Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110136 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aldianov Masadi Putera
"Kurkumin, senyawa polifenol hidrofobik dari rimpang kunyit (Curcuma longa) memiliki aktivitas farmakologi yang luas. Bioavailabilitas kurkumin yang rendah menyebabkan pemanfaatannya masih belum maksimal. Dendrimer Poliamidoamin Generasi 4 (PAMAM G4) yang merupakan polimer unik bercabang, berukuran nanometer, monodisper, dan mampu menjerap molekul asing ke dalamnya dapat dimanfaatkan sebagai pembawa nanopartikel kurkumin untuk meningkatkan kestabilannya. Pada penelitian ini akan dibuat nanopartikel kurkumin menggunakan Polimer Dendrimer PAMAM G4 sebagai pembawanya dengan rasio Kurkumin : Dendrimer (50:25)μM dan diuji kestabilanya dalam lingkungan in vitro. Nanopartikel-Kurkumin-Dendrimer PAMAM G4 (NP-KD) dimurnikan menggunakan sentrifugasi ultrafiltrasi dan dikarakterisasi menggunakan TEM, PSA, Zetasizer, dan FTIR. Kestabilan dan efisiensi penjerapan ditetapkan secara spektrofotometri UV-Vis. Stabilitas Nanopartikel Kurkumin-Dendrimer PAMAM G4 secara in vitro dilakukan pengamatan setiap hari selama 10 hari dengan menggunakan alat Spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukan bahwa NP-KD memiliki bentuk sferis dengan diameter partikel 53,9±65,55 nm, indeks polidispersitas 0,468±0,04, potensial zeta -68,505±1,845 mV. Hasil uji stabilitas NP-KD secara in vitro selama 10 hari menunjukan bahwa NP-KD stabil di dalam dapar pH 3,0 ; kurang stabil dalam Aquabides; Dapar pH 7,4; Dapar pH 11,0; NaCl 0,35%; NaCl 0,5%; NaCl 0,9%; dan tidak stabil dalam Sistein 1%; dan Bovin Serum Albumin (BSA) 2%. Hasil pengukuran NP-KD dalam dapar pH 3,0 setelah uji stabilitas menunjukan diameter partikel yang tetap stabil pada 45,97±13,08 nm dan memiliki nilai indeks polidispersitas 0,364±0,03. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa NP-KD stabil pada pH asam.

Curcumin, a hydrophobic polyphenol compound derived from the rhizome of turmeric (Curcuma longa) has a wide pharmacological activities. Low bioavailability of curcumin caused the under-developed utilization. Polyamidoamine Generation 4 (PAMAM G4) dendrimer is unique branched polymer , nano-sized, monodisperse, and has ability to entrap guest molecules so it can be used as ideal carrier systems to improve stability of curcumin nanoparticles. In this study, will be prepared and studies in vitro of curcumin nanoparticles with dendrimer PAMAM G4 as a carrier with ratio curcumin : dendrimer (50:25)μM. Nanocurcumin were purified by ultrafiltration centrifugation method and characterizated by TEM, PSA, Zetasizer and FTIR. The result showed that the spherical nanocurcumin have a particle size of 53,9±65,55 nm, polydisperisty index 0,468±0,04, and zeta potential -68,505±1,845 mV. Stability test result of nanocurcumin in 10 days showed that nanocurcumin were stable in buffer solution pH 3,0, almost stable in Aquabidest; buffer solution 7,4 and 11,0 ; NaCl solution 0,35%; 0,5% and 0,9% and unstable in cystein solution 1% and Bovin Serum Albumin (BSA) 2%. Particle measurement results after in vitro studies of nanocurcumin in buffer solution pH 3,0 after stability showed the particle was stable in 45,97±13,08 nm and polydispersity index was 0,364±0,03. Thus, these result nanocurcumin stable in acid solution."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Octa Perdana
