Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96852 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Egi Gustiani
"Film cepat hancur merupakan bentuk sediaan lapis tipis yang dapat segera hancur dalam mulut tanpa memerlukan air. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi dan mengevaluasi film cepat hancur ekstrak meniran, dengan protein kedelai tersuksinilasi (PKS) sebagai eksipien. Protein kedelai (PK) disuksinilasi dengan anhidrida suksinat sebanyak 100% b/b PK (PKS1) dan 250% b/b PK (PKS2), dalam suasana basa dengan medium berair. Film cepat hancur dibuat dengan metode solvent casting dan dievaluasi. Berdasarkan pengujian dengan FTIR, PKS memiliki intensitas yang lebih tinggi pada bilangan gelombang 1697,41 cm-1 yang menunjukkan gugus karboksilat, dan pada bilangan gelombang 1653,05 cm-1 yang menunjukkan gugus karboksil amida yang terbentuk pada ikatan antara gugus amin dari asam amino lisin dengan gugus karboksil dari suksinat, serta tidak ditemukannya spektrum untuk PKS2 pada 2359,02 cm-1 yang menunjukkan bahwa gugus amin primer pada PKS2 seluruhnya telah digantikan oleh suksinat. PKS1 memiliki derajat suksinilasi 35,741 ± 0,380%, dengan daya larut 0,3437 ± 0,0081 gr/100ml pada pH 6,8. Sementara PKS2 memiliki derajat suksinilasi 100,380 ± 0,380%, dengan daya larut yang lebih tinggi pada pH 6,8 yaitu 0,4390 ± 0,0111 gr/100ml. Evaluasi film cepat hancur menunjukkan bahwa F3 memiliki kriteria yang terbaik sebagai film cepat hancur, dengan waktu hancur in vitro 11,27 ± 1,050 detik. Hasil uji kesukaan menunjukkan 80% responden menyukai penampilan dan rasanya. Rata-rata waktu hancur di rongga mulut responden adalah 10,6 ± 2,513 detik. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa protein kedelai tersuksinilsi dapat digunakan sebagai eksipien untuk film cepat hancur.

Fast disintegrating film (FDF) is a thin layer dosage form which is rapidly disintegrated without water in oral cavity. The aim of this study was to formulate and evaluate FDF containing Phyllanthus niruri extract, using succinylated soybean protein (SSP) as excipient. Soybean protein (SP) was succinylated using succinic anhydride 100% w/w SP (SSP1) and 250% w/w SP (SSP2), in basic condition of aqueous medium. FDF was formulated using solvent casting method and evaluated. FTIR results of SSP showed higher intensity at 1697.41 cm-1 which attribute to carboxylic group, and 1653.05 cm-1 which attribute to amide carbonyl group which is formed on bound between amine group from lysine, and carboxyl group from succinic, there was also no spectrum found for SSP2 at 2359.02 cm-1 which showed that all of primary amine from lysine has substituted by succinic. SSP1 has 35.741 ± 0.380% as its substitution degree, with 0.3437 ± 0.0081 g/100ml as its solubility at pH 6.8. SSP2 has 100.380 ± 0.380% as its substitution degree, with higher solubility with 0.4390 ± 0.0111 g/100ml as its solubility at pH 6.8. Evaluation of FDF showed that F3 had the best characteristics as FDF, with 11.27 ± 1.050 seconds disintegration time. The hedonic test results showed that 80% responders like FDF's appearance and taste. The average of FDF's disintegration time in responders' oral cavity was 10.6 ± 2.513 seconds. Based on the research results, it can be concluded that succinylated soybean protein can be used as excipient for FDF.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudith Kusuma Putri
"Tujuan penelitian ini adalah membuat protein kedelai suksinat dari protein kedelai yang diperoleh melalui proses suksinilasi protein kedelai dengan anhidrida suksinat pada kondisi basa dalam medium berair. Protein kedelai suksinat yang diperoleh kemudian dikarakterisasi secara fisik, kimia, dan fungsional, kemudian digunakan sebagai matriks pada sediaan tablet mengapung. Protein kedelai suksinat yang didapat berupa serbuk berwarna putih kekuningan, memiliki derajat suksinilasi 35,74 ± 0,38% dan 100,38 ± 0,38%, menunjukkan peak pada bilangan gelombang 1653,0 cm-1 mengindikasikan gugus karbonil amida yang terbentuk, memiliki daya mengembang 35,38 ± 2,08% dan 25,30 ± 4,99% dalam dapar asam klorida pH 1,2. Pada penelitian ini, tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan menggunakan diltiazem hidroklorida sebagai model obat. Semua formula dibuat dengan mengkombinasikan matriks protein kedelai (PK), protein kedelai suksinat 100% b/b (PKS 1), dan protein kedelai suksinat 250% b/b (PKS 2) dengan HPMC dengan perbandingan 1:1. Uji keterapungan, daya mengembang dan kinetika pelepasan obat pada tablet mengapung dievaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula dengan matriks PKS 2:HPMC 1:1 merupakan fomula terbaikdengan waktu apung 40,75 ± 1,06 menit dan mampu mengapung selama 24 jam, daya mengembang 87,5 ± 3,1% dengan kinetika pelepasan mengikuti persamaan Higuchi dan mekanisme difusi non-Fickian.

