Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128111 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 1994
TA3712
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fauzi Mihdar
"ABSTRAK
Permasalahan yang hendak dijawab melalui penelitian ini mencakup tiga hal, yaitu: (1) Kecenderungan kadar persepsi terhadap kondisi lingkungan kerja, sikap terhadap program K-3, serta tindakan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan, khususnya pada perusahaan industri marmer di Propinsi Lampung; (2) Perbedaan persepsi, sikap, dan tindakan kerja karyawan; (3) Hubungan antara persepsi, sikap dan tindakan kerja karyawan.
Populasi sasaran adalah seluruh karyawan bagian produksi pada perusahaan industri marmer yang ada di Propinsi Lampung. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik acak stratifikasi. Analisis data berikut pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistika parametrik, yaitu: Analisis Varians Satu Jalan, serta Analisis Regresi dan Korelasi.
Beberapa temuan dari penelitian ini mengungkapkan bahwa:
(1) Kadar persepsi terhadap kondisi lingkungan kerja yang dimiliki oleh karyawan perusahaan industri marmer pada dasarnya dapat dikategorikan ada pada taraf positif. Ini berarti, menurut pemahaman dan/ atau penilaian mereka, kondisi lingkungan kerja tempat dimana mereka bekerja telah diberikan arti penting dalam kaitannya dengan penciptaan kenyamanan, ketenangan, keamanan, maupun kegairahan kerja. Selanjutnya, apabila persepsi karyawan ini dilihat menurut perbedaan usia, tingkat pendidikan maupun pengalaman kerja, indikasinya menunjukkan bahwa:
a. Tidak ada perbedaan kadar persepsi terhadap kondisi lingkungan antara kelompok karyawan berusia dibawah 35 tahun dengan kelompok karyawan berusia 35 tahun atau lebih.
b. Dilihat menurut perbedaan tingkat pendidikan maupun pengalaman kerja, ternyata terdapat perbedaan kadar persepsi karyawan terhadap kondisi lingkungan kerja antara kelompok karyawan berpendidikan SMTP dengan yang berpendidikan SMTA. Pada kelompok karyawan berpendidikan SMTP kadar persepsi yang dimiliki dapat dikatagorikan ada pada taraf positif, sedang pada kelompok berpendidikan SMTA ada pada taraf sangat positif. Dilihat menurut perbedaan pengalaman kerja, terlihat bahwa pada kelompok karyawan berpengalaman kerja 10 tahun atau lebih ada pada taraf sangat positif.
(2) Kadar sikap terhadap program K-3 yang dimiliki karyawan perusahaan industri marmer pada dasarnya dapat dikategorikan ada pada taraf positif. Ini berarti, menurut keyakinan maupun penilaian emosional mereka program K-3 dianggap sebagai sesuatu yang bermakna dan diterima sebagai sesuatu yang menyenangkan. Dilihat dari aspek kecenderungan bertindak, positifnya kadar sikap karyawan tersebut, mengandung arti pola kerja mereka cenderung untuk bekerja sesuai dengan tuntutan program K-3.
(3) Dilihat menurut perbedaan usia, pendidikan formal, maupun pengalaman kerja, ternyata terdapat perbedaan kadar sikap terhadap program K-3 antara kelompok karyawan berusia dibawah 35 tahun dengan yang berusia 35 tahun atau lebih, antara kelompok karyawan berpendidikan SMTP dengan yang berpendidikan SMTA. Demikian pula antara kelompok karyawan berpengalaman kerja dibawah 10 tahun dengan yang berpengalaman kerja 10 tahun atau lebih. Pada kelompok karyawan berusia dibawah 35 tahun, atau berpendidikan SMTP, atau berpengalaman kerja dibawah 10 tahun ternyata .kadar sikap yang dimilikinya ada pada taraf negatif, sedang pada kelompok karyawan berusia 35 tahun lebih, atau berpendidikan SMTA, atau berpengalaman kerja 10 tahun ke atas ternyata kadar sikapnya ada pada taraf positif.