"Kurkumin, senyawa polifenol hidrofobik dari rimpang kunyit (Curcuma longa) memiliki aktivitas farmakologi yang luas. Bioavailabilitas kurkumin yang rendah menyebabkan pemanfaatannya masih belum maksimal. Pembuatan nanopartikel kurkumin (nanokurkumin) dapat memperbaiki bioavailabilitas kurkumin, namun kestabilan sistem nanopartikel kurkumin saat ini menjadi masalah dalam pengembangannya. Dendrimer PAMAM G4 yang merupakan polimer unik bercabang, berukuran nanometer, monodisper, dan mampu menjerap molekul asing ke dalamnya dapat dimanfaatkan sebagai pembawa nanopartikel kurkumin untuk meningkatkan kestabilannya. Pada penelitian ini nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 dibuat dengan variasi rasio molar, yaitu (1:0,2), (1:0,02), dan (1:0,002), kemudian dipurifikasi menggunakan ultrasentrifugasi. Nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 dikarakterisasi menggunakan TEM, PSA, Zetasizer, dan FTIR. Kandungan obat dan efisiensi penjerapan ditetapkan secara spektrofotometri UV-Vis. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 berukuran antara 9 ? 61 nm dengan efisiensi penjerapan mencapai 77 - 100 %. Hasil ini memperlihatkan bahwa nanopartikel kurkumin dengan pembawa dendrimer PAMAM G4 telah berhasil dibuat dengan rasio molar (1:0,02) yang memberikan hasil optimum.

Curcumin, a hydrophobic polyphenol compound derived from the rhizome of turmeric (Curcuma longa) has a wide pharmacological activities. Low bioavailability of curcumin caused the under-developed utilization. Preparation of curcumin nanoparticles (nanocurcumin) can improve the bioavailability, however stability of curcumin nanoparticles become a problem to develop it. PAMAM G4 dendrimer is unique branched polymer , nano-sized, monodisperse, and has ability to entrap guest molecules so it can be used as ideal carrier systems to improve stability of curcumin nanoparticles . In this study, curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticle were prepared with various molar ratio, they are (1:0.2), (1:0.02), and (1:0.002) and then purified by ultracentrifugation. Curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticle were characterizated by TEM, PSA, Zetasizer, and FTIR. Drug loading and entrapment efficiency was determined by UV-Vis spectrophotometer. The result of characterizations showed that size of curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticle average 9-61 nm and the entrapment efficiency was around 77 ? 100 %. Thus, these results demonstrated curcumin nanoparticle have been successfully prepared and molar ratio (1:0.02) showed an optimum result."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42519
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Andini Putri
"ABSTRAK

Kurkumin merupakan senyawa polifenol hidrofobik yang diperoleh dari rimpang Curcuma longa yang telah terbukti mampu menyebabkan apoptosis sel kanker payudara MCF-7. Namun, kurkumin memiliki biodistribusi yang buruk dan bersifat tidak aman bagi jaringan normal lainnya bila tidak dihantarkan secara spesifik menuju sel target. Penggunaan pembawa berukuran nano dapat membantu penghantaran kurkumin menuju sel target secara spesifik. Nanopartikel kurkumin diformulasikan menggunakan dendrimer Poliamidoamin (PAMAM) generasi 4 dengan rasio molar (2:1). Nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 dimurnikan dengan sentrifugasi-ultrafiltrasi dan dikarakterisasi secara spektroskopi inframerah, spektrofotometri UV-Vis, TEM, dan PSA. Efek sitotoksisitas nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 dianalisis secara in vitro terhadap sel kanker payudara MCF-7 menggunakan metode MTT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 telah terbentuk dengan rentang ukuran 27,1-115,9 nm dan persentase efisiensi penjerapan sebesar 87,38%. Uji sitotoksisitas menunjukkan bahwa tidak ada sel MCF-7 yang hidup pada nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4, kontrol positif doksorubisin, dan kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 masih harus diliofilisasi sebelum uji sitotoksisitas.


