Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192220 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Halida Umi Balkis
"TB paru masih menjadi masalah di Nusantara. Diperkirakan sejumlah 460.000 kasus baru ditemukan setiap tahunnya. Berbeda dengan kebanyakan penyakit, TB paru dinyatakan sembuh berdasarkan pengobatan lengkap dengan bukti pulasan dahak bebas basil tahan asam. Dalam penelitian ini, akan dipaparkan gambaran keluhan yang masih dijumpai pada pasien pasca-TB paru dihubungkan dengan sebaran jenis kelamin dan usia pasien. Rancangan penelitian ini adalah studi potong lintang dengan data berasal dari penelitian pada Juni-Juli 2011 serta data follow up pasien penelitian Pakasi et al tahun 2007 di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Data yang diambil berupa keluhan pasien pasca-TB paru dengan beberapa data relevan melalui kuesioner dan pulasan dahak.
Dari hasil analisis, didapatkan keluhan pada 127 dari total responden 188 orang. Empat puluh lima kasus di antaranya mengarah pada kecurigaan lesi aktif TB. Terdapat hubungan bermakna antara usia dengan keluhan suspek lesi aktif TB (p=0,02). Sedangkan, kaitan keluhan dengan jenis kelamin tidak didapatkan hubungan bermakna (p=0,80). Dengan demikian, meski telah dinyatakan sembuh, masih terdapat keluhan pasien pasca-TB paru yang mengarah pada suspek lesi aktif TB. Bahkan setelah dikonfirmasi dengan pemeriksaan pulasan sputum, 12 dari 30 spesimen memiliki hasil BTA positif. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan lebih lanjut terhadap pasien yang telah dinyatakan sembuh sebagai bagian dari evaluasi pengobatan.

Pulmonary-TB is still a problem in Indonesia. Approximately around 460,000 new cases are found every year. Unlike most diseases, pulmonary-TB recovery defined based on a complete medication with the evidence of negative acid-fast bacilli sputum smear. In this study, symptoms which still encountered from the post-pulmonary-TB patients and its relations to the patient genders and their ages are explained. Method of this research is a cross-sectional study using the data from the research held on June-July 2011 and patient?s follow-up data from the research conducted by Pakasi et al in East Nusa Tenggara, 2007. Data taken are the complaints of post-pulmonary-TB patients complemented by relevant questionnaire and the sputum smear.
From the analysis, symptoms from 127 of 188 respondens are found, with 45 cases lead to the suspicion of an active TB lesion. There is a statistically significant correlation between ages and the symptoms from the suspected active tuberculosis lesion (p=0.02). Meanwhile, the correlation between symptoms and genders is not found (p=0.80). In conclusion, symptoms from the post-pulmonary-TB which lead to the suspected active TB lesion are still encountered in spite of the fact that the patient has evidently cured. Moreover, after confirmed with sputum smear investigation, 12 of 30 speciments result positive AFB. Therefore, further surveillance to the cured patients is necessary as a part of treatment evaluation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maina Setiani
"Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Lesi tuberkulosis menggambarkan proses yang terjadi di paru dan dapat dideteksi oleh pemeriksaan radiologi toraks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran radiologi toraks pasien pascatuberkulosis dan faktor-faktor yang berhubungan di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan menggunakan desain cross sectional. Data didapatkan dengan melakukan wawancara berdasarkan kuesioner dan pemeriksaan radiologi toraks pada 61 subjek di Nusa Tenggara Timur. Subjek sebagian besar berusia dibawah 50 tahun (65,5%), berjenis kelamin laki-laki (50,8%), memiliki keluhan batuk (63,9%), sesak napas (59%) dan nyeri dada (8,2%). Gambaran radiologi toraks yang ditemukan adalah lesi aktif TB (45,9%), lesi bekas TB (42,6%) dan normal (11,5%). Lesi tuberkulosis yang ditemukan adalah fibrosis (72,1%), infiltrat (45,9%), ektasis (45,9%), kavitas (3,3%), kalsifikasi (24,6%), penebalan pleura (13,1%) dan luluh paru (3,3%). Pengolahan data menggunakan SPSS 16 yang kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square dan kolmogorov-smirnov. Hasil yang diperoleh adalah tidak terdapat hubungan bermakna antara gambaran radiologi toraks pasien pascatuberkulosis dengan usia (p = 0,985), jenis kelamin (p = 0,309), keluhan batuk (p = 0,357), sesak napas (p = 0,918) dan nyeri dada (p = 1,000).

