Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106046 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mulyadi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
TA2509
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rheza Faisal Aristiawan
"

Pada gardu induk sebagai pusat pengaturan pelayanan beban dalam  sistem tenaga listrik harus dipasang sistem pentanahan yang handal. Sistem pentanahan pada gardu induk berfungsi sebagai pengamanan personil dan peralatan-peralatan listrik pada gardu induk. Desain yang umumnya digunakan adalah desain sistem pentanahan Grid-Rod yang menggunakan konduktor grid yang ditanam sejajar dengan permukaan tanah pada kedalaman tertentu dan ditambahkan penanaman batang-batang pentanahan secara vertikal. Skripsi ini akan membahas perancangan desain sistem pentanahan Grid-Rod pada proyek pembangunan gardu induk 150kV Kemayoran II oleh PT.PLN (PERSERO) UIP JBB berdasarkan standar IEEE 80-2000 dengan menggunakan kalkulator desain Microsoft Excel dan modul Ground Grid Systems ETAP 12.6.0.

Desain sistem pentanahan dilakukan dengan memodifikasi variabel yang dibutuhkan yaitu konfigurasi konduktor grid, kedalaman penanaman konduktor grid, dan konfigurasi batang pentanahan. Hasil dari modifikasi variable ini akan didapatkan besar ukuran mesh, jumlah konduktor pentanahan yang digunakan, besar tahanan pentanahan, besar tegangan sentuh, dan tegangan langkah. Dengan didapatkannya nilai-nilai diatas, maka akan dapat diketahui desain sistem pentanahan Grid-Rod yang paling optimal secara teknis dan ekonomis sesuai standar aman IEEE 80-2000.

 


At the substation as the center for regulating load services in the electric power system must be installed a reliable grounding system. The grounding system at the substation has a function for the security of personnel and electrical equipment at the substation. The design commonly used is the Grid-Rod grounding system design that uses grid conductors planted parallel to the ground at a certain depth and adds planting grounding rods vertically. This thesis will discuss the design of the Grid-Rod grounding system for the 150kV Kemayoran II substation construction which is one of PT. PLN (PERSERO) UIP JBBs project based on the IEEE 80-2000 standard using the Microsoft Excel design calculator and Ground Grid Systems ETAP 12.6.0.

Grounding system design is done by modifying the required variables, namely grid conductor configuration, depth of planting grid conductors, and grounding rod configuration. The results of the variabel modification, will be obtained by the size of the mesh, the number of grounding conductors used, grounding resistance, touch voltage, and the step voltage. By obtaining the values above, it will be known the most technically and economically design of the Grid-Rod grounding system according to the IEEE 80-2000 safe standard.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Fajar S. M.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39552
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuril Aditya Dewi
"Pada gardu induk sebagai pusat pengaturan pelayanan beban dalam sistem tenaga listrik harus dipasang sistem pentanahan yang handal. Sistem pentanahan pada gardu induk berfungsi sebagai pengaman personil dan peralatan-peralatan listrik pada gardu induk dengan desain yang umumnya digunakan adalah desain sistem pentanahan Grid-Rod yang menggunakan konduktor grid yang ditanam sejajar dengan permukaan tanah pada kedalaman tertentu dan ditambahkan penanaman batang-batang pentanahan secara vertikal. Skripsi ini akan membahas optimalisasi rancangan sistem pentanahan Grid-Rod pada gardu induk 150 kV dalam PLTP Ulubelu berdasarkan standar IEEE 80-2000 dengan menggunakan kalkulator desain Microsoft Excel dan modul Ground Grid Systems ETAP 7.0.0.
Dari hasil simulasi dengan memodifikasi variabel desain terkait konfigurasi konduktor grid, kedalaman penanaman konduktor grid dan konfigurasi batang pentanahan, diperoleh bahwa rancangan sistem pentanahan Grid-Rod yang paling optimal secara teknis dan ekonomis adalah konfigurasi konduktor grid dengan ukuran kisi-kisi (mesh) 6 x 5 meter, kedalaman penanaman konduktor grid sejauh 0,6 meter dari permukaan tanah dan batang pentanahan sebanyak 4 buah. Desain ini menghasilkan nilai tahanan pentanahan sebesar 0,56 Ohm, tegangan sentuh sebesar 639,3 Volt dan tegangan langkah sebesar 497,7 Volt yang telah memenuhi standar aman IEEE 80-2000.