ABSTRACT

Curcumin, a hydrophobic polyphenol compound derived from the rhizome of Curcuma longa, proven to cause apoptosis in MCF-7 human breast cancer cell lines. However, curcumin has poor distribution and safety issue towards normal tissues if it’s not delivered specifically to targeted cell. Using nanocarriers could help curcumin to achieve cell-specific targeting. Curcumin nanoparticles were prepared using Polyamidoamine (PAMAM) dendrimer generation 4 with molar ratio (2:1). Curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticles were purified by centrifugal-ultrafiltration and characterized by infrared spectroscopy, UV-Vis spectrophotometry, TEM, and PSA. The citotoxity of curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticles in MCF-7 human breast cancer cell lines were analyzed by MTT assay. Curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticles were succesfully formed with range of size particle 27,1-115,9 nm and percentage of entrapment efficiency 87,38%. None of MCF-7 human breast cancer cell lines was alive in curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticles, doxorubicin (as positive control), and negative control. The result suggests that curcumin-PAMAM G4 dendrimer nanoparticles need to be lyophilized before cytotoxicity assay.

"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S57678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurika Lanimarta
"Kurkumin merupakan komponen bahan alam yang berasal dari kunyit dan memiliki aktivitas antioksidan, antiinflamasi, dan antitumor. Akan tetapi, kurkumin memiliki kelarutan yang buruk dalam air dan bioavaibilitas yang rendah. Untuk meningkatkan bioavaibilitasnya, kurkumin dibuat kedalam bentuk nanopartikel menggunakan Dendrimer PAMAM G-4 dengan berbagai perbandingan molar ditiap formula, yaitu formula I dengan perrbandingan molar kurkumin : dendrimer PAMAM G4 (1 : 0,2), formula II (1 : 0,02), dan formula III ( 1: 0,002). Tujuan dari penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi nanopartikel kurkumin-dendrimer PAMAM G4 dan melakukan uji penetrasi nanopartikel dalam sediaan gel. Formula 1 (1 : 0,2) memiliki ukuran partikel 10.91 ± 3,02 nm dengan efisiensi penjerapan 100 % merupakan formula dengan karakteristik paling baik. Formula 1 kemudian diformulasikan ke dalam sediaan gel menggunakan Karbopol 940 1%. Uji penetrasi in vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membrane abdomen kulit tikus dari gel nanopartikel kurkumin dibandingkan dengan gel kurkumin. Gel nanopartikel kurkumin menunjukkan presentase penetrasi kurkumin lebih besar dari gel kurkumin. Gel nanopartikel memiliki jumlah kumulatif kurkumin terpenetrasi sebesar 19,58 ± 1,44 μg/cm2 dan presentase kumuliatif terpenetrasi sebesear 57,26 ± 4,22 %.

Curcumin is a natural compound found in turmeric and possesses antioxidant, anti-inflammatory and anti-tumor ability. But Curcumin is poorly soluable in water and has lower bioavaibility. In other to improve the bioavaibility of curcumin, Curcumin formed into nanoparticle used dendrimer PAMAM G4 in various molar rasio, which is formula I with molar ratio (1 : 0,2) of curcumin : dendrimer PAMAM G4, formula II (1:0,02), and formula III (1 : 0,002). The aim of this study is to prepare and to characterize nanoparticle curcumin-dendrimer PAMAM G4 and to know skin permeation of curcumin. Formula 1 showed the best characteristic with particle size 10.91 ± 3,02 nm and 100% entrapment efficiency. Formula 1 then formulated into a gel dosage form with Carbopol 940 1%. In vitro penetration study of Nanoparticle curcumin gel compared with curcumin gel was determined with Franz diffusion cell using rat abdominal membrane. Nanoparticle curcumin gel showed greater permeation of curcumin through rat skin as compared to curcumin. Nanoparticle curcumin gel had its cumulative total 19,58 ± 1,44 μg/cm2 and its cumulative percentage 57,26 ± 4,22 %."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S43353
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wilson Bastian
"Kurkumin diketahui dapat menghambat drug efflux transporter, khususnya pada penelitian ini overekspresi multidrug resistance protein 1 MRP1 dan MRP2, yang berdasarkan penelitian terdahulu, diduga menyebabkan resistensi MCF-7 pada pemberian endoksifen dan estradiol berulang. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah kurkumin dapat menghambat ekspresi MRP1 dan MRP2 pada MCF-7 yang diberikan endoksifen dan estradiol berulang.
Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan cDNA hasil sintesis isolasi RNA, dimana kelompok perlakuan dipaparkan pada MCF-7 3x per minggu, hingga 8 minggu. Perlakuan dibagi menjadi DMSO kontrol negatif , Endoksifen 1,000 nM/L ?-Estradiol 1 nM/L EB, kontrol positif , Endoksifen 1,000 nM/L ?-Estradiol 1 nM/L Kurkumin 8.5?M EBK8.5, dan Endoksifen 1,000 nM/L ?-Estradiol 1 nM/L Kurkumin 17?M EBK17 . Tingkat ekspresi mRNA relatif MRP1 dan MRP2 diukur dengan qRT-PCR dan dihitung dengan metode livak.
Hasil: Terdapat peningkatan ekspresi mRNA pada perlakuan EB pada MRP1 dan MRP2, relatif terhadap DMSO. Peningkatan ekspresi mRNA meningkat pada EBK8.5, dan menurun pada EBK17 pada MRP1. Terjadi sebaliknya pada MRP2.
Kesimpulan: Kurkumin dapat bekerja sebagai terapi pendamping pada terapi endoksifen dan estradiol untuk menurunkan resistensi dari MRP1 dan MRP2.

Background: Curcumin is known to inhibit drug efflux transporter overexpression, such as multidrug resistance protein 1 MRP1 dan MRP2, which in previous experiment, suspected as a causal of MCF 7 cell resistancy given endoxifen and estradiol repeatedly. This study aims to prove whether curcumin can inhibit expression of MRP1 and MRP2 in MCF 7 given endoxifen and estradiol repeatedly.
Method: This experimental design uses cDNA from RNA isolation synthesis, which treatment group given repeatedly on MCF 7 3x per week until 8th week. The treatment groups are DMSO negative control, Endoxifen 1,000 nM L Estradiol 1 nM L EB, positive control, Endoxifen 1,000 nM L Estradiol 1 nM L Curcumin 8.5 M EBK8.5, and Endoxifen 1,000 nM L Estradiol 1 nM L Curcumin 17 M EBK17. Relative mRNA expression in MRP1 and MRP2 is measured with qRT PCR and quantified with Livak method.
Result: There is an increased mRNA expression in treatment of EB in MRP1 and MRP2, relative to DMSO. Increased mRNA expression is higher on EBK8.5, and lower on EBK17 in MRP1, and conversely in MRP2.
Conclusion: Curcumin could work as adjuvant for Endoxifen and Estradiol therapy to decrease resistancy caused by mRNA expression of MRP1and MRP2.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rubiana Sukardi
"Latar Belakang: Penggunaan mesin pintas jantung paru (PJP) selama operasi koreksi pada pasien tetralogi Fallot (TF) dapat menyebabkan respons inflamasi yang intensif. Kombinasi pemberian kardioplegia dan penglepasan spesies oksigen reaktif selama fase reperfusi juga meyebabkan cedera iskemia reperfusi miokardium. Kurkumin diketahui sebagai scavenger beberapa spesies oksigen reaktif. Selain itu, kurkumin juga meningkatkan aktivitas antioksidan seperti glutation (GSH) dan menekan fosforilasi nuclear factor-kappa B (NFκB) dan c-Jun N-terminal kinase (JNK). Inhibisi NFκB dan regulasi jalur bawah JNK merupakan mekanisme yang penting untuk menekan respons inflamasi.
Tujuan: Untuk mengevaluasi efek proteksi kurkumin sebagai antioksidan pada pasien TF yang menjalani operasi koreksi dengan menilai konsentrasi MDA dan GSH dalam serum, protein aktif NFκB, JNK dan kaspase-3 di miokardium, serta luaran klinis pascabedah.
