Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157260 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iqbal Maesa Febriawan
"Studi ini menginvestigasi hubungan antara tingkah laku flaming dan trait agresi verbal pada antifans. Flaming sebagai bentuk tingkah laku komunikasi agresif yang dilakukan antifans terhadap publik figur diduga berkaitan dengan trait agresi verbal. Tiga puluh enam pemilik akun antifans di Twitter ditarik tweetnya sebanyak seratus tweet per akun dan mengisi kuesioner Verbal Aggressiveness Scale yang terdiri dari 10 item yang bernuansa agresi. Uji psikometrik terhadap Verbal Aggressiveness Scale menunjukkan bahwa alat ukur ini valid dan reliabel (α = 0,8). Tiga ribu enam ratus tweet dari 36 akun antifans dianalisis kontennya oleh dua koder yang tidak mengetahui hipotesis penelitian untuk menentukan setiap tweet yang disampaikan tergolong flaming atau tidak. Seratus tweet dari seluruh akun diambil secara acak untuk mendapatkan data reliabilitas antarkoder.
Reliabilitas antarkoder menunjukkan nilai κ = 0,565, yang mana bermakna bahwa persetujuan antarkoder dapat diterima. Frekuensi tweet flaming dan hasil kuesioner Verbal Aggressiveness Scale dikorelasikan untuk mendapatkan hasil penelitian. Hipotesis penelitian ini diterima, bahwa terdapat hubungan antara tingkah laku flaming di Twitter dan trait agresi verbal pada antifans. Analisis tambahan dilakukan untuk melihat perbedaan tingkah laku flaming dan trait agresi verbal pada antifans laki-laki dan perempuan. Tingkah laku flaming tidak berbeda secara signifikan untuk antifans laki-laki dan perempuan sedangkan trait agresi verbal ditemukan lebih kuat pada antifans laki-laki dibandingkan perempuan. Implikasi penelitian dibahas lebih lanjut dalam makalah.

This research tries to prove that online flaming relates to verbal aggressiveness among antifans. Thirty six antifans Twitter account owner fully participated in this research. Each Twitter account took 100 recent tweets per April 25th, 2014. The owner account filled in Verbal Aggressiveness Scale, consisted ten aggressively-worded items. Validation study for this measurement resulted that the scale was valid and reliable (α = 0,8). Three thousands and six hundred tweets were analyzed by two coders, not knowing research hypothesis.
Intercoder reliability showed that agreement between coders was fairly accepted. This study result showed that online flaming in Twitter relates to verbal aggressiveness among antifans. Additional result found in this study were that there was no significant difference in flaming between male and female antifans but there was significant difference in verbal aggressiveness between male and female antifans. Further implication of this study explained in the end of this paper.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Thiorina
"Penelitian ini membahas tentang representasi perilaku agresi pada adegan-adegan sinetron Anak Langit di stasiun televisi SCTV. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan berfokus pada analisis deskriptif. Proses penelitian dilakukan dengan analisis observasi. Hasil penelitian menemukan bahwa setiap elemen-elemen drama yang digunakan dalam menyajikan adegan yang bermakna perilaku agresi. Melalui elemen-elemen drama yang diaplikasikan dalam sinetron menjadi sebuah cerita yang dapat membentuk realita drama televisi.

This study discusses the representation of aggression in the scenes of Anak Langit on SCTV. This research is qualitative research with a focus on descriptive analysis. The research process was carried out by observation analysis. The results of the study found that each of the drama elements used in presenting scenes meant aggression behavior. Through the drama elements applied in it becomes a story that can shape the reality of the audience."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Otty Prawira Hananto
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1977
S2050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charletty Choesyana Soffat
"Penelitian ini berangkat dari pertanyaan bagaimana pembentukan sistem motif agresi sebagai hasil praktik pengasuhan anak oleh orang tua pada remaja kriminal dan remaja non kriminal. Penelitian ini menelaah keterkaitan antara praktik pengasuhan anak (oleh ibu dan ayah) dengan perkembangan kedua komponen sistem motif agresi yaitu komponen pendekat agresi (motif agresi) dan komponen penghindar agresi (hambatan agresi) yang ada di dalam diri remaja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah praktik pengasuhan anak yang berkaitan dengan perkembangan agresivitas yang diterapkan pada remaja kriminal, berbeda dengan yang diterapkan pada remaja non kriminal. Selain itu, juga untuk mengetahui apakah sistem motif agresi remaja kriminal tidak sama dengan sistem motif agresi remaja non kriminal.
