Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156840 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Jauhari Rakhman
"Telah dilakukan penelitian untuk mendeteksi Shiga Toxin-producing Escherichia coli (STEC) pada daging Perna viridis (kerang hijau) dan Anadara granosa (kerang darah) yang berasal dari pasar tradisional, swalayan, dan tempat budidaya kerang di Cilincing serta Muara Kamal. Rangkaian uji yang digunakan adalah Multiple Tube Fermentation (MTF), hemolisis dan teknik molekular untuk mendeteksi gen spesifik shiga toxin (stx1, stx2), intimin (eaeA) dan hemolisin (hlyA). Hasil uji MTF menunjukkan bahwa kandungan bakteri E. coli dalam daging kerang melebihi ambang batas keamanan pangan SNI No. 01-2729-3-2006 (> 200 MPN/100 g). Hasil uji hemolisis menunjukan bahwa 59,4 % bakteri E. coli yang diisolasi dari daging kerang mampu melisiskan sel darah merah. Gen penyandi STEC tidak ditemukan pada sampel daging kerang.

A study was carried out to detect Shiga Toxin-producing Escherichia coli (STEC) in Perna viridis (green mussel) and Anadara granosa (blood cockle) fleshs. Shellfish fleshs were obtained from traditional markets, supermarkets, and shellfish aquacultures in Cilincing and Muara Kamal. Multiple Tube Fermentation (MTF) test, hemolysis test and molecular test for shiga toxin-specific (stx1, stx2), intimin (eaeA) and hemolysin (hlyA) genes have been done. The MTF test results showed that all samples exceed the threshold of food safety SNI No. 01-2729-3-2006 (>200 MPN/100 g). Hemolysis test results showed that 59,4 % of E. coli isolated from shellfish flesh lysed the red blood cells. The genes responsible for STEC expression were not found in shellfish flesh.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilma Ruwaida Ukhrowi
"Mikroplastik dalam ekosistem laut telah menjadi perhatian global yang berkembang sekama beberapa decade terakhir. Penelitian ini menganalisis kelimpahan dan jenis mikroplastik pada kerang darah Anadara granosa, air dan sedimen dari Teluk Lada, Pandeglang, Banten. Pengambilan sampel kerang darah, air dan sedimen diperoleh dari 3 stasiun yang berbeda. Saluran pencernaan dan organ pernapasan dari kerang darah dihancurkan dengan HNO3 65%, sampel air dan sedimen dimasukkan dalam larutan NaCl jenuh. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan mikroplastik 248,5 ± 3,81 partikel/l dalam air; 169.200 ± 5.184 partikel/Kg dalam sedimen dan 618,8 ± 121,4 partikel/individu dalam kerang. Selain itu, kerang darah dari pasar tradisional sebagai control ditemukan mikroplastik sebanyak 566,7 ± 133,1 partikel/individu. Fiber merupakan jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada sampel kerang (59%), air (61%) dan sedimen (58%). Sungai sekitar mengindikasikan sebagai sumber mikroplastik yang bermuara kea rah laut. Stasiun 3 yang berjarak ± 60 m dari sungai memiliki konsentrasi mikroplastik yang lebih tinggi dibandingkan stasiun 1 dan 2 dengan rata-rata 86,17 ± 2,36 partikel/l; 62666,67 ± 1803,7 partikel/Kg dan 720 ± 131,1 partikel/individu.
