Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167963 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arsendi Kasenda
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk representasi perempuan kolom “Nah, Ini Dia!” pada Harian Pos Kota dengan menganalisis tanda yang terdapat dalam kolom berita tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi untuk mengkategorisasikan dan mengkaji dikotomi konotasi, denotasi, dan juga mitos semiotika Roland Barthes. Analisis Roland Barthes diaplikasikan untuk mengkaji tanda-tanda dari setiap kalimat dan kata yang terdapat pada kolom “Nah, Ini Dia!”. Adapun hasil penelitian ini peneliti memperoleh 122 makna konotasi dan denotasi sebagai salah satu proses representasi. Hasil 122 makna konotasi dan denotasi yang diperoleh dikategorisasikan menjadi tiga pembahasan utama yaitu penggambaran tubuh perempuan, penggambaran perempuan sebagai objek seksual laki-laki, dan penggambaran penindasan perempuan Selain itu peneliti juga memperoleh mitos representasi patriarki dalam bentuk objektifikasi tubuh perempuan secara seksual pada media massa dalam kolom “Nah, Ini Dia!”.

The objective of this research is to find out the form of woman representation on Pos Kota’s “Nah, Ini Dia!” news section by analyzing the sign on its section. This research used content analysis method to categorize and analyze the dichotomy of connotation, denotation, as well as Roland Barthes’ semiotic myth. Roland Barthes’ analysis were used to analyze every signs in every sentence and word on “Nah, Ini Dia!” news section. Regarding the research, researcher found 122 connotations and denotations meaning as part of the representation process. Those 122 findings were categorized into three main discussions, such as portrayal of women’s body, portrayal of women as men’s sexual object, and portrayal of women’s suppression. Furthermore, researcher also acquired myth on this research which is about representation of patriarchy media in a form of sexual objectification over women on mass media, on “Nah, Ini Dia!” news section. In patriarchal culture myth, researcher understands that on “Nah, Ini Dia!” news section, there are patriarchal practices such as sexual objectification, exploitation, gender inequality, discrimination, and sexual harassment towards women. On feminist perspective, patriarchy provides an easy way to women’s harassment. Patriarchal practices on Pos Kota Daily News reflected by their news content which bias and discriminative by making women as a sexual object on “Nah, Ini Dia!” news section.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56946
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Dara Adinda Kesuma
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas bagaimana pemaknaan khalayak perempuan terhadap mitos patriarki tentang street harassment yang ditampilkan oleh media massa. Studi resepsi ini menggunakan paradigma kritis. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam. Penelitian ini menunjukkan bahwa mitos patriarkis digunakan untuk mengembalikan perempuan kepada peran gender tradisional. Khalayak perempuan memaknai mitos patriarki secara bervariasi dalam tiga posisi pemaknaan Stuart Hall yang dilatarbelakangi oleh sosialisasi gender, pengalaman dengan street harassment, dan kepercayaan terhadap realitas dalam media. Pemaknaan perempuan terhadap mitos patriarkis berkaitan pula dengan reaksi perempuan terhadap pelaku dan strategi yang digunakan untuk berpartisipasi di ruang publik. Selain itu, kehadiran media online berperan menjadi ruang alternatif sekaligus mendatangkan reviktimisasi bagi korban.

ABSTRACT
This research discusses how women audience attach meanings to patriarchal myths in mass media potrayals about street harrassment. In depth interview method is used in collecting data. This reception study using critical paradigm. The findings show that patriarchal myths are used to keep women in traditional gender role. Women audiences attach meaning in various way in three different positions of Stuart Hall rsquo s reception theory, depends on gender socialization, experiences with street harassment, and perceived realism towards media. Women rsquo s reception toward patriarchal myths are related to women rsquo s responses to harassers and the strategies employed to participate in public places. Meanwhile, online media are potential to be alternative place and source of revictimization for women at the same time. "
2017
S67600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimatussadiyah
"Sejak tahun 1950-an, situasi permasalahan mengenai gender di Prancis mengalami transformasi yang sejalan dengan munculnya gerakan sinema Nouvelle Vague. Selain membawa pengaruh radikal terhadap industri sinema, Nouvelle Vaguejuga memproduksi film-film yang sarat akan isu-isu sosial, termasuk situasi perempuan yang dianggap sebagai objek, salah satunya dalam film Les Bonnes Femmes (1960) karya Claude Chabrol. Film ini mengisahkan pengalaman perempuan melalui perspektif empat tokoh perempuan yang intrik dengan perilaku dan persoalan hidup masing-masing dengan tujuan yang sama, yaitu memiliki sosok laki-laki dan mengharapkan cinta sejati. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan konstruksi perempuan dalam film tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui konsep kajian sinema oleh Joseph M. Boggs dan Dennis W. Petrie (2018) yang didukung dengan teori identitas oleh Kathryn Woodward (2005) dan gagasan feminisme eksistensial oleh Simone de Beauvoir (1949). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film tersebut mengonstruksi eksistensi perempuan sebagai sosok yang membutuhkan pengakuan melalui cinta dan narsisme.