(4) Kadar tindakan K-3 karyawan pada dasarnya dapat dikategorikan ada pada taraf positif. Ini berarti, pola perilaku kerja mereka dalam melaksanakan pekerjaannya cenderung untuk memperhatikan tuntutan program K-3. Dilihat menurut perbedaan usia, tingkat pendidikan formal maupun pengalaman kerja, ternyata ada perbedaan kadar tindakan K-3 antara kelompok karyawan berusia dibawah 35 tahun dengan yang berusia 35 tahun atau lebih, antara kelompok karyawan berpendidikan SMTP dengan yang berpendidikan SMTA, demikian pula antara kelompok karyawan berpengalaman kerja dibawah 10 tahun dengan yang berpengalaman kerja 10 tahun atau lebih. Pada kelompok karyawan berusia dibawah 35 tahun atau kelompok karyawan berpendidikan SMTP, atau kelompok karyawan berpengalaman kerja dibawah 10 tahun, ternyata kadar tindakan K-3 yang dimilikinya ada pada taraf negatif, sedang pada kelompok karyawan berusia 35 tahun ke atas, atau kelompok karyawan berpendidikan SMTA, atau kelompok karyawan berpengalaman kerja diatas 10 tahun, ternyata kadar tindakan K-3 yang dimilikinya ada pada taraf positif.
(5) Ada hubungan yang nyata dan positif antara persepsi terhadap kondisi lingkungan, sikap terhadap program K-3 dengan tindakan K-3 karyawan. Dilihat secara serempak derajat keeratan hubungan antara persepsi, sikap dengan tindakan K-3 berada pada taraf tinggi. Temuan ini memberikan indikasi, bahwa tinggi rendahnya kadar tindakan K-3 karyawan secara positif dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kadar persepsi terhadap kondisi lingkungan kerja dan oleh kadar sikap terhadap program K-3. Besarnya kontribusi variabel persepsi dan sikap terhadap tindakan K-3 karyawan adalah sebesar 34,94 persen.
(6) Dilihat secara tunggal, derajat hubungan antara persepsi dengan tindakan K-3 adalah positif rendah, antara sikap dengan tindakah K-3 positif tinggi, dan antara persepsi dengan sikap positif rendah
(7) Dilihat menurut perbedaan usia, secara serempak derajat keeratan hubungan antara persepsi dan sikap dengan tindakan K-3 cenderung lebih kuat pada kelompok karyawan berusia 35 tahun atau lebih daripada kelompok karyawan berusia dibawah 35 tahun. Kontribusi variabel persepsi dan sikap terhadap tindakan K-3 karyawan pada kelompok yang disebut pertama adalah sebesar 42,09 persen sedangkan pada kelompok kedua sebesar 30,94 persen. Kecenderungan yang sama juga terjadi apabila dilihat secara tunggal.
(8) Dilihat menurut perbedaan tingkat pendidikan formal, secara tunggal maupun serempak, ternyata pengaruh persepsi, sikap terhadap tindakan K-3 tampak lebih kuat pada kelompok karyawan berpendidikan SMTA daripada kelompok karyawan berpendidikan SMTP. Secara serempak kontribusi variabel persepsi dan sikap terhadap tindakan K-3 karyawan pada kelompok karyawan berpendidikan SMTA adalah sebesar 37,98 persen, sedangkan pada kelompok karyawan berpendidikan SMTP adalah sebesar 20,65 persen.
(9) Dilihat menurut perbedaan pengalaman kerja, secara tunggal maupun serempak indikasinya menunjukkan bahwa pengaruh persepsi dan sikap terhadap tindakan K-3 tampak lebih kuat pada kelompok karyawan berpengalaman kerja 10 tahun atau lebih daripada kelompok karyawan berpengalaman kerja dibawah 10 tahun. Besarnya kontribusi variabel persepsi dan sikap terhadap tindakan K-3 pada kelompok karyawan berpengalaman kerja 10 tahun atau lebih adalah sebesar 55,46 persen; sedang pada kelompok karyawan berpengalaman kerja dibawah 10 tahun berkisar antara 20,47 sampai 31,55 persen.
Implikasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa dalam rangka untuk menumbuhkan dan meningkatkan kadar tindakan K-3 sebagai pola perilaku kerja karyawan kearah yang lebih positif, maka pola pembinaannya perlu memperhatikan perbedaan dalam usia, tingkat pendidikan formal, maupun pengalaman kerja yang dimiliki karyawan. Khususnya untuk kasus karyawan perusahaan industri marmer yang ada di Propinsi Lampung, pola pembinaan yang diberikan hendaknya lebih ditekankan pada kelompok karyawan berusia muda, berpendidikan SMTP dan kurang memiliki pengalaman kerja pada perusahaan industri marmer. "
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sutarto
"Di Indonesia malaria merupakan Salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena berpengaruh pada angka kesakitan dan kematian serta menurunkan produktivitas kexja. AMI Lampung Selatan tahun 2007 (8,93°/00), ummm di puskesmas Way Muli terlihat mga: fmggi (136,12°/00). Dacrah ini terdiri dari pantai, genangan air, bempa sawah, rawa, lagun, kubangan., kolam, dan kolam bibit udang yang terlantar. Genangan air tersebut berpotcnsi mcnjadi tempat yang cocok untuk perindukan nyarnuk Anopheles. Kondisi ini sangat ideal untuk dilakukan intcrvensi pada lingkungan dan perilalcu masyarakat. Tujuan penclitian ini untuk mengetahui hubungan dan dampak faktor lingkungan dan perilalcu terhadap penyakit malaria di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan tahun 2008.
Disain penelitian ini mcnggunakzm studi kasus kontrol, dengan unit analisis individu yang menggunakan data sekunder dari kegiatan ldinik sanitasi puskesmas Way Muli Kec. Rajabasa periode Mamet - Desember 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan model logistik multivariat akhir kejadian malaria logit p (malaria) = 1,21 + 0,62 (tcmpat perindukan) - 1,32 (tempat istirahat) - 1,31 (kasa) - 2,72 (kclambu) - 1,39 (antinyamuk) ~ 0,82 (kebersihan lingkungan) + 0,45 keluar malam) + 0,74 (tcmpat_istirahat*kasa) + 1,56 (tempat perindukan*kelambu). Adanya perbedaan OR tcrnpat perindukan pada kelompok memakai kelambu (1,756) lebih kecil daripada OR tidak memakai (9,788). Demikianjuga OR tempat istirahat pada kelompok memasang kasa (4,67) lebih kecil daripada OR tidak memasang (7,769). Dampak kausalitas paling besar adalah tempat istirahat (40,64%) dan paling rendah : keluar malam (23,47%). Dampak pencegah paling besar : pemakaian kelambu (9l,43%) dan paling rendah : kcbersihan lingkungan (45,85%).
Penelitian ini menernukan faktor pentingyang menycbabkan tcrjadinya pcnyakit malaria di Kecamatan Rajabasa, yaitu tempat perindukan, tempat istirahat nyamuk dan kebiasaan keluar malam had sedangkan faktor pencegah adalah perilaku mcmakai kelambu, memasang kassa, memakai anninyarnuk dan kebersihan lingkungan. Tcmuan lain yang panting adalah keluarga yang memakai kelambu dan kasa dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit malaria walaupun di sekitar rumahnya tcrdapat faktor resiko.
Upaya pengcndalian di tingkat organisasi Dinas Kesehatan melalui program kampanyc kclambunisasi dan kassanisasi dengan metode pendekatan panisipasi masyarakat mandiri. lntervensi lain adalah pada tempat perindukan dan tempat istirahat nyamuk dengan cara kampanye jLun?at bersih, melalui penggalangan tokoh masyarakat dan pamong desa. Pemakaiau anti nyamuk tidak dianjurkan karena berefek samping buruk terhadap kesehatan. Sasaran di Lingkat individu pada pekerja malam di Iuar rumah adalah dengan selalu rnengenakan pakaian lengan dan kaki panjang untuk menghindari gigitan nyamuk.

