Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68820 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Sakti Pratama, Author
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas kapabilitas pengembangan kepariwisataan di Pulau Tidung
dari sisi kelembagaan. Kegiatan kepariwisataan yang ada di Pulau tidung
merupakan wisata nelayan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
perekonomian dengan mengandalkan potensi bahari. Dalam kurun waktu yang
tidak lama, wisata nelayan Pulau Tidung menjadi destinasi yang digemari
wisatawan. Masyarakat lokal meresponnya dengan gencar membuka beragam jasa
wisata namun justru bersifat ekploitasi atas potensi yang ada.Penelitian ini
menggunakan pendekatan post-positivistikyang dilandasi teori kapabilitas
kelembagaan yang dikemukakan oleh Shabbir Cheema (1981). Hasil penelitian
menunjukan bahwa ambisi besar masyarakat sangat didasari motif ekonomi dan
kurang memperhatikan kualitas jasa wisata itu sendiri. Pada sisi lain pemerintah
yang seharusnya melaksanakan strategi pembangunan ekonomi pariwisata
masyarakat dengan memperhatikan aspek keberlanjutan dan profesionalisme,
belum memiliki masterplan yang jelas sehingga setiap program Pemerintah yang
bersentuhan dengan pembangunan pariwisata Pulau Tidung belum terintegrasi
antara satu dengan yang lainnya.

ABSTRACT
This thesis discussed about tourism development capability of Tidung Island from
institutional aspect. Tourism activities in Tidung Island called “fisherman
tourism” which held to improve the economy by relying on maritime potential. In
a short times, Tidung Island became a popular tourist destination and local
responded with opening various of tourist servisces highly but it was exploitation
of local potentials. The study uses post-positivist approach which based on
institutional capability theory by Shabbir Cheema (1981). The result showed that
local ambitions based on economic motives and given less attention to tourist
services quality. On the other hand, government whom should to implement
development strategy of local tourism by focusing on sustainability and
professionalism, it doesn’tgiven a clear master plan, so regional tourism program
in Tidung Island are not integrated with each other."
2014
S56050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruswadi
"Sumberdaya terumbu karang di Pulau Tidung telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk berbagai keperluan. Pada saat ini sebagian masyarakat Pulau Tidung menggantungkan hidupnya sebagai penyedia jasa kegiatan wisata yang sebelumnya berprofesi sebagai nelayan. Adanya kegiatan wisata di Pulau Tidung yang tanpa terkendali yang memanfaatkan keindahan karang dapat berdampak terjadinya penurunan kualitas terumbu karang di sekitarnya. Metode pengamatan untuk mengamati tingkat kerusakan karang adalah Line Intercept Transect dan faktor lingkungan diamati dengan pengukuran berbagai parameter lingkungan perairan secara langsung di lapangan. Aspek sosial ekonomi dan pengelolaan dikaji dari berbagai peraturan yang telah ada dan wawancara secara mendalam dengan penduduk setempat dan wisatawan. Penelitian ini membahas mengenai kondisi kerusakan terumbu karang dan faktor penyebabnya baik faktor antropogenik maupun non-antropogenik serta pengelolaan terumbu karang di Pulau Tidung. Beberapa faktor yang diamati yaitu kondisi perairan, kondisi terumbu karang, aspek sosial masyarakat dan kebijakan pengelolaan terumbu karang. Kondisi perairan meliputi suhu, kecerahan, kecepatan arus, pH, salinitas, fosfat dan nitrat. Kondisi karang meliputi persentase tutupan karang, indeks keanekaragaman, dan indeks dominasi. Penelitian dilaksanakan selama bulan Juni – Agustus 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di Pulau Tidung dalam kondisi rusak - sedang dengan persentase tutupan karang hidup antara 21,41% – 30,19%. Indeks keanekaragaman tutupan berkisar antara 2,0423 – 2,1495 dan indeks dominasi tutupan berkisar antara 0,1433 – 0,1466, nilai tersebut memperlihatkan adanya keanekaragaman dan tekanan lingkungan yang sedang, dan tidak adanya dominasi tutupan karang tertentu. Parameter kualitas air laut memperlihatkan masih dalam ambang batas normal untuk kehidupan karang. Faktor antropogenik berupa kegiatan pariwisata, penambangan karang, pengeboman dan pengoperasian kapal di daerah terumbu karang diduga berperan terhadap kerusakan karang di Pulau Tidung. Pengelolaan terumbu karang di Pulau Tidung telah diatur melalui beberapa peraturan baik secara nasional maupun oleh pemerintah setempat, namun pelaksanaannya belum optimal sehingga diperlukan implementasi kebijakan yang lebih baik dengan menerapkan program kesadaran masyarakat, penegakan hukum dan peran masyarakat secara aktif dalam mengelola sumberdaya laut.

