Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143119 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septi Reza Fahlevi
"Penelitian mengenai kelimpahan zooxanthellae pada karang Fungia telah dilakukan di Pulau Karang Bongkok pada Oktober 2013. Penelitian bertujuan melihat pengaruh kedalaman dan parameter lingkungan di tiap kedalaman terhadap kelimpahan zooxanthellae pada Fungia. Penelitian dilakukan dengan mengambil fragmen karang berukuran 4,5-7,5 cm pada kedalaman 3-15 meter. Zooxanthellae dikeluarkan dari fragmen karang Fungia dengan cara dipanaskan pada suhu hingga 85o C selama sekitar 15 menit. Zooxanthellae kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10. Hasil penghitungan menunjukkan kelimpahan rata- rata zooxanthellae sebesar ± 129.414 sel/cm2 -- 525.403 sel/cm2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan zooxanthellae tidak mengalami kecenderungan naik ataupun turun seiring bertambahnya kedalaman. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh ukuran diameter karang Fungia dengan kelimpahan zooxanthellae. Berdasarkan hasil Analisis Komponen Utama (AKU), kelimpahan zooxanthellae tertinggi terdapat pada kedalaman yang dicirikan oleh parameter lingkungan DO dan salinitas.

The study abundance of zooxanthellae in Fungia corals was conducted in Karang Bongkok Island, October 2013. This study was aimed to determine the effect of an environmental factor difference at each depth in zooxanthellae's abundance in Fungia. Fragments Fungia with 4,5-7,5 cm length collected at 3-15 meters depth. Zooxanthellae expelled from the Fungia coral fragments by heating at temperatures up to 850C for about 15 minutes. Zooxanthellae were observed under a microscope with 10 x 10 magnification. The result obtained average abundance of zooxanthellae at 129.414 sel/cm2-525.403 sel/cm2. The results of this study indicated that the abundance of zooxanthellae did not experience the increase or decrease tendency with the increasing depth. The results also showed the influence of Fungia coral’s diameter to the abundance of zooxanthellae. Based on Parameter Component Analysis (PCA), the high number of zooxanthellae were found at depths which characterized by DO and salinity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fachrurrozie
"Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh perbedaan intensitas cahaya terhadap kelimpahan zooxanthella pada karang branching (Acropora sp.) dan digitate (Montipora digitata) di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu pada tanggal 4--8 April 2012. Penelitian dilakukan dengan cara menutup ujung cabang masing-masing koloni karang branching dan digitate dengan plastik terang (intensitas cahaya 58 μE/m2s), plastik setengah gelap (intensitas cahaya 26 μE/m2s), dan plastik gelap (intensitas cahaya 0 μE/m2s) selama 4 hari, sementara kontrol tidak ditutup dengan plastik. Zooxanthella dalam fragmen karang dikeluarkan dengan cara dipanaskan menggunakan hot plate. Data hasil penelitian ditabulasi dan dianalisis menggunakan uji ANAVA satu arah. Hasil menunjukkan penurunan kelimpahan zooxanthella pada perlakuan di karang branching dengan pengaruh intensitas cahaya yang berbeda nyata (0,001 pada P < 0,05), dan peningkatan kelimpahan zoxanthella pada perlakuan di karang digitate dengan pengaruh intensitas cahaya yang tidak berbeda nyata (0,316 pada P < 0,05).

Effects of light intensity variations to the abundance of zooxanthellae at branching (Acropora sp.) and digitate (Montipora digitata) coral colonies, were studied at Pari Island, Kepulauan Seribu in April 4--8th, 2012. Tips of each branching and digitate coral colonies were covered with bright plastic bags (light intensity 58 μE/m2s), half-dark plastic bags (light intensity 26 μE/m2s), and dark plastic bags (light intensity 0 μE/m2s) for 4 days, while the control uncovered. Zooxanthellae inside coral fragments were expelled by heating using hot plate. Data was tabulated and analyzed using one way ANAVA test. The result showed decreasing of zooxanthellae abundance at branching coral treatment with significant effect of light intensity (0,001 at P < 0,05), and there was increasing of zooxanthellae abundance at digitate coral treatment with unsignificant effect of light intensity (0,316 at P < 0,05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S45686
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fachrurrozie
"Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh perbedaan intensitas cahaya terhadap kelimpahan zooxanthella pada karang branching (Acropora sp.) dan digitate (Montipora digitata) di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu pada tanggal 4--8 April 2012. Penelitian dilakukan dengan cara menutup ujung cabang masing-masing koloni karang branching dan digitate dengan plastik terang (intensitas cahaya 58 μE/m2s), plastik setengah gelap (intensitas cahaya 26 μE/m2s), dan plastik gelap (intensitas cahaya 0 μE/m2s) selama 4 hari, sementara kontrol tidak ditutup dengan plastik. Zooxanthella dalam fragmen karang dikeluarkan dengan cara dipanaskan menggunakan hot plate. Data hasil penelitian ditabulasi dan dianalisis menggunakan uji ANAVA satu arah. Hasil menunjukkan penurunan kelimpahan zooxanthella pada perlakuan di karang branching dengan pengaruh intensitas cahaya yang berbeda nyata (0,001 pada P < 0,05), dan peningkatan kelimpahan zoxanthella pada perlakuan di karang digitate dengan pengaruh intensitas cahaya yang tidak berbeda nyata (0,316 pada P < 0,05).