Microplastic in the marine ecosystem has become a growing global concern over the past decade. This research analyzed the abundance and type of microplastic in blood cockle Anadara granosa, water, and sediment from Lada bay, Pandeglang, Banten. A sampling of the blood cockle, water and sediment were collected from 3 different stations. Digestive tracts and respiratory organs from blood cockle were destructed with HNO3 65%, water and sediment samples are mixed into concentrated NaCl solution. The results showed a microplastic abundance of 248.5 ± 3.81 particle/l in water, 169.200 ± 5.184 particle/Kg in sediment and 618.8 ± 121.4 particles/individuals in cockle. Also besides, blood cockle from traditional markets as control was found 566.7 ± 133.1 particle/individuals microplastic. Fiber is the type of microplastic that was most commonly found in samples of cockles (59%), waters (61%) and sediments (58%). The river was indicated as a microplastic source to the sea. The station 3 in ± 60 m near the river mouth has a higher microplastic concentration with an average of 86,17 ± 2.36 particle/l, 62666.67 ± 1803.7 particle/Kg and 720 ± 131.1 particle/individual, compared to station 1 and 2 which is further away from the river."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hasyim
"Pengamatan pertumbuhan kerang darah (Anadara granosa) pada salinitas kontrol (20-30 permil); 20 permil; 25 permil; 30 permil; dan 35 permil, selama sembilan minggu, yang dilakukan di laboratorium ilmu-ilmu kelautan UI-IPB Ancol, menunjukkan bahwa: salinitas yang baik untuk pertumbuhan panjang adalah 25 permil yaitu mencapai 1,93 mm; sedangkan untuk pertumbuhan lebar, terdapat pada salinitas 30 permil yaitu mencapai 0,95 mm. Pengukuran pertumbuhan (anterior-posterior untuk panjang cangkang dan doso-ventral untuk lebarnya), dilakukan seminggu sekali dengan jangka sorong. Hasil uji statistik menunjukkan adanya korelasi positif antara waktu dengan pertumbuhan. Pada kerang yang dipijahkan dengan menaik-turunkan suhu air dari 20 derajat celcius sampai 32 derajat celcius, terdapat delapan kerang yang memijah dari 14 kerang; sedangkan pemijahan rangsang dengan penambahan hidrogen peroksida (H2O2), tidak ada yang memijah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madeppungeng, Ersha Rizki
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan lokasi, jenis, dan kisaran ukuran mikroplastik yang terdapat pada insang kerang hijau Perna viridis. Penelitian ini melanjutkan hasil penelitian Fathonia (2017) mengenai kelimpahan mikroplastik pada kerang hijau dari kolam kerang hijau Kamal Muara, Jakarta Utara. Sampel kerang hijau sebanyak 10 ekor dengan ukuran sekitar 7cm. Insang kerang hijau kemudian diisolasi, baik bagian luar maupun bagian dalam dan dibuat preparat. Preparat insang tersebut kemudian ditandai pada bagian-bagian insang yang dibagi menjadi bagian posterior, anterior, proksimal, dan distal. Preparat kemudian diamati di bawah mikroskop optik cahaya. Partikel mikroplastik yang diamati dicatat posisi dan jenis mikroplastik yang ada di insang kemudian diukur menggunakan aplikasi LAZ EZ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian distal mengandung lebih banyak mikroplastik daripada bagian proksimal. Kelompok mikroplastik yang dominan terdapat pada insang kerang hijau adalah jenis serat sebanyak 44% dari total jumlah partikel yang ditemukan. Kisaran ukuran mikroplastik yang ditemukan adalah 20-4500 m.

This study aims to describe the location, type, and size range of microplastics found in the gills of the green mussel Perna viridis. This study continues the results of Fathonia's research (2017) regarding the abundance of microplastics in green mussels from the green mussel pond of Kamal Muara, North Jakarta. Samples of green mussels as many as 10 tails with a size of about 7cm. The green mussel gills were then isolated, both externally and internally and made preparations. The gill preparations were then marked on the parts of the gills which were divided into posterior, anterior, proximal, and distal parts. The preparations were then observed under a light optical microscope. The observed microplastic particles were recorded and the position and type of microplastic present in the gills were then measured using the LAZ EZ application. The results showed that the distal part contained more microplastics than the proximal part. The dominant group of microplastics found in the gills of green mussels is the type of fiber as much as 44% of the total number of particles found. The size range of microplastics found is 20-4500 m."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan beserta bentuk mikroplastik yang terakumulasi pada kerang darah Anadara granosa, air dan sedimen serta menganalisis perbedaan kelimpahan mikroplastik pada kerang darah, air, dan sedimen di Teluk Banten saat musim hujan pada tahun 2020 dan 2021. Pengambilan sampel kerang darah, air, dan sedimen dilakukan di 3 lokasi stasiun yang berbeda pada 27 Januari 2020 dan 15 Maret 2021 di musim hujan. Sampel jaringan kerang sebanyak 10 individu pada tiap stasiun dilarutkan dengan HNO3 65%. Sampel air sebanyak 20 L disaring dengan menggunakan plankton net 300 µm. Sampel sedimen diambil sebanyak 200 g dikeringkan di oven. Masing-masing sampel dijenuhkan menggunakan NaCl agar mikroplastik dapat mengapung ke atas permukaan. Masing-masing sampel (1 ml) diteteskan di atas Sedgwick Rafter Chamber untuk diamati di mikroskop dan dihitung berdasarkan bentuk partikel yang ditemui yaitu fiber, film, fragmen. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan mikroplastik tahun 2020 yang terkandung pada air sejumlah 205,55 ± 40,63 partikel L-1, pada sedimen 179.644,44 ± 37.017,07 partikel Kg-1, dan pada jaringan kerang darah 18.657,77 ± 2.979,57 partikel Ind-1. Kelimpahan miikroplastik pada tahun 2021 lebih tinggi sejumlah 219,44 ± 40,29 partikel L-1 pada air, 208.711,11 ± 25.198,70 partikel Kg-1 pada sedimen, dan 20.913,33 ± 3.532,8 partikel Ind-1 pada jaringan kerang darah.