Coral reef resources in Tidung Island has been used by local people for various purposes. At this time most of local people working as a travel provider or tourist guide. The existence of tourist activities in Tidung Island that utilizes the exotic of coral reefs affect the condition of coral reefs in this area. Observation method to observe the level of coral damage is Line Intercept Transect and environmental factors observed by measuring several water quality parameters. Socio-economic and management aspects examined from existing regulations and interviews with local people and tourists. The aim of this study is to discuss the coral condition and the causes of coral degradation including anthropogenic factors, non-anthropogenic and management of coral reefs in Tidung Island, Seribu Islands, north off Jakarta. Several factors were observed, namely the condition of waters, coral reefs, and social aspects and management. Water conditions include temperature, brightness, speed of flow, pH, salinity, phosphate and nitrate, and the condition of coral include life form percentage, index of diversity, and dominance index. The research was conducted during June to August 2011. The results show that the condition of coral reefs in Tidung Island was categorised bad condition to moderate with the percentage of life form ranges between 21.41% - 30.19%. Index of diversity ranged from 2.0423 to 2.1495 and dominance index ranged between 0.1433 to 0.1466. These showed ​​that the level of diversity and environmental pressures are medium, and has no a spesific type of coral cover that dominates in coral reefs. Water quality parameters are still within normal limits for coral life. Anthropogenic factors such as tourism, mining coral, destructive fishing (bombings) and the operation of ships in coral reef are thought to contribute to destruction of coral reef in Tidung Island. Management of coral reefs in Tidung Island has been governed by several regulations by both national and local government, but the implementation has not been optimized so the implementation of better policies by implementing public awareness programs, law enforcement and community participation in managing marine resources is needed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Syukur
"Fokus penelitian ini adalah meneliti tentang isteri-isteri yang ditinggal suami yang bekerja sebagai nelayan samudera selama 3 s/d 4 bulan melaut, di Kelurahan Pulau Tidung Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten Administrasi Kepulauan seribu Provinsi DKI Jakarta, faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap kemandirian kehidupan istri-istri tersebut saat suami mereka pergi ke laut? serta sejauh mana faktor-faktor tersebut berpengaruh dalam kehidupan para isteri tersebut. Kemudian penelitian ini juga melihat bagaiamana proses interaksi antara aktor para istri dengan masyarakat dalam struktur sosial masyarakat, saat istri-istri tersebut menjalankan kehidupannya.
Pola-pola pembagian kerja secara umum yang terjadi pada keluarga batih, pada keluarga nelayan ini tidak berlaku, semua itu terjadi oleh karena pekerjaan suami sebagai nelayan samudera, mengharuskan isteri berperan menggantikan posisi suaminya dalam berbagai persoalan hidup yang dihadapinya. Seperti persoalan ekonomi kebutuhan hidup sehari-hari, pengasuhan anak dan pendidikan anak, serta persoalan-persoalan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.
Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah Kualitatif-Deskriptif, yaitu jenis penelitian yang akan menggambarkan/mendeskripsikan fenomena sosial. Fenomena yang dimaksud dalam hal ini, adalah fenomena kehidupan perempuan sebagai kepala keluarga dalam waktu tertentu (3 s/d 4 bulan). Penelitian ini juga menggunakan pendekatan studi kasus, pendekatan ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang kehidupan istri-istri yang ditinggal suami mereka yang bekerja sebagai nelayan samudera dalam jangka waktu relatif panjang. Adapun data lapangan yang dipergunakan dalam penelitian ini, berupa wawancara (pedoman wawancara terbuka), dan pengamatan yang mendalam terhadap informan utama.
Berdasarkan data primer dan data sekunder serta telaah kepustakaan terhadap beberapa literatur yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang didapat; Pertama kemandirian yang dilakukan para isteri nelayan samudera didorong oleh pendapatan suami yang serba tidak cukup, artinya pendapatan suami mereka yang bekerja selama 4 bulan di laut, tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya untuk waktu tersebut. Kedua kemandirian yang terjadi juga didukung oleh budaya setempat yang menganggap kegiatan yang dilakukan oleh isteri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti berjualan keliling disekitar Pulau Tidung, mencari remis, mencari kayu bakar, kuli nyuci, kuli gosok atau membantu di rumah orang, tidak bertentangan dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di kelurahan Pulau Tidung.