Berdasarkan kajian teori diajukan empat belas hipotesis untuk diuji kebenarannya. Penelitian dilakukan pada remaja akhir dengan rentang usia antara 18 hingga 24 tahun, yaitu remaja non kriminal (Siswa kelas III SMU 71 & Mahasiswa Fakultas Agama Islam Univeritas Asy-Syafiyah semester II) dan remaja kriminal (narapidana kasus penganiayaan berat dan pembunuhan di RUTAN Salemba) di Jakarta.
Hasil temuan penelitian memperlihatkan bahwa:
1. Praktik pengasuhan anak (oleh ibu & ayah) yang diterapkan pada remaja kriminal adalah tidak sama dengan yang diterapkan pada remaja non kriminal.
2. Secara umum, motif agresi remaja kriminal lebih besar daripada motif agresi remaja non kriminal. Dan kekuatan motif agresi remaja kriminal lebih besar daripada kekuatan hambatan agresi yang ada di dalam dirinya.
3. Di antara kelima aspek praktik pengasuhan anak yang diteliti dalam penelitian ini (aspek kontrol, dukungan, penolakan, kasih sayang dan orientasi nilai), yang amat berperan bagi peningkatan motif agresi adalah aspek kontrol dan kasih sayang.
4. Agresivitas yang rendah pada remaja dikarenakan adanya motif agresi yang rendah, atau dikarenakan interaksi antara kekuatan motif agresi yang besar dan kekuatan hambatan agresi yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki kekuatan motif agresi yang besar. Belum tentu mudah untuk memunculkan tingkah laku agresif dan atau kriminal.
Selanjutnya, berdasarkan hasil temuan penelitian penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: Melakukan penelitian lanjutan dengan (1) memperluas jangkauan sampel yaitu dengan anak Indonesia sebagai populasi, (2) menggunakan alat ukur yang lebih standar, dan (3) metode pengumpulan data secara terpadu.
Selain itu, juga disarankan agar memanfaatkan hasil penelitian ini, sebagai salah satu bahan masukan dalam upaya pembinaan dan pengembangan kepribadian remaja lebih lanjut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diennaryati Tjokrosuprihatono
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1978
S2444
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyastuti
"ABSTRAK
Adalah hal yang memprihatinkan jika akhir-akhir ini kuantitas penayangan film kekerasan di televisi meningkat, sementara peningkatan itu dibarengi dengan maraknya aksi kekerasan yang dilakukan oleh pelajar-pelajar di Jakarta.
Banyaknya program siaran yang ditawarkan kiranya telah membuka peluang bagi pemirsa untuk memilih acara-aeara yang mereka senangi, termasuk film-film kekerasan. Tudingan kepada pihak pengelola televisi sebagai penyebab maraknya aksi kekerasan bukanlah tudingan yang tanpa alasan, namun tudingan itu tidaklah bijaksana tanpa melalui suatu penelitian. Tulisan ini berusaha menjembatani kepentingan pihak pengelola televisi . dengan kepentingan masyarakat.
