Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159249 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wismaji Sadewo
"ABSTRAK
Tujuan: Memperoleh korelasi petanda stres oksidatif jaringan otak dengan darah dan
cairan likuor pada kasus perubahan peningkatan tekanan intra kranial; membuat
perangkat lunak yang dapat mengkonversi petanda stres oksidatif pada darah dan likuor
menjadi derajat tekanan intra kranial.
Tempat Penelitian: Departemen Bedah Saraf FKUI-RSCM, Departemen Biokimia dan
Biologi Molekular FKUI.
Subjek Penelitian: 25 orang yang dilakukan tindakan operasi bedah saraf.
Hasil: Responden terpilih dalam penelitian dilakukan tindakan operasi bedah saraf;
selama operasi diukur nilai tekanan intra kranial dan didapati kelompok tekanan intra
kranial normal, meningkat ringan, sedang dan tinggi. Dengan mengambil sampel jaringan
otak di sekitar lesi, cairan otak dan darah vena sentral pada responden yang sama; diukur
senyawa redoks terdiri dari enzim katalase, antioksidan SOD, reduktor NADPH dan
metabolit MDA. Hasil pengukuran senyawa redoks didapatkan konsentrasi MDA di
jaringan otJik berkorelasi bermakna dengan MDA darah (P=0,029), konsentrasi SOD
cairan otak berkorelasi dengan SOD jaringan otak (P=0,01), konsentrasi NADPH darah
berkorelasi dengan NADPH cairan otak (P=0,003) dan konsentrasi katalase darah
berkorelasi dengan katalase jaringan otak (P=0,047). Dengan uji korelasi dan anahsis
varian diperoleh hasil konsentrasi metabolit MODA darah pada kelompok peningkatan TIK
tinggi berbeda secara bermakna dengan kelompok peningkatan TIK sedang (P=0,032),
ringan (P=0,001) dan normal (P=0,001). Denukian juga dengan SOD darah pada
peningkatan TIK ringan berbeda bermakna dengan peningkatan TIK sedang (P=0,038);
dan NADPH pada kelompok TIK naik ringan berbeda bermakna dengan kelompok TIK
naik sedang (P=0,038). Dibuat permodelan berupa perangkat lunak Support Vector
Machine Sequential/S>VMscc]_ yang dapat mengklasifikasikan nilai TIK cukup dengan
mengukur konsentrasi senyawa redoks pada darah dan cairan likuor dengan nilai akurasi
81,82%.
Simpulan: Peningkatan TIK menyebabkan perubahan senyawa redoks pada sel otak,
cairan likuor dan darah yang kadamya berbeda bermakna pada setiap klasifikasi TIK.
Konsentrasi senyawa redoks pada otak berkorelasi kuat dengan darah dan cairan otak.
Permodelan dengan Support Vector Machine Sequential dapat menggantikan pengukuran
TIK cukup dengan mengukur konsentrasi senyawa redoks pada darah dan cairan likuor."
2011
D1788
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imma Fatayati
"Latar belakang: Akumulasi volume latihan fisik yang berlebihan (overtraining/OT), dalam jangka panjang dapat menimbulkan penurunan performa yang disebut overtraining syndrome (OTS). Patofisiologi OTS banyak dihubungkan dengan stress oksidatif, kondisi ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan endogen, yang dapat berujung pada gangguan kardiovaskular. Beberapa penelitan menunjukkan bahwa stres oksidatif dapat dihambat melalui suplementasi antioksidan. Hibiscus Sabdariffa Linn. (H. sabdariffa) adalah tanaman yang mengandung antioksidan tinggi.
Tujuan: Melihat efek OT terhadap tingkat stress oksidatif jantung tikus dan efek pemberian H. sabdariffa terhadap stress oksidatif jantung tikus OT.
Metode: Studi eksperimental menggunakan 25 tikus Wistar dewasa, 8-10 minggu, 300-350 gr, diacak menjadi lima kelompok: Kontrol (C), Kontrol+Hibiscus (C-Hib), Latihan Aerobik (A), Overtraining (OT) dan Overtraining+Hibiscus (OT-Hib). Dosis H. sabdariffa yang diberikan: 500 mg/kgBB/hari. Latihan fisik (A dan OT) dilakukan 5x/minggu selama 11 minggu. Dihitung kadar MDA, SOD dan GSH pada jantung tikus menggunakan spektrofotometri dan Nox2 pada jantung tikus menggunakan ELISA pada akhir Minggu 11.