This study aims to analyze the abundance and form of microplastics accumulated in the Anadara granosa blood clam, water and sediment and to analyze differences in the abundance of microplastics in blood, water, and sedimentary clams in Banten Bay during the rainy season in 2020 and 2021. Blood clams sampling, water, and sediment was carried out at 3 different station locations on 27 January 2020 and 15 March 2021 in the rainy season. 10 individual shellfish tissue samples at each station were dissolved with 65% HNO3. A sample of 20 L of water was filtered using a 300 m plankton net. Sediment samples were taken as much as 200 g and dried in the oven. Each sample was saturated using NaCl so that the microplastics could float to the surface. Each sample (1 ml) was dropped onto the Sedgwick Rafter Chamber to be observed under a microscope and calculated based on the shape of the particles encountered, namely fibers, films, fragments. The results showed that in 2020 the abundance of microplastics contained in water was 205.55 ± 40.63 L-1 particles, 179.644.44 ± 37.017.07 Kg-1 particles, and 18.657.77 ± 2.979.57 particles in blood clams. Ind-1 particles. The abundance of microplastics in 2021 is higher by 219.44 ± 40.29 L-1 particles in water, 208.711.11 ± 25.198.70 Kg-1 particles in sediments, and 20,913.33 ± 3,532.8 Ind-1 particles in tissue blood clams. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valencia Jane
"ABSTRACT
Latar Belakang: Organisme yang memproduksi ESBL merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Salah satu organisme yang paling sering yang menghasilkan ESBL yaitu Escherichia coli E.coli . Bakteri yang memproduksi ESBL lebih resisten terhadap antibiotik dan mengakibatkan infeksi menjadi lebih sulit untuk diobati. Di Indonesia, tidak banyak data yang memadai mengenai prevalensi E. coli yang memproduksi ESBL, terutama di Jakarta.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan laporan terkini tentang munculnya E. coli yang memproduksi ESBL di Indonesia.Metode: Isolat E. coli diambil dari berbagai sampel klinis pasien yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Klinik, Universitas Indonesia pada tahun 2009-2014. Jenis data isolat yang digunakan berupa data sekunder mengenai kerentanan E. coli terhadap beberapa antimikroba. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 20 untuk melihat kemungkinan terdapatnya kenaikan atau penurunan prevalensi E. coli penghasil ESBL yang terjadi secara signifikan.Hasil: Dari total 471 isolat E. coli, 56 11.9 merupakan E. coli penghasil ESBL. Prevalensi E. coli yang memproduksi ESBL menunjukkan kecenderungan menurun setiap tahun dari tahun 2009 sampai 2014, kecuali tahun 2012-2014, terdapat sedikit peningkatan. Namun secara statistik, penurunan atau kenaikan prevalensi tersebut, secara statistik tidak bermakna dengan p>0.05. Prevalensi E.coli yang memproduksi ESBL pada tahun 2009-2014 berturut-turut 19.1 , 21.2 , 6.9 , 5.4 , 7.56 , dan 8 .Kesimpulan:Terjadi penurunan prevalensi Escherichia coli yang memproduksi ESBL pada tahun 2009-2014, namun hasilnya tidak signifikan secara statistik. Kata kunci: E. coli, Extended-spectrum beta-lactamases, Indonesia.

