Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216084 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmi Dwi Kartika
"Lelaki yang Seks dengan Lelaki (LSL) merupakan salah satu kelompok populasi yang paling berisiko terinfeksi HIV. Promosi penggunaan kondom konsisten adalah strategi kunci untuk pencegahan HIV pada LSL. Skripsi ini membahas faktor-faktor yang berasosiasi dengan penggunaan kondom konsisten pada LSL yang memiliki pasangan tetap, pasangan tidak tetap, pasangan membeli seks, dan pasangan menjual seks. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dari data Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) untuk LSL di Pulau Jawa tahun 2011. Analisis regresi logistik digunakan untuk melihat determinan penggunaan kondom konsisten dari faktor sosiodemografi, persepsi, isyarat untuk bertindak, dan penggunaan kondom pada seks terakhir. Penggunaan kondom konsisten pada pasangan laki-laki berkisar 37%-49% dan 28% pada pasangan perempuan dalam sebulan terakhir. Analisis multivariat menghasilkan status belum menikah, pengetahuan komprehensif, tidak ada gejala IMS, dan penggunaan kondom pada seks terakhir berasosiasi meningkatkan penggunaan kondom konsisten. Intervensi kepada LSL harus dapat meningkatkan pengetahuan komprehensif dan mempromosikan penggunaan kondom konsisten pada semua jenis pasangan seksnya.

Men Who Have Sex with Men (MSM) are population at high risk for HIV infection. Promoting consistent condom use (CCU) is a key risk reduction strategy for HIV prevention among MSM. This thesis reports the factors associated with CCU among MSM with their regular, casual, client, and sex worker partners. This thesis used cross-sectional design from Integrated Biological and Behaviour Surveillance for MSM in Java Island in 2011. Binary logistic regression analyses were conducted to assess the determinants of CCU with socio-demographic, perceived, cues to action, and past condom use factors. CCU ranged from 37 to 49% with male partners and 28% with female partner. Multivariate analyses showed that MSM who had a single status, comprehensive knowledge, no STD symptoms, and past condom use were likely to be consistent condom users. HIV interventions among MSM need to increase comprehensive knowledge of HIV and promote CCU with all types of sex partners."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnul Khotimah
"Prevalensi HIV pada kelompok Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) selalu meningkat setiap tahun dan kelompok ini memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi HIV. Promosi penggunaan kondom konsisten merupakan strategi untuk pencegahan HIV pada LSL. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom konsisten pada LSL yang memiliki pasangan tetap, pasangan tidak tetap dan pasangan komersial. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dari data Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) untuk LSL tahun 2013. Dari 602 LSL yang terpilih, konsistensi penggunaan kondom sebulan terakhir pada pasangan seks tetap 31.9%, pasangan seks tidak tetap 36.4%, dan pasangan seks komersial 42.4%. Pada analisis multivariabel menunjukkan bahwa faktor yang berasosiasi signifikan pada LSL dengan pasangan seks tidak tetap yaitu pengetahuan komprehensif (aOR = 1.89 95% CI : 1.1-3.1), sumber informasi media (aOR = 2.7, 95% CI : 1.1-6.7), dan informasi dari petugas ahli (aOR = 4.2, 95% CI : 1.9-9.2) meningkatkan penggunaan kondoom konsisten. Sedangkan pada pasangan seks komersial yaitu sumber informasi dari petugas ahli (aOR = 3.5, 95% CI : 1.1-11.1) dan persepsi LSL bahwa dirinya rentan tertular HIV (aOR = 2.88, 95% CI : 1.1-7.4). Intervensi ke depan harus fokus pada populasi kunci terutama LSL di semua jenis pasangan seks dan fokus pada promosi penerimaan masyarakat tekait norma pro-kondom.