Tuberculosis remains major health problem worldwide, including Indonesia. Tuberculosis lesions describe the process that occurs in the lung and can be detected by chest radiologic examination. This study aims to describe chest radiologic findings of post-pulmonary tuberculosis patients and associated factors in East Nusa Tenggara Province by using cross-sectional design. Data obtained by conducting interviews based on questionnaires and radiological examination in 61 subjects in East Nusa Tenggara. Most subjects are less than 50 years old (65.5%), male (50.8%), have cough (63.9%), dipsneu (59%) and chest pain symptom (8.2 %). Chest radiologic findings showed active lesion of TB (45,9%), former lesion of TB (42.6%) and normal (11.5%). Tuberculosis lesions found are fibrosis (72.1%), infiltrates (45.9%), ectasis (45.9%), cavities (3.3%), calcification (24.6 %), pleural thickening (13.1%) and destroyed lung (3.3%). Data processed using SPSS 16 and analyzed using the chi-square and kolmogorov-smirnov test. Results shows there is no relationship between chest radiologic findings of post pulmonary tuberculosis patients by age (p = 0.985), gender (p = 0.309), cough (p = 0.357), dipsneu (p = 0.918) and chest pain (p = 1.000).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Prevalensi TB paru di Indonesia yang tinggi yaitu sebesar 272 per 100.000 penduduk dan dampaknya terhadap sosio-ekonomi serta kualitas hidup penderitanya membuat penyakit ini sebagai salah satu masalah kesehatan nasional. Pasien TB paru mengalami perubahan fungsi paru akibat inflamasi kronik sehingga terjadi penurunan kualitas hidup. Uji jalan 6 menit merupakan salah satu tes sederhana yang telah terstandardisasi untuk menilai kapasitas fungsional paru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil uji jalan 6 menit pada pasien pasca TB paru dan hubungannya dengan gejala klinis TB serta gambaran foto X-Ray toraks. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dilakukan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur pada Juni 2011. Sampel penelitian berjumlah 78 orang yang dipilih dengan metode total sampling. Dilakukan wawancara untuk mengisi kuesioner, pengukuran uji jalan 6 menit, dan pemeriksaan foto X-Ray toraks.
Rerata hasil uji jalan 6 menit pada laki-laki adalah adalah 438,19 ± 117,77 m dan pada perempuan adalah 369,56 ± 143,10 m, serta hanya 9 orang subyek (11,5%) yang mencapai hasil uji jalan 6 menit yang normal. Sebesar 56,41% subyek masih memilki gejala klinis TB dan 88,5% memiliki lesi pada gambaran foto X-Ray toraks. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara hasil uji jalan 6 menit dengan gejala klinis TB (p=0,009) dan gambaran foto X-Ray toraks (p=0,000).

The prevalence of pulmonary TB in Indonesia is high (272 in 100.000 populations). It affects sosio-economy and quality of life of the patients so TB is one of national health problems. Lung function in post pulmonary TB will decline as a result of chronic inflamation leading to decreased quality of life. The six minutes walking test is one of standardized simple tests to assess the functional capacity of the lungs.
This study aims to determine the result of six minutes walking test of the post pulmonary tuberculosis patients and whether it is associated with clinical symptoms and chest X-Ray findings of TB. This is a cross sectional study held in South Central Timor District, East Nusa Tenggara on June 2011. Seventy eight subjects were selected using total sampling and interviewed to find out any clinical symptoms left. Then, the patients were ask to complete six minutes walking test measurement and chest X-Ray examination.