On substation as the center of load service controlling in electrical power system must be installed a reliable grounding system. Grounding system on substation has a function for the protection of personnel and electrical equipments in substation with commonly used design is the design of Grid-Rod grounding system which using grid conductor are planted parallel to the ground surface at a certain grid depth and then added some ground rods. This thesis will research how to optimize design of Grid-Rod grounding system for 150 kV Ulubelu substation based on IEEE Std 80-2000 by using calculator for designing Grid-Rod grounding system on Microsoft Excel and Ground Grid Systems modul on ETAP 7.0.0.
From the result of simulation by modifying the associated design variable of grid conductor’s configuration, grid depth and ground rod’s configuration, founded that most technically and economically optimal design is the grid conductor’s configuration with mesh size 6 x 5 meter , grid depth as far as 0,6 meter from the ground surface, and 4 ground rods. This design will result grounding resistance value 0,56 Ohm, touch voltage 639,3 Volt and step voltage 497,7 Volt which have met the requirements of a safety standard IEEE 80-2000.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cipto
"Setiap gardu induk membutuhkan sistem pentanahan yang handal yang memenuhi standard aman bagi manusia dan peralatan yang berada diarea gardu induk tersebut saat terjadi arus gangguan. Pada umumnya sistem pentanahan yang digunakan adalah sistem pentanahan mesh/grid dengan sudut siku. Dimana diketahui bahwa pada konduktor berbetuk siku terjadi penumpukan muatan listrik pada sudut tersebut sehingga memiliki medan listrik yang cukup banyak, jika dibandingkan dengan konduktor lengkung yang memiliki muatan yang tersebar.
Jumlah medan listrik pada sebuah pentanahan gardu induk berbentuk mesh/grid menunjukkan tingkat keamanan pada gardu induk tersebut. Permasalahan yang yang timbul dari sistem pentanahan yang kurang baik adalah tegangan yang membahayakan bagi manusia seperti, tegangan sentuh, tegangan langkah dan tegangan mesh. Untuk itu dilakukan rekayasa sistem pentanahan mesh/grid dengan konduktor lengkung. Rekayasa dilakukan dengan simulasi menggunakan software CYMgrd.

All substations need a reliable grounding system that meets requirements of safety for both humans and equipments when the short circuit is occuring. Generally, grounding system used is system grounding mesh / grid with sharp corners/elbow. Otherwise, conductor with sharp corners/elbow collects the electricity coulomb hugely. Therefore, the electrical field increases significantly in that kind of conductor. On the other hand, a curve conductor spreads the coulomb alongside the conductor.
The number of electricity magneticity indicates the levels of safety of grounding system. Recently, the issue raised is the bad grounding system for human safety especially for touched voltage, step voltage, and mesh voltage. So, the goal of this research is to engineer the grounding Mesh/grid system by using curved conductor. All simulations were using CYMgrid Software.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53686
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farabi
"Listrik adalah jenis energi yang sangat banyak digunakan masyarakat saat ini, dimana keberadaan fasilitas fasilitasnya sangat dibutuhkan. Mulai dari pembangkit lalu ke jaringan transmis gardu induk jaringan menengah , gardu kecil hingga ke rumah tangga atau industri. Pada setiap poin transmisi selalu diberi pengaman .pengaman tersebut sering disebut 'Circuit Breaker ( CB) ' atau dengan meminjam istilah PLN sering disebut PMT kependekan dari Pemutus. Berdasarkan sertifikasi KEMA ,Belanda yang mensahkan waktu dan kecepatan tertentu untuk membuka dan rnenutup CB pada tegangan sampai 170 kilo volt, maka semua penggerak CB harus memenuhi kedua aspek tersebut diatas_ Penggerak CB tersebut ada beberapa macam diantaranya penggerak sistem Pneumatis, Pegas Spiral dan yang paling banyak digunakan sistern Hidraulis.. Pengujian terhadap mekanisme penggerak CB dengan sistem hidraulis ini dilakukan dengan cara mengukur waktu operasi membuka dan menutup dengan mengaktifkan koil katup selenoid setelah di injek:si tegangan dan tekanan hidraulis minimum, normal dan maksimum. Peralatan pengujian dipasang pararel dengan tombol on CB pemicu timer, dan resistan kontak BAR A serta sensor HIOKI Osciloscop komputer Pada pembacaannya dipasang pararel dengan tombol off CB, resistan kontak BAR B. penghenti timer dan sensor IDOKI Osciloscop komputer, Dari pengamatan yang dilakukan maka didapatkan hasil pengukuran aktual waktu tutup"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartadhi
"Gangguan adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari pada sistem transmisi dan distribusi listrik. Gangguan yang paling sering terjadi adalah gangguan tanah, baik itu satu fasa maupun dua fasa ke tanah yang disebabkan fenomena alam sepeti pohon dan petir. Gangguan ini biasanya bersifat sementara sehingga akan sangat merugikan kalau terjadi pemutusan suplai daya pada beban yang bertujuan mengisolasi gangguan. Sistem pentanahan peralihan bekerja dengan memutuskan hubungan netral transformator ke tanah selama satu atau dua detik selama terjadi gangguan. Sistem ini akan bekerja sebagai proteksi tingkat pertama pada gangguan tanah yang bersifat sementara sehingga pemutusan suplai daya tidak perlu dilakukan.