HIV prevalence among men who have sex with men (MSM) increased current year and MSM are population at high risk for HIV infection. Promoting consistent condom use (CCU) is a key reduction strategy for HIV prevention among MSM. This thesis report the factors associated with CCU among MSM with regular, casual and comercial partners. This thesis used cross-sectional design from Integrated Biological and Behaviour Surveillance for MSM 2013. Among 602 MSM was selected, CCU last month with regular partners is 31.9%, casual partners is 36.4%, and comercial partners is 42.4%. in multivariabel analysis showed factors were associated with condom use in casual partners are comprehensive knowledge (aOR = 1.89 95% CI : 1.1-3.1), information source from media (aOR = 2.7, 95% CI : 1.1-6.7), and source from health professional (aOR = 4.1, 95% CI : 1.9-9.2) were more likely to report consistent condom use. In comercial partners are source from health professional (aOR = 3.5, 95% CI : 1.1-11.1) and perceived for HIV infection (aOR = 2.88, 95% CI : 1.1-7.4). HIV intervention need to focus in key population especially MSM with all types of sex partners and it is important promote social acceptance pro-kondom norm."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S58836
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Nadya Hanna Talitha
"Infeksi HIV akibat hubungan seksual lelaki dengan lelaki telah mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab tingginya transmisi HIV di dunia saat ini. Prevalensi HIV pada kelompok LSL di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Salah satu penyebab tingginya prevalensi HIV pada LSL di Indonesia adalah penggunaan kondom konsisten yang masih rendah di bawah target nasional 60 penggunaan kondom konsisten pada populasi kunci, terutama dengan perilaku seksual LSL yang berganti-ganti pasangan. Rendahnya penggunaan kondom secara konsisten pada LSL dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin, serta faktor penguat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara berbagai faktor tersebut dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada LSL di Tangerang, Yogyakarta, dan Makassar tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 303 LSL di 3 kota tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang diperoleh adalah 38 LSL selalu menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks, 87,8 LSL berusia 25 tahun, 81,8 LSL memiliki tingkat pendidikan tinggi ge; SMA , 43,6 LSL memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS, 70,6 LSL memiliki gejala IMS, 46,5 LSL memperoleh kondom gratis selama sebulan terakhir, 49,8 LSL memiliki akses yang baik ke sumber informasi mengenai HIV/AIDS, serta 38,3 LSL telah berpartisipasi dengan baik dalam program HIV/AIDS. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan, hubungan dengan penggunaan kondom konsisten yaitu umur ge; 25 tahun PR=1,154; 95 CI=0,92-1,45 , tingkat pendidikan tinggi PR=1,142; 95 CI=0,93 ndash;1,4 , pengetahuan baik mengenai HIV/AIDS PR=1,301; 95 CI=1,08-1,57 , memiliki gejala IMS PR=1,241; 95 CI=1,04 ndash;1,48, menerima kondom gratis PR=1,734; 95 CI=1,4 ndash;1,9, mengakses sumber informasi mengenai HIV/AIDS secara baik PR=1,401; 95 CI=1,17 ndash;1,68, serta berpartisipasi baik dalam program HIV/AIDS PR=1,323; 95 CI=1,08-1,62 . Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP terutama distribusi kondom, menyebarluaskan informasi HIV/AIDS melalui media sosial yang saat ini lebih sering diakses masyarakat, serta memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia sekolah yang disesuaikan dengan umur. Selain itu, penelitian kualitatif juga perlu dilakukan untuk menggali lebih dalam mengenai alasan keengganan LSL menggunakan kondom secara konsisten.