The mean result of six minutes walking test for male is 438.19 ± 117.77 m and for the female is 369.56 ± 143.10 m. Nine out of 78 subjects (11.5%) achieve normal results. Percentage of subjects who still have clinical symptoms of TB is 56.41% and 88.5% shows lesions on chest X-Ray. It is concluded that there is a correlation between six minutes walking test result with the clinical symptoms of TB (p = 0.009) and chest X-Ray findings (p = 0.000).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah
"Di Indonesia, tuberkulosis (TB) paru menjadi salah satu prioritas nasional dalam program pengendalian penyakit karena dapat berdampak terhadap kualitas hidup, ekonomi, dan menyebabkan kematian. Status gizi merupakan penentu penting dari klinis pasien TB. TB diketahui dapat menyebabkan malnutrisi, sedangkan malnutrisi dapat menjadi faktor risiko terjadinya aktivasi TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi gizi kurang pada pasca TB paru dan faktor-faktor yang berhubungan. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah gejala klinis TB dan hasil gambaran foto X-ray toraks. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan pada Juni 2011 di Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan total sampling dengan jumlah sampel 78 orang. Pengambilan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dengan wawancara langsung, pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan, dan pemeriksaan radiologi X-ray toraks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek terbanyak berusia 26-65 tahun (74,4%) dan berjenis kelamin laki-laki (52,6%). Prevalensi malnutrisi pada pasca TB sebesar 52,3% dengan rerata IMT 18,29±2,43 kg/m2. Sebanyak 67,9% subyek masih memiliki gejala klinis TB dan lesi infiltrat pada foto X-ray toraks sebanyak 51,3%. Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan gejala klinis TB (p≥0,05) dan gambaran hasil foto X-ray toraks (p≥0,05).

In Indonesia, pulmonary tuberculosis (TB) is one of a national priority in disease control programs because it affects the quality of life, economy, and mortality. Nutritional status is an important determinant of clinical manifestation in pulmonary TB patients. TB can lead to malnutrition, while malnutrition may predispose TB. This study aims to determine prevalence of under nutrition on post pulmonary TB and its associated with clinical symptoms and chest X-ray findings. This study is an observational analytic using cross sectional design. This study was held in June 2011 in South Central Timor District, East Nusa Tenggara. The selection of the samples is done by total sampling by involving 78 subjects. The data was collected by interviewing all subjects with questionnaire, the body weight measurement, height measurement, and chest X-ray examination.
The result of this study shows that the most subjects aged 26-65 years (74,4%) and males (52,6%). Prevalence of under nutrition on post TB is 52,3% and the mean BMI is 18,29±2,43 kg/m2. Most of subjects still have one of clinical symptoms of TB (67,9%) and infiltrate on chest X-ray finding (51,3%). It was concluded that there are no association between nutritional status with clinical symptoms (p≥0,05) and chest X-rays findings (p≥0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chessy Ariesca Prisilya
"Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang umumnya menyerang golongan usia produktif dan golongan sosial ekonomi rendah. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia maupun pada tingkat dunia.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan pasien pasca tuberkulosis paru. Desain penelitian adalah studi analitik cross-sectional. Data diambil pada bulan juni 2011 hingga bulan agustus 2012 dengan menggunakan kuesioner kepada 194 responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian (total sampling). Hasil penelitian menunjukkan responden pada penelitian ini yang berusia dibawah 45 tahun sekitar 56,5% memiliki pengetahuan yang cukup dan sekitar 75,4% memiliki pengetahuan lebih baik, sedangkan pada responden dengan usia di atas 45 tahun yang memiliki pengetahuan yang cukup sekitar 43,5% dan 24,6% memiliki pengetahuan yang lebih baik. Dan responden yang berjenis kelamin laki-laki didapatkan 53,6% memiliki pengetahuan cukup dan 48,8% yang memiliki pengetahuan baik sedangkan pada yang berjenis kelamin perempuan didapatkan 46,4% memiliki pengetahuan yang cukup dan 51,2% yang memiliki pengetahuan yang baik. Responden dengan pengetahuan yang cukup dengan kondisi sedang sakit didapatkan sekitar 82,6% dan sehat sebanyak 17,6%. Sementara itu, pada responden dengan pengetahuan yang baik didapatkan responden dengan kondisi sakit sebanyak 76% dan sehat 24%. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan subyek penelitian mengenai penyakit tuberkulosis paru dan usia subyek penelitian dengan nilai p=0,009. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan subyek mengenai penyakit tuberkulosis paru dan usia subyek penelitian.