Untuk membantu menganalisa terhadap kasus ini, penelitian ini menggunakan pendekatan Struktural Fungsionalnya Talcott Parsons. Meski Parsons tidak secara langsung menyinggung masalah perempuan, namun dia membahasnya dengan empat fungsi penting untuk semua sistem "tindakan" yang kemudian terkenal dengan skema AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latency), Pola AGIL yang dipergunakan ini mampu menolong para isteri, yang secara umum dalam penelitian digambarkan sebagai sosok yang mampu bertahan dan mempertahankan hidupnya dengan cara ber-adaptasi (Adaptasion=A) dengan keadaan dan situasi yang dihadapinya, dengan caranya sendiri tentunya. Dampaknya dapat terlihat dalam kehidupannya yang serba kekurangan, dia mampu membuat hidup dirinya dan keluarganya yang ditinggalkan oleh suaminya yang bekerja sebagai nelayan, mampu di hadapinya, tentunya dengan cara-caranya sendiri (Goal=G), untuk keperluan itu para isteri juga melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya (Latency=L), sehingga terjalin hubungan yang baik antara isteri dengan masyarakat yang sudah pasti, hal tersebut sejalan dengan aturan dan norma yang berlaku di masyarakat (Integration=I)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riezky Rizaldy
"Kepulauan Seribu dalam bentuk pulau membuat implementasi program pembangunan terhambat. Konsumsi listrik tergantung pada jumlah peralatan listrik yang dimiliki, ukuran tempat tinggal di samping peningkatan konsumsi listrik untuk sektor rumah tangga karena peningkatan populasi dan pendapatan per kapita. Konsep gaya hidup listrik rumah tangga terkait dengan aspek sosial dan perilaku konsumsi energi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan konsumsi listrik berdasarkan pengguna listrik di Pulau Pramuka, Pulau Panggang dan Pulau Tidung dan menjelaskan bagaimana hubungan pendapatan, luas bangunan dan penggunaan peralatan elektronik dengan konsumsi listrik. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data tentang luas bangunan, pendapatan, dan penggunaan peralatan elektronik. Analisis spasial digunakan untuk melihat perbedaan konsumsi listrik spasial, analisis statistik digunakan untuk melihat hubungan antara luas bangunan, pendapatan dan penggunaan peralatan elektronik dengan konsumsi listrik. Hasilnya adalah sektor komersial terletak di sepanjang garis pantai, sektor rumah tangga menyebar di tengah, sedangkan sektor campuran terletak di tengah sektor rumah tangga. Ada hubungan antara pendapatan dan penggunaan peralatan elektronik dengan konsumsi listrik, sedangkan luas bangunan tidak memiliki hubungan dengan konsumsi listrik. Tetapi variabel ini tidak berlaku untuk sektor komersial, karena memiliki perilaku penggunaan listrik yang berbeda dari sektor lainnya.

The Thousand Islands in the form of islands has hampered the implementation of development programs. Electricity consumption depends on the number of electrical equipment owned, the size of the residence in addition to the increase in electricity consumption for the household sector due to increased population and per capita income. The concept of a household electrical lifestyle is related to social aspects and energy consumption behavior. The purpose of this study is to determine the differences in electricity consumption based on electricity users in Pramuka Island, Panggang Island and Tidung Island and explain how the income, building area and use of electronic equipment relate to electricity consumption. The questionnaire was used to obtain data on building area, income, and use of electronic equipment. Spatial analysis is used to see differences in spatial electricity consumption, statistical analysis is used to see the relationship between building area, income and use of electronic equipment with electricity consumption. The result is that the commercial sector is located along the coastline, the household sector is spread in the middle, while the mixed sector is located in the middle of the household sector. There is a relationship between income and use of electronic equipment with electricity consumption, while building area has no relationship with electricity consumption. But this variable does not apply to the commercial sector, because it has a behavior of electricity usage that is different from other sectors."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Septia Andi Akbarsyah
"ABSTRAK
Penelitian ini menyajikan gambaran lengkap mengenai partisipasi masyarakat yang dilakukan dalam pengembangan pariwisata yang berlangsung di Pulau Pramuka. Keberadaan pariwisata di Pulau Pramuka saat ini tidak lepas dari keterlibatan secara aktif masyarakat setempat. Penelitian ini membahas mengenai proses partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat setempat Pulau Pramuka untuk melihat sejauh mana masyarakat berperan penting dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di suatu kawasan. Penelitian ini juga berfokus pada pengetahuan dan perspektif yang dibentuk oleh masyarakat Pulau Pramuka (emic) dengan menggunakan metode etnografi dan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan partisipasi observasi. Melalui data-data tersebut nantinya akan menjadi penting dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan selama ± 40 hari di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

ABSTRACT
