Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191845 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liza Aprilia
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi, persen lemak tubuh, asupan gizi (energi, karbohidrat, lemak, dan protein), usia menarche ibu, dan sosial ekonomi keluarga (pekerjaan dan pendidikan orang tua) dengan status menarche pada siswi SD Negeri Depok Jaya 1 Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross - sectional dengan jumlah sampel sebanyak 115 siswi kelas 4,5, dan 6 SDN Depok Jaya 1 Kota Depok. Tehnik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling dan data dianalisis menggunakan uji chisquare.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 30,4% responden sudah menarche dengan rata - rata usia menarche 10,37 ± 0,37 tahun, dengan usia termuda yang mengalami menarche adalah usia 9 tahun dan usia tertua yang mengalami menarche adalah usia 11 tahun. Variabel - variabel yang memiliki hubungan dengan status menarche adalah status gizi (IMT/U) (p value = 0,023), persen lemak tubuh (p value = 0,000), dan asupan lemak (p value = 0,000). Untuk itu, disarankan adanya edukasi tentang kesehatan reproduksi mengingat usia menarche yang semakin cepat.

The purpose of this study was to determine the associated between nutritional status, body fat percentage, nutrient intake (energy, carbohydrates, fats, and proteins), mother's menarche age, and family socio-economical status (parents' occupation and education) with female students' menarche status. This study used cross-sectional design with a total sample of 115 female students grades 4, 5, and 6 elementary school of SDN Depok Jaya 1. This research used total sampling method and the data were analyzed by chi-square test.
The result of this research showed that 30.4% of respondents had menarche at average age of 10.37 ± 0.37 years old, with the youngest age of menarche was 9 years old and the oldest one was 11 years old. Variables which have relation to menarche status are nutritional status (IMT/U) (p value = 0.023), body fat percentage (p value = 0.000), and fat intake (p value = 0.000), Thereof, a reproductive health education was suggested in elementary school as menarche age was sooner.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Berliana
"Status gizi lebih menjadi masalah kesehatan global dan membawa dampak buruk bagi kesehatan maupun psikososial bagi remaja. Prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak usia 5-12 tahun di Jakarta Utara tahun 2018 sebesar 29.03%, yang mana angka ini melampaui prevalensi nasional dan provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini membahas mengenai faktor yang berkaitan dengan kejadian status gizi lebih berdasarkan pengukuran persen lemak tubuh pada siswi kelas 6 sekolah dasar di Jakarta Utara pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian tentang kegemukan dan obesitas pada anak sekolah dasar dengan indikator indeks massa tubuh menurut umur. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 25.43% siswi di Jakarta Utara mengalami status gizi lebih. Terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara asupan lemak (p-value 0.015) dan status menarche (p-value 0.006) terhadap kejadian status gizi lebih, dengan status menarche sebagai faktor dominan. Tidak terdapat perbedaan yang signfikan antara asupan energi, asupan protein, asupan karbohidrat, kebiasaan sarapan, konsumsi buah dan sayuran, konsumsi minuman manis dalam kemasan, aktivitas fisik, durasi menonton TV, dan menggunakan gawai dengan kejadian status gizi lebih. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa perlu dilakukan edukasi terkait pola makan seimbang dan aktivitas fisik bagi remaja putri untuk menjaga status gizi normal.