Since the 1950s, the situation of gender issues in France has been transformed in line with the emergence of the Nouvelle Vague cinema movement. In addition to bringing radical influence to the cinema industry, Nouvelle Vague also produced films that are full of social issues, including the situation of women who are perceived as objects, one of which is in the film Les Bonnes Femmes (1960) by Claude Chabrol. This film tells the story of women's experiences through the perspectives of four female characters who are intrigued by their respective behavior and life problems with the same purpose of having a male figure and expecting true love. Based on this background, this research aims to show the construction of women in the film. This research uses a qualitative method through the concept of cinema studies by Joseph M. Boggs and Dennis W. Petrie (2018) supported by identity theory by Kathryn Woodward (2005) and the idea of existential feminism by Simone de Beauvoir (1949). The results of this study show that the film constructs the existence of women as a figure who needs recognition through love and narcissism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Miranda Kanti Anissa
"Lyudmila Petrushevskaya adalah salah seorang penulis perempuan yang mengangkat ketidakadilan gender di Uni Soviet pada karyanya. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ketidakadilan gender yang terjadi di kehidupan di Uni Soviet dalam salah satu karyanya yaitu Novela yang berjudul Конфеты С Ликером/konfety s likerom/Permen dengan Alkohol yang dianalisis melalui kehidupan tokoh utamanya yaitu Lelya. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif-analitis. Teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah tokoh dan penokohan, sosiologi sastra dan ketidakadilan gender. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ditemukannya dua bentuk ketidakadilan gender dalam novela ini yaitu kekerasan dalam rumah tangga dan beban kerja yang dialami oleh tokoh Lelya sebagai tokoh utama.

Lyudmila Petrushevskaya is one of the women writers who brought up gender inequality in the Soviet Union in her work. The problem that will be discussed in this research is the gender inequality that occurs in life in the Soviet Union in one of his works, Novela, entitled онфеты Ликером/konfety s likerom/Candy with Alcohol which is analyzed through the life of the main character, Lelya. The method used in this paper is descriptive-analytical. Theories used in this paper are characters and characterizations, sociology of literature and gender inequality. The results of this study indicate that there are two forms of gender inequality in this novel, namely domestic violence and the workload experienced by Lelya as the main character."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Budi Utami
"ABSTRAK
Tuduhan pelecehan yang dilayangkan oleh Christine Blasey Ford, seorang dosen Universitas Palo Alto, California, terhadap calon Hakim Agung Brett Kavanaugh merupakan salah satu kasus tuduhan pelecehan seksual yang menjadi sorotan nasional di Amerika Serikat pada tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi efektivitas politisasi isu gender yang dilakukan baik oleh Ford maupun Kavanaugh pada masyarakat dan media massa di Amerika Serikat. Politisasi isu gender Ford dan Kavanaugh dalam hearing dianalisis dan dievaluasi dengan menggunakan teori Sexual Politics Kate Millet dan metode Analisis Wacana Kritis Sara Mills. Selain itu, pengaruh politisasi isu gender yang dilakukan Ford dan Kavanaugh dalam hearing juga dapat dilihat melalui representasi dan keberpihakan dua media Amerika Serikat dengan bias politik yang berbeda (Fox News dan The New York Times terhadap kasus tersebut. Dengan menggunakan teori Sexual Politics Kate Millet, penelitian ini menemukan bahwa konsep gender seperti ideologi feminitas dan maskulinitas seringkali digunakan Ford dan Kavanaugh dalam berargumen, bersikap, dan membela diri dalam hearing. Feminitas yang diperlihatkan Ford dalam hearing berhasil menarik simpati dan membangun hubungan emosional dengan mayoritas masyarakat Amerika Serikat terutama kelompok perempuan dan progressif. Sementara itu maskulinitas yang diperlihatkan Kavanaugh kurang efektif untuk menarik simpati masyarakat namun berhasil untuk mempertahankan posisinya sebagai Hakim Agung Amerika Serikat. Representasi media juga memperlihatkan bahwa politisasi gender yang dilakukan Ford dan Kavanaugh memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap pergerakan kelompok perempuan dan kelompok penyintas pelecehan seksual. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan memperlihatkan sikap yang sesuai dengan ideologi feminitas, perempuan memiliki kekuatan yang lebih besar dalam menarik simpati masyarakat. Namun, simpati dan dukungan besar terhadap perempuan tetap tidak dapat mengalahkan laki-laki yang memiliki kekuatan dan dominasi politik dalam pemerintahan sebuah negara.