HIV infection in MSM has been increasing and becoming one of many reasons of high HIV transmission in the world recently. HIV prevalence in MSM in Indonesia is the highest among other countries in South East Asia. One of the cause of high HIV prevalence in MSM in Indonesia is the low percentage of consistent condom use under 60 national target of consistent condom use in key population, compounded by having multiple sexual partners. The low percentage of consistent condom use among MSM can be determined by predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors. This study aims to determine the relations among those factors with consistent condom use among MSM in Tangerang, Yogyakarta, and Makassar in 2013. This study used cross sectional design by using IBBS 2013 data. Samples in this study were 303 MSM in those 3 cities met the inclusion and exclusion criteria and analyzed by univariate and bivariate. From the result, there are 38 MSM using condom in every sexual intercourse, 87.8 MSM ge 25 years old, 81.8 MSM having high level education, 43.6 MSM having good knowledge about HIV AIDS, 70.6 MSM having STIs symptoms, 46.5 MSM getting free condom, 49.8 MSM having better access of HIV AIDS information, and 38.3 MSM with good participation in HIV AIDS program. Based on bivariate analysis, relationships with consistent condom use are MSM ge 25 years old PR 1.154 95 CI 0.92 ndash 1.45 , having high level education PR 1.142 95 CI 0.93 ndash 1.4, having good knowledge about HIV AIDS PR 1.301 95 CI 1.08 ndash 1.57, having STIs symptoms PR 1.241 95 CI 1.04 ndash 1.48, getting free condom PR 1.734 95 CI 1.4-1.9, having better access of HIV AIDS information PR 1.401 95 CI 1.17 ndash 1.68, and having good participation in HIV AIDS program PR 1.323 95 CI 1.08-1.62. Therefore, it is advised to improve IPP program especially for condom distribution, spread the information about HIV AIDS through social media which are more accessed nowadays, and give reproductive health education for students based on their age. Besides, qualitative study is also needed to dig up MSM motivation to not use condom consistently."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suliyani Suwardi Pawiro
"Infeksi Menular Seksual (IMS) saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Gonore dan klamidia merupakan IMS yang banyak terjadi, dan seringkali bersifat asimtomatik, namun manifestasinya dapat menyebabkan penyakit serius lainnya secara sistemik. Sebagian besar komunitas Lelaki Seks Lelaki (LSL) melakukan seks anal, sehingga dianggap sebagai suatu kelompok berisiko untuk terinfeksi gonore dan klamidia. Infeksi yang sering terjadi adalah di daerah anus (proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah pasangan anal dengan proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia pada LSL. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Responden berasal dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya pada tahun 2011, dengan metode pengambilan sampel Respondent Driven Sampling. Dari 750 sampel yang ada, sampel yang eligible sebanyak 644, karena data terisi lengkap. Prevalens kasus proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia adalah sebesar 32,4%, dengan hasil bivariat yang menunjukkan bermakna secara statistik adalah variabel pendidikan, sumber pendapatan utama, dan penggunaan kondom. Setelah dilakukan uji stratifikasi, didapatkan ada interaksi variabel dikontak oleh petugas lapangan dan jumlah pasangan seks anal terhadap hubungan jumlah pasangan seks anal dengan proktitis gonore dan/atau klamidia. Analisis multivariat yang digunakan adalah cox regression. Hasil akhir hubungan jumlah pasangan seks anal dengan proktitis gonore dan/atau klamidia yang didapatkan setelah mengontrol penggunaan kondom serta interaksi dikontak oleh petugas lapangan dan jumlah pasangan seks anal adalah prevalence ratio (PR) sebesar 1,219 (95% CI 0,883-1,681). Tingginya jumlah pasangan seks anal serta rendahnya penggunaan kondom konsisten dan dikontak oleh petugas, maka perlunya upaya kerjasama dengan berbagai pihak untuk peningkatan kesadaran setia pada satu pasangan, kemudahan akses kondom dan pemberian pelayanan kesehatan pada komunitas LSL untuk mencegah terinfeksi gonore dan klamidia.

Sexually Transmitted Infections (STIs) is currently still be a public health problem worldwide. Gonorrhea and chlamydia are the common STIs happen. Most cases are asymptomatic, but its manifestations can cause other serious systemic illnesses. Most men who have sex with men (MSM) having anal sex, treated as a high risk group for gonorrhea and chlamydia infection. Infection commonly occurs in the anal area (gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis). The aim of this study is to estimate the correlation of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis in MSM. Study design is crosssectional. Respondents are taken from Jakarta, Bandung, and Surabaya in 2011, by Respondent Driven Sampling method. Among 750 samples available, the eligible sample is 644 (complete data). Prevalence of gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis cases is 32,4%. Results of bivariate analysis showed statistically significant variables are education, source of income, and the use of condoms. There is interaction variables of being contacted by health workers and number of anal-sex partner to the correlation of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis. Cox regression was used for multivariate analysis. The end result is the prevalence ratio (PR) of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis after controlling confounder use of condom and interaction of being contacted by health workers and anal-sex partner number is 1,219 (95% CI 0,883-1,681). It is needed policy and collaborative action from all sectors to prevent gonorrhea and chlamydia infection by increased awareness of faithful to one partner, improve condom accessibility and delivery of health services easiness for MSM community. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Febriana Anggraeni
"Latar belakang: Hubungan seks yang berisiko menularkan HIV adalah hubungan seks dengan banyak pasangan dan berganti-ganti pasangan yang sebagian besar didominasi dengan hubungan seks komersial, baik pada kelompok heteroseksual maupun pada kelompok homoseksual atau sejenis. Kelompok yang paling berisiko tertular HIV adalah kelompok homoseksual dan biseksual yang biasa dikategorikan sebagai lelaki seks lelaki atau disebut LSL. Di banyak bagian wilayah, HIV di kalangan LSL muncul dengan penularan HIV yang sangat cepat.