The aims of this study was to produce the soybean protein succinate from soybean protein by succinilation of the soybean protein using succinic anhydride under alkaline conditions in aqueous medium. Soybean protein succinate were characterized physically, chemically and functionally, then was used as a matrix for floating tablet. Soybean protein succinate obtained a yellowish-white powder, having 35.74 ± 0.38% and 100.38 ± 0.38% as its succinylated degree, showed peak at the wave number 1653.05 cm-1 indicates that the amide carbonyl group is formed, swelling index was 35.38 ± 2.08% and 25.30 ± 4.99% in hydrocloric acid buffer pH 1.2. Tablets were made by wet granulation method and diltiazem hydrochloride was used as a model drug. All formulas were made by combining matrix soybean protein (SP), soybean protein succinate 100 % w/w (SPS 1), and soybean protein succinate 250 % w/w (SPS 2) with HPMC 1:1. Buoyancy test, swelling test and drug-release kinetics evaluated on the floating tablet. The results showed that the formula with SPS 2: HPMC 1:1 is the best fomula with a lag time of 40.75 ± 1.06 minutes, floating duration of 24 hours, and swelling test 87.5 ± 3.1%. This formula followed Higuchi release kineticsand showed non-Fickian diffusion mechanism.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Geusan Nariswari Erdianty Puteri
"Tablet cepat hancur merupakan tablet yang ditempatkan di dalam mulut untuk dapat segera melarut dalam saliva tanpa memerlukan air. Penelitian ini bertujuan memformulasi dan mengevaluasi tablet cepat hancur yang dibuat dengan maltodekstrin DE 10-15 sebagai eksipien yang mengandung ekstrak kelopak bunga Rosella sebagai model obat.
Maltodekstrin merupakan pati termodifikasi yang dibuat dengan menghidrolisis pati menggunakkan enzim enzim α-amilase 0,1% v/v yang diinkubasi pada suhu 95oC selama 45 menit. Maltodekstrin DE 10- 15 yang dihasilkan dikarakterisasi dan diformulasikan menjadi tablet cepat hancur dengan metode kempa langsung. Tablet cepat hancur yang dihasilkan dievaluasi dan diuji kesukaan terhadap penampilan, rasa, dan waktu hancur pada 30 panelis.
Hasil karakterisasi maltodekstrin DE 10-15 diperoleh serbuk putih, memiliki kelarutan dalam aquadest sebesar 34,92 mg/ml dibandingkan pati yang memiliki kelarutan 0,48 mg/ml. Evaluasi tablet cepat hancur menunjukkan bahwa formula 5 (maltodekstrin 35%), memiliki kriteria yang paling baik sebagai tablet cepat hancur. Formula 5 memiliki kekerasan 2,44 kp, keregasan 0,78%, waktu hancur in vitro 149,86 detik, dan waktu pembasahan 197,63 detik.
Hasil uji kesukaan menunjukkan 70% suka dengan penampilan tablet cepat hancur, 83,3% responden menyatakan rasa tablet cepat hancur manis, dan rata-rata waktu hancur tablet cepat hancur di rongga mulut selama 164,0 detik. Oleh karena itu, maltodekstrin DE 10-15 dapat digunakan sebagai eksipien penghancur pada tablet cepat hancur.

