Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188179 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melinda Agnes Praditya
"Skripsi ini membahas mengenai infertilitas primer pada wanita kawin usia 15 sampai dengan 49 tahun yang tidak menggunakan kontrasepsi dan berkeinginan memiliki anak. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan klinis dan demografis dengan menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 dan desain studi cross sectional. Sampel yang diambil berjumlah 5795 untuk definisi klinis dan 2707 untuk definisi demografis. Sebanyak 30,1% responden dari definisi klinis dan 38,4% responden dari definisi demografis mengalami infertil primer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan, usia kawin pertama, kebiasaan merokok, indeks massa tubuh, dan siklus menstruasi dengan kejadian infertilitas primer. Kelima faktor tersebut berhubungan pada kedua definisi infertilitas, namun faktor tempat tinggal diketahui hanya berhubungan pada definisi infertilitas klinis saja. Faktor yang paling berhubungan dengan kejadian infertilitas primer baik dari sudut pandang klinis dan demografis yaitu usia kawin pertama. Wanita yang menikah di atas usia 30 tahun akan berisiko 2,9 - 3,7 kali lebih tinggi untuk mengalami infertil primer dibandingkan dengan wanita yang menikah di bawah sama dengan usia 30 tahun.

This thesis discusses about primary infertility in women marriage age of 15 to 49 years who are not using contraception and desire to have children. This research conducted by clinical and demographic approaches using secondary data from Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 and the cross-sectional study design. The samples taken amount 5795 for the clinical definition and 2707 for the demographic definition. A total of 30.1 % respondents from the clinical definition and 38.4 % respondents from the demographic definition are experience primary infertility.
The result of this research shows that there is a relationship between occupation, age of the first marriage, smoking habits, body mass index, and menstrual cycle with the incidence of primary infertility. The five factors relate to both the definitions of infertility, but the residence is known only factor related to the clinical definition of infertility. The most factors associated with the incidence of primary infertility of both clinical and demographic definitions is age of the first marriage. Women who get married at the age of 30 years will be 2.9 - 3,7 times higher risk in experience the primary infertility compared with women who get married under the age of 30 years.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55941
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelli Rachel Mei Gloria
"ABSTRAK
Angka total fertility rate Indonesia mengalami stagnansi pada tahun 2012 dengan rata-rata 2,6 anak pada setiap wanita selama masa reproduksinya, padahal jumah pengguna kontrasepsi terus meningkat hingga tahun 2012 mencapai 57,9 . Peningkatan jumlah pengguna kontrasepsi ini diiringi dengan kenaikan pemakaian non-MKJP sebagai metode kontrasepsi yang memiliki angka drop out cukup tinggi sehingga memicu terjadinya kegagalan kontrasepsi. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui estimasi kegagalan kontrasepsi non-MKJP pada wanita usia 15-49 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, menggunakan disain studi cross-sectional dengan menganalisis lanjut data PMA2020. Sampel penelitian merupakan wanita berusia 15-49 tahun dan sedang menggunakan alat kontrasepsi non-MKJP yakni pil, suntik 1 bulan dan suntik 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 23 wanita yang menggunakan metode kontrasepsi non-MKJP berisiko mengalami kegagalan kontrasepsi. Wanita dengan umur 20-35 tahun, memiliki anak le; 3, cukup terpapar media tentang informasi kontrasepsi, tinggal di desa, berpendidikan sedang dan berpengetahuan cukup merupakan kelompok yang paling banyak mengalami kejadian kegagalan kontrasepsi. Pada kelompok tersebut, metode yang paling banyak digunakan adalah pil dan suntik 3 bulan.

ABSTRACT
Indonesia rsquo s total fertility rate has been stagnant at 2.6 in 2012, whereas the number of contraceptive users has continued to increase until 2012 reaches 57.9 . This increase in the number of contraceptive users was accompanied by an increase in non LARC use as a method of contraception that has a high drop out rate, which leads to contraceptive failure. This study aimed to estimate failure of non LARC contraception among women age 15 49 years in Indonesia. This study was descriptive and used cross sectional study design to analyze further the PMA2020 data. Samples were woman 15 49 years and used non LARC contraception non LARC, which is pill injectables 1 month and injectables 3 month. The results showed that 23 of women using non LARC contraceptive methods were at risk of contraceptive failure. Women who have children le 3, have secondary education, live in rural areas, are sufficiently exposed to media about contraceptive information, have sufficient knowledge of contraceptive methods are the group with the most incidence of contraceptive failure. In that group, the most widely used method was the pill and injectables 3 month."
