Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39039 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
TA3189
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Fortunata
"Kebutuhan akses Internet terus meningkat terutama dari kalangan pelaku bisnis untuk memperlancar aktifitas bisnis sehari-hari. Hal ini terlihat dari banyaknya permintaan akan tersedianya layanan akses Internet berkecepatan tinggi (broadband Internet) dengan biaya yang murah di gedung-gedung bertingkat (tenants) di Jakarta.
Banyak pilihan teknologi akses broadband Internet yang tersedia, tetapi untuk membangun infrastruktur baru membutuhkan biaya yang mahal serta waktu yang lama. Sehingga berdampak pada besarnya biaya Iangganan yang harus dikeluarkan pelanggan (tenants). Saat ini untuk koneksi ke broadband Internet membutuhkan biaya yang mahal.
Home Phoneline Networking Alliance (HPNA) dan Power Line Communication (PLC) dapat dijadikan alternatif solusi memenuhi kebutuhan pelanggan di gedung-gedung bertingkat untuk akses broadband Internet dengan biaya yang murah instalasinya serta mempunyai kecepatan transmisi yang tinggi (saat ini hingga 10 Mbps). Kedua teknologi ini menggunakan kabel eksisting, sehingga tidak perlu tambahan biaya untuk pemasangan kabel baru. HPNA menggunakan kabel telepon eksisting, sedangkan PLC menggunakan kabel listrik eksisting.
Untuk menentukan teknologi mana yang Iayak diimplementasikan, dilakukan kajian teknis, ekonomis dan bisnis dari data yang ada serta literatur pendukung dan hasil diskusi dengan pihak yang menangani uji coba teknologi ini.
Hasil studi perbandingan menunjukkan teknologi HPNA lebih handal serta mempunyai nilai kelayakan investasi yang lebih baik dibandingkan dengan PLC. Lagi pula triwulan pertama tahun depan akan dipasarkan HPNA generasi berikut (HPNA 3.0) yang mampu mentransmisikan data hingga 100 Mbps.

Requirement access Internet increasing especially from circle of business perpetrator for everyday. This matter seen from to the number of request will be made available the service access High-Speed Internet broadband Internet) with cheap expense in high rise building (tenants) especially in Jakarta.
A lot of technological choice access available broadband Internet, but to build new infrastructure require costly expense and also the time old ones. So that affect at level of expense subscribe which must be released by subscriber (tenants). In this time for connect to broadband Internet require costly expense.
Home Phone line Networking Alliance (HPNA) and Power Line Communication (PLC) can be made by a solution alternative fulfill subscriber requirement in high rise building to access broadband Internet with cheap expense, easy to installation and also have high transmission speed (in this time until 10 Mbps). Both of this technology uses cable existing, so that the expense addition needn't for the new cable 'installation. HPNA use cable phone existing, while PLC use power cable existing.
To determine competent technology of implementation, done by a technical study, economic and business from existing data and also the supporter literature and result of discussion with party which handle this technological test-drive.
Result of comparison study show more technology HPNA rely on and also have value of compared to by better investment eligibility of PLC. Moreover quarterly first of next year will be marketed by HPNA Generation of following ( HPNA 3.0) data transmission capable to reach 100 Mbps.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T1757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junindo Abdillah
"Telekomunikasi merupakan salah satu sektor industri strategis dalam penyediaan layanan publik untuk menyampaikan informasi. Dalam era globalisasi dan liberalisasi, sektor ini memegang peranan penting mendukung dan meningkatkan persaingan bisnis dan perekonomian. Sistem pengiriman pesan (messaging system) yang telah ada saat ini sudah banyak dikenal dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat baik berupa voicemail, faks, e-mail, SMS dan lain-lain.
Menangkap perkembangan ini, PT. Telkom Divre II memanfaatkan peluang tersebut dan menawarkan suatu solusi yang akan mengintegrasikan berbagai bentuk messaging system ke satu sistem, dikenal dengan nama Telkom Informasi Lintas Media (Telkom Infolima) dibangun melalui teknologi UMS (Unified Messaging System).
Dalam tesis ini mencoba menyajikan analisa peluang bisnis messages bagi PT. Telkom Divre II dilihat dari berbagai aspek, yaitu aspek pasar, aspek pesaing, aspek internal organisasi, aspek regulasi dan aspek teknis. Analisa dilakukan melalui pengolahan data dari berbagai sumber yang ada. Analisa strategi bisnis messages didasarkan pada analisa SWOT yang memperhatikan kekuatan, kelemahan internal, ancaman eksternal serta peluang yang ada, analisa kelayakan investasi dengan menggunakan metode payback period, internal rate of return, net present value dan profitability index. Dalam mengimplementasikan produk Telkom InfoLima ini dibutuhkan juga perencanaan pemasaran di antaranya segmentasi pasar, menentukan target pasar dan melakukan positioning agar bisa merumuskan strategi bauran pemasaran yang merupakan strategi pemasaran.
