Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149133 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Priyanka Julianandi
"Meningkatnya kegiatan perindustrian seperti industri pelapisan logam dan industri tekstil diiringi pula dengan peningkatan limbah logam-logam beracun di perairan seperti Cr(VI). Telah banyak metode yang digunakan untuk menanggulangi limbah Cr(VI) tersebut, salah satunya dengan metode adsorpsi.Pada penelitian ini, adsorpsi dilakukan dengan menggunakan adsorben gibsit dan gibsit terinterkalasi litium. Metode purifikasi yang digunakan adalah metode Tributh Lagaly yang memberikan pengaruh pada hasil adsorpsi.Adsorpsi dilakukan pada tiga variasi pH yaitu, pH 4, pH 8, dan pH 10.
Hasil kapasitas adsorpsi maksimum didapat pada gibsit alam terinterkalasi litium (LiG alam) dengan kondisi asam yaitu pH 4 sebesar 7,0662 mg Cr(VI)/g gibsit pada 100ppm. LiG purifikasi memberikan hasil adsorpsi yang lebih rendah, karena banyak unsur-unsur yang hilang, seperti Mg dan Ca yang hilang pada saat proses purifikasi, unsur-unsur tersebut dapat membantu pengurangan jumlah Cr(VI) dengan membentuk ikatan ionik dengan Cr2O7 2- atau CrO4 2-. Proses adsorpsi ini terjadi dengan mekanisme pertukaran anion.

The advance of industrya ctivities such as metal plating industry and textile industry waste water is followed by an increase in toxic metals in water such as Cr ( VI ). There have been many methods used to combat the waste of Cr ( VI ), the one with the adsorption method. In this study, adsorption performed using adsorbents gibsit and gibsit intercalated lithium. Purification method used is the Tributh Lagaly method which give effect to the adsorption results. Adsorption is done in three variations, namely pH, pH 4, pH 8, and pH 10.
Results obtained at the maximum adsorption capacity of natural gibsit intercalated lithium ( natural LIG ) with a pH that is acidic condition 4 of 7.0662 mg Cr ( VI ) / g gibsit at 100ppm. Lig adsorption purification gave lower results, because many elements are lost during the purification process, the elements can help reduce the amount of Cr ( VI ) to form ionic bonds with Cr2O7 2-or CrO4 2-. The adsorption process occurs with the anion exchange mechanism.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deny Setiawan
"Gibsit adalah mineral alumina dioktahedral, [Al(OH)3]. Struktur kristal gibsit merupakan tumpukan oktahedral aluminium hidroksida. Setiap lembar terdiri dari kation Al3+ yang berkoordinasi dengan 6 hidroksil (OH-), dan setiap ion OH- berkoordinasi dengan dua Al3+. 6 oktahedral yang membentuk cincin menyebabkan terbentuknya rongga oktahedral pada gibsit. Rongga ini dapat disisipi oleh kation yang berukuran kecil seperti lithium. Gibsit dan gibsit diinterkalasi litium (LIG) dapat mengadsorpsi anion melalui pertukaran anion. Sifat mengadsorpsi melalui pertukaran anion ini digunakan untuk menangkap kontaminan-kontaminan anion, seperti Cr(VI) dalam air. Gibsit alam dihilangkan senyawa besi dan material organik menggunakan metode asam askorbat-asam sitrat dan hidrogen peroksida (gibsit purifikasi). Preparasi interkalasi lithium ke dalam gibsit (LIG) dipreparasi dengan menambahkan gibsit ke dalam larutan LiCl. Pada studi ini, sebanyak 0,15 gram gibsit alam, gibsit purifikasi, LIG alam dan LIG purifikasi dimasukkan ke dalam 100 ppm larutan Cr(VI) pada pH 4 dan 10. Kemudian distirer selama 5, 15, 30, 60, 120, 180, 240, 360, 900 menit. Hasilnya menunjukkan bahwa adsorpsi Cr(VI) relatif lebih tinggi pada pH 4 dibandingkan pH 10. Gibsit purifikasi terinterkalasi litium (LIG purifikasi) menunjukkan adsorpsi paling tinggi sekitar 9,5 mg/gram pada pH 4 dan sekitar 7,90 mg/gram pada pH 10 .