2017
S67363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Firdawati
"Penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan cenderung mengalami penurunan, sedangkan di pedesaan sebaliknya, disisi lain jumlah penduduk di wilayah perkotaan semakin banyak, dan lebih mudah memiliki akses terhadap informasi, fasilitas kesehatan, dan transportasi, selain tingkat pendidikan dan status ekonomi yang juga lebih tinggi dibanding pedesaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor penggunaan kontrasepsi modern dan faktor apa paling dominan serta menganalisis dan memberikan rekomendasi kebijakan berbasis bukti untuk meningkatan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder SKAP KKBPK tahun 2019 yang dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan menelaah dokumen kebijakan dan menganalisis kebijakan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh variabel independen berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan kecuali kepemilikan jaminan kesehatan (p-value=0,370) untuk di perkotaan, dan variabel pengetahuan KB (p-value=0,066) dan kepemilikan jaminan kesehatan (p-value=0,347) untuk di pedesaan. Hampir seluruh variabel juga merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi modern baik di perkotaan dan pedesaan, kecuali keterpaparan sumber informasi melalui media dan institusi serta kepemilikan jaminan kesehatan untuk di perkotaan, dan variabel pengetahuan KB, keterpaparan sumber informasi melalui institusi dan kepemilikan jaminan kesehatan untuk di pedesaan. Hasil analisis kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern, pada perumusan kebijakan masih belum menggambarkan secara jelas kebijakan yang berdasarkan segmentasi sasaran dan wilayah terutama di perkotaan dan pedesaan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam pelaksanaanya juga masih ada kendala dalam pemenuhan kuantitas, persebaran dan kapasitas tenaga lini lapangan terutama penyuluh KB yang menjadi ujung tombak program KB. Disisi lain belum semua pihak dapat menerima program KB karena bervariasinya komitmen pelaksana kebijakan di wilayah tertentu dan masih adanya hambatan sosial dan budaya. Selain itu belum optimalnya pelaksanaan komunikasi kebijakan dan masih adanya anggapan program KB hanya tanggung jawab BKKBN mempengaruhi peningkatan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan. Adapun rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil penelitian adalah perlu merumuskan kembali pada beberapa kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern dan memperkuat strategi komunikasi yang efektif menurut segmentasi sasaran dan wilayah.

The use of modern contraceptives in urban areas tends to decrease, while in rural areas it is the opposite, on the other hand, the population in urban areas is more numerous, and has easier access to information, health facilities, and transportation, in addition to higher levels of education and economic status than rural areas. The purpose of this study was to determine the relationship between the factors of modern contraceptive use and the most dominant factors and to analyze and provide evidence-based policy recommendations to increase the use of modern contraceptives in urban and rural areas. This study is a quantitative study using secondary data from SKAP KKBPK in 2019 which is complemented by qualitative research by reviewing policy documents and analyzing policies to increase the use of modern contraceptives. The results showed that almost all independent variables were associated with modern contraceptive use in urban and rural areas except ownership of health insurance (p-value=0.370) for urban areas, and family planning knowledge variables (p-value=0.066) and ownership of health insurance (p-value=0.347) for rural areas. Almost all variables are also the most dominant factors affecting modern contraceptive use in both urban and rural areas, except exposure to information sources through media and institutions and ownership of health insurance for urban areas, and variables of family planning knowledge, exposure to information sources through institutions and ownership of health insurance for rural areas. The results of the analysis of policies related to increasing the use of modern contraceptives, in the formulation of policies still do not clearly describe policies based on target segmentation and areas, especially in urban and rural areas that have different characteristics. In its implementation, there are still obstacles in fulfilling the quantity, distribution and capacity of field personnel, especially family planning extension workers who are the spearhead of the family planning program. On the other hand, not all parties can accept the KB program because of the varying commitment of policy implementers in certain areas and the existence of social and cultural barriers. In addition, the implementation of policy communication has not been optimal and there is still an assumption that the family planning program is only the responsibility of BKKBN affecting the increase in the use of modern contraceptives in urban and rural areas. The policy recommendations based on the research results are the need to reformulate some policies related to increasing the use of modern contraceptives and strengthening effective communication strategies according to target segmentation and region."