Ada berbagai pendapat tentang pengaruh menonton film kekerasan. Pendapat pertama mengatakan menonton film kekerasan merupakan katarsis sedangkan pendapat lain mengatakan hal ini meningkatkan agresivitas penonton karena menampilkan model untuk dicontoh. menemukan bahwa dampak film kekerasan terhadap agresivitas janganlah hanya dilihat sebagai hasil menonton televisi, tetapi juga dari proses-nya. "Proses" ini dikenal dengan "konsep variabel ketiga", yang dibagi menjadi variabel Antecedent, Intervening dan Contingent. Di samping itu lamanya menonton dan jenis film yang ditonton diduga berhubungan dengan perilaku penontonnya, khususnya perilaku agresif.
Penelitian ini dilakukan terhadap 150 orang pelajar SLTA di Jakarta untuk mengetahui faktor-faktor apa saja dari menonton film kekerasan yang berhubungan dengan agresivitas penontonnya. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa variabel Antecedent dan Intervening penonton film kekerasan berhubungan secara signifikan dengan agresivitas penontonnya. Kondisi Contingent (kesempatan penonton untuk mengaplikasikan adegan di televisi dalam perilaku nyata) tidak berhubungan secara signifikan dengan agresivitas penontonnya. Bila dilihat dari lamanya menonton dan jenis film yang ditonton, ternyata hanya jenis film yang ditonton saja yang memperlihatkan efek yang signifikan terhadap agresivitas penonton.
Berkaitan dengan temuan ini beberapa saran yang dikemukakan, adalah : (1) hendaknya orang tua tidak menciptakan kondisi yang memungkinkan anak mencontoh perilaku buruk orangtuanya karena orangtua merupakan "model" yang cukup menarik bagi anak-anak untuk ditiru; (2) pihak pengeloia program televisi hendaknya lebih bijaksana dalam menyeleksi film-film yang akan diputar dengan memperhatikan jam tayang khususnya untuk film anak-anak dan remaja; (3) perlunya penelitian lanjutan untuk menemukan variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap hubungan menonton film kekerasan di televisi dengan agresivitas penontonnya. "
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Yulianissa
"Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan menganalisis pengaruh karakter eksekutif perusahaan terhadap agresivitas pajak dengan efektivitas dewan komisaris sebagai variabel moderasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode data panel model fixed effect. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 68 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan 2013 dengan total observasi sebanyak 272 perusahaan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakter eksekutif perusahaan yang bersifat semakin risk taker berpengaruh positif dan signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa efektivitas dewan komisaris terbukti memperkuat pengaruh positif dari karakter eksekutif perusahaan yang semakin bersifat risk taker terhadap agresivitas pajak perusahaan.

This research aims to analayze the effect of company?s executive character on tax aggressiveness with board of commissioners? effectiveness as a moderating variable. This research is a quantitative research using panel data and fixed effect model. Sample used in this research are 68 manufacture companies that listed in Indonesia Stock Exchange for period of 2010 until 2013 with total observation of 272 firms.
The results of this research showed that company?s executive who tends to be more risk taker have significantly positive effect on company?s tax aggressiveness. Besides, this research also showed that boards of commissioners? effectiveness strengthen the positive effect of company?s executive who tends to be more risk taker on company?s tax aggressiveness.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S59980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Marcel
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan tingkah laku agresif siswa dalam tawuran sehubungan dengan bentuk konformitas acceptance dan compliance. Tema penelitian ini diangkat melihat kenyataan bahwa sampai saat ini tawuran masih menjadi fenomena yang meresahkan masyarakat, ditandai dengan meningkatnya kerugian yang diakibatkan oleh tawuran baik kerugian berupa materi, maupun jatuhnya korban jiwa, bertambahnya jumlah pelaku dan sekolah yang terlibat tawuran.