Metode: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tahu status HIV terhadap penggunaan kondom konsisten pada LSL di Yogyakarta dan Makassar dan melihat adakah perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program. Penelitian ini menggunakan data STBP 2013.
Hasil: Dari hasil analisis diperoleh bahwa di Yogyakarta ada pengaruh tahu status HIV terhadap penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 6,6 dan 95% CI 2,1-20,9, sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten dengan OR sebesar 1,6 dan 95% CI 0,6 - 4,4. Ada perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten pada lelaki yang seks dengan lelaki di Yogyakarta sedangkan di Makassar belum dapat diketahui pengaruh tahu status HIV dengan penggunaan kondom konsisten. Terdapat perbedaan hasil analisis dengan menggunakan metode RDS dan non RDS terhadap indikator program.

Introduction : Sex which higher risk of spreading HIV is sex with multiple partners and change partners that is largely dominated by commercial sex, either on the heterosexual and homosexual group, or similar sexual behaviour. Groups most at risk of contracting HIV is a group of homosexual and bisexual men are commonly categorized as men sex with men, or so-called MSM. In many parts of the region, HIV among MSM appears with HIV infection very quickly.
Methods: This study aimed to determine the effect knowing their HIV status toward consistency condom use in MSM in Yogyakarta and Makassar and to see the differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program. This study uses data IBBS 2013.
Summary: From the results of the analysis showed that in Yogyakarta there was an effect Yogyakarta of knowing HIV status toward consistency condom use with an OR of 6,6 and 95%CI 2,1-20,9. while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistent condom use with an OR of 1.6 and 95% CI 0,6 - 4,1. There is differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program.
Conclusion: There is Influence of knowing HIV Status to consistent Condom use in Yogyakarta while in Makassar unclear knowing HIV status toward consistent condom use. There is differences between analysis using RDS and non RDS to indicator of program.
"
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T42956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiliyana
"Perilaku lelaki berhubungan seks tidak aman dengan lelaki merupakan perilaku yang cenderung tertutup dan sulit ditemui di populasi umum, dengan jumlah kaum LSL yang semakin meningkat dan prevalensi HIV dan IMS masih tinggi di kalangan LSL, penelitian terkait HIV pada LSL masih belum banyak ditemui di Indonesia, serta kejadian HIV yang merupakan salah satu masalah kesehatan yang timbul dengan berbagai faktor.
Desain penelitian ini adalah potong lintang, dengan menggunakan data sekunder Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) pada kelompok Lelaki suka Seks dengan Lelaki (LSL) di Indonesia Tahun 2011, Variabel dependen adalah kejadian HIV (+) dan variabel independennya meliputi karakteristik demografi (umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan), pengetahuan mengenai HIV-AIDS, perilaku (perilaku seksual dengan pasangan seks tetap, konsumsi napza, merasa berisiko tertular, riwayat mengalami gejala IMS), dan layanan klinik VCT. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi LSL yang mengalami status HIV(+) sebesar 8,5%, rata-rata umur LSL yaitu 29 tahun, sebagian besar LSL berpendidikan SMU/sederajat sebesar 52%, sebagian besar bekerja sebagai karyawan sebesar 32,4%, dengan status belum kawin sebesar 77,5%. Proporsi LSL yang memiliki pasangan tetap sebesar 56,3%. Sebagian besar LSL tidak mengkonsumsi napza sebesar 89,6%, merasa berisiko tertular 64,5% dan sebesar 30,7% LSL pernah mengalami gejala IMS, serta sebagian besar reponden tidak di rujuk ke layanan VCT sebesar 77,2%.
Faktor-faktor yang ada hubungan bermakna dengan kejadian HIV (+) pada LSL adalah tingkat pendidikan, status belum kawin dibandingkan dengan status kawin, bekerja disalon/panti pijat yang dibandingkan karyawan, merasa berisiko tertular, dan layanan klinik VCT.

