Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167274 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sorayya
"Ada beberapa peran yang terdapat dalam perilaku bullying, yaitu sebagai pelaku, korban dan saksi. Salah satu peran yang memiliki pengaruh untuk menghentikan terjadinya bullying adalah sebagai saksi yang biasanya disebut dengan bystander. Penelitian ini ingin melihat pengaruh dari self-esteem seseorang terhadap respon sebagai bystander yang ditunjukkan. Respon yang ingin dilihat terdiri dari tiga kategori yaitu defender, follower, dan outsider.
Partisipan dalam penelitian ini adalah 200 orang siswa tingkat Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Depok. Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah Rosenberg Self-Esteem Scale (RSE) untuk mengukur self-esteem dan alat ukur modifikasi dari Gini, Pozolli, Borghi, dan Franzoni (2008) untuk mengukur respon sebagai bystander.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari self-esteem terhadap respon bystander baik sebagai defender, follower, maupun outsider. Penelitian berikutnya disarankan untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh dan terkait baik dengan self-esteem maupun respon bystander.

There are several roles in bullying behavior, as bullies, victims and bystander. One of the roles that have influence to stop bullying is usually called as a bystander. This study wanted to see the effect of a person's self-esteem as a bystander response indicated. Who want to see the response consists of three categories: defender, follower, and outsider.
Participants in this study were 200 high school-level students and vocational school in Depok. Measuring instruments used for data collection is the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSE) to measure self-esteem and measuring instrument modification of the Gini, Pozolli, Borghi, and Franzoni (2008) to measure the response as a bystander.
The results obtained indicate that there is no significant influence of the self-esteem of the bystander response either as a defender, follower, or outsider. Subsequent research suggested to consider other factors that may influence and related well with selfesteem or bystander response.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Natasha Sudja
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan antara Self-Disclosure dan Self-Esteem pada Mahasiswa Psikologi Program Sarjana. Pengukuran self-disclosure menggunakan alat ukur Jourard Self- Disclosure Questionnaire yang dikembangkan oleh Jourard pada tahun 1958 dan pengukuran self-esteem menggunakan alat ukur Rosenberg Self- Esteem Scale yang dikembangkan oleh Rosenberg pada tahun 1965. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 177 mahasiswa jenjang sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia angkatan 2009, 2010, 2011, dan 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara self-disclosure dan self-esteem pada mahasiswa psikologi program sarjana [r= -0.015, p > 0.05, two-tailed].

This research is conducted to find the relationship between selfdisclosure and self-esteem among psychology undergraduate students. In this research, self-disclosure is measured using a modification instrument named Jourard Self-Disclosure Questionnaire that originally constructed by Jourard at 1958 and self-esteem is measured using a modification instrument named Rosenberg Self-Esteem that originally constructed by Rosenberg at 1965. The participants of this research are 177 psychology undergraduate students University of Indonesia from years 2009, 2010, 2011, dan 2012. The main results of this research show that no correlation significantly between self-disclosure and self-esteem among psychology undergraduate students [r= -0.015, p > 0.05, two-tailed]."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richard Antoni
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh Persepsi Akan Ancaman (Perceived Threat) atas Harga Diri (Self-esteem) pada Intensi Bergosip. Pengukuran perceived threat to self-esteem dilakukan dengan menggunakan self-report scale atas skenario eksperimen yang diberikan kepada para partisipan dengan skala likert 6, dan pengukuran intensi bergosip menggunakan adaptasi alat ukur tendency to gossip scale (Massar et al., 2011).
Partisipan berjumlah 120 mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia yang sudah berkuliah sekurang-kurangnya 1 (satu) semester dan aktif bersosialisasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh positif yang signifikan antara perceived threat to self-esteem pada intensi bergosip pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia (t = 24.869; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, ketika seseorang mempersepsikan adanya ancaman atas harga dirinya, maka semakin ia merasakan intensi untuk bergosip.

This research was conducted to find the effect of perceived threat to self-esteem on intention to gossip. Perceived Threat to Self-esteem was measured with a 6 likert scale self-report inventory on the experiment scenarios that was given to the participants. Intention to Gossip was measured using an inventory named Intention to Gossip scale which is a modified inventory from Tendency to Gossip (Massar et al.,2011).