This research presents a comprehensive picture regarding community participation in the development of tourism that takes place on Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. The existence of tourism on Pulau Pramuka is currently inseparable from the involvement of local community. This study discusses the participation process carried out by local community of Pulau Pramuka in which they play important role in the development of community-based tourism in stated area. This research also focuses on the knowledge and perspective created by the local community of Pulau Pramuka (emic) using ethnographic methods with in-depth interviews and participatory observation data colections techniques. Furthermore, these data will be important in this study. Data collection was carried out for ± 40 days on Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrey Banyudoyo
"Sebagai sebuah negara yang kaya akan kekayaan alam, Indonesia adalah sebuah negara agraria dengan potensi kekayaan alam yang luar biasa. Maka dari itu, untuk memaksimalkan implementasi pengembangan wisata, terdapat regulasi oleh pemerintah pusat yang memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk memaksimalkan setiap potensi yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. Pengembangan pariwisata nasional memang sudah meningkat selama lima tahun terakhir ini, hal ini dikarenakan terdapat kesempatan bagi masing-masing wilayah untuk mengembangkan potensi wilayahnya sendiri. Hal ini kemudian memberikan kesempatan kepada pemerintah untuk membuat langkah yang konkrit untuk mengembangkan sebuah daerah yang memiliki potensi yang bagus untuk dijadikan tempat pariwisata kedepannya, selama pengembangan tersebut memiliki dampak kepada komunitas/penduduk yang ada di tempat tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini berupa studi dokumentasi, observasi, dan wawancara mendalam dengan menggunakan informan dan menggunakan Purposive Sampling. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah, bahwa pemerintah daerah telah membuat bermacam-macam usaha, seperti pembangunan infrastruktur dan pembangunan fasilitas untuk mengembangkan area pariwisata di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

As one of the countries that has rich natural potential, Indonesia is an archipelago country that has extraordinary natural potential. Therefore, to ensure maximum efforts from the implementation of these efforts, a regulation was formed whereby the Central Government authorizes the Regional Government to maximize its potential. the. . The development of national tourism which is quite good in the last five years provides opportunities for each region that has the potential to further develop and maximize all the potential of its region. This then provides an opportunity for the government to build concrete steps in developing an area that originally had potential in the end. can be used to encourage the area to become a tourist area, where these conditions have an impact on the community in the area. The purpose of writing this article is to find out the efforts of the local government in building community welfare through the development of tourist areas on Pari Island. This research use a qualitative approach with descriptive research type. Data collection techniques in the form of documentation study, observation and in-depth interviews. By taking informants using purposive sampling. The results obtained are that the government has made various efforts, such as facility and infrastructure development to develop the tourism area on Pari Island. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Apriza Khairunnisa
"Skripsi ini membahas konflik lahan akibat adanya perampasan lahan masyarakat oleh korporasi untuk industri pariwisata di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Perampasan lahan di Pulau Pari kerap menimbulkan hilangnya lahan tempat tinggal dan mata pencaharian masyarakat. Dalam menghadapi masalah ini, masyarakat melakukan perlawanan dan berjejaring dengan LSM untuk merebut hak atas ruang hidup mereka kembali. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dan wawancara mendalam dengan masyarakat serta LSM terkait untuk menganalisis dinamika ekonomi politik dan perlawanan masyarakat. Melalui konsep Accumulation by Dispossession menurut David Harvey dan teori Perlawanan. Atas Perampasan Lahan oleh Saturnino M Borras dan Jennifer C Franco dalam artikel jurnalnya yang berjudul Land Grabbing and Political Reactions „From Below‟, skripsi ini mendukung argumen bahwa korporasi dan negara dalam perampasan lahan di Pari menciptakan pra-kondisi bagi pembentukan ruang baru kapitalisme. Ruang baru ini berbasis akumulasi dengan cara perampasan yang melucuti manusia dari alat produksi dan menciptakan manusia tanpa tanah sebagai operasi akumulasi kapital oleh industri pariwisata dan berpotensi menyingkirkan nelayan dan masyarakat lokal sebagai aktor dalam pengelolaan sumber daya pulau kecil. Munculnya perlawanan masyarakat adalah sebagai bentuk respons dari adanya perampasan lahan. Adapun, empat bentuk perlawanan yaitu, perlawanan terhadap pengusiran, kaum bawah dimasukkan ke dalam perusahaan atau menuntut peningkatan hakinklusi mereka, perlawanan konsentrasi tanah dan untuk redistribusi dan pengakuan, serta perlawanan melintasi tumpang tindih atau berpotongan geografis dan ruang institusional. Dari keempat perlawanan tersebut, perlawanan pertama dan ketiga yang cocok dengan permasalahan di Pulau Pari, karena masyarakat dan KSPP lainnya meyurati dan demonstrasi di kantor pemerintahan atas perlawanan terhadap pengusiran dan menuntut pihak terkait untuk menyelesaikan permasalahan.

