Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74208 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Widya Iswara
"Jaringan komputer sangat berguna dalam pekerjaan manusia diantaranya dalam saling berkomunikasi satu sama lain. Oleh karena itu dibutuhkan keamanan jaringan yang berguna dapat menjaga kerahasiaan informasi dan juga menghindari serangan-serangan yang menimbulkan dampak negatif.
Pada skripsi ini akan dibahas mengenai bagaimana pengujian dan analisis dalam salah satu tools IDS (Intrusion Detection System) berbasis host atau yang biasa disebut HIDS (Host-Based Intrusion Detection System). HIDS yang digunakan adalah OSSEC karena bersifat Open Source. Pengujian ini bertujuan untuk mencari tahu keberhasilan, response time dan pengaruh OSSEC terhadap performansi jaringan melalui throughput yang didapat. Juga membandingkan OSSEC dengan Suricata dan Honeyd. Hasil dari pengujian terhadap functional test, OSSEC mampu mendeteksi serangan berupa port scanning dan SSHD brute force attack. Pada perhitungan response time, dihitung berdasarkan fitur OSSEC sebagaimana active-response yang mampu memutuskan koneksi terhadap IP penyerang dan response time yang didapat sebesar 2.1397618 detik. Juga OSSEC tidak mempunyai pengaruh yang besar pada performansi jaringan.

Computer network is very useful in work beings communicate with each other. Therefore network security is needed which will keep the secret of information and also avoid the attacks that inflict a negative impact.
At this final project will discuss about how to test and analysis of one of the IDS (Intrusion Detection System) tools based on host or commonly called HIDS (Host-Based Intrusion Detection System). And HIDS used is OSSEC because it is open source. This test aims to find out the success of OSSEC, response time and influence ossec againt network performance through throughput obtained. Also compare ossec with suricata and honeyd. Results from testing of the functional test, OSSEC is able to detect port scanning attack and SSHD brute force attack. On the calculation of response time, calculated based on the features OSSEC as active-response capable of disconnecting against the attacker's IP and response time obtained is 2.1397618 seconds. Also OSSEC have no great influence on network performance.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56694
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradana Angga Jatmika
"NIDPS (Network-based Intrusion Detection Prevention System) merupakan sistem keamanan jaringan komputer yang mampu melindungi seluruh host yang ada dalam jaringan dengan cara mendeteksi dan melakukan pencegahan serangan sebelum sampai di host. Pada skripsi ini dilakukan implementasi NIDPS menggunakan Suricata. Suricata merupakan software IDS yang digunakan untuk melindungi host dengan cara mendeteksi serangan, sedangkan untuk menambahakan fitur pencegahan harus dilakukan konfigurasi pada fitur prevention Suricata dan firewall iptables. Pada skripsi ini akan dilakukan analisis terhadap NIDPS Suricata, meliputi fuctional tes, response time, pengaruh Suricata terhadap performansi jaringan berdasarkan parameter throughput, membandingkan 3 sistem keamanan jaringan yaitu Suricata, Honeyid, dan Ossec dan mencari detection rate dari Suricata. Hasil dari pengujian diperoleh bahwa untuk functional test, Suricata berhasil mendeteksi dan melakukan pencegahan terhadap serangan serta menampilkan serangan yang terjadi pada web-based interface Snorby. Hal ini dapat dilihat dari pengujian SYN flooding attack, Suricata berhasil mendeteski dan mendrop semua paket serangan SYN flooding. Pada pengujian response time, diperoleh response time Suricata untuk 1 serangan 0.015201 detik dan untuk 2 serangan sebesar 0.0435559 detik. Pada pengujian throughput diperoleh bahwa pemasangan Suricata tidak terlalu berpengaruh terhadap performansi jaringan. Perbandingan 3 sistem keamanan yaitu Suricata, Honeyid, dan Ossec, dimana Suricata memiliki rata-rata response time paling cepat dan Honeyd memiliki kemampuan deteksi paling baik dari beberapa pengujian serangan. Sedangkan Suricata kemampuan deteksinya (detection rate) yaitu 0.84 atau 84 % pada 12 pengujian serangan yang berbeda.
