reflective Functioning and firstborn prosocial behavior toward newborn baby.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schroeder, David A.
New York: McGraw-Hill, 1995
158. 3 SCH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>