The participants of this research were 120 University of Indonesia Faculty of Law students who have studied for at least 1 (one) semester and actively socializing.
The main results of this research show that perceived threat to self-esteem has a significant positive effect on intention to gossip (t = 24.869; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). This research’s result shows that, when someone perceived that their self-esteem being threatened, they will feel higher intention to gossip.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerry Olvina Faz
"Tesis ini membahas mengenai penerapan program cognitive behavioral therapy yang didasarkan pada program think good feel good untuk melihat peningkatan self esteem pada remaja putera dengan perilaku menarik diri. Penelitian ini merupakan penelitian single case dengan desain pre test-intervensi-post test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CBT ini mampu mengubah core beliefdan akhirnya meningkatkanself esteem remaja dengan perilaku menarik diri. Terdapat beberapa saran yang dikemukakan di dalam penelitian ini yaitu terkait dengan perlunya psikoedukasi bagi orangtua dan menjadikan orangtua sebagai co-terapis sehingga meski program berakhir klien tetap mendapatkan dukungan secara sosial.

The thesis deals with cognitive behavioral therapyprogram application which is based on think good feel good program in order to observe enchanced self-esteemof male adolescent with withdrawal behavior. Research currently held during the thesis preparation is of single case with pre-test-intervention-post-test design. Results obtained reveals that the CBT program is capable of modifying the core belief and thereby enhancing self-esteem of male adolescent with withdrawal behavior. Several suggestions are, then, offered, including parents requiring to have psychoeducation and act as co-therapist that will be continuously providing social support to clients despite the program is terminated."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41756
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laili Kurnia
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara self esteem dan compulsive buying pada wanita dewasa muda. Compulsive buying merupakan perilaku belanja yang tidak terkontrol, berulang-ulang, dan memiliki dorongan kuat untuk berbelanja yang dianggap sebagai cara untuk menghilangkan perasaan negatif seperti stress dan kecemasan. Sementara self esteem adalah penilaian yang diberikan seseorang terhadap dirinya yang diekspresikan melalui sikap menerima atau menolak dirinya sehingga terlihat sejauhmana individu meyakini bahwa dirinya mampu, penting, sukses, dan berharga. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan 2 instrumen pengukuran yang mengukur self esteem dan compulsive buying. Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 105 orang wanita dewasa muda dengan rentang usia 20 ? 40 tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara self esteem dan compulsive buying pada wanita dewasa muda, dengan nilai r = -0.416.

The current study examined the relationship between self esteem and compulsive buying among young adulthood women. Compulsive buying is a shopping behavior in which the afflicted consumer has overpowering, uncontrollable, chronic, and repetitive urge to shop as a means of alleviating negative feelings of stress and anxiety. Meanwhile, self esteem is the evaluation a person makes of her/himself, expressed an attitude of approval or disapproval and indicates whether or not the person believes her/himself to be capable, significant, successful, and worthy. Using quantitative method, self esteem and compulsive buying instruments have been developed and given to 105 young adulthood women. Result indicated that there are negative and significant relationship between self esteem and compulsive buying among young adulthood women, with r = -0.416."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Aidina
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai efektivitas penerapan prinsip-prinsip Child-Parent Relationship Therapy (CPRT) dalam meningkatkan selfesteem pada anak usia sekolah. Penelitian ini berbentuk single-case design yang melibatkan seorang anak perempuan berusia 7 tahun 6 bulan dengan tingkat self-esteem yang rendah dan ibunya. Intervensi ini mengajarkan ibu untuk memperbaiki hubungannya dengan anak sehingga dapat meningkatkan self-esteem anak. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan Porter Parental Acceptance Scale (PPAS) serta hasil observasi terhadap interaksi ibu dan anak melalui Measurement of Empathy in Adult-Child Interaction (MEACI). Keberhasilan Child-Parent Relationship Therapy (CPRT) terlihat dari perubahan skor pada Behavior Checklist Borba-Self Esteem Tally (B-SET) dan penurunan skor masalah anak pada Child Behavior Checklist (CBCL). Hasil penelitian menunjukkan penerapan CPRT efektif meningkatkan self-esteem anak usia sekolah pada seluruh komponennya.