In Indonesia, malaria is one of contagion which still become problem of public health because having an in with mobidity and mortality and also reduce productivity. AMI Lampung Sclatan in 2007 (8,93°/00), but in Way Muli health center seen very high (I36,72°/00). This area consist of coast, water pond, in the form of rice field, bog, lagoon, wallow, pool, and the unemployed prawn seed pool. The water pond of potency become place which suited for mosquito Anopheles breeding. This condition is very ideal to be done by intervention at area and behaviour of public. This research purpose to know environmental factor impact and relationship and behaviour of to malaria in Rajabasa of South Lampung District in 2008.
Design this research apply case control study, with individual analysis unit using secondary data from activity of sanitary clinic Way Muli health center in Rajabsa period March - December 2008. This research result show logistics model multivariat end of malaria logit-p occurence (malaria) =' l,2l + 0,62 (breeding place) - l,32 (place of rest) - l,3l (gauze)- 2,72 (mosquito net)- 1,39 (anti mosquito)- 0,82 ( hygiene ol` environment)+ 0,45 (night time exit)+ 0,74(place of rest ' gauze)+ l,56(place of' breeding*mosquito net). Difference existence of OR breeding place at group of wearing mosquito net (I ,756) smaller than OR don't wear( 9,788). And So do OR place of rest at group of installing gauze (4,67) smaller than OR don't install (7,769), Biggest causality impact is place of rest ( 40,64%) and lowest : night time exit ( 23,47%). Biggest inhibitor impact : usage of mosquito net ( 9l,43%) and lowest : hygiene of environment (45,85%).
This research find important causing factor the happening of malaria in Rajabasa, that is breeding place, place of mosquito rest and habit of night time exit while inhibitor factor ls behaviour wearing mosquito net, installing gauze. wearing anti mosquito and hygiene of environment. The other important finding is family wearing gauze and mosquito net can reduce risk thc happening of malaria although around the house there are risk factor.
Control of malaria program in social level through using bed net campaign program with method of? approach of self`-supporting public participation. Other intervention is at breeding place and rest place of mosquito rest by the way Of?ffUI71'0l is bersih" campaign, through elite figure graving dock and countryside. Usage anti mosquito is not suggested by ugly side effects -to health. Target in level of individual at outdoors night worker is by always dress length foo'/feet and for avoidmg mosquito bite.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T33961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S38641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamzah
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1989
TA3955
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Putra Sudarman
"ABSTRAK
berbahaya karena masyarakat cenderung mengambil kantong plastik tanpa
memedulikan signifikansi penggunaannya. Kantong plastik memerlukan ratusan
tahun untuk membusuk, dan selama itu pula ia akan mencemari Bumi kita.
Keadaan tersebut diperparah dengan kenyataan bahwa pemerintah belum
memiliki peraturan yang secara khusus menanggapi masalah kantong plastik.
Tulisan ini didasarkan pada hasil kajian pustaka dan bersifat deskriptif dan
evaluatif. Tulisan ini bertujuan untuk mengusulkan pembentukan regulasi
penerapan biaya pada kantong plastik yang diberikan secara gratis di pasar
swalayan. Penulis memberi rekomendasi kepada pemerintah untuk menerbitkan
sebuah peraturan Menteri Perdagangan atau undang-undang untuk implementasi
penerapan biaya pada kantong plastik di pasar swalayan. Konsep yang dapat
menjadi landasan penerbitan aturan tersebut adalah Prinsip Pencemar Membayar
yang diatur dalam Undang-Undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup

ABSTRACT
The condition where plastic bag is provided for free is very dangerous because the
public tend to take the plastic bag without paying close attention to its
significance. Plastic bag would take hundreds of years to decompose; during
which it would constantly contaminate our Earth. The problem is aggravated by
the fact that the government has not issued a regulation that specifically addresses
the issue of plastic bag. This writing is based on literature review and is
descriptive and evaluative. This writing aims to propose a regulation to implement
a charge on each plastic bag that is being provided for free in supermarkets. The
recommendation is that the government should issue a Minister of Trade
regulation (peraturan Menteri Perdagangan) or an act (undang-undang). The
underlying principle for the proposed regulation is the polluter pays principle as
stipulated under Law No. 32/2009 on Protection and Management of Environment."