This thesis discusses land conflicts due to the expropriation of people land by corporations for the tourism industry on Pari Island, Thousand Islands, DKI Jakarta. Land grabbing on Pari Island often results in the loss of residential land and people's livelihoods. In facing this problem, the people fought back and networked with NGOs to reclaim their right to their living space. The research was conducted using a qualitative approach and in-depth interviews with the people and related NGOs to analyze the dynamics of the political economy and people resistance. Through the concept of Accumulation by Dispossession according to David Harvey and the theory of Resistance to Land Grabbing by Saturnino M Borras and Jennifer C Franco in their journal article entitled Land Grabbing and Political Reactions 'From Below', this article supports the argument that corporations and the state in land grabbing in Pari create the pre-conditions for the formation of a new space of capitalism. This new space is based on accumulation by dispossessing humans from the means of production and creating landless people as a capital accumulation operation by the tourism industry and has the potential to get rid of fishermen and local communities as actors in the management of small island resources. The emergence of people resistance is a form of response to land grabbing. Meanwhile, there are four forms of resistance, namely, struggles against expulsion, struggles for, and around the terms of, incorporation, struggles against land concentration, and for redistribution and recognition, and struggles across overlapping or intersecting geographical and institutional. Of the four resistances, the first and third matches the problems in Pari Island, because the people and other KSPP wrote letters and demonstrated at government offices against the evictions and demanded the relevant parties
to resolve the problems.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanto Kusnadi
"Pulau kecil merupakan pulau yang memiliki keanekaragaman yang spesifik, sumberdaya aiam yang terbatas dangan masyarakat yang memiliki karakteristik sosial budaya yang beradaptasi dengan kehidupan pulau. Ekosistem kapulauan memiliki karakteristik adanya keterbataaan daya dukung Iingkungan baik lahan maupun air sebagai kebutuhan dasar.
Pulau Panggang merupakan pulau dengan Iuas 9 Ha, pada tahun 2001 dihuni oleh 3.275 jiwa dengan kepadatan 364 jiwa/ha adalah melebihi kepadatan kota Jakarta (144 jiwa/ha). Kepadatan penduduk, di pulau kecil akan mengakibatkan terjadinya tekanan tarhadap Iingkungan dan berdampak pada penurunan sumberdaya pulau. Air bersih akan semakin langka dan mahal yang pada akhimya akan membebani perekonomian masyarakat pulau. Untuk mengatasi masalah tekanan penduduk terhadap sumberdaya air maka di pulau kecil harus dilakukan pengelolaan air bersih dengan tujuan untuk mempertahankan ketersadiaan air bersih yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk pulau.
Pangelolaan air bersih di Pulau Panggang menjadi masalah penting karena keterbatasan sumber air bersih dan kemampuan masyarakat untuk membayar. Hingga saat ini penduduk Pulau Panggang memanfaatkan air bersih dari air hujan yang ditampung daiam tangki/bak penampungan. Penurunan kualitas Iingkungan dapat teridentifikasi dan penurunan kuantitas dan kualitas air sumur dangkal yang telah tercemar oleh Iimbah rumah tangga dan air laut.
Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan belum dilakukan pengelolaan air bersih secara Iestari, membuat model pengelolaan air bersih secara Iestari dan mengidentifikasi faktor-faktor yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan air bersih secara lestari. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah: Bila curah hujan total Iebih besar atau sama dengan jumlah kebutuhan air bersih penduduk puiau kecil, dengan melakukan pengelolaan air bersih secara Iestari maka kebutuhan air bersih penduduk dapat terpenuhi dan air hujan (air hujan dan air tanah dangkal).
Peneiitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah ex post facto dan survei. Pengambilan sampel untuk kuesioner dilakukan dengan metode simple random sampling, dan kualitas air ditentukan berdasarkan uji fisik, kimia, dan bakteri coli.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui kebutuhan air bersih penduduk Pulau Panggang sebanyak 70 Iiter/orang/hari atau sebanyak 6.877,5 m3/bulan. Jumlah curah hujan rata-rata yang jatuh di wilayah Kepulauan Seribu sebanyak 127,5 mm/bulan atau 11.473,5 m3/bulan. Air Iarian sebanyak 3.442,05 m3/buIan. Neraca air di Pulau Panggang dengan laju pertambahan penduduk 1,8%/tahun maka hingga tahun 2026 akan terjadi surplus air bersih, dan pada tahun 2027 akan terjadi defisit air bersih.
Penerapan teknologi RO di Pulau Panggang di nilai tidak Iestari karena, tujuan pembangunan RO hanya untuk memenuhi kebutuhan air minum sebesar 8 Iiter/jiwa/hari. Kebiasaan masyarakat adalah mengkonsumsi air hujan sehingga pada musim hujan penduduk Pulau Panggang tidak memanfaatkan air RO sehingga akan menjadi beban pemerintah dalam mengoperasikan unit pengolahan air bersih tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan di Pulau Panggang belum dilakukan pengelolaan air bersih secara Iestari, disebabkan:
1). Pengelolaan air bersih masih bersifat sektoral oleh antar instansi.
2). Belum adanya konsep -pengelolaan air bersih dengan biaya murah sehingga tidak membebani anggaran pemerintah atau sesuai dengan tingkat ekonomi penduduk pulau Panggang.