Effects of light intensity variations to the abundance of zooxanthellae at branching (Acropora sp.) and digitate (Montipora digitata) coral colonies, were studied at Pari Island, Kepulauan Seribu in April 4--8th, 2012. Tips of each branching and digitate coral colonies were covered with bright plastic bags (light intensity 58 μE/m2s), half-dark plastic bags (light intensity 26 μE/m2s), and dark plastic bags (light intensity 0 μE/m2s) for 4 days, while the control uncovered. Zooxanthellae inside coral fragments were expelled by heating using hot plate. Data was tabulated and analyzed using one way ANAVA test. The result showed decreasing of zooxanthellae abundance at branching coral treatment with significant effect of light intensity (0,001 at P < 0,05), and there was increasing of zooxanthellae abundance at digitate coral treatment with unsignificant effect of light intensity (0,316 at P < 0,05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruswadi
"Sumberdaya terumbu karang di Pulau Tidung telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk berbagai keperluan. Pada saat ini sebagian masyarakat Pulau Tidung menggantungkan hidupnya sebagai penyedia jasa kegiatan wisata yang sebelumnya berprofesi sebagai nelayan. Adanya kegiatan wisata di Pulau Tidung yang tanpa terkendali yang memanfaatkan keindahan karang dapat berdampak terjadinya penurunan kualitas terumbu karang di sekitarnya. Metode pengamatan untuk mengamati tingkat kerusakan karang adalah Line Intercept Transect dan faktor lingkungan diamati dengan pengukuran berbagai parameter lingkungan perairan secara langsung di lapangan. Aspek sosial ekonomi dan pengelolaan dikaji dari berbagai peraturan yang telah ada dan wawancara secara mendalam dengan penduduk setempat dan wisatawan. Penelitian ini membahas mengenai kondisi kerusakan terumbu karang dan faktor penyebabnya baik faktor antropogenik maupun non-antropogenik serta pengelolaan terumbu karang di Pulau Tidung. Beberapa faktor yang diamati yaitu kondisi perairan, kondisi terumbu karang, aspek sosial masyarakat dan kebijakan pengelolaan terumbu karang. Kondisi perairan meliputi suhu, kecerahan, kecepatan arus, pH, salinitas, fosfat dan nitrat. Kondisi karang meliputi persentase tutupan karang, indeks keanekaragaman, dan indeks dominasi. Penelitian dilaksanakan selama bulan Juni – Agustus 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di Pulau Tidung dalam kondisi rusak - sedang dengan persentase tutupan karang hidup antara 21,41% – 30,19%. Indeks keanekaragaman tutupan berkisar antara 2,0423 – 2,1495 dan indeks dominasi tutupan berkisar antara 0,1433 – 0,1466, nilai tersebut memperlihatkan adanya keanekaragaman dan tekanan lingkungan yang sedang, dan tidak adanya dominasi tutupan karang tertentu. Parameter kualitas air laut memperlihatkan masih dalam ambang batas normal untuk kehidupan karang. Faktor antropogenik berupa kegiatan pariwisata, penambangan karang, pengeboman dan pengoperasian kapal di daerah terumbu karang diduga berperan terhadap kerusakan karang di Pulau Tidung. Pengelolaan terumbu karang di Pulau Tidung telah diatur melalui beberapa peraturan baik secara nasional maupun oleh pemerintah setempat, namun pelaksanaannya belum optimal sehingga diperlukan implementasi kebijakan yang lebih baik dengan menerapkan program kesadaran masyarakat, penegakan hukum dan peran masyarakat secara aktif dalam mengelola sumberdaya laut.

