Ditemukan 3978 dokumen yang sesuai dengan query
Sakai, Tsuboi
Jakarta : Pantja Simpati, 1989
895.635 SAK tt
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Tsuboi, Sakae
"Sebagai guru baru, Bu Guru Oishi ditugaskan mengajar di sebuah desa nelayan yang miskin. Di sana dia belajar memahami kehidupan sederhana dan kasih sayang yang ditunjukkan murid-muridnya. Sementara waktu berlalu, tahun-tahun yang bagai impian itu disapu oleh kenyataan hidup yang sangat memilukan. Perang memorak-porandakan semuanya, dan anak-anak ini beserta guru mereka mesti belajar menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
"
Jakarta: PT Gramedia, 2024
895.6 TSU d
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Donatus A. Nugroho
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993
899.221 DON m
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Sholihatun Nisa
"Tulisan ini membahas persamaan cerita pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dengan novel Dua Belas Pasang Mata karya Sakae Tsuboi. Tujuan penulisan ini adalah untuk menunjukkan persamaan kedua novel tersebut melalui unsur intrinsik, yaitu tema, tokoh, alur, dan latar. Kesimpulan tulisan ini adalah kedua novel tersebut membahas pendidikan dalam kemiskinan namun pada latar waktu yang berbeda. Latar waktu pada novel Laskar Pelangi terjadi tahun 1980-an, sedangkan novel Dua Belas Pasang Mata terjadi tahun 1928. Kemiskinan yang terdapat pada kedua novel tersebut banyak dialami di daerah terpencil di suatu negara. Anakanak di desa tersebut harus merasakan masa-masa sulit dalam menempuh pendidikan. Masalah yang diangkat oleh pengarang merupakan persoalan umum yang dapat dialami semua orang sehingga penulis menggolongkan kesamaan tersebut dalam pemahaman afinitas.
This article discusses the story similarities of the novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata and the novel Dua Belas Pasang Mata by Sakae Tsuboi. The purpose of this paper is to show the similarities of the two novels through intrinsic element, namely the theme, characters, plot, and setting. This paper found some similarities between two novels. The both novels likely thought about education in poverty but at a different time setting. The time background of the novel Laskar Pelangi occurred in the 1980s, while the novel Dua Belas Pasang Mata occurred in 1928. The poverty found in both novels are widely experienced in remote areas of a country. Children in the village had to feel the hard times in education. The issues raised by the authors is a common problem that can be experienced by everyone so that writers classify such similarities in the understanding of affinity."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Dono
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999
899.221 DON d
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Chandra Bientang Anggarie
Jakarta: Noura Books, 2024
899.221 CHA d
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Chandra Bientang Anggarie
Jakarta: Noura Books, 2024
899.221 CHA d
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Apsanti Djokosuyatno
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Adek Dwi Oktaviantina
"Novel Bonsai karya Pralampita Lembahmata adalah novel yang mengungkapkan kehidupan cina benteng dan keturunannya dalam menjaga tradisi merawat bonsai hinoki. Dalam mempertahankan harta leluhur, keluarga ini bekerja keras dalam kehidupan serta bersikap teguh dalam berperilaku haik Moralitas pada tokoh nampak pada tindakan dan ujaran tokoh dalam novel bonsai. Rumusan masalah yaitu bagaimanakah moralitas tokoh dalam Novel Bonsai Karya Pralampita Lembahmata.Tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan moralitas tokoh dalam Novel Bonsai Karya pralampita lembahmata.Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra.Metode penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Simpulan penelitian adalah moralitas tokoh Novel Bonsai meliputi moralitas berpegang kepada adat yaitu sikap menghormati leluhur dan meneladani orang tua, moralitas individu yaitu sikap rajin bekeija dan pantang menyerah, serta moralitas sosial yaitu sikap saling tolong menolong."
Serang: Kantor Bahasa Banten, 2017
400 BEBASAN 4:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Lupita Parameswari
"Penelitian ini berfokus pada penyesuaian budaya yang terjadi dalam penerjemahan gim novel visual Jepang yang berjudul 9-nine-Kokonotsu Kokonoka Kokonoiro. Gim ini dibuat dan dikembangkan oleh Palette dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh grup penerjemah penggemar Hero Soft. Penelitian ini menganalisis prosedur penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah berdasarkan prosedur penerjemahan gim oleh O’Hara dan Mangiron (2006) serta prosedur penerjemahan yang telah dirangkum dan dikembangkan oleh Dewi dan Wijaya (2021) dan mengkaji penyesuaian budaya yang terjadi dalam proses penerjemahan teks sumber (TSu). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi prosedur penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah penggemar untuk menghadapi istilah budaya dalam gim novel visual dan mengkaji hubungan antara prosedur yang diterapkan dengan penyesuaian budaya yang terjadi. Berdasarkan berbagai prosedur penerjemahan dan jenis penyesuaian budaya yang ditemukan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa ideologi yang diterapkan oleh penerjemah penggemar adalah domestikasi karena terlihat bahwa tujuan penerjemahan adalah mendekatkan gim kepada pemain sebagai audiens melalui penyesuaian banyak unsur budaya sumber dengan unsur budaya yang lebih dikenal dalam bahasa sasaran (BSa).
This study focuses on the cultural adjustment that occurs in the translation of the Japanese visual novel game 9-nine-Kokonotsu Kokonoka Kokonoiro. The game was created and developed by Palette and translated into Indonesian by Hero Soft, a group consisted of fan translators. This study analyzes the translation procedures applied by translators based on game translation strategies as proposed by O'Hara and Mangiron (2006) as well as translation procedures developed by Dewi and Wijaya (2021), and examines the cultural adjustments that occur in the translation process. This study uses a descriptive qualitative method. This research was conducted by identifying the translation procedures applied by fan translators when dealing with cultural terms in the game, as well as examining the relationship between the procedures applied and the cultural adjustments that occurred. Based on the variety of translation procedures and the types of cultural adjustments found, the researcher concludes that the ideology applied by fan translators is domestication because it appears that the translation’s purpose is to bring the game closer to the audience (i.e. the players) by adapting many source culture elements to more familiar source language (SL) cultural elements."
2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library