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Background: Trends of prevalence contraceptive rates is increasing in the last few years. However, the discontinuation of contraceptives prevalence is still stagnant. Goals: To obtain factors influencing discontinuation of contraceptives in couples of childbearing age 10–49 years. Methods: Population this research are women of childbearing age 10–49 years who are married. Sample in this research are all couples of childbearing age of 10–49 years who had ever used contraception and using contraception. The data was analysed using statistic test of logistic regression multivariate use SPSS version 15nd STATA version 10. The analysed used primary sampling unit and weight to adjust based on survey design. Result: Proportion of discontinuation of contraceptives in women of childbearing age 10–49 years is 32%. In comparison between regions, the highest prevalence of discontinuation of contraceptives is on outer Jawa Bali II (33.6%) than outer Jawa Bali I (32.9%) and Jawa Bali (30.5%). The most frequent reason of discontinuation of contraceptives are do not need contraceptives (31%), want to have child (26%), fear of side effects (14%) and do not want anymore (10%). Based on the multivariate analysis show odds ratio of discontinuation of contraceptives is twice as higher among married women age above 35 years compare to the younger group (OR adjusted 2.150; 95% CI = 2.041–2.265). The odds ratio of discontinuation of contraceptives is also higher among couples who have less children (0-1 child) compare to those who has 3 or more children (OR adjusted 1.486; 95% CI = 1.373–1.568). Couples who have children in the same sex have higher discontinuation of contraceptives than couples who have both male and female children (OR adjusted 1.398; 95% CI = 1.333–.466). Conclution: The main contributing factors of discontinuation of contraceptives are age of wife, number of children and sex composition of children with the control variables education of husband and wife, living area, household expenditure per capita, wife’s menstrual history, and wife and husband’s knowledge in health."
613 BULHSR 17:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Triska Alya Muthi`ah
"Indonesia menghadapi permasalahan penduduk berupa jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan total fertility rate (TFR) yang lebih besar dari rata-rata ASEAN dan TFR ideal suatu negara. Penggunaan kontrasepsi, khususnya MKJP, merupakan salah satu bentuk terlaksananya program Keluarga Berencana. Namun berdasarkan hasil SDKI 2017, hanya terdapat 13,4% penggunaan MKJP. Terlihat pula bahwa dari tahun ke tahun, penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih didominasi oleh pengguna wanita dibandingkan pria, terutama pada MKJP yaitu 13,2% diantaranya merupakan pengguna wanita dan hanya 0,2% adalah pengguna pria. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberdayaan wanita dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada wanita usia subur (15-49 tahun) yang telah menikah di Indonesia berdasarkan analisis data SDKI 2017. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional dan menggunakan data sekunder (data SDKI 2017). Variabel dependen penelitian ini adalah penggunaan MKJP dengan variabel independen utama adalah pemberdayaan wanita. Analisis deskriptif, bivariat dan stratifikasi digunakan untuk melihat gambaran tiap variabel dan mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen dan mengetahui variabel perancu antara hubungan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa wanita yang berdaya memiliki risiko 1.15 [95% CI=1,03-1,27] kali lebih tinggi untuk menggunakan MKJP daripada wanita yang tidak berdaya. Diketahui bahwa variabel pendidikan wanita dan indeks kekayaan rumah tangga merupakan variabel perancu pada hubungan antara pemberdayaan wanita dengan penggunaan MKJP. Penggunaan MKJP yang masih rendah merupakan salah satu tantangan kesehatan masyarakat di Indonesia. Adanya hubungan antara pemberdayaan wanita dengan penggunaan MKJP dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi instansi pemerintahan untuk mengembangkan kesehatan dengan berfokus pada peran wanita

Indonesia faces population problems such as a high number and rate of population growth with a total fertility rate (TFR) which is bigger than ASEAN average and ideal standard of TFR. The utilization of contraception, especially LAPMs, is one of program to ensure the implementation of family planning program. However, based on the results of the 2017 IDHS, there was only 13.4% of women used LAPMs. And from year to year, the utilization of contraception in Indonesia is still dominated by female users compared to men, especially in MKJP, namely 13.2% of them are female users and only 0.2% are male users. This study aims to examine the association between women's empowerment and the utilization of long-acting and permanent contraceptive (LAPMs) among married women aged 15-49 years in Indonesia based on analysis of IDHS data 2017. This study was a quantitative study with a cross-sectional design and uses secondary data (2017 IDHS data). The dependent variables of this study is the utilization of LACPMs with the main independent variables were women's empowerment. Descriptive, bivariate and stratified analysis were used to see the description of each variable and to examine the association between the dependent and independent variables and to examine the confounding variables between them. In result, empowered women had 1.15 [95% CI=1.03-1.27] times higher risk of using MKJP than powerless women. The result of this study also found that women's education and household wealth index are confounding variables in the association between women's empowerment and the utilization of LACPMs. The utilization of LACPMs which is low is one of the public health challenges in Indonesia. The association between women's empowerment and the utilication of LACPMs can be taken into considerations for government agencies to develop health by focusing on the role of women."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Maharani Putri
"Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menggambarkan kejadian unmet need KB pada wanita menikah 2 tahun pascasalin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur, pendidikan, tingkat ekonomi, jumlah anak hidup, agama, pengambilan keputusan pemeriksaan kesehatan ibu, keadaan abstinen, komunikasi dengan pasangan, wilayah tempat tinggal, pemberian ASI eksklusif, kematian anak, keterpaparan dengan informasi KB, pengetahuan terhadap alat kontrasepsi, sikap terhadap kontrasepsi, dan ukuran ideal keluarga terhadap kejadian unmet need pada wanita 2 tahun pascasalin.