Over nutritional status has been the global health problem and will become a negative impact on health and psychosocial for adolescents. Based on Riskesdas 2018, prevalence of overweight and obesity in children aged 5-12 years in North Jakarta is 29.03%, which is higher prevalence than the national and province DKI Jakarta. This research objectively investigated factors that related with over nutritional status in grade 6 elementary school students in North Jakarta in 2018 that used body fat percentage assessment. This study used secondary data from rencetly research about obesity in student grade 6 elementary school in North Jakarta. This study used a cross sectional method.
The results showed that 25.43% of female students in North Jakarta changed obesity. There was a significant difference between fat intake (p-value 0.015) and menstrual status (p-value 0.006) to the incidence of over nutritional status, with menstrual status as a dominant factor. There is no significant proportional differences between energy intake, protein intake, carbohydrate intake, breakfast, fruit and vegetable consumption, consumption of sugar sweetened beverages, physical activity, TV viewing and gadget time, with over nutritional status. The results of this study prove that education related to balanced diet and physical activity isimportant for adolescent girl according their needs to normal nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qoriatusholihah
"KEK merupakan tidak tercukupinya zat gizi yang dibutuhkan tubuh akibat kekurangan makanan dalam jangka waktu lama yang ditandai dengan ukuran LiLA <23,5 cm. Remaja perempuan merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami KEK. Menurut Riskesdas (2018), remaja perempuan menjadi kelompok dengan prevalensi KEK tertinggi di Indonesia (36,3%) yang jika dikategorikan berdasarkan klasifikasi masalah kesmas menurut WHO termasuk prevalensi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko KEK pada remaja perempuan SMA Negeri di Kota Depok serta faktor dominannya. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan total sampel 240 responden. Data dianalisis menggunakan uji bivariat chi-square dan uji multivariat regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 44,6% remaja perempuan SMA Negeri di Kota Depok berisiko KEK. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi, asupan zat gizi makro, pendapatan orang tua, pengetahuan terkait gizi, body image, dan pengaruh media sosial dengan risiko KEK pada remaja perempuan SMA Negeri di Kota Depok. Namun tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dan pekerjaan orang tua dengan risiko KEK pada remaja perempuan SMA Negeri di Kota Depok. Pengetahuan terkait gizi merupakan faktor dominan risiko KEK pada remaja perempuan SMA Negeri di Kota Depok (OR=10,294).

CED) is a condition of insufficient nutrients needed by the body due to long-term food shortage, characterized by a MUAC <23.5 cm. Adolescent girls are one of the groups vulnerable to CED. According to the 2018 Riskesdas, adolescent girls have the highest prevalence of CED in Indonesia (36.3%), which, when categorized based on WHO's classification of public health problems, is considered a high prevalence. This study aims to determine the factors associated with the risk of CED in female high school students in Depok City and its dominant factor. This study used a cross-sectional design with a total sample of 240 respondents. Data were analyzed using chi-square and multiple logistic regression. The results showed that 44.6% of female high school students in Depok City were at risk of CED. There were significant relationships between energy intake, macronutrient intake, parental income, nutrition-related knowledge, body image, and social media influence with the risk of CED in female high school students in Depok City. However, there was no significant relationship between parental education and occupation with the risk of CED in female high school students in Depok City. Nutrition-related knowledge was the dominant factor for CED risk in female high school students in Depok City (OR=10.294)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramesthi Widya Hapsari
"Skripsi ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan daya tahan otot yaitu usia, jenis kelamin, status gizi, aktivitas fisik dan asupan gizi pada anak sekolah usia 10-12 tahun. Daya Tahan Otot sekolah diukur menggunakan Tes situp selama 30 detik dan variabel lain diukur menggunakan kuesioner dan pengukuran antropometrik. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian observasi dengan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada 63 orang siswa SDN Pondok Cina 03, Depok tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor sit-up siswa adalah 17,17 kali sit-up.
Berdasarkan hasil analisis antar variabel, usia, jenis kelamin, status gizi, dan asupan karbohidrat adalah variabel yang memiliki perbedaan bermakna dengan rata-rata skor tes sit-up dengan p-value < 0,05. Penulis menyarankan diharapkan siswa hendaknya selalu menjaga asupan baik zat gizi makro dengan memakan beraneka ragam makanan sehingga asupannya terpenuhi dan baik siswa maupun sekolah hendaknya selalu melakukan pemantauan berat badan.