Fast disintegrating tablet (FDT) is a solid dosage form which is placed in mouth for rapidly dissolves on saliva without water. The aim of this study was to formulate and evaluate FDT using maltodextrin DE 10-15 as an excipient, containing Roselle calyx extract as a drug model.
Maltodextrin is a modified starch through enzymatic hydrolysis using α-amylase 0.1% v/v, incubated at 95oC for 45 minutes. Maltodextrin DE 10-15 was characterized and formulated into FDT using direct compression method. FDT’s were evaluated and tested for hedonic responses to appearance, taste, and disintegration time in oral cavity of 30 responders.
Maltodextrin DE 10-15 characterization results were white powder, has 34.92 mg/ml solubility in aquadest compared to starch which has 0.48 mg/ml solubility. The FDT’s evaluation showed that formula 5 which has 35% of maltodextrin DE 10-15 had the best characteristic as FDT. Formula 5 has 2,44 kp of hardness, 0.78% of friability, 149,86 seconds of in vitro disintegration time and 197.63 seconds of wetting time.
The hedonic test results showed that 70 % and 83.3% responders like the appearance and taste, respectively. FDT’s disintegration time in responders oral cavity was 164.00 seconds. Therefore, maltodextrin DE 10-15 could be used as disintegrant excipient in FDT.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Wulandari
"Film cepat hancur dirancang untuk cepat hancur dan larut dalam saliva tanpa bantuan air sehingga dibutuhkan polimer pembentuk film yang cepat melarut. Tujuan penelitian ini adalah membuat maltodekstrin suksinat dari maltodekstrin DE 10-15 sebagai eksipien untuk film cepat hancur. Maltodekstrin suksinat (MDS) diperoleh dengan cara mengesterifikasi maltodekstrin dengan asam suksinat anhidrida pada kondisi basa dalam medium berair dan dikarakterisasi sifat kimia, fisik, dan fungsionalnya.
MDS yang dihasilkan memiliki derajat substitusi sebesar 0,177 ± 0,004, kelarutan dalam aquadest 1: 21, dan indeks mengembang 41,76 ± 1,71% dalam dapar fosfat pH 6,8. Evaluasi formula film cepat hancur menggunakan MDS sebagai eksipien menunjukkan yang baik sebagai film cepat hancur dengan waktu hancur in vitro 24,33 ± 5,86 detik, kekuatan tensil 9,77 kg/cm2 dan pelepasan obat metoklopramid HCl mencapai ± 80% dalam 2 menit. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa MDS dapat digunakan sebagai eksipien untuk film cepat hancur.

Fast dissolving film is designed to rapidly disintegrate and dissolve in saliva without need of water so that it takes the film-forming polymer that dissolves quickly. The aims of this study was to produce the maltodextrin succinate from maltodextrin DE 10-15 as the exipient for fast dissolving film. Maltodextrin Succinate (MDS) was obtained by esterification of maltodextrin using succinic acid anhydride in base condition of aqueous medium and characterized its chemical, physical, and functional properties.
The obtained MDS had 0.177 ± 0.004 as its substitution degree, solubulity in distilled water was 1:21 and swelling index was 41.76 ± 1.71% in phosphate buffer pH 6.8. Evaluation of the fast dissolving film formulas using MDS as exipient showed a good criteria as fast dissolving film with in vitro disintegration time 24.33 ± 5.86 seconds, tensile strength 9.77 kg/cm2 and metoklopramid HCl drug release reached ±80% in 2 minutes. Therefore, it can be concluded that the MDS can be used as the excipient for fast dissolving oral films.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45724
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pituanan, Baginda Sati
"Tablet cepat hancur merupakan tablet yang hancur dan / terlarut di dalam mulut sehingga dapat membantu pasien yang memiliki permasalahan dalam proses menelan. Ekstrak jahe dengan kandungan gingerol secara umum sudah dikenal dapat memberikan efek antiemetik. Tujuan penelitan ini adalah untuk memperoleh eksipien koproses pragelatinisasi pati singkong (PPS) dengan gom akasia (GA) yang kemudian digunakan sebagai eksipien dalam formulasi sediaan tablet cepat hancur ekstrak jahe. Pada penelitian ini, dibuat lima jenis eksipien koproses PPS-GA dengan lima perbandingan berbeda yaitu 5:5, 6:4, 7:3, 8:2 dan 9:1. Kelima eksipien koproses tersebut dilakukan karakterisasi meliputi bentuk partikel, distribusi ukuran partikel, kadar air, derajat keasaman, sifat alir, dan indeks mengembang. Selanjutnya, eksipien koproses PPS-GA 9:1, koproses PPS-GA 8:2 dan koproses PPS-GA 7:3 digunakan dalam formulasi sediaan tablet cepat hancur ekstrak jahe. Tablet cepat hancur ekstrak jahe yang diperoleh dievaluasi kekerasan, keregasan, waktu pembasahan dan waktu hancurnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat alir dan daya mengembang eksipien koproses PPS-GA 9:1 lebih baik daripada eksipien koproses PPS-GA lainnya. Tablet cepat hancur ekstrak jahe yang menggunakan eksipien koproses PPS-GA 9:1 memiliki kekerasan 0,7 kp, keregasan 2,12 %, waktu pembasahan 93 detik dan waktu hancur 134 detik. Dapat disimpulkan bahwa eksipien koproses PPS-GA 9:1 memiliki potensi sebagai pengikat, penghancur dan pengisi dalam formulasi sediaan tablet cepat hancur.