This study was made in order to describe the incidence of unmet need for contraception in women married 2 years postpartum and the factors that influence it. This study uses data Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2007 with univariate and bivariate analyzes. The results showed that there is a relationship between age, education, economic level, the number of living children, religion, maternal health screening decision, the state of abstinence, communication with partner, region of residence, exclusive breastfeeding, infant mortality, exposure to family planning information, knowledge against contraceptives, attitudes toward contraception, and ideal family size on the incidence of unmet need in women married 2 years postpartum.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46058
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Mashfufah
"Tolok ukur keberhasilan pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan penduduk. Sesuai dengan komitmen pembangunan nasional yang pada hakekatnya bersifat adil, demokrasi, terbuka, partisipatif dan terintegrasi, maka pada saat ini, pemerintah berupaya mengurangi kesenjangan pembangunan yang terjadi antar daerah, terutama pada daerah-daerah yang sulit dijangkau, rawan konflik/bencana, aksesibilitas yang rendah serta infrastruktur yang terbatas yang dikenal dengan Daerah Tertinggal.
Salah satu faktor yang berpengaruh pada tingkat kesejahteraan adalah besarnya beban yang ditanggung oleh satu keluarga. Semakin banyak jumlah anak, berarti semakin besar tanggungan kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual anggota rumah tangganya. Bagi daerah tertinggal, angka pertambahan jumlah penduduk akan menjadi beban tersendiri, padahal sumber daya daerah tersebut sangat terbatas. Dengan demikian, program yang perlu diprioritaskan oleh Daerah Tertinggal adalah program KB.
Dan hasil analisis SDKI 2002-2003, menunjukkan bahwa prevalensi pemakaian kontrasepsi di Indonesia sebesar 60%, sedangkan untuk Daerah Tertinggal, belum ada data tentang prevalensi pemakaian kontrasepsi. Dengan penelitian ini, diharapkan akan didapatkan gambaran tentang pemakaian kontrasepsi, faktor-faktor yang berhubungan, serta faktor dominan yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi pada wanita usia subur di Daerah Tertinggal Indonesia yang terdaftar dalam SDKI 2002-2003.
Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data SDKI 2002-2003 dengan desain cross sectional, dengan populasi berjumlah 1315 wanita usia subur yang tersebar di 9 propinsi. Pengolahan dan analisis data menggunakan aplikasi analisis regresi logistic ganda. Analisis mencakup analisis univariabel, analisis bivariabel dengan Khi Kuadrat dan regresi logistik sederhana serta analisis multivariabel dengan regresi logistik multivariat.
Hash analisis menunjukkan prevalensi pemakaian kontrasepsi pada wanita usia subur di Daerah Tertinggal masih rendah (45,9%) dan faktor sosiodemografi yaitu pendidikan responder, pekerjaan responden, jumlah anak yang dilahirkan mempunyai hubungan bermakna dengan pemakaian kontrasepsi, sedangkan faktor akses terhadap media/informasi yang mempunyai hubungan bermakna dengan pemakaian kontrasepsi adalah akses media televisi, akses informasi melalui keluarga, teman/tetangga serta akses informasi melalui tokoh masyarakatlagama. Dui 6 faktor tersebut, faktor jumlah anak yang dilahirkan merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi.