Metodologi: Pasien TF usia 1-6 tahun yang direncanakan menjalani operasi koreksi dirandomisasi secara acak ke dalam kelompok kurkumin atau plasebo. Kurkumin (45 mg/hari) diberikan peroral selama 14 hari prabedah. MDA dan GSH dinilai pada fase praiskemia, iskemia, reperfusi, dan 6 jam pasca-klem silang aorta dilepas. Pada saat operasi spesimen darah diambil dari atrium kanan pada fase praiskemia dan 6 jam pasca-klem silang aorta dilepas, sedangkan dari sinus koronarius diambil pada fase iskemia dan reperfusi. Untuk menilai NFκB, JNK, dan kaspase-3, spesimen jaringan otot jantung diambil dari infundibulum pada fase praiskemia, iskemia, dan reperfusi. NFκB dan JNK dianalisis dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), sedangkan kaspase-3 dengan teknik imunohistokimia. Parameter hemodinamik dan fungsi ventrikel dicatat saat 6 jam, 24 jam, 36 jam, dan hari ke-5 pascabedah.
Hasil: Selama periode Juli 2012 - Juli 2013, terdapat 45 orang pasien yang direkrut (22 kurkumin dan 23 plasebo). Tidak ada perbedaan konsentrasi MDA dan GSH pada tiap fase pengamatan pada kedua kelompok. Tidak ada beda bermakna aktivitas protein aktif NFκB di antara ketiga fase pengamatan praiskemia, iskemia, atau reperfusi. Tetapi pada kelompok kurkumin aktivitas protein aktif JNK menurun dari fase praiskemia ke fase reperfusi. Ekspresi kaspase-3 pada fase praiskemia dan reperfusi pada kedua kelompok tidak berbeda. Namun pada kelompok kurkumin terdapat penurunan ekspresi kaspase-3 yang bermakna pada fase iskemia. Hasil klinis menunjukkan terdapat penurunan suhu lebih rendah dan fungsi ventrikel kanan dan kiri yang lebih baik pada kelompok kurkumin secara bermakna, meskipun tidak ada beda dalam waktu pemakaian ventilasi mekanis dan lama perawatan pada kedua kelompok.
Simpulan: Efek kardioproteksi kurkumin pada cedera iskemia reperfusi pascabedah koreksi TF menghambat jalur JNK dan kaspase-3 yang terjadi pada kardiomiosit, terutama pada fase iskemia. Kurkumin juga memperbaiki fungsi ventrikel kanan dan kiri, serta menurunkan suhu perioperatif.

Background. Cardiopulmonary bypass (CPB) during tetralogy of Fallot (TF) corrective surgery has been associated with an intense inflammatory response. The cardioplegia used during surgery and the extraburst of reactive oxygen species (ROS) generated during reperfusion contributes to myocardial ischemia and reperfusion injury. Curcumin has been known as a potent scavenger of several types of ROS. It also enhances the activity of antioxidant, such as glutathione (GSH), and suppresses phosphorylation of nuclear factor-kappa B (NFκB) and c-Jun N-terminal kinase (JNK). Inhibition of NFκB and down regulation of the JNK pathway could be potential mechanisms for controlling inflammatory responses and apoptosis, respectively.
Objectives. To evaluate the protective effects of curcumin as an antioxidant in patients undergoing TF corrective surgery by evaluating the blood levels of MDA and GSH, activity of NFκB and JNK, the presence of caspase-3 (C-3) in the myocardium, and post-operative clinical outcomes.
Methods. TF patients aged 1-6 years who were scheduled for elective corrective surgery were randomized double blind to receive either curcumin (45 mg/day) or placebo orally for 14 days prior to surgery. MDA and GSH levels were evaluated during the pre-ischemia, ischemia, and reperfusion phases, as well as 6 hours after aortic clamping off. Blood specimens were taken directly from the right atrium for the pre-ischemia data and for the 6 hours after aortic clamping off data; and from the coronary sinus for the ischemia and reperfusion data. To assess NFκB, JNK, and C-3, tissue specimens were taken from the infundibulum during the pre-ischemia, ischemia, and reperfusion phase. NFκB and JNK were measured by an enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) methods, and C-3 was measured by an immunohistochemical technique. Hemodynamic parameters and ventricular functions were monitored at 6-, 24-, and 48-hours post-surgery, and day 5 post-surgery.