The focus of this study is about the factors that related to muscle endurance ie age, sex, nutritional status, physical activity and nutrition in school children aged 10-12 years. Muscle Endurance was measured using a test school sit-ups for 30 seconds and the other variables measured using questionnaires and anthropometric measurements. This study is an observational study, using crosssectional design. The data that were collected from 63 students of Pondok Cina Elementary School at Depok in 2011 showed that the average score of sit-ups is 17.17.
Based on the results of analysis between the variables, age, sex, nutritional status, and carbohydrate intake is a variable that has significant differences with the average test scores of sit-ups with a p-value <0.05. The author suggests is expected of students should always maintain a good intake of macro nutrients by eating a wide variety of foods s and both students and schools should always do weight monitoring to students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Eka Prasetyarini
"ABSTRAK
Pendek merupakan ukuran status gizi TB/U yang nilainya dibawah -2SD menurut WHO 2007. Masih tingginya angka kejadian pendek di Indonesia, terutama pada remaja dan dampaknya yang besar menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini. Skripsi ini membahas mengenai kejadian pendek dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain usia menarche, berat lahir, frekuensi konsumsi sumber energi, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah, sosial ekonomi, aktivitas olahraga dan tinggi badan orang tua pada siswi SMP Negeri 7 Depok tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang melibatkan 124 responden menunjukkan bahwa 14,5% mengalami kejadian pendek. Hubungan yang didapatkan bermakna antara lain : berat lahir, frekuensi konsumsi protein hewani, nabati, aktivitas olahraga, tinggi badan ayah dan ibu dengan tinggi badan menurut umur. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pihak sekolah mengadakan pengukuran tinggi badan secara berkala dan melakukan penyuluhan gizi karena masa remaja adalah masa pertumbuhan yang penting dalam daur kehidupan.

ABSTRACT
Stunting is a measure of nutritional status of height-for-age which value is below-2SD according to WHO 2007. The high incidence of stunting in Indonesia, particularly in adolescents and the big impact become the background of this study. This thesis discussed about stunting and factors that influence it, such as age at menarche, birth weight, frequency of consumption of energy, animal protein, vegetable protein, vegetable and fruit, socio-economic, sport activities and parental height in 7th State Junior High School girls students Depok 2012. This study uses a cross-sectional study design with univariate and bivariate analysis. The results of the study involving 124 respondents showed that 14.5% are stunted. The significant relationships obtained are: birth weight, frequency of consumption of animal protein, vegetable, sports activities, mother and father's height to the respondent?s height-for-age. Based on this research, the school is expected to hold a regular height measurements and perform nutritional counseling because adolescence is a period of significant growth in the life cycle."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Atelya
"Status kesehatan, perkembangan kognitif dan produktivitas yang baik tidak dapat tercapai tanpa gizi yang baik. Permasalahan gizi dapat menyerang seluruh kelompok umur, namun bayi dan anak merupakan kelompok usia paling rentan akibat tingginya kebutuhan gizi dalam proses tumbuh kembang yang optimal. Anak dua tahun masuk ke dalam periode 1000 HPK, dimana pemenuhan gizi dan status kesehatan pada masa ini dapat menentukan status kesehatan di periode usia selanjutnya. Sayangnya, permasalahan gizi seperti underweight pada baduta masih terjadi di Indonesia, terlebih hal ini terjadi di ibukota Indonesia yaitu Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional dengan total 135 sampel baduta pada data Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5 tahun 2014. Uji chi square digunakan untuk menemukan faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian underweight pada baduta. Hasil menyatakan prevalensi underweight pada baduta di provinsi DKI Jakarta adalah 30,4%. Hasil penelitian menunjukkan faktor karakteristik anak seperti usia kehamilan, BBLR dan frekuensi makan makanan manis berhubungan dengan kejadian underweight pada baduta (p-value< 0,05). Hasil penelitian menyarankan keterlibatan langsung pemerintah dalam upaya meningkatkan peran masyarakat seperti petugas puskesmas dan kader dalam mencegah, mendeteksi dan melakukan penanganan kasus underweight seperti memberikan edukasi dan solusi kepada masyarakat guna mencegah terjadinya underweight.