Coral reef resources in Tidung Island has been used by local people for various purposes. At this time most of local people working as a travel provider or tourist guide. The existence of tourist activities in Tidung Island that utilizes the exotic of coral reefs affect the condition of coral reefs in this area. Observation method to observe the level of coral damage is Line Intercept Transect and environmental factors observed by measuring several water quality parameters. Socio-economic and management aspects examined from existing regulations and interviews with local people and tourists. The aim of this study is to discuss the coral condition and the causes of coral degradation including anthropogenic factors, non-anthropogenic and management of coral reefs in Tidung Island, Seribu Islands, north off Jakarta. Several factors were observed, namely the condition of waters, coral reefs, and social aspects and management. Water conditions include temperature, brightness, speed of flow, pH, salinity, phosphate and nitrate, and the condition of coral include life form percentage, index of diversity, and dominance index. The research was conducted during June to August 2011. The results show that the condition of coral reefs in Tidung Island was categorised bad condition to moderate with the percentage of life form ranges between 21.41% - 30.19%. Index of diversity ranged from 2.0423 to 2.1495 and dominance index ranged between 0.1433 to 0.1466. These showed ​​that the level of diversity and environmental pressures are medium, and has no a spesific type of coral cover that dominates in coral reefs. Water quality parameters are still within normal limits for coral life. Anthropogenic factors such as tourism, mining coral, destructive fishing (bombings) and the operation of ships in coral reef are thought to contribute to destruction of coral reef in Tidung Island. Management of coral reefs in Tidung Island has been governed by several regulations by both national and local government, but the implementation has not been optimized so the implementation of better policies by implementing public awareness programs, law enforcement and community participation in managing marine resources is needed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faza Fadhilah
"Penelitian mengenai mikroplastik pada karang marga Acropora meja dan bercabang life form tabulate dan branching, di perairan Pulau Rambut, Kepulauan Seribu pada April 2018. Penelitian bertujuan mengetahui jenis mikroplastik pada karang dan air laut, menghitung jumlah mikroplastik terbanyak yang ditemukan pada kedua tipe karang dan mengetahui korelasi mikroplastik pada air dan karang, mengetahui korelasi antara luasan karang dan mikroplastik pada karang dan mengetahui korelasi antara jumlah polip dan mikroplastik pada karang. Penelitian dilakukan dengan mengambil fragmen karang berukuran 2-3 cm dan air pada kedalaman 3 meter. Mikroplastik pada air diidentifikasi dengan ditambahkan larutan NaCl, sedangkan pada karang, sampel karang dikocok dalam air laut dan direndam dalam asam nitrat 3 selama 72 jam. Mikroplastik kemudian diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x10. Hasil pencacahan menunjukkan rata- rata jumlah mikroplastik pada air sebesar 76.083 partikel/L. Pada sampel karang hasil pengocokkan didapatkan rata-rata jenis mikroplastik sebesar 16.007 partikel/cm2 Karang bercabang dan 31.482 partikel/cm2 Karang meja. Pada sampel karang hasil rendaman didapatkan rata-rata jenis mikroplastik sebesar 101 partikel/polip Karang Meja dan 51 partikel/polip Karang Bercabang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik yang ditemukan pada air dan karang, yaitu film, fiber dan fragment dan jenis film memiliki jumlah tertinggi di air dan karang marga Acropora meja dan bercabang. Berdasarkan uji korelasi spearman, adanya korelasi jenis mikroplastik pada air dan karang marga Acropora meja dan bercabang. Begitu pun, adanya pengaruh luasan karang dan jumlah polip karang dengan jenis mikroplastik yang berada di karang. Uji FTIR dilakukan untuk membuktikan bahwa mikroplastik yang ditemukan berasal dari plastik dengan melihat polimer penyusunnya. Hasil uji FTIR, yaitu low density polyethylene LDPE film dan polyethylene terephthalate PET fragment dan fiber.