Fast disintegrating tablets (FDTs) are tablet that disintegrate and/or dissolve rapidly in the mouth, hence it can help patients, who have problem of swallow drugs. Ginger extract, which is containing gingerol, generally has known acting as anti-emetic. The purposes of this study were to obtain coprocessed excipients of pregelatinized cassava starch (PCS) with acacia gum (AG), and then apply them in FDT formulations of ginger extract. In this research, five kinds of the coprocessed excipient of PCS-AG were prepared in the ratio of 5:5, 6:4, 7:3, 8:2, and 9:1. Furthermore, the coprocessed excipient of PCS-AG were characterized in term of morphology, particle size distribution, moisture content, pH, flow properties and swelling index. Moreover, the coprocessed excipients of PCS-AG 9:1, PCS-AG 8:2, and PCS-AG 7:3 were used in FDT formulation of ginger extract. In addition, the FDTs of ginger extract were examined for the tablet hardness, the tablet friability, the wetting time and the disintegration time. The results show that the coprocessed excipient of PCS-AG 9:1 was the selected excipient, since it revealed good flow properties and swelling index. The FDTs of ginger extract, which was using the coprocessed excipient of PCS-AG 9:1, had have the tablet hardness of 0,7 kp, the tablet friability of 2,12%, the wetting time of 93 seconds, and the disintegration time of 134 seconds. In conclusion, the coprocessed excipient of PCS-AG 9:1 might be a potential excipient as binder, disintegrant, and filler for the FDT formulation.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Cinthya Chatarina
"Tablet lepas lambat merupakan tablet yang didesain untuk dapat melepaskan zat aktif secara perlahan di dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengkarakterisasi eksipien protein kedelai tersuksinilasi yang digunakan sebagai matriks dalam formulasi tablet lepas lambat dengan propranolol hidroklorida sebagai model obat. Konsentrat protein kedelai suksinat (PKS 1) diperoleh melaui cara esterifikasi konsentrat protein kedelai (PK) dengan anhidrida suksinat 100% b/b pada kondisi basa. PK dan PKS 1 dikarakterisasi secara fisik, kimia dan fungsional, kemudian diformulasikan menjadi matriks tablet lepas lambat dengan metode granulasi basah. Tablet lepas lambat yang dihasilkan dievaluasi dan dipelajari profil pelepasan obatnya.
Hasil penelitian menunjukkan pita serapan pada bilangan gelombang 1653,05 cm-1; 1697,41 cm-1; 2359,02 cm-1 dan derajat substitusi PKS 1 sebesar 35,74 ± 0,38%. Eksipien tersebut menunjukkan kemampuan mengembang yang baik sebesar 35,38 ± 2,08% dalam HCl pH 1,2 dan 66,36 ± 2,12% dalam dapar fosfat pH 7,5. Profil pelepasan propranolol hidroklorida dari tablet lepas lambat yang mengandung PKS 1 sebagai pembentuk matriks (F1, F2, dan F3) menunjukkan profil pelepasan obat yang mengikuti persamaan Higuchi. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa PKS 1 dapat digunakan sebagai eksipien pembentuk matriks pada tablet lepas lambat dan dapat digunakan untuk pemakaian 24 jam.