ABSTRACT
Background ESBL producing organism has been a public health concern in the entire world. One of the most prevalent organisms that produce ESBL is Escherichia coli E.coli . The production of ESBL has made bacteria to be more resistant to antibiotics and therefore make infections harder to treat. In Indonesia, there is not many adequate data regarding prevalence of ESBL producing E. coli, especially in Jakarta. The aim of this research is to provide an updated report about the emergence of ESBL producing E. coli in Indonesia.Method E. coli isolates are obtained from many clinical samples of patients obtained from Clinical Microbiology Laboratory, Universitas Indonesia from 2009 2014. The isolates data was obtained as a secondary data that has been tested for its antimicrobial susceptibility. The data was analyzed using SPSS version 20 to see whether the increase or decrease was statistically significant.Results From a total of 471 E. coli isolates, 56 11.9 are identified as ESBL producing E. coli. The prevalence of positive ESBL producing E. coli decreased each year from 2009 to 2014, except for 2012 to 2014 where there is a slight increase. However, the decrease or increase of the prevalence was not statistically different p 0,05 . This p value illustrated that the change in prevalence was not significant from year to year. The prevalence of ESBL producing E. colifrom 2009 to 2014 was 19.1 , 21.2 , 6.9 , 5.4 , 7.56 , and 8 respectively.Conclusion There has been a decrease in the prevalence of ESBL producing Escherichia coli from 2009 2014. However, the result is statistically insignificant. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diky Fahrul Rozy
"Antimicrobial Resistance Bacteria (AMRB) adalah kondisi di mana bakteri, parasit, virus atau jamur penyebab infeksi menjadi kebal terhadap obat yang digunakan untuk mengobati infeksi. Extended Spectrum Beta-Lactamase producing E. coli (ESBL-Ec) termasuk salah satu contoh bakteri yang mampu menghasilkan enzim yang membuatnya resistan terhadap banyak antibiotik yang umum digunakan. Berdasarkan hal tersebut WHO telah menetapkan pengawasan global tricyle project yang berfokus pada ESBL-Ec. Salah satunya adalah Sungai Ciliwung pada bagian hilir dimana lokasi tersebut merupakan kawasan padat penduduk, perbelanjaan, dan perdagangan terbesar di Jakarta Utara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi E. coli, konsentrasi ESBL-Ec, rasio konsentrasi serta mengkarakterisasi gen terhadap antibiotik cefotaxime (blaCTX-M) pada E. coli. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan direct one-step spread plate method menggunakan media Tryptone-Bile-X-Glucuronide (TBX) agar, dilakukan pengujian secara fenotipe Antimicrobial Susceptibility Test (AST) dengan metode Double Disk Synergy Test (DDST). Serta, mengkarakterisasi gen ESBL blaCTX-M dengan metode multiplex Polymerase Chain Reaction (PCR) kemudian divisualisasikan menggunakan elektroforesis. Hasil pengujian menunjukkan konsentrasi E. coli untuk sampel hilir A sebesar sebesar (1,3 ± 0,02) × 105 CFU/100 mL dengan konsentrasi ESBL-Ec sebesar (3,5 ± 1,09) × 104 CFU/100 mL. Sedangkan, konsentrasi E. coli untuk sampel hilir B sebesar (0,9 ± 0,18) × 105 CFU/100 mL dengan konsentrasi ESBL-Ec sebesar (4,1 ± 0,3) × 104 CFU/100 mL. Hasil rasio ESBL-Ec pada hilir Sungai Ciliwung di titik hilir A sebesar 26,48%, sedangkan rasio ESBL-Ec pada hilir B sebesar 45,83%. Rasio ini masuk kategori yang tinggi dimana jika dibandingkan dengan RAN-PRA sebesar 14% untuk sektor lingkungan. Berdasarkan hasil karakterisasi gen terdeteksi gen positif blaCTX-M  sebanyak 9 dari 10 sampel (90%) pada titik hilir A. Sedangkan untuk titik hilir B terdeteksi gen positif blaCTX-M  sebanyak 10 dari 10 sampel (100%). Semua sampel yang terdeteksi isolat penghasil EBL merupakan jenis blaCTX-M grup 1 dimana gen tersebut terdiri atas jenis gen blaCTX-M-1, gen blaCTX-M-3, dan gen blaCTX-M-15. Berdasarkan prevalensi konsentrasi ESBL-Ec pada titik hilir Sungai Ciliwung menjadi isu-isu yang penting terhadap pencemaran lingkungan oleh AMRB. Perlu adanya tindakan pencegahan penyebaran ESBL-Ec dengan melakukan peningkatan personal higiene dan manajemen air bersih, peningkatan kontrol penggunaan dan pengawasan antibiotik, penegakkan penjualan antibiotik illegal di e-commerce, perketatan dan kebijakan usaha dalam pembuangan limbah industri, dan peningkatan cakupan pelayanan IPAL domestik.