ABSTRACT
In 2018, sexual assault allegation filed by Christine Blasey Ford, a lecturer at the University of Palo Alto, California, against Supreme Court nominee Brett Kavanaugh became the national spotlight in the United States. This study aims to analyze and evaluate the effectiveness of gender politics carried out by both Ford and Kavanaugh to the public and mass media in the United States. Ford and Kavanaugh's gender politics in the hearing were analyzed and evaluated using Kate Millet's Sexual Political Theory and Sara Mills's Critical Discourse Analysis method. Also, the influence of gender politics conducted by Ford and Kavanaugh in the hearing can also be seen through the representation and alignments of two US media with different political biases on the case (Fox News and The New York Times). By using Sexual Political Theory from Kate Millet, this research found that Ford and Kavanaugh often use gender concepts such as ideology of femininity and masculinity in arguing, acting, and defending themselves in the hearing. The femininity shown by Ford in the hearing succeeded in attracting sympathy and building emotional relations with the majority of the United States, especially women and progressive groups. Meanwhile, the masculinity shown by Kavanaugh was less effective in attracting the sympathy of the people but succeeded in maintaining his position as the Supreme Court of the United States. Media representations also show that the gender politicization carried out by Ford and Kavanaugh has a considerable influence on the movement of women and the group of sexual harassment survivors. This research concludes that by displaying attitudes that are in line with the ideology of femininity, women have a higher power in attracting public sympathy. However, great sympathy and support for women still cannot defeat men who have political power and dominance in the government of a country."
2020
T54825
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Pramesti Rachardyanti
"

Penggunaan media film untuk merepresentasikan kota telah banyak digunakan seiring berjalannya waktu untuk memahami, membaca dan mempelajari kondisi kota dengan segala dinamika sosial yang silih berganti. Melalui media ini, menyampaikan sudut pandang seseorang dalam menjalani ruang kota menjadi penting karena merupakan refleksi dan komentar sosial terhadap isu-isu dan kondisi yang secara nyata terjadi pada sebuah kota. Isu perkotaan utama yang diangkat dalam skripsi ini merupakan isu gender terutama keterkaitannya dengan perempuan dalam kota, serta bagaimana ruang kota Jakarta sesungguhnya digunakan dan didefinisikan oleh masyarakatnya. Terdapat sebuah steriotip dan pembatasan penggunaan ruang kota yang dapat diidentifikasi melalui perspektif perempuan dalam menjalani dan mengalami ruang kota. Pengidentifikasian isu-isu tersebut dilakukan melalui representasi sinematik kota pada sebuah film. Skripsi ini secara dalam membahas 2 film berbeda yang keduanya bercerita mengenai perempuan & kota Jakarta, yakni; Eliana, Eliana (2002) dan Selamat Pagi, Malam (2014) untuk melihat dan membandingkan representasi kota Jakarta dalam film dengan realita, terutama yang berkaitan dengan isu gender dan penggunaan ruang kota.

 


The use of film to represent a city has been widely used in urban studies to understand, read and study the condition of a city with all of its social dynamics that happened in urban society through out recent history. Through this media, conveying a point of view in living and experiencing urban space is important, as it is sometimes an actual reflection on issues and conditions that occur in the city. The main urban issues raised in this paper is gender issue, especially in relation with women in the city and how the urban space of Jakarta is occupied and defined. These issues are related to the stereotype and limitation on the use of urban space, and can be identified through the perspective of women living and experiencing urban space. Furthermore, cinematic representation of a city in film is used as a media to identify these issues. This thesis discusses 2 different films that both tells the story of women & the city of Jakarta, namely; Eliana, Eliana (2002) and Selamat Pagi, Malam (2014) to see and compare the representations of the city of Jakarta in films with reality, to see and compare representations of Jakarta city in films with reality, especially those relating to gender issues and the use of urban space.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Proyek Studi Gender dan Pembangunan, FISIP-UI, 1992
305.4 SEM m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Alya Ramadhani
"ABSTRACT
Penelitian ini membahas bagaimana penulis perempuan merepresentasikan kecantikannya dalam salah satu bentuk media baru bernama Madgalene. Melalui medium menulis, penelitian ini ingin melihat bagaimana kecantikan yang penulis perempuan representasikan untuk melawan nilai-nilai patriarki. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan paradigma kritis. Hasil penelitian menjelaskan bahwa penulis perempuan merepresentasikan kecantikan dan tubuhnya dalam situs Magdalene guna menolak representasi kecantikan dan tubuh perempuan dalam diskursus arus utama. Kemudian, muncul identitas negosiasi sebagai bentuk tegangan antara tekanan yang datang pada perempuan dan sebagai bentuk kekuasaan perempuan akan tubuhnya. Selain itu, melalui proses menulis, penulis perempuan memperlihatkan positive body image sebagai bentuk apresiasi dan kecintaan terhadap tubuh perempuan. Penulis perempuan juga memperlihatkan kekuatan atas tubuhnya melalui redefinisi praktek-praktek kecantikan dan diri. Selain itu, penulis perempuan senantiasa menolak dikotomi tubuh perempuan dengan menganalisa ulang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