Results. During July 2012-July 2013, 45 patients were included, 22 in the curcumin and 23 in the placebo groups. In the 4 observation phases, MDA and GSH concentrations were similar between treatment groups. Also, there was no significant difference in NFκB activity between the groups for 3 observations. However, in the curcumin group, JNK activity significantly decreased from the pre-ischemia to reperfusion phases compared to the control group. C-3 expression in both the pre-ischemia and reperfusion phases was not significantly different between groups. However, C-3 expression in the curcumin group was significantly lower than placebo in the ischemia phase. Patients in the curcumin group had lower temperature and better right and left ventricular functions, but there were no significant differences in mechanical ventilation, or length of hospital or ICU stay in the two groups.
Conclusion. Cardioprotective effects of curcumin on ischemia reperfusion injury after TF corrective surgery may include inhibition of the JNK pathway and C-3 in cardiomyocytes, particularly in an ischemia phase. Curcumin also improves right and left ventricular functions and lower perioperative temperature.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basalamah, Ahmad Muhammad
"Kanker ovarium merupakan kanker ginekologi tersering kedua, setelah kanker serviks dan juga merupakan salah satu jenis kanker dengan angka insidensi tertinggi pada wanita Indonesia. Cisplatin adalah salah satu jenis kemoterapi yang sering digunakan dalam terapi kanker ovarium. Cisplatin bekerja dengan memproduksi oksidatif stress untuk melawan sel kanker, akan tetapi mekanisme ini berpotensi untuk membahayakan tubuh, seperti menyebabkan toksisitas pada organ seperti hati dan ginjal, maupun toksisitas sistemik. Untuk mengurangi efek samping dari cisplatin, curcumin dapat ditambahkan. Curcumin juga dapat meningkatkan efek anti kanker cisplatin, akan tetapi bioavailabilitas curcumin masih cukup rendah. Oleh karena itu, kelompok penelitian kami mengembangkan curcumin dalam bentuk nano partikel, atau Nanocurcumin dengan ukuran 11,5 nm, yang sudah terbukti meningkatkan bioavailabilitas kurkurmin dalam tubuh. Penelitian ini adalah penelitian in vivo pada tikus Wistar betina. Penelitian ini mengobservasi efek anti kanker kemoterapi terhadap stress oksidatif yang dihasilkan oleh efek samping pengobatan kemoterapi dengan melihat konsentrasi SOD, GSH dan MDA dari sampel darah yang diambil dari vena di ekor tikus. Hasil yang diperoleh peneliti adalah tidak signifikan secara statistik, sehingga disimpulkan bahwa bahwa curcumin dan nanocurcumin tidak memodulasi SOD, GSH dan MDA pada terapi kanker ovariaum yang mendapat terapi cisplatin.