This study was conducted to get an overview of the implementation principles of ChildParent Relationship Therapy (CPRT) in improving self-esteem in a school-aged child. This study is a single-case design involving a 7-year-6-month-old girl with low selfesteem level and her mother. This intervention teaches the mother to improve her relationship with her child to enhance her child's self-esteem. Measurement of this study conducted by Porter Parental Acceptance Scale (PPAS) and observation result of mother and child interactions through Measurement of Empathy in Adult-Child Interaction (MEACI). In addition, Successful intervention with Child-Parent Relationship Therapy (CPRT) can be seen from the changes in the Behavior Checklist of Borba-Self Esteem Tally (B-SET) and decrease on child's problem scores in Child Behavior Checklist (CBCL). The results show that the application of CPRT effectively increases the selfesteem of school-aged child in all its components."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T49051
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulli Aliati
"Sekolah merupakan institusi yang membantu seseorang mencapai perkembangan fisik dan emosional, intelektual, vokasional, sosial, estetika dan moral (Mok & Flynn, 1997). Bagi remaja, sekolah berperan untuk membentuk dirinya. Pada saat seseorang berada di usia remaja, ia duduk di bangku SMP dan SMA Salah satu hal yang berpengaruh dalam kepribadian seseorang adalah harga diri. Harga diri adalah keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya berharga, penting, mampu menghadapi tantangan dalam hidup, serta layak mendapatkan kebahagiaan (Coopersmith, 1967). Tinggi rendahnya harga diri seseorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan kehidupan. Apabila seseorang rrjemiliki harga diri tinggi, maka ia akan melihat kehidupannya secara lebih positif (Frey & Carlock, 1983). Ketika seseorang memandang sekolahnya secara positif maka tingkat kualitas kehidupan sekolahnya pun diperkirakan positif.
Kualitas kehidupan sekolah adalah persepsi siswa mengenai aspek formal dan informal dari sekolah, pengalaman sosial dan pengalaman yang berhubungan dengan fiigas dan hubungan individu dengan figur otoritas di sekolah serta dengan teman-temannya (Schmidt, 1999). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan kualitas kehidupan sekolah. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMA dengan jumlah 69 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik non-probability sampling, yaitu incidental sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner berbentuk skala.
Untuk mengukur kualitas kehidupan sekolah, digunakan alat ukur yang disusun oleh peneliti dengan aspek psikososial, aspek fisik, aspek pembelajaran dan aspek organisasional. Untuk mengukur harga diri, digunakan alat ukur yang disusun berdasarkan SelfEsteem Inventory (SEI) oleh Coopersmith yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian ini dengan domain orang tua, domain teman sebaya, domain sekolah dan domain umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan kualitas kehidupan sekolah pada siswa kelas 2 SMA. Artinya hipotesa alternatif diterima dan hipotesa nul ditolak, nilai korelasi (r) adalah 0, 449, dan signifikan pada los 0.05. Harga diri individu memiliki hubungan yang resiprokal dengan kualitas kehidupan sekolah.
Kepuasan yang dirasakan siswa terhadap kehidupan sekolahnya akan membawa dampak pada harga diri siswa. Demikian pula dengan harga diri yang dimiliki siswa, dengan harga diri yang dimiliki, cara pandang siswa terhadap sekolahnya akan berbeda-beda sesuai dengan tingkatan harga dirinya. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan melihat hubungan antara setiap domain harga diri dengan setiap aspek pada kualitas kehidupan sekolah. Untuk saran praktis, diharapkan agar guru dan penyelenggara pendidikan lebih memperhatikan harga diri siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sekolah. Untuk orang tua diharapkan agar orang tua mempunyai hubungan yang baik dengan anak. Hubungan orang tua dengan anak yang baik dapat membuat harga diri anak meningkat Sedangkan untuk konselor agar dapat membantu anakanak yang mempunyai harga diri yang rendah agar mereka dapat berkembang lebih baik dan menikmati kehidupan sekolahnya secara positif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3599
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Widiyanti
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara harga diri akademik, kreativitas dengan prestasi belajar anak usia 10-12 tahun. Latar belakang peneliti melakukan penelitian ini berdasarkan rendahnya mutu pendidikan sekolah dasar di Indonesia. Rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari salah satu indikator yaitu rendahnya prestasi belajar siswa. Sedangkan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Windham (1990) antara lain adalah karakteristik siswa.