Faults in transmission system are inevitably exist. Faults that occur are mostly ground fault, either one phase or two phase to ground. This type of fault is usually temporary due to natural phenomenons such as trees and lightnings. It would be so inefficient to disconnect the load from the power source just in order to isolate the fault. Ground Fault Path Clearance (GFPC) system will disconnect the connection between the transformator neutral and ground for one or two second(s) during the fault occurence. This system will be the preliminary protection against ground fault so it would not be necessary to disconnect the load from the power source."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51390
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Jansen
"Dalam masa sekarang ini penambahan beban Ketenagalistrikan berkembang sangat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi negara, maka dalam hal ini PT PLN (Persero) perlu lebih mengkonsentrasikan diri dan memperkuat posisinya sebagai pelaku usaha yang ditunjang dengan mempertahankan atau melakukan perluasan jaringan Transmisi maupun jaringan Distribusi 20 kV, dimana keandalan sistem tenaga listrik dari Pembangkitan sampai dengan Beban harus terjamin dan jika ada gangguan pada jaringan Transmisi maupun Distribusi maka jaringan yang terganggu saja yang padam, tidak meluas kejaringan lain. Jaringan Distribusi 20 kV di Gardu Induk Cengkareng, sebagian besar mempergunakan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) yang dapat mengakibatkan gangguan-gangguan seperti gangguan akibat petir, gangguan akibat binatang, atau gangguan akibat pepohonan, dimana gangguan-gangguan ini tidak dapat dihilangkan sama sekali tetapi hanya dapat memperkecil daerah pemadamannya. Salah satu parameter untuk menentukan kehandalan suplai sistem tenaga listrik adalah dengan memasang peralatan Sistem proteksi pada jaringan Distribusi (PMT 20 kV) yang ditangani dengan keahlian khusus dalam pemilihan peralatan proteksi maupun cara melakukan setting relay sehingga pemadaman akibat gangguan tidak meluas ke daerah atau jaringan lain, untuk menjaga kontinuitas pelayanan kepada pengguna dan membangun efisiensi perusahaan.

On recent years, additional electric power load improves rapidly along with the country's economic development. Therefore PT PLN (Persero) needs to concentrate and fortified its position as a business perpetrator reinforced by stabilizing or diversifying both transmission and distribution network of 20 kV, where electric power system's reliability from generator to the load should be guaranteed. If disturbances occurred on a transmission or distribution network, should the only appropriate network shut down, not the others. Twenty kilovolts distribution network of Main Station Cengkareng utilizes mostly Mid-Voltage Airduct that may causes disturbances such as lightning, animals or trees where they can't be fully eliminated but reduced on the shutdown area. One of parameters used to determine electric power system's supply is the installation of protection system devices on distribution networks (20 kV CB) being held with special skills in both choosing protection devices and proper setting relays in order to prevent shutdown spreading into another area or network, to maintain continuity of service to customers and to develop the company's efficiency."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
TA3375
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ifkrah Usrah
"Terjadinya kegagalan sistem proteksi arus lebih yang terjadi pada penyuangan Leuwimunding jika ngangguan setu fasa ke tanah merupakan suatu kasus yang tidak diharapkan karena akan menimbulkan kerugian bagi pihak PLN maupun konsumen.
Dari kasus diatas maka diadakan penelitian pada proteksi arus lebigh tersebut yaitu tentang bagaimana waktu kerjanya terhadap arus gangguan hubung singkat tiga frasa dan satu fasa ke tanah, dan melakukan perbandingan hasil perhitungan dengan hasil lapangan, sehingga akan diperoleh solusi dengan menentukan berbagai perbaikan setting arus (Iset), TMS dan penggunaan waktu tunda (Td).
Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya arus gangguan pada trafo daya 70/20 kV sisi 20 kV untuk gangguan hubung singkat tiga fasa adalah 5093,812 A dan untuk gangguan hubung satu fasaa ke tanah adalah 469,372 A, sehingga proteksi arus lebih akan bekerja untuk OCR selam 0,593 detik dan GFR bekerja selama 0,560 detik. Besarnyarus gangguan pada penyulang 20 kV leuwimunding untuk gangguan hubung tiga fasa adalah 1309,392 A dan untuk gangguan hubung satu fasa ketanah adalah 205,242 A sehingga proteksi arus lebih akan bekerja untuk oCR selama 2,630 detik dan untuk GFR selama 0,562 detik. dengan menggunakan Td 0,3 detik masih memungkinkan terjadinya kegagalan sistem proteksi arus lebih karena waktu koordinasi dari hasil perhitungan 0,335 detik.
Dari hasil penelitian bahwa penggunaan Td 0,4 detik akan lebih baik dari sebelumnya (Td = 0,3 detik) pada sistem proteksi arus lebih terutama pada sisi GFR, sebab proses koordinasinya bekerja dengan baik sehingga rele akan selektif."
[s.l.]: Jurnal Peneltian : Sitrotika, 2007
507 JPS 3:2 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>