Ovarian cancer is the second most common gynaecological cancer, and is also one of cancer that has the highest incidence level in Indonesian women. One of the main chemotherapy that is used to treat ovarian cancer therapy is cisplatin. Cisplatin works by generating oxidative stress to fight the cancer, however this would act as double edged knife. While generating oxidative stress is good for the therapeutic purpose, it would cause harm to the body, such as causing organ toxicity and systemic toxicity. To reduce the side effect of cisplatin, curcumin can be used. Curcumin also has an anti-cancer effect that can enhance the therapeutic effect of cisplatin. However, curcumin has a low bioavailability. To overcome this, our research group developed a nanosized curcumin, called Nanocurcumin, with the size of 11,5 nm, it has been proven to increase the bioavailability of curcumin in the body. This research is in an in vivo experiment on female Wistar rats. This research will observe the effect of anticancer co-chemotherapy on oxidative stress, by looking into GSH, SOD and MDA concentration from blood samples that were collected from the vein of the rat's tail. Results obtained for GSH, SOD and MDA were statistically insignificant (p>0,05). In conclusion, curcumin and nanocurcumin don't modulate GSH, SOD and MDA in ovarian cancer model in rats treated with cisplatin.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franciscus D. Suyatna
"Kurkumin, bahan aktif tanaman kurkuma diduga bermanfaat dalam pengobatan penyakit hati. Dalam penelitian terdahulu, diperlihatkan efek protektif kurkumin terhadap peroksidasi lipid dan swelling mitokondria yang diisolasi dari hati tikus karena pemberian t-butilhidroperoksida (t-BuOOH). Dalam penelitian ini, pemberian t-BuOOH 90 M menyebabkan mitokondria tidak dapat membentuk potensial transmembran (m). Kegagalan pembentukan potential transmembran diduga berhubungan dengan transisi permeabilitas dan apoptosis. Dari 3 dosis kurkumin yang dicoba (0,5 M, 2,5 M dan 5,0 M), ternyata kurkumin dosis 2,5 M dapat mencegah kegagalan pembentukan potensial transmembran akibat t-BuOOH (79,13 + 6,28%). Pemeriksaan elektroforesis protein mitokondria menunjukkan kurkumin 1000 M dapat mencegah agregasi protein yang terjadi akibat t-BuOOH. Dari penelitian ini diperlihatkan efek proteksi kurkumin terhadap kerusakan sistem pembentukan energi dan protein mitokondria yang disebabkan oleh t-BuOOH. (Med J Indones 2007; 16:139-45)

Curcumin, an active ingredient of curcuma plant has been thought to be beneficial in the treatment of liver diseases. In the previous studies, we have shown the protective effects of curcumin against lipid peroxidation and swelling of the rat liver mitochondrial preparation induced by tert-butylhydroperoxide (t-BuOOH). In the present study, the administration of t-BuOOH of 90 M caused the mitochondria failed to generate a transmembrane potential (m). Of 3 doses of curcumin administered (0.5 M, 2.5 M dan 5.0 M) the maximum protective effect against failure to generate a transmembrane potential caused by t- BuOOH was obtained by 2.5 M of curcumin (79.13 + 6.28%). Further, curcumin of 1000 M could prevent protein aggregation formation caused by t-BuOOH in the electrophoretogram. This study shows the protective effects of curcumin against damaged of energy production system and protein of the mitochondria caused by t-BuOOH. (Med J Indones 2007; 16:139-45"
Medical Journal of Indonesia, 2007
MJIN-16-3-JulySept2007-139
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zhuisa Martiara Sari
"Emas (Au) merupakan salah satu logam transisi yang dapat dimanfaatkan sebagai agen terapi, khususnya agen antikanker. Dendrimer merupakan makromolekul yang banyak digunakan sebagai pembawa nanopartikel. Nanopartikel emas dibuat dengan pembawa dendrimer Poliamidoamin (PAMAM) generasi 4 (G4) pada berbagai rasio mol Au : dendrimer. Penelitian ini bertujuan membuat nanopartikel emas dengan dendrimer PAMAM G4 (nanogold-PAMAM G4) pada rasio mol Au : dendrimer (1 : 0,7), (1 : 0,07) dan (1 : 0,007). Nanogold- PAMAM G4 dipisahkan dengan metode ultrasentrifugasi dengan kecepatan 50.000 rpm selama 45 menit pada suhu 4ºC. Karakterisasi fisikokimia nanogold- PAMAM G4 dilakukan menggunakan TEM, PSA, FTIR, Spektrofotometer UVVis dan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan ukuran partikel nanogold-PAMAM G4 berada pada rentang 1,83 ± 0,58 - 24,53 ± 13,30 nm. Hasil karakterisasi nanogold-PAMAM G4 menunjukkan partikel cenderung stabil (indeks polidispersitas = 0,457 dan 0,422) dan efisiensi penjerapan dendrimer PAMAM G4 antara 51,44% - 94,15%. Nanogold-PAMAM G4 (1 : 0,07) memberikan hasil yang paling optimal dengan efisiensi penjerapan = 94,15%.