Tuberculosis is an infectious disease that generally affects the productive age group and low socioeconomic groups of society. The disease is still a major public health problem in Indonesia and also in the world. The purpose of the study is to determine the knowledge about of post-pulmonary tuberculosis patients. The design of this study was cross-sectional analytic study. The data was taken from June 2011 to august 2012 with questionnaire to 194 subjects who fulfilled the criteria of research samples (total sampling). The results shows that among the respondents under the age of 45, 56.5 % have sufficient knowledge and 43.5% have good knowledge, as for the respondents over the age of 45, 75.4 % have sufficient knowledge and 24.6 % have good knowledge. Alsomong the male respondents, 53,6% have sufficient knowledge and 48,8% have good knowledge, as for female respondents, 46.4 % have sufficient knowledge and 51.2 % have good knowledge. Another result shows that among respondents with sufficient knowledge, 82,6% have unhealthy condition while 17,4% others are healthy, as for respondents with good knowledge, 76% have unhealthy condition while 24% others are healthy. Result shows there is a significant relationship between age of post-tuberculosis patients and knowledge of post-tuberculosis patients about pulmonary tuberculosis with p value 0,0009. In conclusion, there is a significant relationship between age of post-ruberculosis patients and knowledge of post-tuberculosis patients about pulmonary tuberculosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surbakti, Klara Morina Br
"Salah satu indikator program pengendalian TB secara Nasional strategi DOTS adalah angka keberhasilan pengobatan TB. Fokus utama pengendalian TB strategi DOTS adalah memutus mata rantai penularan TB oleh penderita TB paru sputum BTA positif. Berdasarkan penelitian penderita TB paru sputum BTA negatif dapat menularkan 13-20% (Tostmann A, et al, 2008). BBKPM Bandung sebagai salah satu UPK strategi DOTS pencapaian angka keberhasilan pengobatan masih dibawah target Nasional.
Tujuan: mempelajari faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan pasien TB paru sputum BTA negatif dan pasien TB paru sputum BTA positif. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB antara lain faktor individu (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kepatuhan berobat) dan obat dan penyakit (rejimen, dosis, lama pengobatan, komorbid HIV dan DM). Indikator keberhasilan pengobatan: pemeriksaan ulang sputum BTA menjadi/tetap negatif dan kenaikan berat badan.
Desain penelitian: kohort retrospektif.
Sampel: data pasien TB Paru yang tercatat di TB 01 tahun 2009-2011dijadikan 2 sub populasi, Pasien TB paru dengan sputum BTA negatif 292 kasus dan pasien TB paru dengan sputum BTA positif 461 kasus.
Analisis: multivariabel regresi logistik.
Hasil: OR keberhasilan pengobatan pasien TB paru sputum BTA negatif patuh berobat 1,4 dibandingkan tidak patuh (CI : 0,7-3,0) dan pasien TB paru sputum BTA positif patuh berobat 1,1 di bandingkan tidak patuh (CI : 0,6-2,2) setelah dikontrol umur, jenis kelamin dan pekerjaan.
Saran: Meningkatkan peran PMO, dan memperhatikan faktor komorbid dalam tatalaksana pengobatan pasien TB paru.

Succes rate of TB treatment is an important indicator of the Natinal TB control program.The main focus of TB control program DOTS strategy is to break the chain of TB transmission. Tostmann A, et al (2008) showed that through 13-20% sputum smear negative pulmonary tuberculosis patients can spread TB the bacteria. BBKPM Bandung as one of CGU DOTS strategy has lower treatment succes rate of the national targets.
Purpose: To study factors that influence the treatment succes rate of compare with both smear positve and negative pulmonary tuberculosis patients. Those are age, gender, occupation, treatment compliance (factor individu) and regimen, dose, duration of treatment, comorbid HIV and DM (drug and disease). Indicator of treatment succes are the conversion of sputum result examination and the gain weight.
Study design: a retrospective cohort study.
Samples: the pulmonary TB patient data recorded at TB 01 yeras 2009-2011. The number of TB patients with sputum smear positive are 461 and negative are 292.
Analysis: Multivariable logistic regression.
Result: OR treatment succes among sputum smear-negative pulmonary TB patients 1,4 (CI: 0,7-3,0) and among sputum smear positive pulmonary Tb patients who adhere to treatment is 1,1 (CI:0,6-2,2) after controlling for age, sex, and occupation.