Gibbsite is dioctahedral alumina mineral, [Al(OH)3]. Crystal structure of gibbsite is octahedral packed of aluminium hydroxide. Each layer consist of cation Al3+ which coordinates with 6 hydroxyls and each ion OH- coordinates with 2 Al3+. 6 oktahedral make octahedral voids. This octahedral voids can hold small cation like lithium. Gibbsite and gibbsite intercalated litium (LIG) is capable of adsorbing anions through an ion-exchange reaction. The anion exchange adsorption capability is applied in scavenging anionic contaminants, such as Cr(VI) in the water. LIG was prepared by added gibbsite in to LiCl solutions. In this study, the adsorption of Cr(VI) by gibbsite and LIG was investigated at pH 4 (bichromate ions) and pH 10 (chromate ions). The results showed that Cr(VI) adsorption was relatively high in pH 4 compared to pH 10. Gibbsite with purification and then intercalated with lithium (LIG purification) showed highest adsorption around 9,5 mg/gram pH 4 and 7,90 mg/gram pH 10."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Widya Rinukti
"Pada penelitian ini, mineral gibsit (Al2(OH)6) digunakan sebagai adsorben untuk adsorpsi fosfat pada media air. Dilakukan empat perlakuan pada mineral gibsit untuk mengetahui perbedaan daya adsorpsinya. Gibsit di purifikasi dengan metode Tributh Lagaly dan diinterkalasi dengan LiCl selama 24 jam untuk meningkatkan daya adsorpsi nya. LiCl yang terinterkalasi ke dalam gibsit akan membentuk struktur [LiAl2(OH)6]+ dan akan terjadi pertukaran anion Cl- pada saat proses adsorpsi pada lapisan interlayer gibsit.
Gibsit hasil purifikasi terinterkalasi litium (LiG purifikasi) memiliki kapasitas adsorpsi paling besar dan pH 4,5 merupakan kondisi dimana gibsit memiliki kapasitas adsorpsi optimum sebesar 5,173 mg P/g gibsit dan berdasarkan data hasil EDX terdapat unsur fosfor sebesar 1,04% (%Wt). Daya adsorpsi menurun seiring menurunnya jumlah spesi ion H2PO4-/HPO42- dalam larutan. Hasil ini menunjukkan LiG purifikasi dapat digunakan sebagai adsorben alternatif untuk adsorpsi fosfat pada air.

In this study, gibbsite mineral (Al2(OH)6) was used as an adsorbent for the adsorption of phosphate in water. There are 4 treatments for gibbsite mineral to know the differences in adsorption capacity. In this study, Tributh Lagaly method was applied for purification of gibbsite. Gibbsite was intercalated with LiCl for 24 hours to increase the adsorption. LiCl intercalatig into gibbsite giving a structure of [LiAl2(OH)6]+ and anion exchange process of Cl- will occur during the adsorption process on the gibbsite interlayer.
Purified and lithium-intercalated Gibbsite (purified LiG) in the aquos solution at pH 4,5 has given the highest adsorption capacity of 5.173 mg P/g gibbsite when 0,3 g of gibbsite was applied and based on the results of EDX measurement, it contained 1.04% (%Wt) of elemental phosphorus. The adsorption decreased with decreasing amount of H2PO4-/HPO42- species. These results showed purified LiG can be used as an adsorbent for phosphate removal from water.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariska Lukmana
"Dalam penelitian ini, dilakukan preparasi gibsit diinterkalasi litium (LIG) dari mineral gibsit alam. LIG dipreparasi melalui interkalasi LiCl ke gibsit dan membentuk struktur [LiAl2(OH)6]+ dengan lapisan interlayer ion Cl- dan air. LIG ini memiliki efektivitas dan kapasitas lebih baik dibanding mineral gibsit untuk menghilangkan fosfat dalam air. Adsorpsi terjadi melalui pertukaran anion Cl- di- interlayer dalam LIG dengan fosfat. Adsorpsi maksimum pada pH 4,5 dan menurun dengan meningkatnya pH, karena adanya kompetisi dengan anion OH- seiring kenaikan pH. Pertukaran anion adalah reaksi yang cepat, selesai dalam beberapa menit. Sebaliknya, adsorpsi pada permukaan adalah proses yang lambat dan membutuhkan beberapa hari untuk mencapai kesetimbangan. Adsorpsi pada pH asam lebih banyak dalam bentuk ion monovalen H2PO4-, dan adsorpsi pada pH yang lebih tinggi cenderung lebih selektif terhadap ion divalen HPO42- dan OH-. Hasil ini menunjukkan bahwa LIG menjadi pengadsorpsi yang efektif untuk menghilangkan fosfat dalam air pada kondisi pH 4,5.