Sustained release tablet is solid oral dosage form which is designed to release drugs slowly in the body. This research was conducted to produce and characterize the succinylated excipient of soybean protein as matrix for sustained release tablet formulation with propranolol hydrochloride as model drug. Soybean protein succinate (SPS 1) was obtained by esterification of soybean protein (SP) with anhydride succinic 100% b/b in alkaline solution. SP and SPS 1 were characterized physically, chemically, and functionally, then were formulated as matrix in sustained release tablet by wet granulation method. Furthermore, the sustained release tablets were evaluated and the drug release profiles were studied.
Characterization of excipient results showed a peak at the wave number 1653,05 cm-1; 1697,41 cm-1; 2359,02 cm-1 and substitution degree of PKS 1 is 35,74 ± 0,38%. That modified excipient show good swelling capability that are 35,38 ± 2,08% in medium HCl pH 1,2 and 66,36 ± 2,12% in medium buffer phosphate pH 7,5. Drug released profil of Propranolol hydrochloride from sustained release tablet which contain PKS 1 as matrices (F1, F2, and F3) showed Higuchi drug release kinetics. This study suggested that the PKS 1 can be applied as matrix for sustained release tablets and extend drug release up to 24 hours.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosyida Amalia
"Film cepat hancur merupakan alternatif sediaan konvensional yang membutuhkan eksipien polimer dengan sifat mekanik baik dan waktu hancur relatif singkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi hasil hidrolisis pati singkong dan karakter film yang dihasilkan dari eksipien tersebut. Pembuatan eksipien maltodekstrin dilakukan dengan memodifikasi pati singkong secara enzimatis. Pemutusan ikatan 1,4-α-glikosida oleh enzim α-amilase (Clearflow AA®) pada medium berair dan kondisi netral (pH 6,5-7,0), dan pemanasan pada suhu 95±5ºC selama 45 menit dengan konsentrasi enzim o,1% (v/b). Hasil hidrolisis berupa serbuk maltodekstrin dengan DE 10-15 yang mempunyai perbedaan karakter, baik kimia, fisik, maupun fungsional dibanding pati singkong. Maltodekstrin DE 10-15 digunakan sebaga,m i eksipien dalam formulasi film cepat hancur dengan konsentrasi 5% (b/v) dan 7,5% (b/v). Hasil menunjukkan bahwa film yang mengandung (5% (b/v) MD, 17,5% (b/v) plasticizer memiliki karakter waktu hancur (13,79±0,22 detik), kadar air (11,32±4,76% (v/b)), pH sediaan (6,80±0,03), juga memiliki karakter fisik lebih baik, ditinjau dari bobot (44,67±1,77 g) dan ketebalan (0,10±0,01 mm). film yang mengandung 7,5% (b/b) MD, 20% (b/b) plasticizer (106,47±2,88%, menit kedua) mempunyai profil pelepasan obat tercepat. Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa maltodekstrin DE 10-15 dapat digunakan sebagai eksipien polimer dalam film cepat hancur.

Fast dissolving film is an alternative for conventional dosage form which needs polymeric excipient with good mechanic and dissolving time which relatively short. The aimed of this study was to determine the yield potential of cassava starch hydrolysis and the resulting film character of the excipient. Meltodextrin excipient was made by modifying the cassava starch enzimatically, breaking the bond of 1,4-α-glicosides by the α-amylase enzyme (Clearflow AA®) in aqueous medium and neutral conditions (pH 6.5 to 7.0) by heating at 95±5ºC during 45 minutes with the concentration of certain enzyms (0.1% (v/w)). The result from hydrolysis was maltodextrin powder with DE 10-15 which has different characters, whether chemical, physical, and functional than cassava starch. Maltodextrin DE 10-15 was used as excipients in the formulation of the fast dissolving film by a concentration of 5 and 7.5% (w/v). Films with 5% (w/v) MD, 17.5% (w/v) plasticizer has character disintegration time (13.79±0.22 seconds), moisture content (11.32±4.76% (v/w)), films pH (6.80±0.03), and also have better physical characteristics, in terms of weight (44.67±1.77 g) and thickness (0.10±0.01 mm). Film with 7.5% MD (w/v), 20% (w/v) plasticizer (106.47±2.88% in two minutes) has faster drug release profile. From these results, shown that the maltodextrin DE 10-15 can be used as a polymeric excipient in the fast dissolving films."