Berdasarkan hasil di atas, untuk percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Daerah Tertinggal, disarankan agar dibentuk kerjasama lintas sektoral antara Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, BKKBN dan Depkes dalam penguatan kelembagaan dan jaringan KB serta perlunya peningkatan promosi dan informasi KB, balk melalui media televisi, peningkatan peran tokoh masyarakatlagama dan petugas kesehatan/KB. Sedangkan dari hasil penelitian terhadap faktor pendidikan, disarankan bagi Departemen Pendidikan bekerjasama dengan Kementerian PDT untuk lebih memperhatikan tingkat pendidikan masyarakat di Daerah Tertinggal.

The parameter of a successful development of the nation is a noted of the increasing on its citizen's well being. As the national development commitment, which has characteristics on fairness, democracy, openness, participated, and integrated, the government is try to reduce the disparity of the development between regions in Indonesia, especially to those area that remote, at risk for natural disaster or conflict, having low accessibility, and Iimited on infrastructures, that we know as underprivileged areas.
One of factor that influence the level of citizen's well being is the dependency ratio of the family has. The more they have children, the more they likely to have greater family members dependency and have to responsible in fulfilling the need for their family members, materially and spiritually. In case of underprivileged areas, the increase on population number will be another burden, as they only have limited resources. Therefore, a program that has to be prioritized is a Family Planning Program.
Results from the prior analyses of Indonesia DI-IS 2002 - 2003 showed that the contraceptive use prevalence of Indonesia is as high as 60%, but there in no figure for the underprivileged areas. Therefore, a continuation analyses of the data has been conducted in order to describe on factors related on contraceptive uses, as well as the most factors related to the contraceptive uses among women at reproductive age (WRA) at underprivileged areas that Iisted on Indonesia DHS 2002 - 2003.
There are 9 (nine) provinces listed as underprivileged areas that comprises in number of population on WRA as 1315 people. The data is analyzed using double logistic regression, which consists of univariable analyses, bivariable analyses with Chi-square and simple logistic regression, and multivariable analyses with multivariate logistic regression.
Analyses has showed that contraceptive use prevalence among WRA at underprivileged areas is still low (45.9%) and socio-demographic factors such as education, occupation, and number children ever born (CEB), is related significantly with the contraceptive use. While factors on access to media/information that also have significantly related with contraceptive use are television, family/friends/neighbors, and community/religious leaders. From those 6 (six) factors, CEB is the most or dominant factor that related to contraceptive uses.
Regarding to the analyses results, in order to accelerate the people's well being at the underprivileged areas, it is suggested that there should be a strong inter-sectors collaboration between National Ministry on The Development of Underprivileged Areas, National Family Planning Coordination Board and Ministry of Health to enhance the institutional and networking on promoting and dissemination of the information on Family PIanning through television, increase the role of community/religious leaders, as well as its FP providers. Another important findings upon education factors, it is suggested that collaboration between Ministry of National Education and National Ministry on The Development of Underprivileged Areas is also needed in order to increase the level of education among people at the underprivileged areas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20305
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiya Nissa Mulyaningrum
"Keluarga berencana dinilai sebagai upaya pasangan dan individu dalam merencanakan jumlah dan jarak kelahiran yang diinginkan. Kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam penggunaan kontrasepsi, memunculkan masalah unmet need kontrasepsi khususnya jika terjadi kelahiran pada usia ibu yang berisiko. Usia ibu yang sudah berada pada fase biologis terakhir(pre-menopause) jika mengalami kehamilan akan merugikan janin dan kesehatan ibu ketika persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan unmet need pada wanita usia 35-49 tahun di berbagai regional di Indonesia. Metode yang digunakan berupa analisis bivariat dan stratifikasi data sekunder berdasarkan regional wilayah survei demografi dan kesehatan Indonesia. Melalui analisis data SDKI 2017, UMN di Indonesia wanita rentang usia ≥35 tahun mencapai 11.7% dengan jumlah limiting paling banyak(79.8%) yaitu 1226 kasus. Yogyakarta memiliki prevalensi kebutuhan kontrasepsi yang terpenuhi tertinggi sebesar 95.8%. Papua Barat mencatat prevalensi unmet need tertinggi secara nasional sebesar 27.4%. Hasilnya faktor yang mempengaruhi adalah faktor pekerjaan dan tingkat ekonomi rumah tangga, jumlah paritas, durasi tinggal bersama, dukungan suami, dan sumber informasi metode kontrasepsi melalui petugas kesehatan.