2016
S65085
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Larasati
"Standar asuhan keperawatan sangat penting bagi profesi keperawatan karena standar mencerminkan kualitas pelayanan kperawatan melalui penetapan kritena spesifik yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kualitas pelayanan telah dicapai. Tidak terkecuali bagi Unit ICU di Rumah Sakit Mutu pelayanan yang dilakukan oleh perawat di ICU dipengaruhi oleh keadaan-keadaan seperti keadaan lingkungan pekerjaannya, penghargaan yang didapatkan, atau bahkan sanksi bila terjadi kesalahan, dan beban kerja. (Depkes, 2004).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan kerja, pengharpaan dan sanksi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan di ICU. Penelitian ini dilakukan karena belum adanya kesesuaian lingkungan keyja, penghargaan dan sanksi yang diterima oleh perawat schingga mempengaruhi pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan di ICU di 18 Rumah Sakit dan 9 PPK.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Perawat ICU yang melaksanakan Asuhan Keperawatan Perawat dengan baik sebanyak 56,9% sedangkan yang menyatakan tidak baik sebesar 43,1% Sebanyak 67,1% perawat ICU menyatakan bahwa lingkungan kerja di [CU adalah baik, sedangkan sebanyak 32,9% menyatakan lingkungan kerja di ICU tidak baik. Dari 246 responden, 63.4% menyatakan bahwa sistem penghargaan yang diterima adalah baik, sisanya 36,6% menyatakan tidak baik. Terdapat 74.8% perawat ICU yang menyatakan bahwa sistem sanksi yang diberikan RS nya adalah baik, sisanya 25,2% yang menystakan tidak baik. Sebanyak 38,2% perawat ICU menyatakan bahwa kondisi pekerjaan (beban kerja) yang dipikul tidak sesuai dengan kemampuan kerja sedangkan 61,8 % sisanya menyatakan beban kerja yang dipikui sudah sesuai. Dari hasil analisis bivariat terdapat hubungan antara lingkungan kerja, penghargaan, sanksi dan beban kerja dengan pelaksanaan asuhan keperawatan di ICU. Adapun faktor yang paling mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan adalah lingkungan kerja.
Bagi manajemen rumah sakit diharapkan dapat meninjau kembali kebijakan terkait tentang lingkungan kerja yang sudah diterapkan pada saat penelitian berlangsung, sistem penghargaan, dan sanksi yang berlaku yang berbasis kompetensi sesuai dengan prinsip keadilan, sehingga ada perbedaan dengan perawat yang bekerja dengan baik dengan perawat yang bekerja kurang baik, membuat pedoman penilatan kerja terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan, menerapkan manajemen partisipatif dan terbuka yaitu melibatkan perawat pelaksanan dalam mengambi! keputusan serta menginformasikan basil yang dicapai, memberikan peringatan secara tertulis dan lisan bila perawat melanggar peraturan.
Bagi perawat ICU, melatui hasi! penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja perawat diantaranya adalah sebagai bahan pertimbangan bagi perawat yang bekerja dengan baik untuk diberikan kesempatan diberikan pendidikan dan petatihan yang berkelanjutan, serta diberikan penghargaan berupa promosi jabatan yang lebih tinggi, bukan berdasarkan lama kerja dan senoritas akan tetapi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, sebaliknya perawat yang belum bekerja dengan bak, hasil ini dapat merangsang motivasi untuk bekerja lebih giat dan profesional.

A nursing standard is very important to the nursing profession as the standard reflects on the quality of nursing service, by determining specific criteria which can be used to determine the current level of service quality. That does not exclude the ICU Units in hospitals. The quality of service performed by the ICU nursing staff is affected by factors such as work environment, the gained appreciation or even Punishment if there are mistakes, as well as work load. (Ministry of Health, 2004)
This research was carried out to explore the effects of work environment, reward and punishment on the nursing outcome at the ICU. This research was carried out as there were no equal work environment, reward and punishment that were accepted by the nurses, hence affecting the nursing outcome given in ICUs in 18 hospitals and 9 PPK.