The behavior of men having unsafe sex with men is tend to be closed and difficult to find in the general population. With the increasing number MSM (Men who have Sex with Men) and prevalence of HIV and STI stil remains high among MSM, HIV-related research on MSM also not widely found in Indonesia, as well as the case of HIV is a health issues that causes with various factors.
The study design was cross-sectional, using secondary data Integrated Biological and Behavioral Surveillance (IBBS) in the group of Men who have Sex with Men (MSM) in Indonesia in 2011. The dependent variable is HIV (+) incidence and the independent variables include demographic characteristics (age, education, occupation, marital status), knowledge about HIV-AIDS, behavior (sexual behavior, drug consumption, perceive by risk of contracting, history of IMS symptoms) and VCT clinics services. Data analysis was performed by univariate and bivariate analysis.
The results showed that the proportion of MSM with HIV (+) status approximately 8.5% , the MSM average age is 29 years old, most of the MSM education was high school/equivalent was 52%, mostly working as an employee approximately 32.4%, unmarried status approximately 77.5%. The proportion of MSM who had a regular partner approximately 56.3 %. Most of the MSM do not consume drugs approximately 89.6%, perceive by risk of contracting approximately 64.5% and approximately 30.7% of MSM had experienced symptoms of IMS, as well as most of the respondents did not refer to the VCT service approximately 77.2%.
Factors that not have significant correlation with the incidence of HIV (+) on MSM is: level of education, unmarried status compared with marital status, work at salon / massage parlor compared by office employees, perceive by risk of contracting , and the VCT clinic services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Alfio Andhika
"Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki merupakan salah satu populasi kunci pada infeksi Human Immunodeficiency Virus. Di Indonesia, LSL menduduki urutan keempat menurut faktor risiko penularan HIV. Prevalensi HIV di Indonesia pada kalangan LSL meningkat sejak tahun 2010 sampai dengan 2014. Masalah penggunaan kondom pada LSL masih menjadi perhatian di beberapa negara, termasuk Indonesia. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada LSL di Jakarta dan Depok yang meliputi umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status hubungan, dan pengetahuan HIV. Penelitian ini menggunakan kuesioner HIV KQ 18 yang telah diuji validitas dan reliabilitas (r=0.804). Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 92 responden. Analisis data meliputi uji univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini menunjukkan angka penggunaan kondom sebesar 85.9%. Dari kelima variabel yang diteliti, tidak ada satupun yang memiliki hubungan signifikan dengan penggunaan kondom (p>0.05).

Men who have sex with men is one of the key populations in Human Immunodeficiency Virus infection. In Indonesia, MSM ranked fourth as one of the risk factors for HIV transmission. HIV prevalence among MSM in Indonesia has increased since the year 2010 to 2014. The issue of condom usage among MSM remains a concern in several countries, including Indonesia. This cross-sectional study aimed to analyze the factors associated with condom usage in MSM who lives in Jakarta and Depok including age, education level, occupation status, relationship status, and HIV knowledge. This research used the HIV KQ 18 questionnaire that have been tested for validity and reliability (r = 0.804). The number of samples of this study were 92 respondents. Data analysis including univariate and bivariate. The results of this study indicate the numbers of condom usage is 85.9%. None of the five variables studied has a significant relationship with condom use (p>0.05)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Wati Murliani
"Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) telah menjadi masalah kesehatan internasional karena telah terjadi peningkatan jumlah pasien di beberapa negara di dunia. Kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara, merupakan kawasan dengan jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi kedua yaitu sebanyak 7,8 juta atau 5,2-12 juta. Prevalensi HIV pada kelompok waria di Indonesia tahun 2003 sebesar 22% lebih tinggi dibandingkan dengan negara Bangkok (16,8%) dan Kamboja (9,8%). Sekitar 59,3% waria tidak menggunakan kondom saat melakukan seks anal lebih tinggi dibandingkan pada gay (53,1%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsistensi penggunaan kondom dengan HIV(+) pada waria. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Responden berasal dari Jakarta, Bandung, Semarang, Malang dan Surabaya pada tahun 2011, dengan metode pengambilan sampel Two-stage Proportionate Probability Sampling. Dari 1089 sampel yang ada, sampel yang eligible dan masuk dalam analisis sebanyak 1070 sampel. Prevalensi kasus HIV(+) pada waria sebesar 21,9%, dengan analisis bivariat yang menunjukkan hasil yang bermakna secara statistik adalah konsistensi penggunaan kondom, umur, pendidikan, lama melakukan seks komersil, jumlah pelanggan seks anal, negosiasi kondom, kontak dengan petugas, dan kunjungan klinik IMS. Setelah dilakukan uji stratifikasi, didapatkan ada interaksi variabel pendidikan dan konsistensi penggunaan kondom terhadap hubungan konsistensi penggunaan kondom dengan HIV(+). Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil akhir hubungan konsistensi penggunaan kondom dengan HIV(+) yang didapatkan setelah mengontrol pengetahuan komprehensif HIV/AIDS, negosiasi kondom, jumlah pelanggan seks anal, kunjungan klinik IMS, pendidikan, lama melakukan seks komersil, dan interaksi konsistensi penggunaan kondom dan pendidikan dengan OR sebesar 0,037 (95% CI: 0,004-0,349). Terdapat hubungan risiko yang tidak logis dalam penelitian ini, menyebabkan hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk 5 kota besar di Indonesia. Pada waria yang tidak konsisten dalam menggunakan kondom baik yang berpendidikan rendah maupun tinggi, perlu dilakukan upaya peningkatan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi. Monitoring dan evaluasi juga sangat diperlukan untuk memantau prevalensi HIV(+) pada waria dan mengumpulkan data/ informasi yang berhubungan dengan meningkatnya kasus HIV(+) pada beberapa propinsi dengan jumlah waria terbanyak berdasarkan estimasi populasi rawan tertular HIV di Indonesia.

Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) has been a health international problem due to the increasing of patient in several countries in the world. South and South-East Asia is the second region of the biggest number of HIV/AIDS, that is around 7,8 million or 5,2-12 million. The prevalence of HIV among transgender in Indonesia in 2003 is 22% higher than Bangkok (16,8%) and Cambodia (9,8%). Around of 59,3% transgender were not using condom during anal intercourse which was higher than among men who have sex with men (53,1%). The aim of this study is to estimate the correlation of consistent condom use and HIV (+) among transgender. The study design is cross-sectional. The respondents were taken from Jakarta, Bandung, Semarang, Malang and Surabaya in 2011, by Two-stage Proportionate Probability Sampling method. Total of available sample were 1089 sample, but only 1070 sample were eligible and continued to analysis. The prevalence of HIV(+) among transgender is 21,9%. The result of bivariat analysis showed that several covariat variables had a statistically significant: consistent of condom use, age, education, time of commersial sex practice, anal-sex partner number, condom negotiation, contact with health worker, and visit to sexually transmitted infection (STI)`s clinic. There is an interaction variable of education and consistent condom use to the correlation of consistent condom use and HIV (+). Logistic regression was used for multivatiate analysis. The end of the result in this study is odds ratio (OR) of the correlation of consistent condom use and HIV (+) after controlling some confounders: a HIV/AIDS comprehensive knowledge, condom negotiation, anal-sex partner number, visit to STI`s clinic, education, time of commersial sex practice, and interaction of education and consistent condom use, is 0,037 (95% CI: 0,004-0,349). There are unlogically risk correlation in this study, which can cause the end of this result could not be generalized for the transgender`s population in 5 bis cities in Indonesia. An unconsistent condom use among high and low education among transgender, should be intervented by strenghtening of communication, information, and education programme. Monitoring and evaluation is more important to be implemented for monitoring the number of prevalence of HIV(+) among transgender and compiling data/informations of the correlation increased number of HIV(+) in several provinces which have a biggest number of transgender based on the estimation of population at risk of infected HIV in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T36865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Febriansyah
"ABSTRAK
Perkembangan jumlah kasus infeksi HIV pada kelompok berisiko Lelaki Seks
Lelaki (LSL) di Kota Bogor semakin mengkhawatirkan setiap tahunnya. Perilaku
seksual berisiko pada LSL dipengaruhi oleh berbagai faktor. Model Kepercayaan
Kesehatan sebagai konsep dalam berbagai penelitian kesehatan, telah banyak
dilakukan termasuk penelitian tentang perilaku penggunaan kondom sebagai
upaya pencegahan HIV. Meskipun hasilnya sangat beragam, namun nampak
sejumlah bukti tentang hubungan yang signifikan antara persepsi berisiko,
manfaat dan hambatan serta self efficacy terhadap penggunaan kondom. Tujuan
penelitian untuk mengetahui faktor penentu terbesar perilaku penggunaan kondom
dengan konstruksi Model Kepercayaan Kesehatan dibandingkan dengan faktor
yang lainnya. Desain studi cross-sectional dengan pengumpulan data
menggunakan teknik respondent driven sampling. Item kuesioner terdiri atas 41
pertanyaan berdasarkan konstruksi Model Kepercayaan Kesehatan yang diperoleh
dari 133 responden. Hasil penelitian uji regresi logistik ganda menunjukan
persepsi berisiko tertular HIV memiliki hubungan dengan perilaku penggunaan
kondom dibandingkan dengan faktor yang lainnya. Kesimpulan. persepsi berisiko
tertular HIV memiliki pengaruh yang paling besar terhadap penggunaan kondom,
maka program intervensi pencegahan HIV di kalangan lelaki seks lelaki perlu
ditekankan kepada perubahan persepsi diantaranya dapat dilakukan dengan
komunikasi interpersonal (peer group discussion).