In this research, preparation gibbsite intercalated lithium (LIG) of mineral gibbsite nature. LIG was prepared by intercalation of LiCl into gibbsite and form structures [LiAl2(OH)6]+ with ion Cl- layers and interlayer water. LIG has better effectiveness and capacity than gibbsite mineral to eliminate phosphates in the water. Adsorption occurs through anion exchange of Cl- in LIG with phosphate in the interlayer. Maximum adsorption at pH 4.5 and decreased with increasing pH, due to competition with OH- anions with increasing pH. Anion exchange reaction is rapid, complete in a few minutes. In contrast, adsorption on the surface is a slow process and can take several days to reach equilibrium. Adsorption at pH more acidic in the form of monovalent ion H2PO4-, and adsorption at higher pH tend to be more selective about divalent ion HPO42- and OH-. These results suggest that LIG be effective adsorbent for removing phosphate in water at pH 4.5 conditions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Riwandi
"In order to enhance adsorption capacity of gibbsite (Al(OH)3 as an adsorbent for the adsorption of phosphate in water, gibbsite was modified through lithium-intercalation. The purification method of Tributh and Lagaly was applied prior to intercalation. The Li-Intercalation was prepared by the dispersion of gibbsite into LiCl solution for 24 hours. This intercalation formed an cationic clay with the structure of [LiAl2(OH)6]+ and exchangeable Cl- anions in the gibbsite interlayer. A phosphate adsorption test using Lithium-intercalated gibbsite (LIG) resulted in optimum adsorption occurring at pH 4.5 with an adsorption capacity of 11.198 mg phosphate/g LIG which is equivalent with 1.04 wt% LIG. The adsorption capacity decreased with decreasing amounts of H2PO4-/HPO4- species in the solution. This study showed that LIG has potential as an adsorbent for phosphate in an aqueous solution with pH 4.5?9.5."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Susanti
"Alga nijau telah diketahui dapat menyerap ion logam berat seperti ion logam Cr (VI) dalam Iarutan. Namun kemampuan alga dalam menyerap ion logam berat dibatasi oleh beberapa kelemahan seperti mudah rusak karena degradasi olen mikroorganisme Iain, ukurannya yang sangat kecil, dan berat jenisnya yang rendah. Selain itu alga mudah sekali Iarut dalam asam. Oleh karena itu biomassa alga tersebut diimmobilisasi dengan kalsium alginat agar diperoleh struktur yang Iebih stabil dalam asam. Selain itu, kalsium alginat diketahui juga dapat menyerap ion logam Cr (VI) dalam larutan. Biomassa alga, biomassa alga terimmobilisasi, dan kalsium alginat sebelum dan setelah mengikat ion logam Cr (VI) dikarakterisasi menggunakan SEIVI-EDX dan FTIR. Dari hasil penelitian menunjukkan banwa pH maksimum untuk ion logam Cr (VI) oleh biomassa alga, biomassa alga terimmobilisasi, dan kalsium alginat berada pada pH 2 dengan waktu kontak 120 menit. Recovery ion logam Cr (VI) dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi HNO3 dan NaOH."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30494
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Adhayuda
"Organobentonit berhasil dibuat dari proses interkalasi bentonit alam Tapanuli dengan senyawa Monosodium Glutamat (MSG). Sebelum digunakan untuk preparasi organobentonit, dilakukan proses sedimentasi terhadap bentonit Tapanuli untuk memurnikan kandungan montmorillonit (MMT) yang ada pada bentonit. Kemudian dilakukan penyeragaman kation pada interlayer bentonit dengan Na+ menjadi Na-Bentonit. Selanjutnya dilakukan penentuan nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dengan menggunakan larutan [Cu(en)2]2+, sehingga diperoleh nilai KTK sebesar 45,29 mek/100 gram bentonit. Preparasi organobentonit menggunakan Na-Bentonit yang terinterkalasi senyawa MSG, dimana jumlah MSG yang ditambahkan sesuai dengan nilai 1 KTK dan 2 KTK dengan variasi pH (pH=pI MSG=3,22 , pHpI MSG).
Hasil karakterisasi organobentonit menunjukkan senyawa MSG telah berhasil terinterkalasi ke dalam bentonit dan terjadi perubahan pada d-spacing. Produk organobentonit tersebut selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap ion logam berat Pb2+ dan Cd2+ dengan variasi konsentrasi (1-10 mM) dan membandingkannya dengan kemampuan adsoprsi dari bentonit alam dengan konsentrasi ion logam berat Pb2+ dan Cd2+ yang sama. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa organobentonit lebih efektif daripada bentonit alam dalam menyerap ion logam berat Pb2+ dan Cd2+.