Family planning is regarded as an essential effort by couples and individuals to manage the desired number and spacing of births. The unmet need for contraceptive use poses a significant concern, particularly when pregnancies occur at an advanced maternal age, which carries inherent health risks. Pregnancies in women approaching the final biological phase (pre-menopause) can adversely affect both fetal and maternal health during childbirth. This study aims to analyze the factors associated with unmet contraceptive need among women aged 35-49 years across various regions in Indonesia. The research employs bivariate analysis and data stratification based on regional data from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS). Analysis of the 2017 IDHS data reveals that the unmet need for contraception among Indonesian women aged ≥35 years stands at 11.7%, with the majority of unmet need cases (79.8%) being for limiting births, amounting to 1226 cases. Yogyakarta exhibits the highest prevalence of met contraceptive needs at 95.8%, while West Papua reports the highest national prevalence of unmet need at 27.4%. The study identifies several influencing factors, including employment and household economic status, parity, duration of cohabitation, husband’s support, and the source of contraceptive method information provided by health workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indinesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fia Azzhara
"Pemerintah telah merekomendasikan pemakaian Kontrasepsi Pasca Persalinan yang tepat waktu yaitu 2 bulan setelah melahirkan, karena secara aktif mampu mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan yang berjarak dekat dengan persalinan sebelumnya, yang dapat berimplikasi terhadap kematian bayi dan kematian ibu. Namun cakupan KB Pasca Persalinan masih rendah yaitu sebesar 30,23%. Penelitian ini bertujuan untuk menilai waktu memulai penggunaan kontrasepsi pasca persalinan di antara wanita kawin usia reproduksi di Indonesia dan mengidentifikasi determinannya dengan menggunakan analisis Regresi Cox. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017 dengan desain cross sectional, dan menggunakan sampel 2.459 wanita kawin usia subur yang melahirkan dalam 12 bulan sebelum wawancara. Estimasi Kaplan Meier menunjukkan bahwa probabilitas kumulatif kelangsungan wanita yang menggunakan kontrasepsi pasca persalinan di Indonesia sampai akhir pengamatan bulan ke-11 yaitu 79,9% dengan median survival time yaitu 3 bulan. Analisis regresi cox extended menunjukkan bahwa wanita dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi; wanita dengan status ekonomi menengah bawah, menengah, dan menengah atas; wanita yang bertempat tinggal di perkotaan; wanita yang melakukan hubungan seksual dalam 2 bulan setelah melahirkan; dan wanita yang mendapatkan dukungan suami adalah faktor yang mempengaruhi waktu mulai penggunaan kontrasepsi pasca persalinan. Oleh karena itu, perlu peningkatan kegiatan pemerataan sosialisasi, kualitas, dan kapasitas fasilitas pelayanan KB di daerah yang tertinggal, terpencil dan perbatasan; serta memperbaiki masalah klaim pelayananan kontrasepsi pasca persalinan di fasilitas kesehatan dengan pemisahan penggantian klaim untuk biaya persalinan dan pemasangan alat kontrasepsi pada calon akseptor agar penggunaan kontrasepsi pasca persalinan yang tepat waktu dapat disegerakan.

The government has recommended the timely use of Postpartum Contraception, which is 2 months after giving birth because it can actively reduce unwanted pregnancies and pregnancies that are close to previous deliveries, which can have implications for infant mortality and maternal mortality. However, the coverage of Postpartum Family Planning is still low at 30.23%. This study aims to assess the time to start postpartum contraceptive use among married women of reproductive age in Indonesia and identify its determinants using Cox Regression analysis. This study used IDHS 2017 data with a cross-sectional design and used a sample of 2,459 married women of childbearing age who gave birth within 12 months before the interview. Kaplan Meier's estimation shows that the cumulative probability of survival of women using postpartum contraception in Indonesia until the end of the 11th month of observation is 79.9% with a median survival time of 3 months. Cox extended regression analysis shows that women with secondary and higher education levels; women with lower middle, middle and upper middle-class economic status; women who live in urban areas; women who have sexual intercourse within 2 months after giving birth; and women who get husband's support are factors that influence the time to start using postpartum contraception. Therefore, it is necessary to increase socialization, quality, and capacity of family planning service facilities in underdeveloped, remote, and border areas; as well as fix the problem of claims for postpartum contraceptive services at health facilities by separating claim reimbursement for delivery costs and installing contraceptives for prospective acceptors so that timely use of postpartum contraception can be expedited."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>