The results showed that 56.9% of the ICU Nurse performed a good Nursing Outcome, whereas 43.1% performed a bad one. Around 67.1% of ICU nurses stated that the work environment was good, while 32.9% said that it was not. Out of 246 respondents, 63.4% stated that they received good appreciation, while the remaining 36.6% stated otherwise. About 74.7% ICU nurses satd that the hospital’s sanction system was good, while the remaining 25.2% said otherwise. Around 38.2% of the ICU nurses said that the work load was not in line with their work capacity, whereas 61.8% said that the work load was appropriate. From bivariate analysis, a correlation was found between work load, reward and punishment and the nursing outcome at the ICU. The most affecting factor in nursing outcome is work environment.
The hospital management is expected to re-evaluate their current policy on work environment during the research pertod, and the current reward and punishment should be based on competency and faimess, so there’s a difference between a nurse who is working well and one that is not, making a work evaluation guideline for nursing outcome, implementing a participative and open management, that included the nurses in decision making as weil as informing them of the achieved results, giving written and oral warnings tf a nurse violated the rule.
For ICU nurses, through this research, it is hoped that their work efficiency increases. It should be fully considered, that a nurse who has been working optimally would be given a chance for further education and continued traming, as well as given appreciation such as a promotion, not based on employment time seniority but according to competency. On the other hand, a nurse that has not done well, these results should promote motivation to work better and more professionally.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34290
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, M.S. Anabertha
"Pidana denda merupakan sanksi pidana yang tergolong tua. Beberapa negara dalam pelaksanaannya pada awalnya bersifat keperdataan, karena berhubungan dengan ganti kerugian. Pada perkembangan selanjutnya pidana denda tidak lagi berhubungan dengan ganti kerugian, melainkan menjadi sanksi pidana.
Perkembangan teori pemidanaan mulai dari teori pembalasan, teori tujuan dan teori gabungan mencari jawaban atas kebaradaan dan tujuan pemidanaan. Tujuan pemidanaan kepada pelaku kejahatan yang awalnya sebagai balasan atas tindak pidana yang telah dilakukan kemudian berkembang menjadi penjatuhan pidana, seyogyanya memberikan manfaat baik kepada masyarakat maupun kepada pelaku kejahatan. Perkembangan teori pemidanaan ini kemudia.n menjadi penyebab berkembangnya pidana denda.
Pada perkembangan, Di Indonesia Pidana denda semakin banyak dipergunakan sebagai ancaman sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan, antara lain adalah pada kejahatan psikotropika dan narkotika. Akan tetapi, pencantuman ancaman pidana denda tersebut adalah untuk memperberat ancaman sanksi pidana kepada pelaku kejahatan. Hal ini karena ancaman pidana denda merupakan kumulatif dari ancaman sanksi pidana penjara, sehingqa dengan demikian penjatuhan pidana kepada pelaku kejahatan narkotika dan psikotropika adalah pidana penjara dan pidana denda.
Bukti lain pidana denda berkembang pesat di Indonesia adalah bahwa dalam rancangan KUHP juga banyak menggunakan ancaman pidana denda sebagai alternatif pemidanaan selain pidana penjara. Pengaturan mengenai pidana denda dalam rancangan KUHP mengatur ancaman pidana denda secara kategori, mengatur sistem penerapan sanksi pidana denda, mengatur batas waktu dan cara pembayaran denda, serta mengenai tindakan paksaan serta pedoman penjatuhan pidana denda. Pidana denda akan semakin sering diterapkan karena semakin dipandang sebagai sanksi pidana yang mampu memenuhi tujuan pemidanaan, yaitu bukan untuk menderitakan atau merendahkan martabat manusia, melainkan untuk pencegahan, pembinaan dan penyelesaian konflik."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
T14503
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>