Suggestion: Enhancing the role of the PMO to increase the treatment adherence rate, treat the TB patients with HIV and DM co-infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34959
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chici Pratiwi
"HIV/AIDS telah menjadi penyakit yang merajalela di seluruh dunia. Sebagian besar pasien yang menderita HIV/AIDS meninggal karena penyakit infeksi yang menyertainya dan infeksi paru termasuk empat penyakit infeksi komorbid tersering pada pasien HIV/AIDS. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui prevalensi penyakit infeksi komorbid pada pasien HIV serta faktor-faktor yang berhubungan sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi pada pasien HIV dan mengurangi angka morbiditas ataupun mortalitas pada pasien HIV. Penelitian ini dikerjakan dengan metode cross-sectional. menggunakan 108 sampel yang dipilih dengan metode simple random sampling dari data rekam medik pasien RSCM tahun 2010. Data diolah dengan sistem SPSS menggunakan uji chi-square dan mann-whitney.
Hasilnya adalah responden dengan infeksi paru sebanyak 84,3%, paling banyak berada pada rentang usia 25-49 tahun (90,1%), berjenis kelamin laki-laki (70,3%), memiliki faktor resiko penularan berupa penggunaan jarum suntik saja (33%). Perbandingan Index Massa Tubuh dan cd4+ absolute pada pasien HIV dengan infeksi paru dan tanpa infeksi paru memberikan hasil nilai p berturut-turut p=0,009 dan p=0,913. Dengan demikian dapat disimpulkan, Infeksi paru pada pasien HIV/AIDS berhubungan dengan Index Massa Tubuh namun tidak berhubungan dengan cd4+ absolut serta karakteristik lainnya.

HIV/AIDS has become a worldwide disease. Most patients who suffer from HIV/AIDS die of infectious diseases that accompany it. Pulmonary infection is included in the four infectious diseases that most often occurs in patients with HIV. This study was designed to determine the prevalence of comorbid infectious disease in HIV patients and related factors that can prevent infection in HIV patients and reduce morbidity or mortality in HIV patients. The research was done by cross-sectional method, using 108 samples selected by simple random sampling method, and obtained from medical records of patients hospitalized RSCM in 2010. Data processed with the SPSS system using chi-square and Mann-Whitney test.
The result is respondents with pulmonary infection as much as 84.3%, most are in the age range 25-49 years (90.1%), male sex (70.3%), using needles as a risk factor of transmission (33%). The Comparison of Body Mass Index and absolute CD4 + count in HIV patients with pulmonary infection and without pulmonary infection giving the value of p respectively p = 0.009 and p = 0.913. It can be concluded, pulmonary infections in HIV / AIDS-related body mass index but not associated with an absolute CD4 + count as well as other characteristics.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fullarini Stopiati Kukuh Lakutami
"Pendahuluan : Kerusakan paru yang luas dan riwayat pemakaian antibakteri jangka panjang merupakan faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian kolonisasi jamur. Kedua hal ini terjadi pada pasien TB paru MDR. Meningkatnya kasus TB MDR di Indonesia akan meningkatkan risiko terjadinya kolonisasi jamur di paru. Penelitian ini untuk mengetahui profil kolonisasi jamur pada pasien bekas TB paru MDR.
Metode : Penelitian potong lintang terhadap pasien yang telah dinyatakan sembuh dari TB paru MDR dari tahun 2009-2015, yang kontrol ke Poli TB MDR RSUP Persahabatan selama bulan November-Desember 2015. Dengan menggunakan teknik consecutive sampling maka ditentukan sebanyak 61 subjek yang kemudian dilakukan induksi sputum. Hasil sputum induksi kemudian dilakukan pemeriksaan sputum jamur langsung dan biakan jamur dalam media Saboraud Dextrose Agar.