3). Keterbatasan sumberdaya manusia dan sumber ekonomi masyarakat Pulau Panggang.
Untuk mengatasi masalah kebutuhan air bersih di Pulau Panggang harus melakukan pengelolaan air bersih secara Iestari, meliputi:
1). Teknologi tepat guna Teknologi pengelolaan air bersih yang diterapkan dengan berdasarkan pada sifat dan fungsi Iingkungan alami pulau, dapat diterapkan dan sesuai dengan Iingkungan binaan dan lingkungan sosiai. Teknologi yang digunakan dapat dilaksanakan oleh masyarakat dan memberikan manfaat sesuai tujuan pengelolaan air bersih.
2). Pengelolaan kuantitas air bersih, yaitu untuk meningkatkan jumlah relatif air bersih terhadap jumlah penduduk. Meliputi:
a). Pemanenan air hujan, yaitu melakukan penangkapan air hujan dari atap dan ditampung dalam tangki/bak penampungan. Tempat penampungan air hujan harus dimiliki oleh setiap rumah dan di dalamnya dapat diberikan treatment sehingga air yang masuk ke dalam tangki tidak tercemar oleh pencemar yang ada pada Iingkungan dan dapat menambah mineral yang dibutuhkan oleh manusia.
b). Penataan ruang dan mengatasi masalah kepadatan jumlah penduduk, melakukan penghijauan pada daratan pantai yang sesuai dengan Iingkungan pulau.
c). Hemat dalam memanfaatkan air bersih.
3). Pengelolaan kualitas air bersih.
Bertujuan untuk mencegah bahan pencemar masuk ke dalam air bersih, baik yang ada dalam penampungan atau yang tersimpan sebagai air tanah dangkal. Pengeloaan kualitas air bersih dapat dilakukan dengan: perbaikan sanitasi dan pengendalian pengambilan air tanah.
Hal berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan air bersih secara lestari adalah:
1). Adanya konsep pengelolaan air bersih secara Iestari dengan menyesuaikan dengan sifat Iingkungan alam, Iingkungan binaan dan Iingkungan sosial.
2). Adanya koordinasi antara dinas terkait dalam melakukan kegiatan pengelolaan air bersih.
3). Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan air bersih secara lestari.
4). Sosialisasi pengelolaan air bersih secara menerus sehingga pengelolaan air bersih secara lestari dapat menjadi salah satu bagian dari aktivitas kehidupan penduduk pulau.

Small islands are islands that possess spesific diversity, limited natural resources with its people having social and cultural characteristics that adapts to the archipelago life. The island ecosystem has the characteristic of the limited environment condition to support their basic needs, both land and water.
Panggang is an island with an area of 9 Ha. ln 2001, 3.275 people live here and its density population of 364 people/Ha outnumbered the density population of Jakarta (144 people/Ha). Such a high population in a small island can cause pressures on the environment and contribute to the deterioration of the island?s natural resources. Clean water will become rare and unaffordable and therefore burden the economic of the local community. To overcome the problem of the people?s pressures toward water resources, a management of clean water has to be conducted in the purpose of preserving the clean water supply that is useful for the local community.
Clean water management has become an important issue on Panggang lsland because of the limited resources of clean water and the people?s lacking ability to pay for it. The people on Panggang Island have been using clean water that comes from rain, which is restored in reservoir. The environment quality deterioration can be identified from the decreasing quantity and quality of the land water, which has been contaminated by house waste pollution and seawater.
The objectives of this research are for identification some factors which causes there is no sustainability of clean water management; for create a sustainability of clean water management model; and for identitication. which factors that, can causes this sustainability of clean water management to be succeed.
The proposed hypothesis in this research is: When total rainfall is bigger than or is the same as total of clean water that people need on small island, with a sustainability of clean water management, the need of clean water of those people can be fulfilled by using water from rainwater (rain and shallow groundwater).
This research is descriptive with a qualitative and quantitative approach. The research method used is ex-post facto and survey. The sampling for the questionnaire is completed by using the simple random sampling, and the water quality is determined from its physical and chemical test and also we do on colli bacteria test.
Based on the result of this research, it is known that the need of clean water of the people on Panggang Island is 70 Iiter/people/day or approximately 6.877,5 m3/month. The amount of the rainfalls in Kepulauan Seribu area is approximately 127,5 mm/month or 11.473, 5 m3/month. The water flow is 3.442,06 m3/month. Based on the clean water scales in Panggang island and 1,8%/year the people rapid population growth, it is assumed that there will be a surplus of clean water in 2026, and will be a deficit in 2027.