NIDPS (Network-based Intrusion Detection Prevention System) is a computer network security system that can protect all hosts on the network by detecting and preventing before the attack up to the host. This final project will be implemented NIDPS using Suricata. Suricata IDS is a software that is used to protect the host by detecting attacks, while adding features for prevention should be configured the prevention features Suricata and firewall iptables. In this final project will be conducted an analysis of Suricata, covering fuctional tests, response time, Suricata influence on network performance use throughput parameter, compare three network security system that is Suricata, Honeyid, and OSSEC and seek detection rate of Suricata. The results obtained from testing that for functional test, Suricata successfully detect and prevent attacks and show that the attack occurred on a web-based interface Snorby. It can be seen from the test SYN flooding attack, Suricata can detect and drop all SYN flooding attack packets. In the response time testing, the response time of Suricata is 0.015201 seconds for 1 attack and 0.0435559 seconds for 2 attack. In the throughput test, Suricata implemented does not affect significantly the network performance. Three comparative of the security system that is Suricata, Honeyid, and OSSEC, where Suricata has an average response time of the fastest and Honeyd has the best detection capability of several attempted attacks. While Suricata detection capability (detection rate) is 0.84 or 84% on testing 12 different attacks."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57424
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulian Benedichtus
"Skripsi ini membahas tentang analisis lalu lintas serangan pada Intrusion Detection System (Snort) dan Honeynet. Pembahasan mencakup analisis lalu lintas serangan berdasarkan tingkat berbahaya suatu serangan, analisis port yang menjadi target serangan, analisis metoda serangan, analisis sepuluh malware terbanyak yang terdeteksi oleh Honeynet, analisis sepuluh port terbanyak yang menjadi target serangan, analisis relasi antara malware dan port yang menjadi target serangan. Penentuan analisis ini berdasarkan diambil pada bulan desember 2015.
Dari analisis tersebut, diperoleh bahwa kategori severity terbanyak pada serangan berdasarkan severity, port yang menjadi target serangan terbanyak, metoda serangan terbanyak, malware yang paling banyak terdeteksi dan relasi antara malware dan port. Semua hasil ini memiliki penyebabnya masing-masing.

The focus of study is about attacks traffic analysis of intrusion detection system (Snort) and Honeynet. The discussion include attack traffic analysis based severity, port analysis which became target of the attack, attack method analysis, analyzes ten malware most detected by honeynet, analyzes ten port which became target of the attack, the analysis of relation between malware and port. The determination of this analysis is took in December 2015.
The result of this analysis is the most severity category based severity attack, the port which became target of the attack, the most attack method, malware most detected and relation between malware and port. All of this result have cause each.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63638
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faldy Syofra Martinus
"Skripsi ini akan membahas mengenai aplikasi berbasis web yang akan menghasilkan sebuah Vagrantfile yang dapat digunakan dalam proses instalasi Intrusion Detection System Mata Elang. Mata Elang merupakan Intrusion Detection System yang dikembangkan oleh Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dengan berkolaborasi bersama dengan Universitas Indonesia dan Japan International Cooperation Agency (JICA). Vagrantfile yang dihasilkan akan dapat digunakan dalam melakukan instalasi keseluruhan sistem Mata Elang berdasarkan skenario instalasi yang dipilih oleh user dimulai dari provisioning virtual machine, hingga konfigurasi dari virtual machine tersebut sehingga keseluruhan sistem Mata Elang terinstal dengan baik. Hal ini akan mempercepat proses intalasi Mata Elang dan mengeliminasi terjadinya kesalahan dibanding ketika user harus menginstal setiap komponen dari sistem Mata Elang satu-persatu. Parameter pengujian yang akan dilakukan adalah dengan membandingkan hasil deteksi serangan dari Intrusion Detection System Mata Elang yang diinstal secara manual dan yang diinstal menggunakan script. Penelitian akan menghasilkan dua buah produk yaitu sebuah aplikasi website yang dapat digunakan untuk menghasilkan sebuah Vagrantfile untuk instalasi Intrusion Detection System Mata Elang sesuai dengan berbagai skenario topologi, dan sebuah Vagrantfile yang dapat digunakan untuk instalasi Intrusion Detection System Mata Elang sesuai dengan topologi yang dikonfigurasikan pada aplikasi website yang disebutkan sebelumnya.