Dari hasil analisa peluang bisnis messages ini dapat disimpulkan bahwa produk Telkom InfoLima, di mana PT. Telkom dalam rangka untuk mencapai tujuan menjadi full service and network provider dengan kemampuan multi service bundling serta berusaha untuk menjadi leader dalam bisnis InfoCom agar dapat memimpin persaingan dan mempertahankan tingkat volume serta pendapatan. Berdasarkan hasil analisa SWOT, kelayakan investasi dan analisa bauran pemasaran tampak bahwa bisnis messages ini layak untuk diimplementasikan.

Telecommunication is one of the strategic industry preparation public service bringing the information. In this era of globalization and liberation this sector has grabbled part of important thing for sending information and increasing competition and economy. The messaging system in this era, has been knowing and used by the community whether its voicemail, fax, email, SMS and others. Responding that, PT. Telkom Divre 11, advantage the opportunities and offering a solution to integrate many kind of messages system into one system, known as Telkom Informasi Lintas Media (Telkom InfoLima) which developed by Unified Messaging Systems concept.
The opportunity of messages business for PT. Telkom Divre II Jakarta, consider by market aspect, competitor aspect, internal organization aspect, regulated aspect and technical aspect. Strategy business messaging based on SWOT analyzed which included internal strong and weakness, external threats and also the opportunities from any available sources. Feasible studies of investment through payback period internal rate of return, net present value and profitability index method. In implemented the Telkom InfoLima product needs marketing planning too, including market segmentation, market targeting and positioning market, then it could be formulated marketing mix as part of marketing strategy.
From opportunity messages business analyze, have end result that product of Telkom InfoLima, in purpose to be full service and network provider with ability multi service bundling and to become a leader in Information and Communication business, stronger in the competition, maintaining volume level and earning for Telkom. As the result of SWOT analyzed, study of investment and marketing mix strategy, the business of unified messaging systems as known as Telkom InfoLima is feasible to be implemented.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14596
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sumari
"IPTV (Internet Protocol Television) merupakan gabungan dari beberapa teknologi yang terkait untuk mengirimkan program TV dengan koneksi broadband melalui Internet. Teknologi tersebut seperti software dan hardware yang masih terus dikembangkan. IPTV menjamin dikembangkannya fleksibilitas & skalabilitas teknologi IP untuk mengubah televisi dengan menyediakan akses terhadap lebih banyak content dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan Broadcast TV tradisional yang dapat disesuaikan selera dan memungkinkan layanan interaktif [6]. Dengan IPTV tersebut memberikan peluang bagi TELKOM untuk mengembangkan jaringan internet broadband yang dimiliki yaitu Speedy menuju layanan IPTV dengan memanfaatkan infrastruktur jaringan dan customer base Speedy. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana model bisnis IPTV di TELKOM DIVRE II Jakarta dengan membandingkan (benchmark) bisnis model IPTV yang sudah diimplementasikan di PCCW Hong Kong dan France Telecom. Analisa model bisnis IPTV ditekankan pada aspek teknologi, aspek konten, aspek pasar (segmentasi, target dan posisi pasar), aspek tarif dan aspek keuangan. IPTV layak diimplementasikan di Telkom DIVRE II Jakarta berdasarkan analisa model bisnis menggunakan proyeksi jumlah pelanggan optimis sesuai data benchmark PCCW Hong Kong dengan hasil NPV sebesar Rp. 61,5 milyar, IRR sebesar 42,46% dan PP selama 3 tahun.

IPTV (Internet Protocol Television) refers to a group of related technologies delivering television programming using a broadband connection over internet. These are technologies as software and hardware are still being developed. IPTV promises to leverage the flexibility and scalability of IP technology to transform the television experience by providing access to more content of a superior quality that can be more personalized and interactive than traditional broadcast TV [8]. The IPTV gives opportunity to develop Speedy broadband internet network into IPTV services utilizing network infrastructure and customer base of Speedy. The purpose of this study is to know the business model of TELKOM DIVRE II Jakarta IPTV by benchmarking to PCCW Hong Kong and France Telecom IPTV. Analysis of IPTV business model was focused on technological, content, market (market segmentation, target and position), tariff and financial aspects. Business model analysis based on the number of optimist customer projection as a data benchmark of PCCW Hong Kong results on NPV is Rp. 61.5 M, IRR is Rp. 42.46% and 3 years of Pay Back Periode. This business model enables IPTV feasible to be implented in Telkom DIVRE II Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
TA2971
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Elman H.
