Ditemukan 69197 dokumen yang sesuai dengan query
Miranda Rizka Anggraini
"Hamburan K+p dihitung dengan menggunakan kinematika relativik. Model potensial yang digunakan digambarkan sebagai model pertukaran meson dan hiperon. Penampang lintang differensial dan besaran-besaran spin dihitung. Perhitungan dibandingkan dengan yang menggunakan kinematika nonrelativistik untuk melihat efek relativistik pada energi bervariasi.
Scattering of K+p is calculated using relativistic kinematics. The Model used is described as a potential model for meson and hiperon. Differential cross section and spin observables calculated. The calculations are compared with using non relativistics to see relativistic effects on energy range."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54762
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Haryanto
"Hamburan K-p dihitung dengan menggunakan teknik partial wave dan teknik 3D. Perhitungan saling dibandingkan untuk berbagai energi. Perhitungan dengan menggunakan kinematika relativistik juga dilakukanuntuk melihat efek relativistik pada berbagai energi. Model potensial yang digunakan digambarkan sebagai model pertukaran meson dan hiperon. Observable yang dihitung yaitu penampang lintang diferensial, polarisasi, dan depolarisasi.
K p scattering is calculated using partial wave technique and 3D technique. Both calculations are compared with each other for various energies. Calculations using relativistic kinematics are also performed to observe relativistic effect on various energies. The Interaction used is described as a potential model for meson and hiperon exchanges. The observables being calculated are differential cross section, polarization, depolarization."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S69960
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yasir Arafat
"Hamburan K−n dihitung dengan menggunakan teknik 3D yang dibandingkan dengan perhitungan partial wave untuk memecahkan persamaan Lippmann-Schwinger untuk matriks T. Interaksi yang dipakai melibatkan pertukaran meson dan hyperon sampai orde kedua. Perhitungan dibandingkan dengan yang menggunakan kinematika relativistik untuk melihat efek relativistik pada energi bervariasi. Besaran spin yang dihitung adalah penampang lintang diferensial, polarisasi, dan depolarisasi.
Scattering of K−n is calculated using 3D technique which then is compared with the partial wave calculations to solve the Lippmann-Schwinger equation for matrix T. The interaction being used involves the exchange of mesons and hyperon up to second order. The calculations are compared with those using relativistic kinematics to see relativistic effects on various energies. The spin observables are differential cross section, polarization and depolarization."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57817
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Khairi Trisnayadi
"Perhitungan hamburan K
+p dikerjakan dengan menyelesaikan persamaan Lipp- mann-Schwinger untuk matriks-T dalam basis partial wave dalam ruang momentum. Sebagai input diambil model potensial pertukaran hadron orde dua untuk interaksi K
+p. Model ini melibatkan pertukaran skalar meson σ, vektor meson ρ dan ω, serta hiperon A dan Σ. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan hasil perhitungan yang menggunakan teknik tiga dimensi pada energi yang bervariasi.
K+p scattering is formulated in partial wave technique in momentum space. The second order contribution of hadron exchange model potential for K+p interaction is being considered to produce the elements of T-matrix as the solutions of Lippmann-Schwinger equation. The interaction contents of me- son scalar-σ, vector-ρ, vector-ω, hyperon-A and hyperon-Σ exchange. The result will be compared with the data of similar reaction produced in three-dimensional technique at several energies."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55298
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sivia, D.S.
Oxford: Oxford Univesity Press, 2011
539.758 SIV e
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Daniel Khrisna Adiswara
"Model relativistik interaksi K-p diturunkan berdasarkan prinsip pertukaran satu hadron dengan menggunakan kinematika relativistik. Model ini terinspirasi dari keberhasilan Group Bonn pada model pertukaran satu boson untuk interaksi nukleon-nukleon (NN). Hadron yang dipertukarkan adalah meson skalar σ; meson vektor ω, ρ; hiperon Λ, Σ; dan resonan Λ(1600). Parameter yang dicari yaitu massa meson σ, konstanta kopling, dan parameter cut-off. Nilainilai parameter didapatkan dengan melakukan fitting terhadap data eksperimen penampang lintang diferensial K-p untuk energi kinetik laboratorium dari 48 MeV hingga 580 MeV. Penampang lintang diferensial dihitung dengan menggunakan teknik tiga dimensi. Proses fitting menghasilkan χ2/N = 9.99140. Model ini dapat mereproduksi data yang baik untuk energi di atas 200 MeV, tetapi sebaliknya untuk energi di bawah 200 MeV. Kontribusi resonan Λ(1600) sebagai partikel yang dipertukarkan masih sangat kecil dibandingkan partikel lain.