Menurut Ziller (1984), harga diri akademik sebagai salah satu aspek karakteristik siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar, begitu pula yang dikemukakan Pujiyogyanti (1985) bahwa banyak siswa yang mengalami kegagalan dalam pelajaran bukan hanya disebabkan oleh tingkat inteligensi yang rendah atau keadaan fisik yang lemah, tetapi dapat disebabkan oleh adanya perasaan tidak mampu untuk melakukan tugas.
Aspek karakteristik siswa lainnya adalah kreativitas. Sebagaimana yang dikatakan oleh beberapa ahli bahwa kreativitas merupakan faktor penting dalam kehidupan. Utami Munandar (1999) mengemukakan mengapa kreativitas begitu bermakna dalam hidup, antara lain karena kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini tak dapat dipungkiri bahwa kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan bare, dan teknologi baru.
Penelitian dilakukan kepada siswa SD kelas tinggi pada satu sekolah dasar di DKI dengan jumlah responden 47 siswa. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan yang signifikan antara harga diri akademik dengan prestasi belajar siswa usia 10-12 tahun.
2. Ada hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan prestasi belajar anak usia 10-12 tahun.
3. Besarnya kontribusi antara harga diri akademik, kreativitas terhadap prestasi belajar pada anak usia 10-12 tahun
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tujuh instrumen, yaitu : 1) kuesioner harga akademik, 2) tes kreativitas verbal, 3) hasil raport cawu tiga, 4) tes intelegensi sebagai data pendukung, 5) format observasi Iingkungan sekolah, 6) format identitas siswa dan latar belakang keluarga, dan 7) format wawancara dengan orang tua siswa.
Untuk membuktikan hipotesis diatas, analisis data yang dilakukan menggunakan perhitungan secara statistik dengan teknik yang digunakan adalah product moment pearson, untuk menjawab hipotesis 1 dan 2. Sedangkan untuk menjawab hipotesis 3 yaitu besamya kontribusi variabel harga diri akademik dan kreativitas terhadap variabel prestasi belajar, peneliti menggunakan teknik analisis regresi linear ganda.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer, yaitu program SPSS. Dari hasil analisis tersebut dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara harga diri akademik dengan prestasi belajar anak usia 10-12 tahun. Nilai koefisien korelasi -0.007 (jauh lebih rendah dari batas toleransi 0.5) dengan tingkat probabilitas 0.951 (jauh diatas batas toleransi 0.05). Dengan demikian hipotesis altematif pertama (Ha 1) ditolak, dan hipotesis null pertama (Ho 1) diterima.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas anak dengan prestasi belajar anak usia 10-12 tahun, dengan nilai koefisien korelasi 0,579 (berada diatas batas toleransi 0.5) dan nilai probabilitas 0.000. Dengan demikian hipotesis altematif kedua (Ha 2) diterima dan hipotesis null kedua (Ho 2) ditolak.
3. Terdapat kontribusi antara harga diri akademik dan kreativitas terhadap prestasi belajar anak usia 10-12 tahun dengan diperolehnya besaran kontribusi 30.7% dari gabungan variabel harga diri akademik dan variabel kreativitas secara simultan terhadap prestasi belajar.
Dari hasil penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan bahwa : Ha 1 ditolak, Ha 2 diterima, dan Ha 3 diterima. Ditolaknya hipotesis alternatif satu, yaitu adanya hubungan yang signifikan antara harga diri akademik dengan prestasi belajar karena diperoleh hasil pada beberapa subyek yang memiliki skor nilai akademik tinggi justru cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah. Hal ini kemungkinan terjadi karena subyek dalam melakukan penilaian harga diri akademik, tidak mengisi berdasarkan keadaan diri yang sebenarnya melainkan berdasarkan, keadaan diri sebagaimana ia harapkan. Faktor penyebab terjadinya hal tersebut dapat disebabkan karena alat ukurnya yang masih memiliki kelemahan baik dalam bentuk, tata bahasa, atau pernyataan-pemyataan yang tidak relevan.