"Era Milenium ke-3 saat ini adalah era bagi Komunitas Bisnis di Internet, atau banyak orang menyebut sebagai komunitas e-business yang dipacu oleh perkembangan E-commerce. Indonesia dengan lebih dari 200 juta penduduk yang relatif telah berpendidikan dan kaya akan kekayaan alam adalah aset yang besar untuk berkompetisi dalam pasar global. Indonesia saat ini menghadapi berbagai tantangan dalam meningkatkan aktifitas E-Commerce -nya. Salah satu sumber masalah adalah perkembangan infrastruktur telekomunikasi yang baru mencapai 6 juta sst line in service dan sekitar 300.000 hubungan Internet dengan ISP. Reformasi Undang-undang Telekomunikasi d?'l perbaikan kondisi ekonomi diharapkan dapat memperbaiki situasi ini. Undang-undang yang mengatur pemanfaatan bisnis di Internet masih dalam penyusunan dan harus segera ada untuk menjamin aspek legal dari transaksi bisnis di E-commerce. Arah manajemen dan Teknologi lnformasi harus berjalan selaras dan seimbang. Perusahaan dengan konsep tradisional akan menghadapi hambatan karena ketidaktahuan terhadap cara kerja teknologi dan manfaat Internet bagi bisnisnya. Saat ini aspek-aspek yang berkaitan dengan penjualan, pemasaran, fabrikasi, distribusi, inventory dan billing, harus sejalan dengan strategi Teknologi lnformasi. Kesempatan dalam penghematan biaya dan pertumbuhan pendapatan bagi banyak perusahaan terdapat dalam E-Commerce yang merupakan sarana pemasaran, penjualan dan pembelian berbagai produk melalui Internet. E-commerce berkaitan dengan penggunaan informasi elektronik untuk meningkatkan performansi, meningkatkan nilai dan membentuk hubungan yang baru antara kalangan bisnis dan kastemer. Tanpa infrastruktur yang baik yang tergelar antara semua bagian perusahaan adalah sulit untuk berkompetisi di era virtual economy. Suply Chain Management (SCM), Customer Relationship Management (CRM) & Enterprise Resources Planning (ERP) adalah beberapa faktor kunci sukses dalam E-Commerce, dan terkait tidak hanya mengenai aspek teknologi tetapi juga aspek penataan uryar1isasi yaitu strategi dan proses bisnis. Manajemen sekuriti (security policy & security audit) juga merupakan faktor kritis dalam implementasi sistem E-commerce. PT. Telkom Divisi Regional II sebagai Divisi Utama di perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, harus mendefinisikan kembali dan mereorganisasi bisnisnya untuk mengantisipasi lingkungan kompetisi E-Commerce. Lingkungan industri E-commerce adalah lingkungan bisnis yang penuh kompetisi, teknologi tinggi dan investasi beresiko tinggi, karena hampir tidak ada hambatan yang berarti bagi perusahaan baru maupun lama untuk terjun sebagai E-commerce Provider. Untuk menjadi pemimpin dalam E-commerce Service Provider PT. Telkom Divre II harus menyusun aliansi strategis dengan perusahaan lain sebagai partner strategis. Aliansi strategis yang meliputi usaha patungan atau akuisisi sangat penting untuk mempercepat penerapan sistem E-commerce dan untuk meminimalkan resiko investasi. PT. Telkom Divre II juga harus menerapkan sistem E-commerce pada aktifitas bisnis utamanya sebagai sarana pemasaran untuk meningkatkan pelayanan dan menjaga loyalitas kastamer. Tesis ini didedikasikan bagi kalangan akademik dan bisnis di Indonesia terutama bagi PT. Telkom Divre II agar diperoleh arah yang lebih tepat di masa mendatang dalam era e-business."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T40686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jagus Widodo
"ABSTRAK
Untuk menciptakan industri telekomunikasi di Indonesia yang kompetitif, berkualitas dan bisa menarik investor serta bisa bermanfaat bagi masyarakat Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Penyelenggaraan jasa SLJJ dari monopoli menjadi duopoli dengan adanya terminasi dini hak eksklusivitas penyelenggaraan jasa SLJJ yang selama ini hanya diberikan kepada PT.Telkom, menjadi ada dua pemain yaitu PT. Indosat. Walaupun penyelenggaraan SLJJ sudah duopoli namun implementasi pemakaian kode akses jasa SLJJ baru dilaksanakan pada tanggal 3 April 2008 di Balikpapan. Berdasarkan evaluasi implementasi pembukaan kode akses SLJJ di Balikpapan produksi pemakaian akses jasa SLJJ dengan menggunakan kode akses kurang menggembirakan karena produktivitasnya masih sangat rendah yang disebabkan oleh beberapa penyebab, misalnya : Telkom sudah mnurunkan tarif SLJJ, adanya pemberlakuan service charge yang relatif tinggi (Rp. 945 per menit), Indosat belum melakukan corporate action, ada jasa sejenis yang ditawarkan oleh penyelenggara seluler dengan harga SLJJ antar pelanggan seluler jauh lebih rendah.