2013
S47332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftah Rizkiawelly Fitri
"Film cepat hancur merupakan alternatif sediaan konvensional yang membutuhkan polimer pembentuk film dengan sifat yang kuat, elastis dan cepat hancur. Koproses merupakan salah satu metode untuk memperoleh eksipien dengan gabungan sifat unggul dua atau lebih eksipien. Penelitian ini bertujuan untuk membuat eksipien koproses MDS-PVP dengan tiga perbandingan, mengkarakterisasinya dan menggunakannya sebagai polimer dalam film cepat hancur. Film cepat hancur dievaluasi terhadap penampilan, rasa, waktu hancur, kekuatan elongasi dan peregangannya. Hasil karakterisasi eksipien koproses MDS-PVP pada tiga perbandingan menunjukkan adanya perubahan sifat fisik dan fungsional, tapi tidak mengubah karakter kimia masing-masing eksipien. MDS- PVP digunakan sebagai polimer dalam formulasi film. Evaluasi film cepat hancur menunjukkan bahwa film dengan MDS-PVP (1:1) sebagai polimer memiliki kriteria yang baik sebagai film cepat hancur dengan waktu hancur 23,3 ± 1,53 detik, sifat mekanik yang baik dan disolusi propranolol HCl lebih dari 80 % pada detik ke- 120 (kurang dari tiga menit). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa MDS-PVP (1:1) dapat digunakan sebagai polimer pembentuk film cepat hancur.

Fast dissolving film is an alternative for conventional dosage form which required film former polymer with good mechanic properties and ability to rapidly disintegrated. Coprocess is one method to obtain an excipient with combination of good properties from two or more excipients. The aim of the study was to produce coprocess excipient of MDS-PVP in three different ratios, characterize it and apply it as polymer in fast dissolving film. Fast dissolving film was evaluated on its appearance, taste, disintegration time, swelling index, elongation break and tensile strength. The results of characterization of co-process MDS-PVP show the difference of physical properties without change in the chemical character of each excipient. MDS-PVP was used as polymert for formulation of fast dissolving film. Film which has MDS-PVP (1:1) as polimer had good criteria as fast dissolving film with disintegration time of 23.3 ± 1.53 seconds. It also showed good appearance, good mechanical properties, and better drug release profile. The results demonstrate that MDS-PVP (1:1) has great potential to be excipient for fast dissolving film."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Rustiana
"ABSTRAK
Film cepat hancur merupakan suatu bentuk sediaan padat yang larut atau
hancur dalam 1 menit dalam rongga mulut dengan adanya air liur tanpa minum
atau dikunyah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengkarakterisasi
sediaan film cepat hancur salbutamol menggunakan maltodekstrin suksinat
sebagai eksipien. Maltodekstrin suksinat yang diperoleh dari suksinilasi
maltodekstrin menggunakan anhidrida suksinat memiliki derajat substitusi 0,18
± 0,01; pH (5% larutan dalam akuades) 6,76 ± 0,03; kadar air 7,33 ± 0,21 %;
ukuran partikel 355 – 710 µm; laju alir 4,51 ± 0,301 g/detik; indeks
mengembang selama 4 menit 17,99%; viskositas (25%) 29,14 cps. Film cepat
hancur yang menggunakan maltodekstrin suksinat 5% memberikan bobot 24,16 ±
2,1 mg; ketebalan 101,5 ± 5,025 µm; waktu hancur 41,5 ± 5,5 detik; kadar air
50,66 ± 0,09 %; kadar salbutamol sulfat 2,10 ± 0,03 mg/film; pH 5,87 ± 0,03;
pelepasan obat selama 1 menit 105,43 ± 0,68%; tensile strength 7,097 ± 0,582
kg/cm2; elongasi 1,5 ± 0,1 %; fluks penetrasi rata-rata 1,314 µg/cm2.menit;
sesuai uji kesukaan 66,67% responden menyukai penampilan film; 13,33%
responden menyukai rasa film serta waktu hancur rata-rata sebesar 13,47 ± 3,23
detik. Dapat disimpulkan bahwa eksipien maltodekstrin suksinat dapat digunakan
sebagai eksipien pembentuk film cepat hancur.