This skripsi will discuss a web-based application that will generate a Vagrantfile that can be used in the installation process of the Mata Elang Intrusion Detection System. Mata Elang is an Intrusion Detection System developed by the Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) in collaboration with Universitas Indonesia and the Japan International Cooperation Agency (JICA). The resulting Vagrantfile can be used to install the entire Mata Elang system based on the installation scenario selected by the user, starting from the virtual machine provisioning to the configuration of the virtual machine, so that the entire Mata Elang system can be installed properly. This will speed up the Mata Elang installation process and eliminate errors compared to when users must install each component of the Mata Elang system one by one. The evaluation parameter that will be conducted is by comparing the results of attack detection from the manually installed Intrusion Detection System Mata Elang versus the one installed using a script. There will be two product from this skripsi, one is a web based application that can be used to generate a Vagrantfile for the purpose of installing Intrusion Detection System Mata Elang based on the various configuration and topology, and the other product is a Vagrantfile that can be used to install Intrusion Detection System Mata Elang based on the configuration from the mentioned web based application"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hafidz
"Semakin berkembang atau baru teknologi yang digunakan, maka semakin banyak pula kerentanan yang muncul terhadap keamanan tersebut. Oleh karena itu pembaharuan keamanan jaringan penting untuk dilakukan secara rutin. Sebagai pemilik jaringan komputer atau biasa disebut administrator, keamanan jaringan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, baik itu dalam jaringan skala besar maupun kecil. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keamanan jaringan adalah dengan melakukan perlindungan terhadap aktivitas yang mencurigakan dalam suatu jaringan dengan menggunakan teknologi yang sudah ada. Terdapat teknologi yang menyediakan fungsi untuk melakukan pencegahan dan pendeteksian terhadap aktivitas mencurigakan tersebut, dinamakan Intrusion Detection System (IDS), khususnya yang berbasis Host. IDS berfungsi untuk meningkatkan keamanan suatu jaringan atau host dengan cara melakukan pendeteksian serta pencocokan packet pada traffic hingga menemukan suatu ancaman yang terdeteksi. Selanjutnya IDS akan dibantu oleh ELK Stack untuk memvisualisasikan kumpulan dari ancaman yang terdeteksi serta memberikan alert dengan waktu yang cepat. Visualisasi ancaman dan alert akan diolah dan ditampilkan pada aplikasi web berbentuk dasbor, sehingga lebih mudah dipahami oleh Administrator Jaringan sehingga Administrator dapat mengambil tindakan yang paling efektif untuk mencegah dan mengurangi kerusakan yang diakibatkan ancaman tersebut. Pada penelitian ini digunakan IDS Suricata yang bersifat Open Source dengan menggunakan rule “Emerging Threat Open Ruleset”, serta pengolahan log dan visualisasi dengan Elasticsearch, Logstash dan Kibana (ELK) Stack. IDS Suricata telah terkonfigurasi dengan baik dan dapat mendeteksi seluruh skenario penyerangan dengan akurasi 64%. Integrasi dengan ELK berhasil dilakukan dengan data alert telah ditampilkan pada dasbor Kibana. Pada saat terjadi serangan, sumber daya pada IDS mengalami peningkatan, dengan hasil 54.3% untuk SYN Flood, 5.5% untuk IP Scanning, dan 5.8% untuk Intense Port Scan. Sedangkan 3.26GB memori digunakan untuk SYN Flood, 3.15GB untuk IP Scanning dan 3.22GB untuk Intense Port Scan.