Gold (Au) is one of transition metals that can be used as therapeutic agents, especially anticancer agents. Dendrimer is one of the macromolecul that usually used as nanoparticle carrier. Gold nanoparticles with dendrimer Polyamidoamine (PAMAM) G4 carrier are made at different molar ratio of Au: Dendrimer. The aims of the research are made a preparation of gold nanoparticles with dendrimer PAMAM G4 (nanogold-PAMAM G4) on the molar ratio Au: dendrimer (1: 0,7), (1: 0,07) and (1: 0,007). Purification of nanogold-PAMAM G4 using ultrasentrifuge method in 50.000 rpm during 45 minutes with temperature 4ºC. Physicochemical characterization of nanogold-PAMAM G4 performed using TEM, PSA, FTIR, UVVis Spectrophotometer and Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). The results show that the particle size of nanogold-PAMAM G4 between 1,83 ± 0,58 - 24,53 ± 13,30 nm. The results of the characterization nanogold-PAMAM G4 show stable particles (polydispersity index = 0.457 and 0.422) and entrapment efficiency dendrimer PAMAM G4 of 51,44% - 94,15%. Nanogold-PAMAM G4 (1: 0,07) give the most optimal result with entrapment efficiency = 94.15%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43349
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zhuisa Martiara Sari
"ABSTRAK
Emas (Au) merupakan salah satu logam transisi yang dapat dimanfaatkan
sebagai agen terapi, khususnya agen antikanker. Dendrimer merupakan
makromolekul yang banyak digunakan sebagai pembawa nanopartikel.
Nanopartikel emas dibuat dengan pembawa dendrimer Poliamidoamin (PAMAM)
generasi 4 (G4) pada berbagai rasio mol Au : dendrimer. Penelitian ini bertujuan
membuat nanopartikel emas dengan dendrimer PAMAM G4 (nanogold-PAMAM
G4) pada rasio mol Au : dendrimer (1 : 0,7), (1 : 0,07) dan (1 : 0,007). Nanogold-
PAMAM G4 dipisahkan dengan metode ultrasentrifugasi dengan kecepatan
50.000 rpm selama 45 menit pada suhu 4ºC. Karakterisasi fisikokimia nanogold-
PAMAM G4 dilakukan menggunakan TEM, PSA, FTIR, Spektrofotometer UVVis
dan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan
ukuran partikel nanogold-PAMAM G4 berada pada rentang 1,83 ± 0,58 - 24,53 ±
13,30 nm. Hasil karakterisasi nanogold-PAMAM G4 menunjukkan partikel
cenderung stabil (indeks polidispersitas = 0,457 dan 0,422) dan efisiensi
penjerapan dendrimer PAMAM G4 antara 51,44% - 94,15%. Nanogold-PAMAM
G4 (1 : 0,07) memberikan hasil yang paling optimal dengan efisiensi penjerapan =
94,15%.

ABSTRACT
Gold (Au) is one of transition metals that can be used as therapeutic agents,
especially anticancer agents. Dendrimer is one of the macromolecul that usually used
as nanoparticle carrier. Gold nanoparticles with dendrimer Polyamidoamine
(PAMAM) G4 carrier are made at different molar ratio of Au: Dendrimer. The aims
of the research are made a preparation of gold nanoparticles with dendrimer
PAMAM G4 (nanogold-PAMAM G4) on the molar ratio Au: dendrimer (1: 0,7), (1:
0,07) and (1: 0,007). Purification of nanogold-PAMAM G4 using ultrasentrifuge
method in 50.000 rpm during 45 minutes with temperature 4ºC. Physicochemical
characterization of nanogold-PAMAM G4 performed using TEM, PSA, FTIR, UVVis
Spectrophotometer and Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). The
results show that the particle size of nanogold-PAMAM G4 between 1,83 ± 0,58 -
24,53 ± 13,30 nm. The results of the characterization nanogold-PAMAM G4 show
stable particles (polydispersity index = 0.457 and 0.422) and entrapment efficiency
dendrimer PAMAM G4 of 51,44% - 94,15%. Nanogold-PAMAM G4 (1: 0,07) give
the most optimal result with entrapment efficiency = 94.15%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43349
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>