Organobentonite successfully made from the process of intercalation bentonite tapanuli with the compounds of Monosodium Glutamate (MSG). Before being used for the preparation, sedimentation process of bentonite content was made to purify montmorillonite (MMT) on bentonite Tapanuli. The uniformity of cations with Na+ on bentonite interlayer was made to make Na-Bentonite. Furthermore, Cation Exchange Capacity (CEC) values was calculated by using a [Cu(en)2]2+, and CEC values obtained is 45.29 meq/100 grams of bentonite. Organobentonite was prepared using the Na-Bentonite intercalated by MSG compound, and the MSG was added according to the value of 1 CEC and 2 CEC with variety of pH (pH=pI MSG=3,22 , pHpI MSG).
Characterization results showed that organobentonite preparation has been successfully intercalated MSG into bentonite and its d-spacing has changed. Organobentonite product adsorption ability was tedted against heavy metal ions Pb2+ and Cd2+ adsorption by varying the concentration (1-10 mM) and compare it with the adsorption ability of natural bentonite. From the data obtained shows that organobentonite is more effective than the natural bentonite to absorb heavy metal ions Pb2+ and Cd2+.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netti Yulia Ningsih
"Bentonit merupakan salah satu mineral yang kelimpahannya cukup besar di Indonesia. Untuk meningkatkan daya guna bentonit maka dibuat bentonit terpilar Al dengan polianilin dan diaplikasikan sebagai agen pereduksi ion Cr(VI). Pengukuran dengan XRD menunjukkan pilarisasi dengan polikation Al menyebabkan basal spacing dari bentonit alam naik menjadi 18,41 Å. Sintesis Bent@Al@PANI dilakukan secara in situ dengan anilin 0,05 M sebagai monomer dan amonium peroksodisulfat (APS) 0,0625 M sebagai inisiator dalam polimerisasi fasa bulk. Perbandingan konsentrasi APS/anilin adalah 1,25.
Hasil uji FTIR dan spektrofotometer UV-Vis mengindikasikan bahwa polianilin yang diperoleh merupakan bentuk emeraldin salt (ES). Hasil pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan Bent@Al@PANI 0,05 M dengan waktu reaksi 10 menit, pH 3,0, massa 0,1 g mampu mereduksi Cr(VI) 1,92x10-4 M sebesar 83,03 %. Tetapan laju reduksi orde satu untuk Cr(VI) diperoleh sebesar 0,72 menit-1.

Bentonite is a mineral that has a large abundance in Indonesia. To improve the usage of it, polyaniline-modified Al-pillared bentonite was synthesized and applied as a reductant of Cr(VI) ion. XRD measurement showed that the pillarization of bentonite using Al polycation caused the basal spacing value of bentonite to be 18,41 Å. Bent@Al@PANI was synthesized by in situ process with aniline 0,05 M as monomer, and ammonium peroxodisulfate (APS) 0,0625 M as initiator of bulk polymerization. Concentration ratio of APS/aniline was 1,25.
The analysis result of FTIR and UV-Vis spectroscopy indicated that the result of synthesis was polyaniline in its emeraldine salt form. The result of measurement by UV-Vis characterization showed that 0,1 g of Bent@Al@PANI 0,05 M with 10 minutes reduction time and pH 3,0, resulted 83,30 % reduction percentage of Cr(VI) 1,92x10-4 M. First order reaction rate constant of Cr(VI) was found to be 0,72 min-1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puriyati
"Ion logam Cr (III) dan Cr (VI) merupakan logam berat yang dapat membahayakan bagi lingkungan. Oleh karena itu diperlukan cara untuk dapat menangani limbah tersebut, salah satu caranya yaitu menggunakan biomassa alga hijau sebagai biosorben yang dapat menyerap logam berat. Selain itu juga dilakukan protonasi biomassa dengan menggunakan larutan HCl 0,1 M yang diharapkan menghasilkan serapan (daya adsorpsi) terhadap ion logam Cr (III) dan Cr (VI). Penelitian ini menggunakan beberapa variasi yiatu, pH awal larutan logam, waktu kontak, dan konsentrasi awal larutan logam. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa biosorpsi optimum untuk ion logam Cr (III) berada pada pH 7 sebesar 94,68 % sedangkan biosorpsi optimum untuk ion logam Cr (VI) berada pada pH 2 sebesar 64,79 %. Penyerapan maksimum untuk ion logam Cr (III) dan Cr (VI) berada pada waktu kontak 60 menit. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa serapan terbesar untuk ion logam Cr (III) terjadi pada konsentrasi 10 mg/L dan untuk ion logam Cr (VI) terjadi pada konsentrasi 80 mg/l. Biomassa alga hijau terprotonasi dapat digunakan sebagai biosorben ion logam Cr (III) dan Cr (VI)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30685
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Srinova Zuliana
"Keberadaan logam kromium di lingkungan dapat memberikan dampak negatif, terutama dalam bentuk ion kromat [Cr(VI)] yang bersifat karsinogenik dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada kulit manusia. Ion imprinted polymer adalah material yang digunakan untuk menyerap ion kromat secara selektif. Pada studi ini dilakukan sintesis kromium-ion imprinted polymer menggunakan monomer 4-vinil piridin dan stirena dengan variasi pengikat silang etilen glikol dimetakrilat (EGDMA) dan metilen bis akrilamida (MBA) dan 2,2’– azobis isobutyronitrile (AIBN) sebagai inisiator.