Jasa SLJJ bagi penyelenggara incumbent yaitu PT. Telkom sangat penting karena masih memberikan kontribusi pendapatan yang sangat signifikan namun memiliki pertumbuhan negatif dan hal ini perlu segera ditindaklanjuti dengan serius. Hal tersebut belum lagi memperhitungkan bila kode akses SLJJ tersebut akan dibuka di seluruh kota di Indonesia dan munculnya pesaing baru yang pada akhir tahun 2008 ini akan ditetapkan oleh pemerintah. Penyelenggara incumbent harus segera merevitalisasi pengelolaan bisnis SLJJ bila tidak ingin performansi pendapatannya akan terus menurun dengan melakukan strategi-strategi yang tepat. Pesaing-pesaing yang dihadapi sebenarnya tidak terbatas pada penyelenggara SLJJ dari Jaringan Tetap saja namun Penyelenggara Seluler juga menjadi ancaman. Penyelenggara incumbent segera bertindak dengan memanfaatkan keunggulannya, SDM, infrastruktur, finansial maupun sistem yang lebih mapan untuk menghadapi pesaing.

ABSTRACT
In order to establish competitive and eligible telecommunication industry in Indonesia also more attractive to investor and benefit to the community, government (regulator) has been acknowledged a changing in policy for long distance call service from monopoly to duopoly. This is signed by early termination on exclusive right to PT. TELKOM as first granted operator in the business and permitted PT. INDOSAT as a new player. Duopoly era come to operational when PT. INDOSAT opens the service on April 3rd 2008 in Balikpapan. Derived from our evaluation on implementation of opening long distance service in Balikpapan by PT. INDOSAT, shows that usage of the service by using access code is not quite content because its productivity (traffic) is very low. This could be caused by some conditions such as cutting price strategy by PT. TELKOM, relatively high service charge (Rp 945 per minute), lack of corporate action from PT. INDOSAT and also there is kindly same service from mobile operator that offer long distance call services at much more cheaper price.
Long distance call service is a major business for the incumbent (PT. TELKOM). The service is still contributing significant revenue even at present it has a negative growth and hence seriously need much improvement. This declining could be becoming worst by taking into account that as in the near future the access code of PT. INDOSAT will be opened national wide. Also there is a potential new competitor in the business by the end of year 2008. PT. TELKOM as an incumbent in telecommunication industry in Indonesia has to react immediately and need to revitalize its long distance call service business to prevent continues declining in revenue by doing proper and right strategic actions. Keep in mind that the competitor is not only narrowed to fixed long distance operator but also cellular operator also should be considered as a threat as well. Incumbent should act by optimizing its capabilities such as human resources, infrastructure, financial and settled system to deal with competitors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T40929
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jagus Widodo
"ABSTRAK
Untuk menciptakan industri telekomunikasi di Indonesia yang kompetitif, berkualitas dan bisa menarik investor serta bisa bermanfaat bagi masyarakat Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Penyelenggaraan jasa SLJJ dari monopoli menjadi duopoli dengan adanya terminasi dini hak eksklusivitas penyelenggaraan jasa SLJJ yang selama ini hanya diberikan kepada PT.Telkom, menjadi ada dua pemain yaitu PT. Indosat. Walaupun penyelenggaraan SLJJ sudah duopoli namun implementasi pemakaian kode akses jasa SLJJ baru dilaksanakan pada tanggal 3 April 2008 di Balikpapan. Berdasarkan evaluasi implementasi pembukaan kode akses SLJJ di Balikpapan produksi pemakaian akses jasa SLJJ dengan menggunakan kode akses kurang menggembirakan karena produktivitasnya masih sangat rendah yang disebabkan oleh beberapa penyebab, misalnya : Telkom sudah mnurunkan tarif SLJJ, adanya pemberlakuan service charge yang relatif tinggi (Rp. 945 per menit), Indosat belum melakukan corporate action, ada jasa sejenis yang ditawarkan oleh penyelenggara seluler dengan harga SLJJ antar pelanggan seluler jauh lebih rendah.