The rapid development of technology, especially in information technology, forces all technology users to always get the latest information and implement existing technology with the latest technology. Similarly, technological developments in the field of security, especially in computer network security. The more developed or new the technology is used, the more vulnerabilities that arise against this security. Therefore, it is important to update network security regularly. As a computer network owner or commonly called an administrator, network security is an important thing to put attention to, both in large and small scale networks. One of the things that can be done to improve network security is to protect against suspicious activity in a network or in a host/server using existing technology. There is a technology that provides functions to prevent and detect such suspicious activity, called the Intrusion Detection System (IDS), especially Host Based IDS. IDS serves to improve the security of a network by detecting and matching traffic to find a detected threat. Furthermore, the IDS will be assisted by the ELK Stack to visualize the collection of detected threats and provide alerts in a fast time. Visualization of threats and alerts will be processed and displayed on a web application in the form of a dashboard, making it easier for network administrators to understand so that administrators can take the most effective action to prevent and reduce damage caused by these threats. This research uses IDS Suricata which is Open Source by using the "Emerging Threat Open Ruleset" rule, as well as log processing and visualization with Elasticsearch, Logstash and Kibana (ELK) Stack. The configured Suricata IDS is able to detect all attacks that occur with 64% Accuracy, and integration with ELK can be done with the data displayed on the Kibana dashboard. The use of additional resources on the computer is 54.3% for SYN Flood, 5.5% for IP Scanning, and 5.8% for Intense Port Scan. Meanwhile, 3.26GB of memory is used for SYN Flood, 3.15GB for IP Scanning, and 3.22GB for Intense Port Scan.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurellio Fishandy
"Malware merupakan sebuah software berbahaya yang menjadi fokus penelitian bagi para ahli keamanan jaringan dikarenakan kemampuannya yang dapat merusak suatu jaringan maupun perangkat secara efektif dan efisien. Seiring waktu, malware juga turut berkembang mengikuti perkembangan teknologi informasi dan hal ini membuat malware semakin susah untuk di deteksi. Oleh karena itu, para peneliti berbondong-bondong untuk dapat membuat alat pendeteksi malware yang efektif serta efisien menggunakan berbagai macam pendekatan. Alasan tersebut menjadi titik awal yara terbentuk. Sebagai alat pendeteksi atau yang biasa disebut sebagai sistem deteksi intrusi, yara menjadi perangkat lunak yang sering digunakan oleh pengguna jaringan dikarenakan sangat mudah untuk diimplementasi serta menggunakan metode pendekatan yang  simpel. Pada penelitian ini, akan membuktikan yara sebagai alat pendeteksi malware yang efektif serta efisien. Selain itu, penelitian ini akan berfokus mengenai strings yang menjadi salah satu faktor penting pada setiap malware serta bagaimana pengaruh strings malware tersebut terhadap yara.  Penelitian ini terfokus pada 4 buah malware berbeda yang yakni Backdoor, Spyware, Trojan dan Worm dengan masing-masing 20 buah malware yang akan digunakan sebagai penelitian serta pengujian strings yang nantinya akan dibuat menjadi beberapa rules. Keempat malware tersebut memiliki hasil rata-rata persentase pendeteksian sebesar  81% saat menggunakan rules yang telah disiapkan. Selain itu terdapat beberapa rules yang memiliki persentase diatas 90% saat melakukan pendeteksian terhadap malware.

Malware is a harmful software that have been research focus by network security experts because of their ability to damage a network or devices effectively and efficiently. Over time, malware evolves to become more dangerous following and keeping up with information technology, this makes malware even more difficult to detect by some detection devices. Because of that, many expert  trying to make a software that can detect any malware without a problem. That is the beginning of the emergence of yara. As a detection tool or usually known as Intrusion Detection System, Yara becomes a software that frequently used by some user to protect and detect their devices because of its simplicity and convenience. In this research, we will prove that Yara is an effective and efficient malware detection tools. Other than that, we will more focus on how is content of malware can effect on yara. In this research we will focus on 4 different type of malware such as Backdoor, Spyware, Trojan and Worm with 20 pieces of malware that each of the malware will be used as research and testing the strings and later ill be made into several rules in yara. The four malware has an average detection percentage of 81% when using the prepared rules. In addition, there are several rules that have a success percentage above 90% when detecting malware.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Febita
"Banyak pihak yang berusaha memanfaatkan kerentanan dari jaringan WLAN sehingga dibutuhkan suatu WIDS yang user friendly dapat mendeteksi adanya serangan dalam jaringan ini. Implementasi WIDS menggunakan Kismet sebagai aplikasi WIDS, Sagan sebagai penghubung Kismet dengan Snorby, dan Snorby sebagai frontend. Metode pengujian menggunakan functionality test untuk spoofed AP, brute force WPS, dan de-authentication flood dan response time untuk de-authentication flood saja. Pengujian de-authentication flood akan dilakukan 10 kali untuk membandingkan nilai alert, frame, dan response time berdasarkan banyaknya serangan dan peletakan sensor terhadap penyerang.