Tawuran adalah perkelahian masal yang merupakan perilaku kekerasan antar kelompok, oleh karena itu tingkah laku agresif siswa dalam tawuran dapat dikatakan sebagai hasil dan proses kelompok. Sementara menurut Myers (1996) pengaruh proses kelompok yang menghasilkan perubahan tingkah laku, keyakinan individu tidak sama pada masing-masing individu. Ada individu yang bertingkah laku sesuai dengan tekanan kelompok, sementara secara individual ia tidak menyetujui perilaku tersebut. Adapula individu yang perilaku maupun keyakinannya sesuai dengan tekanan kelompok yang diterimanya. Dari sini kemudian peneliti menduga perbedaan pengaruh proses kelompok pada individu akan menghasilkan tingkah laku agresif yang berbeda pula.
Penelitlan ini menggunakan pendekatan kuantitatif, penarikan sampel tergolong ke dalam non probability sampling dengan teknik incidental. Subyek adalah siswa dari sekolah yang mempunyai frekuensi terlibat tawuran yang tinggi dengan jumlah subyek sebanyak 135 orang. Pengolahan data yang telah terkumpul menggunakan rumus t-test for independent sample dengan bantuan program SPSS for Windows release 9.0.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada tingkah Iaku agresif siswa dalam tawuran sehubungan dengan bentuk konformitas acceptance dan compliance. Siswa yang menunjukkan konformitas acceptance memperlihatkan tingkah Iaku yang Iebih agresif dalam tawuran bila dibandingkan dengan siswa yang menunjukkan konformitas compliance. Hal Iain yang ditemukan sehubungan dengan penelitian ini adalah, siswa kelas satu dan kelas dua menunjukkan bentuk konformitas yang berbeda, sementara tingkah laku agresif siswa kelas satu dan kelas dua dalam tawuran cenderung sama. Selain itu ada perbedaan dalam bentuk konformitas pada kelompok siswa usia 16, 17, dan 18 tahun. Hal lain yang ditemukan adalah bahwa siswa wanita turut terlibat dalam tawuran, dimana mereka memperiihatkan tingkah Iaku agresif dalam tawuran yang cenderung rendah bila dibandingkan dengan kelompoknya.
Hasil penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dapat terjadi kemungkinan dikarenakan keberadaan siswa yang menunjukkan bentuk konformitas compliance hanya sekedar ingin dilihat bahwa mereka cukup solider dengan ikut tawuran, sedangkan siswa yang benar-benar meyakini norma yang terkait dengan tawuran (acceptance), lebih merasakan tawuran perlu dan merupakan keharusan sehingga mereka tidak segan-segan melukai lawan."
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Yosefini Rasyanti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2233
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Ardiyanti
"Kelurahan Warakas dan Kelurahan Sungai Bambu sebagai dua kelurahan dari tujuh kelurahan yang terdapat di Kec. Tanjung Priok, terletak di pinggir Teluk Jakarta, merupakan kelurahan dengan penduduk padat. Letaknya yang berdekatan dengan Pelabuhan Tanjung Priok menyebabkan jumlah penduduk di wilayah ini semakin bertambah. Meningkatnya jumiah penduduk yang tidak diikuti dengan peningkatan kualitas hidup masyarakatnya membuat kehidupan individu, khususnya di wilayah ini semakin sulit.
Kepadatan penduduk yang tinggi, yang diperburuk oleh kondisi Iingkungan yang rawan banjir dan daerah kumuh (BPS, 1997), menyebabkan wilayah ini memiliki kondisi Iingkungan fisik dengan ciri- ciri, sebagai berikut: minimnya berbagai fasilitas umum dan fasilitas sosial, kekurangan air bersih untuk keperluan rumah tangga, sanitasi dan higiene yang buruk, serta minimnya tempat pembuangan sampah. Menyempitnya 'ruang pribadi', seperti halnya yang terdapat di Iingkungan padat Kelurahan Warakas dan Kelurahan Sungai Bambu, dapat menyebabkan munculnya perasaan tegang, tertekan, dan frustrasi individu yang bermukim di wiiayah ini. Kanadjaja dan Sofyan menyatakan bahwa individu yang bermukim di tempat yang relatif padat Iebih memiliki kecenderungan peningkatan agresititas. Sehubungan dengan hal tersebut, diketahui dari Iaporan hasil Survei Kelurahan (1997) bahwa telah terjadi frekuensi tindak kriminalitas di wilayah ini (BPS, 1997).