Jasa SLJJ bagi penyelenggara incumbent yaitu PT. Telkom sangat penting karena masih memberikan kontribusi pendapatan yang sangat signifikan namun memiliki pertumbuhan negatif dan hal ini perlu segera ditindaklanjuti dengan serius. Hal tersebut belum lagi memperhitungkan bila kode akses SLJJ tersebut akan dibuka di seluruh kota di Indonesia dan munculnya pesaing baru yang pada akhir tahun 2008 ini akan ditetapkan oleh pemerintah. Penyelenggara incumbent harus segera merevitalisasi pengelolaan bisnis SLJJ bila tidak ingin performansi pendapatannya akan terus menurun dengan melakukan strategi-strategi yang tepat. Pesaing-pesaing yang dihadapi sebenarnya tidak terbatas pada penyelenggara SLJJ dari Jaringan Tetap saja namun Penyelenggara Seluler juga menjadi ancaman. Penyelenggara incumbent segera bertindak dengan memanfaatkan keunggulannya, SDM, infrastruktur, finansial maupun sistem yang lebih mapan untuk menghadapi pesaing.

ABSTRACT
In order to establish competitive and eligible telecommunication industry in Indonesia also more attractive to investor and benefit to the community, government (regulator) has been acknowledged a changing in policy for long distance call service from monopoly to duopoly. This is signed by early termination on exclusive right to PT. TELKOM as first granted operator in the business and permitted PT. INDOSAT as a new player. Duopoly era come to operational when PT. INDOSAT opens the service on April 3rd 2008 in Balikpapan. Derived from our evaluation on implementation of opening long distance service in Balikpapan by PT. INDOSAT, shows that usage of the service by using access code is not quite content because its productivity (traffic) is very low. This could be caused by some conditions such as cutting price strategy by PT. TELKOM, relatively high service charge (Rp 945 per minute), lack of corporate action from PT. INDOSAT and also there is kindly same service from mobile operator that offer long distance call services at much more cheaper price.
Long distance call service is a major business for the incumbent (PT. TELKOM). The service is still contributing significant revenue even at present it has a negative growth and hence seriously need much improvement. This declining could be becoming worst by taking into account that as in the near future the access code of PT. INDOSAT will be opened national wide. Also there is a potential new competitor in the business by the end of year 2008. PT. TELKOM as an incumbent in telecommunication industry in Indonesia has to react immediately and need to revitalize its long distance call service business to prevent continues declining in revenue by doing proper and right strategic actions. Keep in mind that the competitor is not only narrowed to fixed long distance operator but also cellular operator also should be considered as a threat as well. Incumbent should act by optimizing its capabilities such as human resources, infrastructure, financial and settled system to deal with competitors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T40929
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Sugiarti
"Mobile Ad Hoc Network (MANET) merupakan jaringan yang dapat berdiri sendiri, sehingga memungkinkan perangkat mobile dapat membangun komunikasi tanpa adanya infrastruktur pusat. Semakin besamya kebutuhan akan koneksi internet bagi user yang mobile, maka perlu dilakukan interkoneksi antara MANET dengan internet. Interkoneksi antara MANET dengan Jaringan internet dapat dicapai dengan menggunakan Gateway yang berfungsi sebagai penghubung antara MANET dengan internet. Sebelum berkomunikasi dengan internet sebuah mobile node hams mencari rute menuju gateway. Oleh karena itu dibutuhkan mekanisme pencarian gateway (gateway discovery). Ada tiga pendekatan gateway discovery yaitu proactive, reactive, dan hybrid. Pada penulisan tugas akhir ini dilakukan perbandingan terhadap kinerja dari masing-masing metode gateway discovery tersebut dengan mengubah-ubah advertisement interval dari gateway. Routing protocol MANET yang digunakan adalah Ad Hoc On-demand Distance Vector (AODV) yang telah dikembangkan untuk dapat melakukan interkoneksi antara MANET dengan internet. Untuk dapat melihat kinerja dari ketiga metode gateway discovery tersebut maka dilakukan simulasi dengan menggunakan Network Simulator (NS-2). Hasil simulasi untuk skenario yang digunakan pada tugas akhir ini menunjukkan bahwa packet delivery ratio cukup tinggi untuk semua metode gateway discovery, metode reactive memiliki packet delivery ratio 99,996 %, sedangkan proactive dan hybrid gateway discovery 100 _/o. Untuk end-to-end delay metode reactive menunjukkan delay paling besar dari dua metode lain. Untuk overhead AODV metode hybrid menghasilkan overhead AODV yang paling besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>