Untuk penyerang1 pada banyaknya serangan, pada 1, 2, dan 3 serangan, rata-rata alert adalah 12 alert, 3,8 alert, dan 2,3 alert, persentase false negative frame deotentikasi yang mengacu kepada 1 serangan adalah 28,43% (2 serangan) dan 44,47% (3 serangan), dan response time adalah 0,015 detik, 0,056 detik, dan 0,087 detik. Untuk peletakan sensor, pada ruang yang sama (ruang 1), ruang yang berbeda 1 ruangan (ruang 2), dan ruang yang berbeda 2 ruangan (ruang 3) dari penyerang, rata-rata alert-nya adalah 10,6 alert, 7,9 alert, dan 7,8 alert, persentase false negative frame de-otentikasi yang mengacu kepada frame de-otentikasi yang terdeteksi pada ruang 1 adalah 72,48% dan 77,17%, dan rata-rata response time adalah 0,018 detik, 0,046 detik, dan 0,111 detik.
Seiring bertambahnya serangan dan semakin banyak dinding pembatas, alert penyerang1 semakin sedikit, dan false negative frame de-otentikasi dan response time penyerang1 semakin banyak. Oleh karena itu, banyaknya trafik dan peletakan sensor berpengaruh terhadap kinerja WIDS. WIDS dapat bekerja optimal jika berada dalam 1 ruangan dengan AP yang ingin dimonitor dan tidak terlalu banyak trafik. Hal ini untuk menghindari adanya interferensi dan terlalu banyaknya frame yang lalu lalang di udara.

Many people that try to exploit the vulnerability of WLAN so it is needed a user friendly WIDS that can detect attacks in these networks. WIDS implementation is using Kismet as WIDS application, Sagan which connects Kismet and Snorby, and Snorby as a frontend. Method of testing for functionality test is using spoofed AP, WPS brute force, and de-authentication flood and the response time for the de-authentication flood. De-authentication flood testing will be performed 10 times to compare the value of alerts, frames, and response time based on the number of attacks and the laying of the sensor against the attacker.
For attacker1 on the number of attacks, at 1, 2, and 3 attacks, the average alert is 12 alerts, 3,8 alerts, and 2,3 alerts, the percentage of de-authentication frame false negative that refers to 1 attack is 28,43 % (2 attacks) and 44,47% (3 attacks), and response time is 0,015 seconds, 0,056 seconds and 0,087 seconds. For sensor placement, in the same room (room 1), a different 1 room (room 2), and different 2 rooms (room 3) from the attacker, the average alert is 10,6 alert, 7, 9 alerts, and 7,8 alerts, the percentage of de-authentication frame false negative are referring to the de-authentication frame that are detected in the room 1 is 72,48% and 77,17%, and the average response time is 0,018 seconds, 0,046 seconds and 0,111 seconds.
As we get more and more attacks and the dividing wall, the less alert from attacker1, and de-authentication frames's false negative and response time from attacker1 is bigger than before. Therefore, the amount of traffic and the placement of the sensors affect the performance of WIDS. WIDS can work optimally if it is in a room with the AP would like to be monitored and not too much traffic. This is to avoid interference and that too many frames passing through the air.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42956
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Firman Ferdiansyah
"IDS memerikan solusi keamanan jaringan yaitu dengan mendeteksi adanya akses ilegal atau penyusupan yang terjadi dalam jarigan komputer. Terdapat banyak jenis IDS yang didasarkan pada bagaimana administrator jaringan menerapkan IDS untuk mengamankan jaringan. Dalam penelitian ini Snort IDS akan diintegrasikan untuk dapat memberikan alerting maupun log apabila terjadi serangan di dalam jaringan, selain itu juga mampu melakukan monitoring serangan melalui interface web.