Hasil : Subjek berusia antara 19-76 tahun. Dari 61 pasien , kelompok usia terbanyak antara usia 35-50 tahun sebnayak 28 orang (45,9%) diikuti usia kurang dari 35 tahun 23 orang (37,7%) dan usia lebih dari 50 tahun sebanyak 10 orang (16,01%). Sebanyak 28 orang (45,95) IMT normal, 17 orang IMT berlebih dan 16 orang (26%) IMT kurang. Sebanyak 28 subjek (45,9%) mempunyai riwayat merokok. Spektrum kolonisasi jamur pada pasien bekas TB paru MDR adalah 42 orang (68,9%) kolonisasi jamur positif dengan 29 orang (47,5) spesies C. albicans, 6 (9,8%) kombinasi C. albicans dan C. tropicalis, 2 orang (3,3%) masing-masing As flavus dan kombinasi C. albicans dan C. krusei serta masing-masing 1 orang (1,6%) spesies C. tropicalis, C. parapsilosis dan kombinasi C. albicans+C. parapsilosis.
Kesimpulan: Kolonisasi jamur pada pasien bekas TB paru MDR tinggi dan harus diawasi dan harus dievaluasi untuk membedakan antara kolonisasi atau penyakit serta diobati untuk meningkatkan kualitas hidup pasca pengobatan TB MDR.

Introduction : Extensive lung damage and long term history of using antibacterial drugs are a risk factor that increase the incidence of fungal colonization. Both of these occurred in patients with pulmonary MDR TB. The increasing cases of MDR TB in Indonesia will increase the risk of fungal colonization in the lung. This study is to determine the profile of fungal colonization in post MDR TB patients.
Methods: This cross sectional study included patients who had been cured by the doctor in 2009-2015 and came to MDR Clinic from November-Desember 2015 in Persahabatan Hospital to check up. Sixty one patients were decided by consecutive sampling. From each patient, sputum induction for sputum fungal smear and fungal culture using Sabaraud Dextrose Agar.
Results: The age range of patients are between 19 to 76 years old. Out of 61 patients, among those group 45,9% are between the age of 35-50 years , 37,7% below the age 35 years old and 16,4% above age 50 years old. Twenty eight patients have normal body mass index, 17 patients are overweight and 16 patients are underweight. Number of patients who have smoking history are 45,9%. The spectrum of positive fungal colonization in post pulmonary MDR TB patients were 42 subjects (68.9%) consist of 29 subjects (47.5%)were Candida albicans, 6 subjects (9.8%) were combination of C. albicans and C. tropicalis, 2 subjects (3.3%) respectively were Aspergillus flavus and combinations of C. albicans and C. krusei. The others were C. tropicalis, C. parapsilosis and C. albicans + C. parapsilosis combination were 1 subject (1.6%) respectively.
Conclusion: Fungal colonization in post pulmonary MDR TB patients is high and should be monitored and must be evaluated to distinguish between colonization and disease and treated to improve quality of life post-treatment of MDR TB.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrudin Ali Achmad
"ABSTRAK
Untuk mengetahui hubungan antara variabel demografi, geografi, iklim, sosial ekonomi, fasilitas pelayanan kesehatan mikroskopis dan tenaga kesehatan terlatih dengan jumlah kasus TB paru BTA positif, perlu dilakukan penelitian di Jakarta Selatan tahun 2007-2009 dengan studi ekologi melalui pendekatan spasial dan menggunakan data sekunder. Data diolah secara statistik dengan uji korelasi Pearson, dan analisis spasial dengan tehnik Overlay. Hasil penelitian menunjukkan secara statistik tidak ada korelasi antara variabel yang diteliti, sedangkan secara spasial variabel kepadatan penduduk, keluarga miskin dan fasilitas pelayanan kesehatan mikroskopis berpengaruh terhadap jumlah kasus TB paru BTA positif di Kecamatan Tebet, dan di kecamatan lain variabel tidak berpengaruh.

ABSTRACT
To determine the relationship between demographic variables, geography, climate, socio-economic, microscopic health facilities and health personnel trained with the number of BTA positive pulmonary TB cases, need to do research in South Jakarta in 2007-2009 with a spatial approach to ecological studies and to use secondary data. Data was statistically analyzed by Pearson correlation test, and spatial analysis techniques Overlay. The results showed no statistically significant correlation between the variables studied, whereas the spatially variable population density, poor families and microscopic health facilities effect on the number of BTA positive pulmonary TB cases in the District of Tebet, and in other districts did not influence the variables.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28839
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Darmono
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 2006
615.9 DAR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>