The study of microplastic in Acropora corals life form tabulate and branching at Rambut Island Waters, April 2018. This study was aimed to discover type of microplastic in saltwater and corals, determine total great quantities of microplastic in two types corals, discover correlation of microplastic in saltwater and corals, discover correlation of corals area and microplastic in corals and discover correlation of total polyp corals and microplastic in corals. This study took fragment corals with 2 mdash 3cm length collected at 3 meters depth. Microplastic discovered from salt water with add NaCl solutions and the Acropora corals fragments by shake in salwater and soak in 3 nitrit acid solution for about 72 hours. Microplastic were observed under a microscope with 10 x 10 magnification. The result obtained average total of microplastic in salt water at 507.222 particle L. Corals sample was shake obtained average of microplastic at 16.007particle cm2 life form branching and 31.482 particle cm2 life form tabulate. Corals sampel was soak obtained average total of microplastic at 101 particle polyp life form tabulate and 51 particle polyp life form branching.
The results of this study indicated that the microplastic were observed, that is film, fiber and fragment and film has the highest average total. Based on component of Spearman correlation, that method showed correlation the type of microplastic in saltwater and Acropora corals life form tabulate and branching. Another results of this study showed that the microplastic were influence of the corals extended and total of polyp corals with total types of microplastic in corals. microplastics in salt water with corals, the results showed occurs positive correlation types of microplastic film and fragment. FTIR method indicated that the polymer microplastic originated from plastic. The Result of FTIR method, that are low density polyethylene LDPE film dan polyethylene terephthalate PET fragment dan fiber.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhan Kemal Pudjiarto
"Penelitian mengenai zooxanthellae pada koloni karang keras yang terinfeksi Black Band Disease (BBD) dan White Syndrome (WS) di Pulau Pahawang Besar dan Pulau Kelagian Kecil, Lampung, telah dilakukan pada tanggal 5--10 Agustus 2015. Penelitian bertujuan untuk menginventarisasi koloni karang yang terinfeksi kedua penyakit berdasarkan marga dan lifeform, menghitung kelimpahan zooxanthellae pada koloni karang keras yang terinfeksi, serta mengetahui parameter lingkungan yang memengaruhi keberadaan penyakit berdasarkan kelimpahan zooxanthellae. Penelitian dilakukan dengan mengambil fragmen karang yang terinfeksi BBD dan WS seluas 2 cm2 di kedalaman 1, 5, dan 10 meter. Zooxanthellae dikeluarkan dari fragmen karang dengan cara dipanaskan pada suhu 85o C selama 20 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BBD dan WS ditemukan menginfeksi koloni karang dari marga Montipora, Pachyseris, dan Echinopora. Koloni karang yang terinfeksi BBD memiliki penurunan persentase kelimpahan zooxanthellae yang lebih tinggi dibandingkan dengan koloni karang yang terinfeksi WS. Berdasarkan hasil AKU dan AFK, BBD dipengaruhi oleh arah dan kecepatan arus, DO, suhu, serta intensitas cahaya; sedangkan WS dipengaruhi oleh arah dan kecepatan arus, DO, pH, nitrat, salinitas, serta fosfat.

Research on the study of zooxanthellae in hard coral colony which is infected by Black Band Disease (BBD) and White Syndrome (WS) has been conducted on August, 5--10th 2015 at Pahawang Besar Island and Kelagian Kecil Island, Lampung. The research objectives were to invent coral colony which infected by BBD and WS based on genus and lifeform, to count the abundance of zooxanthellae in infected hard coral colony, and to observe the environmental factors which affect disease by the abundance of zooxanthellae. Research was conducted by collecting 2 cm2 coral fragments in one, five, and ten meter depths. Zooxanthellae expelled from coral fragments by heating up to 85oC for 20 minutes. Results showed the coral colony which infected by BBD and WS were from the genus of Montipora, Pachyseris, and Echinopora. BBD infected-coral colony showed higher reduction of zooxanthellae?s abundance, compared to WS infected-coral colony. Based on PCA and CA, results showed that BBD is affected by the current direction and velocity, DO, temperature, and light intensity; while WS is affected by the current direction and velocity, DO, pH, nitrates, salinity, and phosphates.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
S65175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athiyya Nasywa
"Penelitian eksperimental yang bertujuan untuk menguji aktivitas antifeedant dan mengamati respons ikan karang pada uji antifeedant ekstrak kasar spons Axinyssa sp. telah dilakukan pada tanggal 3--11 Mei 2017 di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sampel spons Axinyssa sp. diekstrak dengan menggunakan metanol, kemudian dicampurkan dengan jeli dan pelet komersil pada konsentrasi yang sama dengan konsentrasi alaminya yaitu 29 mg/mL. Uji antifeedant dilakukan terhadap pelet pakan kontrol dan perlakuan di rataan terumbu karang di dekat Dermaga Pulau Pramuka pada kedalaman 3--4 m.