ABSTRACT
This research will discuss about how women writers represent their beauty in one of new media called Magdalene. Through writing, this research wants to look further how women represents their beauty to subvert patriarchal values. This research is qualitative research with critical paradigm. The result explained that women writers represents their beauty in Magdalene to subvert beauty and body representation in mainstream discourse. After that, appeared identity negotiation as tension from oppresion and at the same time power toward and from womens body. Besides that, through writing process, women writers showed positive body image as self love and apreciation to their body. Women Writers also showed power of their body through redefinition of beauty practices and self. Also, they subverts body dichotomy to reanalyze values in society. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuliyatun Nurul Hidayati
"Paribasan Suwarga Nunut Naraka Katut adalah naskah berbahasa dan beraksara Jawa yang ditemukan pada Katalog Inventarisasi Naskah Kuno Koleksi Perpustakaan Nasional. Naskah Paribasan Suwarga Nunut Naraka Katut (yang selanjutnya disingkat menjadi PSNNK) merupakan naskah Jawa yang isinya membahas tentang peribahasa yang berbunyi “suwarga nunut naraka katut”. Peribahasa tersebut ditujukan pada perempuan yang sudah bersuami dan menunjukkan bahwa perempuan tidak memiliki kuasa serta peran apapun terhadap suaminya. Oleh karena itu, masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana budaya patriarki dan kedudukan perempuan Jawa yang dikemukakan dalam teks PSNNK? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui budaya patriarki yang digambarkan dengan cara sebuah kebahagiaan dan kesengsaraan seorang istri ditentukan oleh sang suami dalam teks PSNNK. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode dan langkah kerja filologi. Kandungan isi teks PSNNK dianalisis dengan teori feminisme. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Budaya patriarki melekat dalam citra perempuan Jawa, (2) Perempuan Jawa memiliki peranan penting dalam berumah tangga, dan (3) Kedudukan perempuan Jawa setara dengan laki-laki dalam lingkup keluarga. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya patriarki juga diterapkan pada abad ke-20 dan kedudukan perempuan dalam lingkup keluarga setara dengan laki-laki yang diperjelas dengan kutipan pada teks yang berbunyi “manusia untuk naik ke surga itu berdasarkan amalnya sendiri-sendiri”.

Paribasan Suwarga Nunut Naraka Katut is a Javanese script found in the Inventory Catalog of Ancient Manuscripts in the National Library Collection. The Paribasan Suwarga Nunut Naraka Katut Manuscript (hereinafter abbreviated as PSNNK) is a Javanese manuscript which contains a proverb that reads "suwarga nunut naraka Katut". The proverb is aimed at married women and shows that women do not have any power and role over their husbands. Therefore, the main problem in this research is how is the patriarchal culture and position of Javanese women expressed in the PSNNK text? The purpose of this study is to find out the patriarchal culture which is described by the way a wife's happiness and misery are determined by her husband in the PSNNK text. This research is a qualitative research using methods and steps of philology work. The content of the PSNNK text was analyzed using feminism theory. The results of this study indicate that: (1) patriarchal culture is inherent in the image of Javanese women, (2) Javanese women have an important role in marriage, and (3) Javanese women's position is equal to men in the family sphere. Based on the results of this study, it can be concluded that patriarchal culture was also applied in the 19th century and the position of women in the family sphere is equal to that of men which is clarified by a quote in the text which reads "humans ascend to heaven based on their own deeds"."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"The presence of mass media nowadays, including TV, has had a significant impact on the construction of women's image. The increase of private TV stations in Indonesia is consequence of globalization. Advertising, as one form of mass media, has become an especially powerful tool to construct social realities."
300 JWISOS 2:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>