Antimicrobial Resistance Bacteria (AMRB) is a condition in which infection-causing bacteria, parasites, viruses or fungi become resistant to the drugs used to treat the infection. Extended Spectrum Beta-Lactamase producing E. coli (ESBL-Ec) is one example of a bacterium capable of producing an enzyme that makes it resistant to many commonly used antibiotics. Based on this, WHO has established a global surveillance tricyle project that focuses on ESBL-Ec. One of them is the Ciliwung River at the downstream where the location is the largest densely populated, shopping and trading area in North Jakarta. This study aims to analyze the concentration of E. coli, ESBL-Ec concentration, concentration ratio and characterize genes against cefotaxime antibiotics (blaCTX-M) in E. Coli. The method used in this study was one-step spread plate method using Tryptone-Bile-X-Glucuronide (TBX) agar media, phenotypically testing Antimicrobial Susceptibility Test (AST) with Double Disk Synergy Test (DDST) method. Also, characterize the ESBL blaCTX-M gene by multiplex Polymerase Chain Reaction (PCR) method and then visualized using electrophoresis. The test results showed E. coli concentration for downstream sample A of (1,3 ± 0,02) × 105 CFU/100 mL with ESBL-Ec concentration of (3,5 ± 1,09) × 104 CFU/100 mL. Meanwhile, the average E. coli concentration for downstream B samples was (0,9 ± 0,18) × 105 CFU/100 mL with ESBL-Ec concentration of (4,1 ± 0,3) × 104 CFU/100 mL. The results of the ESBL-Ec ratio in the downstream Ciliwung River at downstream point A amounted to 26.48%, while the ESBL-Ec ratio in downstream B amounted to 45.83%. This ratio is categorized as high when compared to the RAN-PRA of 14% for the environmental sector. Based on the results of gene characterization, the blaCTX-M positive gene was detected in 9 out of 10 samples (90%) at downstream point A. As for the downstream point B, positive blaCTX-M genes were detected in 10 out of 10 samples (100%). All samples detected EBL-producing isolates are group 1 blaCTX-M types where the gene consists of the blaCTX-M-1 gene, blaCTX-M-3 gene, and blaCTX-M-15 gene. Based on the prevalence of ESBL-Ec concentrations at the downstream point of the Ciliwung River, it becomes an important issue for environmental pollution by AMRB. Improved personal hygiene and clean water management, improved antibiotic use control and surveillance, enforcement of illegal antibiotic sales in e-commerce, tightening and business policies in industrial waste disposal, and increasing the coverage of domestik WWTP services.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rioneli Ghaudenson
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja kombinasi metode ozonasi dan kavitasi hidrodinamika dengan pelat berlubang dalam proses desinfeksi bakteri E.coli. Pada penelitian ini, dilakukan variasi dosis ozon, laju alir sirkulasi, dan metode disinfeksi. Ozon diproduksi menggunakan ozonator komersial dengan dosis ozon 64,83 mg/jam, 108,18 mg/jam, dan 135,04 mg/jam sementara kavitasi dibangkitkan menggunakan pelat berlubang. Metode desinfeksi yang akan divariasikan pada percobaan ini adalah: kavitasi hidrodinamika, ozonasi, dan gabungan keduanya. Hasil terbaik pada masing-masing metode didapatkan pada menit ke-60 dan laju alir sirkulasi 7 L/menit.
Metode gabungan kavitasi dan ozonasi mampu mendesinfeksi hingga 0 CFU/mL dari konsentrasi awal 2,10 x 105 CFU/mL. Metode ozonasi tunggal mampu mendesinfeksi bakteri E.coli hingga 0 CFU/mL dari konsentrasi awal 1,32 x 105 CFU/mL selama 60 menit. Metode kavitasi hidrodinamik memberikan hasil penyisihan paling sedikit, yaitu 5,20 x 104 CFU/mL dari konsentrasi awal 2,17 x 105 CFU/mL. Disimpulkan bahwa metode kombinasi menghasilkan desinfeksi bakteri E.coli yang lebih cepat dan lebih baik dibandingkan metode tunggalnya.

This research aims to evaluate the performance of hybrid method of ozonation and hydrodynamic cavitation with orifice plate on E.coli bacteria disinfection. Ozone dose, circulation flowrate, and disinfection method were varied. Ozone was produced by commercial ozonators with ozone dose of 64,83 mg hour, 108,18 mg hour, and 135,04 mg hour. Meanwhile, hydrodynamic cavitation was generated using an orifice plate. The disinfection methods compared in this research are hydrodynamic cavitation, ozonation, and the combination of both. The best result on each method was achieved on the 60th minutes and with a circulation flowrate of 7 L min.
The hybrid method attained final concentration of 0 CFU mL from the initial concentration of 2,10 x 105 CFU mL. The ozonation method attained final concentration of 0 CFU mL from the initial concentration of 1,32 x 105 CFU mL. Cavitation method gives the least elimination with final concentration of 5,20 x 104 CFU mL from the initial concentration of 2,17 x 105 CFU mL. In conclusion, hybrid method gives a faster and better disinfection of E.coli than each method on its own.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Setiawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T40169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"A total of 43 escherichia coli isolates were identifield from school street foods in Northern and Southern Jakarta....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>