K-p interaction is modeled as one-hadron-exchange potential using relativistic kinematic, which is inspired by the success of the Bonn one-boson-exchange potential model for the nucleon-nucleon (NN) interction. The hadron being exchanged are scalar-meson-σ; vectormeson-ω, ρ; hyperon-Λ, Σ and resonance-Λ(1600). The parameters (mass of meson σ, coupling constant, and cut-off) are determined by means of fitting processes to experimental data of K-p differential cross section for kaon laboratory kinetic energies of about 48 MeV to 580 MeV . The differential cross sections are calculated using a three-dimensional technique. This model able to reproduce data above 200 MeV with χ2/N = 9.99140. The contribution of resonance-Λ(1600) is not large compared to other exchanged particles."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Romansya Setyo Utomo
"Terinspirasi dari potensial pertukaran satu boson hasil penelitian Bonn University, interaksi K+p dimodelkan sebagai potensial pertukaran satu hadron menggunakan kinematika relativistik. Partikel atau hadron yang dipertukarkan adalah meson-skalar σ; meson-vektor ω dan ρ; hiperon Λ dan Σ; dan Σ (1385). Parameter-parameter ditentukan dengan proses fitting terhadap data eksperimen penampang lintang diferensial K+p untuk energi kinetik laboratorium kaon sekitar 20 MeV sampai 593 MeV. Penampang lintang diferensial dihitung menggunakan teknik 3D. Model yang dihasilkan masih belum cukup baik, dan memerlukan tambahan resonans. Kontribusi masing-masing partikel yang dipertukarkan juga akan didiskusikan.
Inspired by the Bonn NN one-boson-exchange potential, a K+p interaction is modeled as one-hadron-exchange potential using relativistic kinematic. The hadrons being exchanged are scalar-meson-σ; vector-meson ω and ρ; hyperon Λ and Σ; and Σ (1385). The parameters are determined by means of fitting process to experimental data of K+p differential cross section for kaon laboratory kinetic energies of about 20 MeV to 593 MeV. The differential cross sections are calculated using a 3D technique. This model seems to require an additional exchange resonance particle to get better results, the contribution of each exchanged particle will also be discussed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
New York: Pergamon Press, 1980
530.124 ACO
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Harry Tejakusuma
"Metode P-Z Summation merupakan salah satu metode yang baik untuk meminimalisir ghost dan multiple reflection pada perekaman data seismik di zona Ocean Bottom Cable (OBC). Cara kerja metode ini dengan mengkombinasikan data P dari hydrophone dengan data Z dari geophone untuk menghilangkan multiple yang memiliki sifat polaritas berlawanan pada wavelet seismik P dan Z. Penggabungan data tersebut juga akan meningkatan resolusi penampang seismik pada zona target seiring dengan hilangnya ghost serta multiple pada data. Untuk studi lebih lanjut, maka dilakukanlah pengamatan mengenai metode P-Z Summation pada data pre-stack serta data post stack untuk mengetahui hasil dan proses yang lebih optimal pada pengolahan data seismik OBC. Dimana data pre-stack merupakan data yang belum mengalami Zero Offset dan data post stack merupakan data yang sudah mengalami Zero Offset serta penggabungan trace.
Dari hasil studi dengam menggunakan 2 metode tersebut digunakan nilai ACF (Auto Correlation Function) sebagai pembanding, yakni ACF 250 dengan ACF 1000 pada data pre-stack dan post stack yang digunakan, didapat hasil deghosting yang berbeda pada resolusi penampang akhirnya. Pada hasil akhir pre-stack ACF 250 masih terlihat multiple reflection pada Two Way Time (TWT) 1500-2000 ms, sedangkan pada hasil akhir pre stack ACF 1000 multiple sudah mulai menghilang pada TWT 1500-2000 ms. Kemudian, pada hasil akhir penampang seismik post stack ACF 250 terdapat multiple yang masih telihat pada TWT 500-1000 ms. Dan seismik post stack ACF 1000 mengalami pelemahan multiple pada TWT 500-1000 ms dan mengalami peningkatan resolusi pada zona target di TWT 1000-1500ms.
PZ summation method is a good method to minimize multiple reflections in the seismic data recording in the zone of Ocean Bottom Cable (OBC). This method works by combining the P data from the hydrophones with the Z data from the geophones to eliminate ghost and multiple properties that have opposite polarity on P and Z seismic wavelet. The incorporation of these data will also increase seismic resolution on the target zone due to the loss of multiple. For further study, we conducted extensive observations of P-Z summation method on the pre-stack and post-stack data to determine and enhance the outcome of OBC seismic data processing. As we know, the pre-stack data is the data that has not been changed to the Zero Offset and post stack data is the data that has undergone to the Zero Offset. From the results of studies using two method, the comparison of those two types of data is using ACF (Auto Correlation Function) values, ACF 250 with ACF 1000 using pre - stack and post- stack data, the different results obtained in the deghosting eventually cross section resolution. At the end of the pre - stack results ACF 250 still seen multiple reflection on Two Way Time ( TWT ) from 1500 to 2000 ms, while the end result of pre stack multiple ACF 1000 have started to disappear in the 1500-2000 ms TWT. Then, on the final results of post stack seismic ACF 250 there are still multiple seemingly at 500-1000 ms TWT. And post-stack seismic weakened multiple ACF 1000 at 500-1000 ms TWT and increase the resolution of the target zone at 1000- 1500ms TWT."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54914
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rahadian Nopriantoko
"Hamburan kaon-nukleon diformulasikan dalam basis momentum-spin tiga dimensi. Interaksi yang dipakai berdasarkan model potensial Yukawa dengan faktor spin-orbit. Dalam penelitian ini, kami memasukkan unsur kinematika relativistik ke dalam hamburan, dan kemudian menyelidiki efek relativistik pada hamburan kaon-nukleon untuk nilai energi yang bervariasi.
Kaon-nucleon scattering is formulated in three-dimensional momentum-spin basis. The interaction being used is based on Yukawa potential model with spin-orbit factor. In this research, we use relativistic kinematics into scattering, and then invistigate some relativistic effects on kaon-nucleon scattering for varies energy."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42927
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library