Sistem ini dibagi menjadi beberapa modul yaitu IDS software yaitu Snort, report modul yaitu BASE, dan juga Visual Syslog Server yang mampu mengirimkan alerting secara real time. Kinerja dari IDS yang telah diintegrasikan akan dianalisis dari penggunaan RAM dan CPU. Dengan Empat skenario penyusupan yang berbeda seperti IP Scanning, Port Scanning, DoS dan MitM dilakukan untuk melihat efeknya pada kinerja sistem.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan sistem berhasil mendeteksi adanya penyusupan dengan memberikan alert berdasarkan jenis serangan yang dilakukan. Pada penggunaan RAM dan CPU dapat terlihat adanya perbedaan ketika sistem mendeteksi adanya penyusupan pada jaringan. Penggunaan IDS yang telah diintegrasikan ini dapat menjadi langkah awal yang baik untuk mitigasi risiko pada jaringan dan sebagai peringatan awal adanya serangan cyber.

IDS describes network security solutions by detecting illegal access or intrusion that occurs in the computer network. There are many types of IDS based on how network administrators implement IDS to secure networks. In this study Snort IDS will be integrated to be able to provide alerts and logs if there is an attack on the network, besides that it is also capable of monitoring attacks through a web interface.
This system is divided into several modules those are IDS software (Snort), report module (BASE), and also Visual Syslog Server which is capable of sending alerts in real time. The performance of the IDS that has been integrated will be analyzed from the use of RAM and CPU. With four different intrusion scenarios such as IP Scanning, Portscanning, DoS, and MitM, it is done to see the effect on system performance.
Based on the results of testing, the system has successfully detected an inrusion by providing alerts based on the type of attack carried out. While the use of RAM and CPU can be seen a difference when the system detects an intrusion. The use of this integrated IDS can be a good first step to mitigate risk on the network and as an early warning of cyber attacks.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabil Mafaza
"Penggunaan internet telah mengubah hidup dan perilaku manusia. Internet yang awalnya hanya dimanfaatkan segilintir orang, berubah menjadi sebuah hal yang banyak orang manfaatkan. Perubahan perilaku manusia terlihat dalam cara manusia berkomunikasi, belajar, sampai menikmati konten hiburan. Namun, di balik manfaatnya, internet membawa bahaya yang merugikan banyak pihak. Bahaya tersebut timbul dalam bentuk serangan siber. Untuk mengatasi serangan siber, banyak perangkat keras dan lunak yang digunakan, salah satunya adalah intrusion detection system (IDS). Akan tetapi, IDS tidak dapat mendeteksi serangan baru akibat sifat pendeteksiannya yang rule-based. Penelitian ini bertujuan untuk menambah kemampuan IDS dalam mendeteksi serangan siber dengan menggunakan model machine learning (ML), khususnya autoencoder, untuk mendeteksi serangan siber dalam lalu lintas jaringan. Autoencoder digunakan untuk meng-encode lalu lintas jaringan, kemudian men-decode/merekonstruksi hasil encode. Lalu lintas jaringan akan dideteksi sebagai serangan siber apabila perbedaan hasil rekonstruksi dengan lalu lintas jaringan asli melebihi ambang tertentu. Berdasarkan testing yang dilakukan, model autoencoder paling optimal adalah model yang di-train dengan dataset yang dipisah menjadi dense dan sparse berdasarkan nilai quantile 70% fitur tot_l_fwd_pkt dan tot_l_bwd­_pkt, dilakukan feature selection menggunakan random forest dengan nilai importance 0,2, menggunakan activation function ReLU, dan menggunakan empat layer encoder dan decoder serta jumlah neuron 16, 8, 4, 2, 1, 2, 4, dan 16. Model autoencoder untuk dataset dense terbaik memiliki F1-score 84% (lalu lintas benign) dan 83% (lalu lintas malicious), trainable parameter berjumlah 830, dan ukuran model sebesar 71 KB. Sementara, model autoencoder untuk dataset sparse terbaik memiliki F1-score 71% untuk lalu lintas benign dan malicious, trainable parameter berjumlah 890, dan ukuran model sebesar 72 KB.