Hasil analisis data menggunakan uji statistik chi-square pada taraf signifikansi 0,01 menunjukkan bahwa ekstrak kasar spons Axinyssa sp. memiliki aktivitas antifeedant dan menunjukkan respons yang spesifik pada ikan-ikan karang meliputi respons ikan karang yang mengalami kontak dengan pelet pakan perlakuan, dan respons ikan karang yang tidak mengalami kontak dengan pelet pakan perlakuan.

An experimental study aimed at testing antifeedant activity and observing the response of reef fishes on antifeedant assay of crude extract from Axinyssa sp. sponge was conducted on May 3rd 11th 2017 in Pramuka Island Waters, Seribu Islands, DKI Jakarta. The Axinyssa sp. sponge sample was extracted by using methanol, then mixed with jelly and commercial pellets at the same concentration with its natural concentration of 29 mg mL. The antifeedant assay was performed on control feed pellets and treatments on the coral reef near the Pramuka Island Pier at a depth of 3 4 m.
The result of data analysis using chi square statistic test at significance level of 0,01 indicates that Axinyssa sp. sponge crude extract has antifeedant activity and shows specific responses to reef fishes including response of reef fishes contact with feed treatment pellets, and response of reef fishes that are not in contact with feed treatment pellets.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Kurniawan
"Tingginya perubahan fisik kelautan yang terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir di Gugusan Pulau Pari berpengaruh terhadap degradasi terumbu karang di dalamnya. Gugusan Pulau Pari merupakan kumpulan dari pulau-pulau sangat kecil yang termasuk tipe pulau karang timbul dan pulau daratan rendah (low islands), terdiri dari Pulau Pari, Kongsi, Tengah, Kudus dan Burung pada posisi 50 51? 28?-50 51? 32? LS dan 1060 37? 00?-1060 41? 20? BT. Penelitian ini dilakukan melalui interpretasi citra Landsat dengan formula Lyzenga, dan variabel fisik kelautan seperti suhu, salinitas, kecerahan, arus dan sedimentasi serta variabel sosial dan ekonomi dipadukan dengan survei lapangan. Penelitian ini mengungkapkan pola sebaran terumbu karang sehat dan terdegradasi serta keterkaitan faktor fisik perairan dan sosial ekonomi terhadap degradasi terumbu karang. Analisa yang digunakan adalah analisa spasial dengan variabel fisik perairan dan kondisi sosial ekonomi. Penelitian ini menunjukkan bahwa persebaran terumbu selama kurun waktu 2004 hingga 2014 tidak mengalami perubahan. Namun, persebaran terumbu karang yang terdegradasi mengalami peningkatan. Jumlah terumbu karang mati lebih tinggi dibandingkan populai terumbu karang yang sehat. Faktor yang berpengaruh terhadap degradasi terumbu karang yaitu tingginya kualitas fisik perairan berupa suhu, kecerahan, arus permukaan air laut serta kedangkalan perairan dengan kedalaman kurang dari 3 meter di atas permukaan laut. Faktor lain yang juga mempengaruhi degradasi terumbu karang yaitu meningkatnya aktivitas bahari dan semakin ramainya lalu lintas perairan.