The use of the reverse osmosis technology on Panggang island is considered because the purpose ofthe reverse osmosis enstabilishment is merely to fulfill the need of clean water for 8 liter/people/day. The people usually consume rainwater, therefore in the rainy seasons the Panggang lsland?s local communities do not use the osmosis-reversed water, and this becomes a burden for local govemment in operating the clean water management.
Based on the result of this research, it can be concluded that in Panggang Island, the clean water management has not been yet conducted in a sustainable way. This is caused by :
1). The clean water management on small islands is still sectional and conducted merely by certain institutions.
2). There has not been a concept of clean water management with a small budget that does not burden the local govemmenfs fiscal year, nor that suites the economy level of the Panggang Island community.
3). The limit of human resources and financial sources for Panggang lsland's community.
To overcome problem of clean water necessity in Panggang island, a sustainable management of clean water must be conducted. this includes :
1). Efficacious technology.
The technology of clean water management, which is used based on the characters and functions of the natural environment, shall be accepted and also be suited in the developed and social environment. So it can be conducted by the community and thus give advantages adjusted to the purpose of the clean water management
2). The clean water quantity management, is to increase the relative amount of clean water toward the people which includes :
a). Rain water harvesting, is to seize rainwater from roofs and restore them in the reservoir. Every house has to have a reservoir for rain water. They can give treatment inside of the tank to prevent water that fall into the reservoir from being contaminated by environmental contamination and to add minerals needed by human.
b). Reforestation the whole island and solving the population problem, planting on the coastline that is suitable with the island's environment
c). Economizing the clean water.
3). Clean water quality management
The purpose of the clean water quality management is to prevent clean water, which is restored in the reservoir and in around shallow water, from being contaminated by environmental contamination. The clean water quality management could e conducted with repairing the sanitary equipments and controlling the the ground extraction.
Things that give contributions to the successfulness of a sustainable clean water management of clean water are :
1). The concept of clean water management by adjusting to the natural environment characters as well as to the developed and social environment.
2). An obligation to have a good social coordination between the relative institutions in conducting the activities of the clean water management.
3). Including the people in managing the clean water in sustainable way.
4). A continous socialization of the clean water management in order to make it as one of the activities that becomes a habit ofthe people in doing their activities.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ihsan
"Higiene dan sanitasi dasar yang tidak memadai dapat menjadi salah satu faktor risiko penyakit menular lingkungan seperti diare. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui di daerah pesisir seperti di Kelurahan Pulau Harapan. Selain higiene dan sanitasi, lantai yang merupakan bagian dari bangunan rumah, dapat menjadi faktor risiko lain dari penularan penyakit diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi higiene dan sanitasi dasar serta kondisi lantai rumah dengan kejadian diare di Kelurahan Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta Desain studi yang digunakan adalah pada penelitian ini adalah cross-sectional, dengan metode pengambilan data berupa wawancara menggunakan instrumen kuesioner dan observasi langsung pada kondisi higiene dan sanitasi dasar serta kondisi lantai rumah rumah tangga penduduk. Dari total 96 responden pada penelitian ini, ditemukan kasus kejadian diare dalam sebulan terakhir, sebanyak 25 orang dan yang tidak mengalami kasus kejadian diare sebanyak 71 orang. Dengan kelompok anak-anak (dibawah 17 tahun) menjadi yang terbanyak yaitu berjumlah 13 kasus. Hasil analisis uji chi square menyatakan bahwa, terdapat hubungan yang signifikan pada variabel: jamban sehat (p-value 0,005), kualitas air (fisik) (p-value 0,005), dan fasilitas tempat sampah (p-value 0,019). Penentuan variabel yang paling dominan terhadap kejadian diare menggunakan uji regresi logistik didasarkan dari nilai Exp (B) atau Odds Ratio pada pemodelan multivariat akhir, yang terbesar adalah 6,389 pada variabel kondisi jamban (p-value 0,002), sehingga variabel kondisi jamban memiliki kecenderungan paling dominan yang berhubungan dengan penyakit diare. Dari penelitian ini, diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat berkolaborasi untuk saling memperhatikan kebersihan lingkungan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kemudian, untuk penelitian selanjutnya dapat menggali lebih dalam terkait variabel lain yang mungkin berhubungan dengan kejadian diare di pulau lainnya dalam wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.