The use of the internet has transformed human lives and behavior. Initially utilized by a few, the internet has become an essential tool for many. This transformation is evident in how people communicate, learn, and enjoy entertainment content. However, alongside its benefits, the internet also poses significant risks in the form of cyber attacks. To combat these threats, various hardware and software solutions, including intrusion detection systems (IDS), are employed. Traditional IDS, however, struggle to detect new attacks due to their rule-based nature. This research aims to enhance IDS capabilities in detecting cyber attacks by using machine learning (ML) models, specifically autoencoders, to detect cyber attacks in network traffic. Autoencoders encode network traffic and then decode/reconstruct the encoded data. Network traffic is identified as a cyber attack if the reconstruction error exceeds a certain threshold. Based on the testing conducted, the most optimal autoencoder model was trained on a dataset split into dense and sparse categories based on the 70% quantile values of the tot_l_fwd_pkt and tot_l_bwd_pkt features. Feature selection was performed using random forest with an importance threshold of 0.2, employing the ReLU activation function, and using four encoder and decoder layers with neuron counts of 16, 8, 4, 2, 1, 2, 4, and 16. The best autoencoder model for dense dataset achieved an F1-score of 84% for benign traffic and 83% for malicious traffic, with 830 trainable parameters and a model size of 71 KB. Meanwhile, the best autoencoder model for sparse dataset achieved an F1-score of 71% for both benign and malicious traffic, with 890 trainable parameters and a model size of 72 KB."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Airell Ramadhan Budiraharjo
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keamanan jaringan khususnya pada teknologi komputasi awan dari serangan siber. Hal ini didasarkan dengan melihat era sekarang di mana teknologi komputasi awan (Cloud Computing) sedang mengalami perkembangan yang pesat. Banyak perusahaan saat ini mulai beralih dari penggunaan sumber daya secara on-premises menjadi teknologi cloud berjeniskan private cloud dengan alasan efisiensi dan kemudahan yang diberikan teknologi cloud. Namun, kemudahan akses pada teknologi private cloud ini pun justru menjadi peluang yang besar oleh para peretas untuk melakukan serangan siber, seperti Port Scanning, DoS, dan Reverse shell. Oleh karena itu, diperlukan keamanan jaringan yang baik agar teknologi cloud yang digunakan terhindar dari dampak serangan siber yang merugikan. Salah satu metode keamanan yang dapat diterapkan, yaitu dengan implementasi tools Intrusion Detection System (IDS). Intrusion Detection System (IDS) berfungsi untuk mengawasi keamanan jaringan dengan melakukan pendeteksian terhadap anomali atau serangan yang dilakukan melalui analisis lalu lintas jaringan tersebut. Berdasarkan hasil dari penelitian implementasi IDS pada server komputasi awan didapat bahwa nilai rata-rata detection rate IDS dari tiga skenario pengujian serangan siber adalah sebesar 51.19% dengan rata-rata penggunaan CPU dan memori dari server selama pengujian adalah 21.23% dan 29.20%. Hal ini menunjukkan bahwa IDS menunjukkan potensi sebagai tools yang efektif dalam meningkatkan keamanan pada platform cloud computing tanpa memberikan dampak negatif yang berarti terhadap performa perangkat.

This research was conducted to analyze network security, especially in cloud computing technology from cyber attacks. This is based on looking at the current era where cloud computing technology is experiencing rapid development. Many companies are now starting to switch from using on-premises resources to private cloud technology due to the efficiency and convenience that cloud technology provides. However, this ease of access to private cloud technology is also a huge opportunity for hackers to carry out cyber attacks, such as Port Scanning, DoS, and Reverse shell. Therefore, good network security is needed so that the cloud technology used can avoid the harmful effects of cyber attacks. One of the security methods that can be applied is the implementation of Intrusion Detection System (IDS) tools. This Intrusion Detection System (IDS) aims to monitor network security by detecting anomalies or attacks through analyzing network traffic. Based on the results of the IDS implementation research on the cloud computing server, it is found that the average IDS detection rate from three cyber attack test scenarios is 51.19% with the average CPU and memory usage of the server during testing is 21.23% and 29.20%. This shows that IDS shows potential as an effective tool in improving security on cloud computing platforms without having a significant negative impact on device performance."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>