Proses polimerisasi pada studi ini menggunakan metode presipitasi dengan pendekatan kopolimerisasi rantai lurus. Langkah pertama pada studi ini yaitu melakukan preparasi kopolimer liniear dari 4-vinil piridin dan stirena. Langkah kedua, yaitu melakukan preparasi ion imprinted polymer dan non imprinted polymer sebagai pengontrol dimana digunakan ammonium dikromat dan metanol yang masing-masing berfungsi sebagai template dan pelarut. Proses pelepasan menggunakan HNO3 4 M terhadap hasil sintesis Cr2O7-IIP dilakukan untuk mengelusi ion Cr2O72-, sehingga didapatkan rongga spesifik (template) yang berfungsi sebagai situs pengenalan.
Studi adsorpsi pada penelitian ini meliputi pengaruh volume, pH, konsentrasi dan waktu kontak yang diamati. Selanjutnya ditentukan isoterm adsorpsinya yang dilihat dari pengaruh konsentrasi. Pada studi ini digunakan FTIR, AAS dan SEM-EDX untuk karakterisasi. Berdasarkan hasil karakterisasi menggunakan FTIR tidak ditemukan gugus vinil C=C hal ini menandakan bahwa proses polimerisasi telah berhasil. Untuk studi adsorpsi menggunakan AAS didapatkan hasil serapan dan kapasitas retensi maksimum yang lebih tinggi untuk ion imprinted polymer dibandingkan dengan non imprinted polymer dengan persen adsorpsi sebesar 26,15%untuk IIP dengan crosslinker EGDMA dan 57,59% dengan crosslinker MBA, sedangkan untuk NIP sebesar 16,81% dengan crosslinker EGDMA dan 15,36% dengan crosslinker MBA. Selanjutnya, dari karakterisasi menggunakan SEM-EDX dapat dilihat bahwa IIP sebelum leached mengandung komponen Cr yang lebih banyak dibandingkan dengan IIP setelah leached.

The presence of metal chromium in the environment can has some negative impacts, especially in form of chromate [Cr (VI)] ion which is carcinogenic and can cause severe health problem. Ion imprinted polymer is a material that used to measure the concentration of chromium in purpose to studying the selective absorption chromate ion. In this study the synthesis of chromium-ion imprinted polymer is using 4-vinyl pyridine monomer and styrene with a variety of crosslinking of ethylene glycol dimethacrylate (EGDMA) and methylene bis acrylamide (MBA) and 2,2'- azobis isobutyronitrile (AIBN) as an initiator.
Polymerization process in this study was using the method of precipitation with a straight chain copolymerization approach. The first step that we did in this study was prepare the linear copolymer of 4-vinyl pyridine and styrene. The next step that we do was prepare the ion imprinted polymer and non imprinted polymer as a controller which used ammonium dichromate and methanol, each of which serves as a template and a solvent. Leaching process using 4 M HNO3 performed on the results of the synthesis of Cr2O7-IIP conducted to elute ions Cr2O72-, so we get a specific cavity that serves as a recognition site.
Adsorption studies of this research include the influence of the volume, pH, concentration and contact time were observed. Furthermore, the adsorption isotherm determined viewed from the influence of the concentration. In this study FTIR, AAS and SEM-EDX are used for characterization. Based on the results of characterization using FTIR not found vinyl group C = C. It indicates that the polymerization process has succeeded. The results of adsorption studies using AAS have maximum retention capacity higher for ion imprinted polymer compared with non imprinted polymer with the percent adsorption of 26.15% for IIP with EGDMA and 57.59% with MBA, while for NIP 16.81% with EGDMA and 15.36% with MBA. Furthermore, the result characterization using SEM-EDX seen that IIP before leached contains higher Cr than the IIP after leached.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>