ABSTRACT
Fast disintegration film was the solid dosage form which dissolve or
disintegrate in 1 minute with saliva without water or chewing. The purposes of
this research were to prepare and characterize of salbutamol fast disintegration
film containing maltodextrin succinate as an excipient. Maltodextrine succinate
was obtained from succinilation of maltodextrine using succinat anhidride. The
maltodextrine succinate had the characterized as follows : degree of substitution
(DS), 0.18 ± 0.01; pH (5% in aquadest), 6.76 ± 0.03; moisture content, 7.33 ±
0.21%; particle size, 355-710 µm; flow rate, 4.51 ± 0.31 g/secon; swelling index
17.99% and viscosity (25%) 29.14 cps. The fast disintegration film that
containing maltodextrine succinate 5% had weight 24.16 ± 2.1 mg; thickness,
101.5 ± 5.025 µm; disintegration time, 41.5 ± 5.5 secon; moisture content, 50.66 ±
0.09%; assay, 2.10 ± 0,03 mg/film; pH, 5.87 ± 0.03; in vitro drug release, 1
minute, 105.43 ± 0.68 %; tensile strength, 7.007 ± 0.582 kg/cm²; elongation, 1.5
± 0.1%; penetration flux 1.314 µg/cm2.minute. According to hedonic test,
66.67% like the film appearence , 13.33% like the flavour, and disintegration time
were 13.47 ± 3.23%. The result of this study showed that maltodextrine succinate
can be used as excipient for fast disintegration film ."
2013
T35158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Abdul Karim
"ABSTRAK
Protein kedelai tersuksinilasi merupakan protein kedelai yang termodifikasi secara kimia dan berpotensi dimanfaatkan sebagai pembentuk matriks mikrosfer. Protein kedelai disuksinilasi dengan suksinat anhidrida 100% b/b dalam suasana basa. Protein kedelai tersuksinilasi yang diperoleh memiliki derajat suksinilasi 35,74±0,38%, menunjukkan peak pada bilangan gelombang 1653 cm-1 mengindikasikan gugus karbonil amida yang terbentuk, memiliki nilai uji daya larut pada pH 1,2 sebesar 0,21±0,010 gram/100 ml dan pada pH 7,5 sebesar 0,35±0,003 gram/100 ml, serta memiliki kemampuan mengembang pada pH 1,2 sebesar 33,21±2,04% dan pada pH 7,5 sebesar 66,36±2,12%. Mikrosfer lepas lambat propranolol hidroklorida dibuat dengan eksipien konsentrat protein kedelai dan protein kedelai tersuksinilasi sebagai matriks menggunakan alat spray dryer dan dihasilkan mikrosfer dengan ukuran partikel 11,54-16,79 µm, nilai presentase rendemen 36,46-58,91%, dan nilai efisiensi penjerapan 95,75-99,81%. Formula 2 menahan pelepasan obat paling baik dalam medium pH 1,2 dengan nilai pelepasan obat kumulatif 14,44±0,10% selama 1 jam dan 63,05±0,40% jika dilanjutkan dalam medium pH 7,5 hingga jam ke-12.

ABSTRACT
Succinylated soybean protein was chemically-modified soybean protein that could be used as matrix for sustained release microspheres containing propranolol hydrochloride. Soybean protein was succinylated with anhydride succinic 100% w/w in basic condition. Succinylated soybean protein had degree of succinylation 35.74±0.38%, showed peak in wave numbers 1653 cm-1 on IR spectrum which was indicating formed amide carbonyl group, had solubility index 0.21±0.010 gram/100 ml in aqueous medium pH 1.2 and 0.35±0.003 gram/100 ml in aqueous medium pH 7.5, and had swelling index 33.21±2.04% in aqueous medium pH 1.2 and 66.36±2.12% in aqueous medium pH 7.5. Sustained release microspheres containing propranolol hydrochloride were made by using spray dryer and obtained microspheres had particle diameters 11.54-16.79 µm, had yield values 36.46-58.91%, and had encapsulation efficiency values 95.75-99.81%. Second formula was the best formula that could sustain drug release in the aqueous
medium pH 1.2 with the value of cumulative drug release 14.44±0.10% for 1 hour and 63.05±0.40% if it was continued in aqueous medium pH 7.5 up to 12 hours."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>