ABSTRACT
The number cases of HIV infection in risk groups Men Who have Sex with Men
(MSM) in Bogor increasingly concerned each year. Sexual risk behavior in MSM
is influenced by various factors. Health Belief Model as a concept in health
research has done many research on behavior including use of condoms as an HIV
prevention efforts. Although results have varied, support for significant
relationship between perception risk of HIV, benefits and barriers and self
efficacy of condoms use are apparent. The aim of study is to find determining
factor of condom use behavior with Health Belief Model construction compared
with other factors. Cross-sectional method with collecting data using respondent
driven sampling technique. Item questionnaire consisting 41 questions based on
the construction of Health Belief Model obtained from 133 respondents. The
results of multiple logistic regressions found significant only perception risk of
HIV than other factors. Conclusion. Perception risk of HIV is the biggest
determines factor of condoms use, therefore interventions program of HIV
prevention among MSM should be emphasized to change perception risk of HIV
suggested with interpersonal communication (peer group discussion)."
2016
T45969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirwanto K. Rahim
"Prevalensi HIV/AIDS di dunia semakin meningkat. Lelaki seks lelaki (LSL ) merupakan populasi yang paling mudah terkena HIV/AIDS. Penularan terjadi karena rendahnya penggunaan kondom. Penelitian ini bertujua untuk mengidentifkasi hubungan self-efficacy kondom dan spiritualitas
terhadap perilaku penggunaan kondom. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik consecutive sampling pada 250 ODHA LSL.Hasil penelitian menunjukkan bawah ada hubungan yang signfikan antara self-efficacy kondom dengan perilaku penggunaan kondom p-value <0.05 (OR = 11.298; 95% CI: 4.35-20.1 ) dan spiritualitas terhadap perilaku penggunaan kondom p-value< 0.05 (OR = 3.405; 95% CI : 0.85-3.21). Pada analisis multivariat regresi logistik berganda, self-efficacy kondom merupakan faktor yang paling mempengaruhi perilaku penggunaan kondom. Sehingga untuk meningkatkan konsistensi penggunaan kondom perawat perlu mengedepankan intervensi misalnya kegiatan konseling yang berfokus pada peningkatan keyakinan diri (self-efficacy).

The prevalence of HIV/AIDS in the world is increasing. Men who have sex with men (MSM) is the populations most vulnerable to HIV/AIDS. Transmission occurs because of the low use of condoms. This study aimed to identify the relationship of condom self-efficacy and spirituality to condom use behaviour. This study used a cross-sectional design with consecutive sampling techniques in 250 ODHA MSM. The results show that there was a significant relationship between condom self-efficacy and condom use behavior p value <0.05 (OR = 11.298; 95% CI: 4.35-20.1 ) and spirituality towards condom use behavior p-value< 0.05 (OR = 3.405; 95% CI : 0.85-3.21). In multivariate analysis of multiple logistic regression, condom self-efficacy is the factor that most influences condom use behaviour. So to improve the consistency of condom use nurses need to prioritize interventions such as counselling activities that focus on increasing self-confidence (selfefficacy)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>