Pembahasan kesimpulan hasil penelitian akan diuraikan dalam diskusi dan diikuti dengan saran-saran yang terkait dengan variabel penelitian, saran praktis, dan saran kebijakan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T18527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Judyca Sarinah
"Masalah kemandirian dapat mempengaruhi munculnya masalah harga diri pada lansia. Hal itu disebabkan karena adanya etiologi intrinsik seperti kondisi fisik, kognitif, dan jiwa serta persepsi negatif lansia dan etiologi ekstrinsik seperti suasana tinggal di panti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik responden usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan kondisi kesehatan, tingkat kemandirian melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, tingkat harga diri, dan hubungan antara tingkat kemandirian melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan tingkat harga diri lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan pada 75 responden dengan panduan instrumen Barthel Index dan Rosenberg Self-Esteem Scale dengan desain cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukkan 76 tergolong mandiri, 56 memiliki harga diri tinggi, dan tidak ada hubungan antara tingkat kemandirian melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan tingkat harga diri p value 0,051; CI 95 . Penelitian berikutnya disarankan untuk meneliti hubungan antara tingkat kemandirian melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dasar dan aktivitas kehidupan sehari-hari instrumental dengan tingkat harga diri pada lansia di panti sosial yang berbeda.

The independence problem can affect self esteem problem in elderly. It is caused by intrinsic etiologies such as the physical, cognitive, and mental conditions and the negative perception of elderly and extrinsic etiology namely the situation about living in elderly institution. The purpose of this research is to identify the characteristics of participants age, gender, education level, and health condition, the independence level of doing activities daily of living, the self esteem level, and the correlation between the independence level of doing activities daily of living with the self esteem level of elderly in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 South Jakarta. This research was done for 75 participants by using Barthel Index and Rosenberg Self Esteem Scale with cross sectional design.
The result shows 76 participants are independent, 56 participants have high self esteem, and there is not correlation between the independence level of doing activities daily of living with the self esteem level p value 0,051 CI 95 . The next research is recommended to identify the correlation between the independence level of doing basic and instrumental activities daily of living with the self esteem level in different social elderly institution.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tracy Yoanna
"ABSTRAK
Menurut Drake dan Yadama (1996), pekerja sosial yang bergerak dalam isu anak merupakan
salah satu profesi yang amat rentan mengalamii burnout. Karakter pekerjaan pendampingan anak
yang menguras fisik dan emosi seringkali mengakibatkan stres berkepanjangan, hingga
menyebabkan pekerja hilang semangat, motivasi dan komitmen (Bakker, Killmer, Slegrist &
Raufel 2000). pendamping di Social Development Center (SDC), Bambu Apus pun mengalami hal
yang sama. Mereka mengalami burnout, ketika harus menghadapi sekitar 100 anak jalanan yang
berasal dari rumah singgah di berbagai kota di Indonesia dan masih harus mengurus masalah
administrasi, pencairan anggaran dan pelaporan kantor SDC sehari-hari. Intervensi ini bertujuan
untuk mengurangi burnout yang dialami pekerja dan pendamping anak di SDC dengan cara
meningkatkan Appraisal dan Esteem Support dari sesama rekan pekerja dan pendamping anak,
menggunakan metode Appreciative Inquiry. Intervensi dilakukan pada 16 pekerja dan pendamping
anak di SDC. Dasar teori untuk intervensi adalah teori Appraisal dan Esteem Support yang
diimplementasikan melalui metode Appreciative Inquiry Summit. Appreciative Inquiry terdiri dari
empat tahap yaitu, discovery, dream, design, dan destiny. Hasil menunjukkan terdapat peningkatan
pada appraisal dan esteem support, serta penurunan pada burnout. Hasil penelitian diharapkan
menambah masukan bagi pekerja sosial yang bergerak di pendampingan anak jalanan, lembaga
pendampingan dan pengasuhan anak jalanan serta Kementerian Sosial, sebagai lembaga pemerintah
yang bertanggung jawab pada permasalahan anak jalanan di Indonesia. Disamping itu, diharapkan
untuk memperkaya kepustakaan tentang burnout dalam lingkup intervensi sosial, khususnya, dan
psikologi sosial pada umumnya."
2012
T30685
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>