The high physical changes that occur in the ocean over the last 10 years in the Group of Pari Island effect on coral reef degradation in it. Group of Pari Island is a collection of very small islands that include the type of coral islands and islets arise lowland (low islands), consisting of Pari Island, Kongsi, Tengah, Kudus and Burung in position 50 51? 28?-50 51? 32? South Latitude and 1060 37? 00?-1060 41? 20? East Longitude. This research was conducted through the interpretation of Landsat imagery with formula Lyzenga and marine physical variables such as temperature, salinity, brightness, currents and sedimentation as well as social and economic variables combined with field surveys. This study reveals the distribution pattern of healthy and degraded coral reefs as well as linkages to physical factors and socio-economic waters to coral reef degradation. The analysis used is a spatial analysis of the physical variables waters and socio-economic conditions. This study shows that reefs spread over the period 2004 to 2014 has not changed. However, the spread of degraded reef has increased. Number of dead coral reefs is higher than populai healthy coral reefs. Factors affected to the degradation of coral reefs in the high physical quality of water in the form of temperature, brightness, sea currents and the shallowness of the waters with a depth of less than 3 meters above sea level. Other factors that also affected the degradation of coral reefs are increasing maritime activity and traffic increasingly crowded waters."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T44839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Widya
"ABSTRAK
Observasi pada kompetisi interspesifik antara Callyspongia aerizusa dan Karang Scleractinia telah selesai di Kepulauan Seribu Jakarta dengan menggunakan teknik penyelaman SCUBA. Saat penelitian ditemukan spons Callyspongia aerizusa yang menempel atau tumbuh berdekatan dengan Karang Scleractinia yang menyebabkan nekrosis pada polip karang Scleractinia. Untuk menganalisa apakah spons Callyspongia aerizusa menghasilkan senyawa kimia yang menyebabkan nekrosis pada polip karang Scelaractinia, maka 1 liter sampel air laut yang berada di antara spons dan karang di ambil dengan menggunakan peralatan berupa syringe yang terdapat kertas saring didalamnya, berikut dengan sampel spons Callyspongia aerizusa. Sampel air laut di ekstraksi dengan ekstraksi cair-cair menggunakan etil asetat, sedangkan sampel spons di ekstraski menggunakan etil asetat dengan metode maserasi. Masing-masing ekstrak diuapkan menggunakan rotary evaporator dan dianalisis menggunakan HPLC Kolom RP. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak air laut mengandung 4 senyawa utama yang muncul pada Retention Time RT 30.52, 35.96, 37.17, dan 38.79. Senyawa utama tersebut juga ditemukan pada ekstrak spons dengan Retention Time RT yang hampir sama.Hal tersebut menunjukan bahwa spons Callyspongia aerizusa mengeluarkan senyawa kimia ke air laut dalam upaya berkompetisi dengan karang Scleractinia.

ABSTRACT
Observation on the interspecific competition between Callyspongia aerizusa sponge and scleractinian coral was done at Kepulauan Seribu, Jakarta by SCUBA diving. It was observed that Callyspogia sp sponge attached to or grew nearby the scleractinian coral that caused necrosis to the scleractinian polyps. To analyze whether Callyspongia aerizusa sponge released allelochemical that caused the necrosis of scleractinian polyps, 1 liter of sea water in between sponge and coral was taken by syringe equipped with filter paper along with the Callyspongia aerizusa sponge sample. The seawater was extracted with liquid liquid extraction using ethyl acetate while the sponge sample was extracted with ethyl acetate as well by maceration method. Each extracts was dried with vacuum rotary evaporator and analyzed with HPLC RP column. The result showed that the sea water extract contain 4 major compounds at RT 30.52, 35.96, 37.17, and 38.79 that were also found in the sponge extract. This suggests that Callyspongia aerizusa sponge release allelochemicals into sea water to compete and kill the scleractinian coral."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Annisa
"Pengujian aktivitas antifeedant dari ekstrak metanol Culcita novaeguineae telah dilakukan di terumbu karang buatan, Perairan Pulau Pramuka, selama tujuh hari berturut-turut. Metode penelitian adalah ekstraksi dengan maserasi menggunakan metanol, selanjutnya ekstrak metanol dicampurkan dengan makanan ikan komersial dan jeli untuk dilakukan uji lapangan. Konsentrasi fisiologis ekstrak Culcita novaeguineae yang diperoleh adalah 0,014 g/ml, sedangkan persentase ekstrak metanol Culcita novaeguineae yaitu 1,7%. Uji lapangan dilakukan dengan menambatkan tali propilen pada terumbu karang buatan. Data pengujian antifeedant yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis chi-square. Hasil perhitungan chi-square menunjukkan terdapat asosiasi antara pakan perlakuan dengan perilaku memakan ikan sebesar 180,3. Dengan demikian, ekstrak metanol Culcita novaeguineae memiliki sifat antifeedant.

Antifeedant activity assay of methanol extract from Culcita novaeguineae has been done in artificial reefs, Pramuka Island water, for seven days. The method used is extraction by maceration with methanol, furthermore, methanol extract was mixed with commercial fish food and jelly for field experiment. Physiological concentration of extract Culcita novaeguineae obtained was 0.014 g / ml, whereas the percentage from methanol extract of Culcita novaeguineae was 1,7%. Field experiment conducted with propylene strap that tethered on artificial reefs. The data of antifeedant assay in field obtained were analyzed using chi-square test. Calculation showed there is association between artificial food and feeding behavior from fish with value 180,3. The result evince that methanol extract of Culcita novaeguineae have antifeedant activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>