A good health status, cognitive development, and productivity cannot be achieved without a good nutrition. Nutrition problems can affect all ages group, but infant and children are the most vulnerable among the others due to high nutritional needs for an optimal growth and development process. Two years old children are included in the first 1,000 days of life period, where the nutritional status and its fulfilment will be shaping the health status in the next age period. Unfortunately, underweight still become a serious health problem in Indonesia, especially in the capital of Indonesia, DKI Jakarta province. This study used a cross-sectional study with a total of 135 samples of under two years old children in Indonesian Family Life Survey 5 data in 2014. The chi square test was used to find factors associated with underweight among two years old children. The result stated that the prevalence of underweight among under two years old children in DKI Jakarta province was 30,4%. The result showed that child characteristics such as gestational age, Low Birth Weight (LBW), and frequency of eating sweets were associated with underweight in children under two years old (p-value < 0,05). The result of study suggesting government for taking more involvement in a way to increasing the role of community such as health center staff and cadres on preventing, detecting, and handling underweight cases by providing education and solutions to prevent underweight."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adila Prabasiwi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi, persen lemak tubuh, usia menarche ibu, sosial ekonomi, dan stimulan eksternal dengan status menarche. Desain penelitian yang yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2011 dengan sampel siswi kelas VII dan VIII (umur 11-15 tahun) SMP N 10 Tegal sebanyak 204 orang.
Hasil penelitian menunjukan sebanyak 78,9% responden sudah mengalami menarche dengan rata-rata usia menarche 12,24 ± 0,954 tahun. Variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan status menarche adalah status gizi, persen lemak tubuh, usia menarche ibu, dan pendidikan bapak.
Penulis menyarankan agar pihak sekolah bersama Dinas Kesehatan Kota melakukan pemantauan status gizi secara berkala. Untuk pencegahan, pemantauan status gizi sebaiknya dilakukan pada siswi di sekolah dasar sehingga bisa mencegah terjadinya obesitas yang berisiko menarche dini dan bisa mencegah kekurusan yang berisiko menarche lambat.

The objective of this study was to identify the association between nutritional status, body fat percentage, maternal age at menarche, socio-economic, and external stimulant to menarche. A cross sectional survey was conducted with 204 students class VII and VIII (age 11-15) at SMP N 10 Tegal in May 2011.
The result showed that 78.9% of respondents had attained menarche with an average age of menarche is 12.24 ± 0.954 years. The variables that have a significant association with menarche status are nutritional status, body fat percentage, maternal age at menarche and father's education.
The author suggests school and Department of Health to monitor nutritional status of students. For prevention, monitoring should be done in the elementary school. We can prevent obese that can cause early menarche and also prevent underweight that can cause late menarche.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Nur Kamilah
"Asupan kalsium merupakan hal yang krusial pada remaja seiring terjadinya percepatan pertumbuhan dan pembetukkan tulang yang intensif. Namun asupan kalsium pada remaja masih kurang memenuhi kebutuhan yang dianjurkan. Padahal asupan kalsium yang tidak adekuat dapat berdampak pada peak bone mass yang tidak optimal sehingga dapat berakibat pada penurunan massa tulang (osteopenia) yang berujung pada osteoporosis maupun patah tulang di usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asupan kalsium pada remaja SMA Negeri Kota Depok tahun 2024 serta hubungannya dengan kebiasaan konsumsi susu, kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi soft drink, aktivitas fisik, jenis kelamin, pengetahuan tentang kalsium, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan orang tua. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total sampel 209 remaja dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-Mei 2024. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan asupan kalsium diukur melalui wawancara food recall 2x2 jam. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 72,2% remaja memiliki asupan kalsium yang kurang dari kebutuhan (<80% AKG) dengan rata-rata 654,1±354,4 mg. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi susu (p <0,001 OR 19,36), kebiasaan sarapan (p <0,001 OR 4,59), kebiasaan konsumsi soft drink (p = 0,023 OR 2,37), jenis kelamin (p = 0,040 OR 1,89), pengetahuan tentang kalsium (p = 0,003 OR 5,53), dan aktivitas fisik (p = 0,013 OR 2,27) dengan asupan kalsium. Remaja perlu meningkatkan konsumsi susu, membiasakan sarapan pagi, serta mengurangi konsumsi soft drink. Peningkatan aktivitas fisik diiringi dengan asupan kalsium yang adekuat sangat dibutuhkan untuk mencapai peak bone mass yang optimal.