Inadequate basic hygiene and sanitation can be a risk factor for environmental infectious diseases such as diarrhea. Diarrhea is one of the diseases most commonly found in coastal areas such as Pulau Harapan Village. Apart from hygiene and sanitation, the floor which is part of the house building, can be another risk factor for transmitting diarrheal diseases. This study aims to determine the relationship between basic hygiene and sanitation conditions and the condition of house floors with the incidence of diarrhea in Harapan Island Village, North Seribu Islands District, Seribu Islands Administrative Regency, DKI Jakarta Province. The study design used in this research is cross-sectional, with data collection methods in the form of interviews using questionnaire instruments and direct observation of basic hygiene and sanitation conditions as well as the condition of the floors of residents' households. The number of total respondent in this research (96), 25 people found cases of diarrhea in the last month and 71 people did not experience cases of diarrhea. Children (under 17 years) are the most group by age (13 cases) found cases of diarrhea. The research analysis with chi square test stated that there was a significant relationship with the variables: healthy latrines (p-value 0.005), water quality (physical) (p-value 0.005), and waste bin facilities (p-value 0.019). Determining the most dominant variable in the incidence of diarrhea using the logistic regression test was based on the Exp (B) or Odds Ratio score in the final multivariate modeling, the biggest score was 6.389 in the latrine condition variable (p-value 0.002), that conclude the latrine condition variable is the most dominant to the relationship of diarrhea case. From this research, hopefully the government and the people can collaborate to pay attention to environmental cleanliness to improve the level of public health in Kelurahan Pulau Harapan. Then, for further research, hopefully other researcher can dig deeper into other variables that may be related to the incidence of diarrhea on other islands in North Seribu Islands District"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Manuela Bernasty
"Pulau Tidung di Kepulauan Seribu memiliki ekosistem beragam salah satunya padang lamun. Keberagaman ini membuat Pulau Tidung banyak dimanfaatkan menjadi tempat penelitian dan destinasi wisata unggulan. Hal tersebut dapat mempengaruhi struktur komunitas biota laut seperti gastropoda di padang lamun. Penelitian bertujuan untuk menganalisis perubahan struktur komunitas gastropoda, membandingkannya dengan keadaan Maret 2022, serta menganalisis korelasi jenis partikel dan jumlah karbon sedimen terhadap kepadatan gastropoda. Penelitian ini menggunakan metode kuadran berukuran 1 x 1 m dengan bantuan transek. Struktur komunitas mengalami peningkatan dilihat dari kepadatan dan keanekaragamannya. Kepadatan tahun 2022 sebesar 2,5 ind/m2 dan 4,29 ind/m2 pada tahun 2023. Keanekaragaman pada tahun 2022 sebesar 1,92 dan meningkat menjadi 2,31 pada tahun 2023. Sementara itu, indeks lain seperti kemerataan, dominansi, dan distribusi relatif sama. Kemerataan di tahun 2022 sebesar 0,58 dan 0,61 pada 2023. Dominansi pada tahun 2022 sebesar 0,21 dan sebesar 0,14 pada tahun 2023. Distribusi untuk setiap individu gastropoda cenderung sama yaitu berkelompok dan seragam. Berdasarkan nilai similaritas, kesamaan komposisi gastropoda pada tahun 2022 dan 2023 sebesar 0,64. Gastropoda dipengaruhi pula oleh jenis partikel dimana berkorelasi positif dengan pasir sebesar 0,46 pada tahun 2022 dan 0,44 pada tahun 2023. Korelasi gastropoda dengan butiran berkorelasi secara negatif sebesar -0,74 pada tahun 2022 dan -0,39 pada tahun 2023. Korelasi dengan lumpur juga merupakan korelasi negative sebesar -0,42 pada tahun 2022 dan -0,43 di tahun 2023. Selain itu, persentase karbon juga mempengaruhi keberadaan gastropoda secara positif sebesar 0,47 pada tahun 2022 dan 0,81 tahun 2023.

Tidung Island in the Thousand Islands has a variety of ecosystems, one of which is seagrass beds. This diversity has made Tidung Island widely used as a research site and a leading tourist destination. It can affect the community structure of marine biota, such as gastropods in seagrass beds. The research aims to analyze changes in the gastropod community structure, compare it to the situation in March 2022, and analyze the correlation of the type of particles and the amount of carbon sediment to the density of gastropods. This study used the quadrant method measuring 1 x 1 m with the help of transects. The community structure has increased in terms of density and diversity. The density in 2022 is 2,5 ind/m2 and 4,29 ind/m2 in 2023. The diversity indices in 2022 are 1,92 and increased to 2,31 in 2023. Other indices, such as evenness, dominance, and distribution, are relatively the same. Evenness in 2022 is 0,58 and 0,61 in 2023. The dominance indices in 2022 are 0,21 and 0,14 in 2023. The distribution indices for each gastropod tend to be the same, as a group and uniform. Based on the similarity value, the similarity of gastropod composition in 2022 and 2023 is 0,64. Gastropods are also affected by the type of particles which has a positive correlation with sand of 0,46 in 2022 and 0,44 in 2023. The correlation of gastropods with grains has a negative correlation of -0,74 in 2022 and -0,39 in 2023. The correlation with mud is also a has a negative correlation of -0,42 in 2022 and -0,43 in 2023. In addition, the percentage of carbon also positively influences the presence of gastropods by 0,47 in 2022 and 0.81 in 2023.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>