Berdasarkan uraian di atas, beberapa fakta penting yang perlu diperhatikan adalah terjadinya kepadatan di lingkungan berpenduduk padat memungkinkan terjadinya berbagai macam bentuk provokasi sehingga dapat menimbulkan berbagai kecenderungan respon perilaku agresif pada penduduknya sebagai bentuk reaksi dari kesesakan yang dipersepsikan sebagai bentuk pengalaman yang tidak menyenangkan (Berkowitz, 1993). Adanya peningkatan agresifitas diantara orang- orang yang merasakan sesak di lingkungan padat (Altman, 1987). Bahwa fenomena kesesakan di Iingkungan padat mengakibatkan menurunnya kualitas hidup pada masyarakatnya, misalnya kriminalitas (Altman, 1987).
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan perbedaan lingkungan tempat tinggal akan menyebabkan perbedaan dalam perilaku pada penduduknya, yaitu dengan meneliti kecenderungan respon perilaku agresif penduduk di Kelurahan Warakas dan Kelurahan Sungai Bambu terhadap provokasl Maka permasalahan yang diteliti adalah:
Apakah perbedaan provokasi menyebabkan perbedaan proporsi kecenderungan respon perilaku agresif antara penduduk di lingkungan padat tinggi dan llngkungan padat rendah ?
Responden penelitian ini adalah penduduk di Kelurahan Warakas dan Kelurahan Sungai Bambu, berusia antara 18-30 tahun sejumlah 157 orang. Untuk pengumpulan data digunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Alat pengumpul data tersebut dibuat berdasarkan 8 indikator perilaku agresif yang dikemukakan oleh Buss (1961, dalam Morgan 1986). Teknik pengolahan data dilakukan melalui 2 tahap, yaitu; pertama, menggunakan analisis faktor, bertujuan untuk memperoleh gambaran perilaku agresif yang potensial terdapat diantara penduduk. Kedua, menghitung proporsi responden, bertujuan untuk mendapatkan gambaran perbedaan proporsi respon berdasarkan kecenderungan respon perilaku agresif yang terdapat di antara kelompok responden.
Berdasarkan hasii pengolahan data melalui analisis faktor, diperoleh tiga kecenderungan respon perilaku agresif yang potensial terdapat di kedua wilayah penelitian ini, antara Iain: respon perilaku fisik aktif Iangsung, respon verbal aktif tidak Iangsung, dan respon verbal pasif tidak langsung. Sedangkan untuk gambaran perbedaan proporsi diantara dua kelompok responden, hasil yang diperoleh adalah:
1. Peningkatan provokasi menimbulkan kecenderungan respon perilaku agresif fisik aktif Iangsung dan verbal aktif tidak Iangsung, sedangkan respon perilaku agresif verbal pasif tidak Iangsung semakin berkurang
2. Tidak terdapat perbedaan kecenderungan respon perilaku agresif fisik aktif Iangsung, verbal aktif tidak Iangsung, dan verbal pasif tidak Iangsung sebagai respon terhadap provokasi diantara kedua kelompok responden.
Selain itu, dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa semakin provokasi meningkat maka kecenderungan respon perilaku agresif yang ditampilkan lebih merupakan perilaku fisik aktif Iangsung dan verbal aktif tidak langsung. Bahwa perilaku agresif Iebih ditentukan oleh tingkat provokasi yang dipersepsikan individu sebagai suatu bentuk kesengajaan dan memiliki intensitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Worchel (1974, dalam Morgan, 1986) bahwa semakin individu mempersepsi provokasi dari orang Iain sebagai suatu hal yang disengaja dan berintensitas tinggi maka kecenderungan respon perilaku agresif untuk tampil akan semakin kuat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2773
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>