Calcium is one of the most essential nutrient especially in adolescents due to growth spurt period and intensive bone development. However most adolescents fail to achieve the recommended calcium intake. Inadequate calcium intake can contribute to low peak bone mass and increasing the risk of osteopenia, which can lead to osteoporosis and fragility fracture later in life. This study aims to describe calcium intake among public high school adolescents in Depok City in 2024 and its relationship with milk consumption, breakfast habits, soft drink consumption, physical activity, gender, knowledge about calcium, father's education, mother's education, and parental income. Study design is cross-sectional with a total of 209 sample during March-May 2024. Data was collected through questionnaire and calcium intake was measured by 2x24-hour food recall. Data were analyzed by chi-square test. The results showed that 72.2% of adolescents had calcium intake less than their requirements (<80% RDA) with an average of 654.1±354.4 mg. Bivariate analysis results showed significant relationships between milk consumption (p <0.001, OR 19.36), breakfast habits (p <0.001, OR 4.59), soft drink consumption (p = 0.023, OR 2.37), gender (p = 0.040, OR 1.89), calcium knowledge (p = 0.003, OR 5.53), and physical activity (p = 0.013, OR 2.27) with calcium intake. Adolescents need to increase milk consumption, adopt breakfast habit, and reduce soft drink consumption. Physical activity and adequate calcium intake are important to reach the optimum peak bone mass (PBM)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desta Bambangsafira
"ABSTRAK
Konsumsi makanan dengan gizi tidak seimbang menjadi penyebab timbulnya masalah gizi kurang pada anak usia sekolah. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai dampak penyusunan menu gizi seimbang mingguan untuk mengatasi masalah gizi kurang. Implementasi yang telah dilakukan bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor dengan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi unggulan yang dipilih yaitu penyusunan jadwal menu makanan dengan gizi seimbang. Tujuannya adalah untuk membantu keluarga dalam penyusunan menu dengan zat gizi yang sesuai kebutuhan tubuh anak. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat badan pada klien. Rekomendasi untuk pelayanan keperawatan di keluarga selanjutnya diharapkan dapat lebih memaksimalkan peran orang tua dalam pemenuhan gizi seimbang pada anak usia sekolah.

ABSTRACT
Consumption of food with unbalanced nutrition causes less nutritional problems in school aged children. This paper aims to provide an overview of the impact of the preparation of a weekly balanced nutrition menu to overcome the problem of malnutrition. Implementations that have been done are cognitive, affective, and psychomotor with the approach of five family health tasks. Preferred superior intervention is the preparation of food menu schedule with balanced nutrition. The goal is to help the family in the preparation of menus with nutrients that fit the needs of the child 39 s body. Evaluation results indicate that there is an increase in weight on the client. Recommendations for nursing services in the next family are expected to further maximize the role of parents in the fulfillment of balanced nutrition in school aged children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Rayinda Ajeng
"VO2max merupakan jumlah oksigen maksimal dalam tubuh manusia untuk beraktivitas dimana nilai tersebut dapat menentukan kebugaran dan performa seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan nilai estimasi VO2max yang meliputi aktivitas fisik, status gizi, asupan gizi, perilaku merokok, serta jenis kelamin pada tim UI kategori intermittent sport.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan 92 sampel pada bulan April-Mei 2014. Pengumpulan data dilakukan melalui 20-m shuttle run test, pengisian kuesioner GPAQ (Global Physical Activity Questionnaire), pengukuran berat badan, tinggi badan dan persen lemak tubuh, dan food recall 2x24 jam. Analisis statistik menggunakan uji korelasi dan uji t-independen.
Hasil penelitian menujukkan rata-rata nilai estimasi VO2max sebesar 37,7 ml/kg/menit. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara persen lemak tubuh, aktivitas fisik, dan jenis kelamin dengan nilai estimasi VO2max. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan individu dapat mengetahui kemampuan daya tahan maksimal individu dan faktor yang berhubungan sehingga dapat meningkatkan nilai VO2max agar dapat memberikan performa yang maksimal.

VO2max is the maximum amount of oxygen in the human body to move where the value can determine a person's fitness and performance. The objective of this study was to determine the factors associated with the estimated VO2max values that include physical activity, nutritional status, nutrient intake, smoking behavior, and sex.
The research design was cross-sectional, with 92 samples in April-May 2014. Data were collected through the 20-m shuttle run test, questionnaire GPAQ (Global Physical Activity Questionneaire), measurements of weight, height and percent body fat, and 2x24 hours food recall. Statistical analysis using correlation and independent t-test.
The results showed the average value of the estimated VO2max of 37.7 ml / kg / min. Results of the bivariate analysis showed there was a significant relationship between percent body fat, physical activity, and sex with the estimated value of VO2max. based on these results, it is expected that each individu can determine the ability of the individual maximum durability and related factors that can increase the value of VO2max in order to provide maximum performance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56105
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>