Hasil: Pada kelompok OT-Hib kadar MDA secara bermakna mengalami penurunan, kadar GSH secara bermakna mengalami peningkatan, didukung dengan kadar SOD yang cenderung meningkat, namun tidak signifikan, dan Nox2 mengalami peningkatan yang tidak signifikan.
Kesimpulan: Overtraining menyebabkan kondisi stres oksidatif pada jaringan jantung tikus dan pemberian suplementasi H. sabdariffa memiliki potensi menangani stres oksidatif pada jantung tikus overtraining

Background: Accumulation of overtraining/OT volume, in the long run can lead to decreased performance called overtraining syndrome (OTS). Pathophysiology of OTS is associated with oxidative stress, a condition of imbalance between free radicals and endogenous antioxidants, which can lead to cardiovascular disorders. Some research shows that oxidative stress can be inhibited through antioxidant supplementation. Hibiscus Sabdariffa Linn. (H. sabdariffa) is a plant that contains high antioxidants.
Objective: This study was to look at the effect of OT on rat heart oxidative stress levels and the effect of giving H. sabdariffa to oxidative stress in OT rats.
Methods: The study was an experimental study using 25 adult Wistar rats, 8-10 weeks, 300-350 gr, randomized into five groups: Control (C), Control + Hibiscus (C-Hib), Aerobic Exercise (A), Overtraining (OT ) and Overtraining + Hibiscus (OT-Hib). Dosage of H. sabdariffa given: 500 mg/kg/day. Physical exercise (A and OT) is given 5x/week for 11 weeks. Calculated levels of MDA, SOD and GSH using spectrophotometry and Nox2 using ELISA at the end of Week 11.
Results: In the OT-Hib group, MDA levels significantly decreased, GSH levels significantly increased, supported by SOD levels which tended to increase, but were not significant, and Nox2 experienced an insignificant increase.
Conclusion: Overtraining can causes oxidative stress conditions in rat heart tissue, and supplementation of Hibiscus sabdariffa Linn. can handle oxidative stress in overtraining rat's heart.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnayani
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai ekspresi sitoglobin (Cygb) dan kaitannya dengan stres oksidatif dalam darah dan jaringan otak penderita strok hemoragik. Penelitian bersifat observasional laboratorik dan pengambilan sampel berdasarkan metode consecutive sampling. Sampel berasal dari darah dan jaringan otak penderita strok hemoragik yang menjalani operasi kraniotomi di rumah sakit Cipto Mangunkusumo dan rumah sakit di sekitarnya. Terhadap darah dan jaringan otak ini dilakukan analisis ekspresi mRNA Cygb, protein Cygb, aktivitas spesifik katalase (CAT) dan kadar MDA. Dalam penelitian ini digunakan darah subyek normal sebagai kontrol. Pengukuran ekspresi mRNA Cygb dilakukan dengan menggunakan real time RT-PCR Mini Opticon (BioRad), pengukuran kadar protein Cygb dilakukan dengan metode ELISA, aktivitas CAT diukur menggunakan metode Aebi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan ekspresi mRNA Cygb jaringan otak 1.24 kali dibandingkan darah penderita strok hemoragik dan peningkatan ekspresi mRNA Cygb darah penderita strok hemoragik 6.15 kali terhadap darah kontrol. Selain itu juga terjadi peningkatan kadar protein Cygb plasma penderita strok hemoragik dibandingkan plasma kontrol dan peningkatan secara signifikan kadar protein Cygb jaringan otak penderita strok hemoragik dibandingkan plasmanya. Pada jaringan otak penderita strok hemoragik juga terjadi peningkatan signifikan aktivitas spesifik katalase dibandingkan plasmanya. Peningkatan Cygb dan aktivitas spesifik CAT pada jaringan otak kemungkinan disebabkan oleh karena perannya sebagai radical scavenger dalam mengatasi stres oksidatif yang terjadi akibat strok hemoragik.

ABSTRACT
The study on expression of cytoglobin (Cygb) and its relation to oxidative stress in brain and blood of hemorrhagic stroke patients has been done. This is a laboratory observational study with consecutive sampling method. Blood and brain tissue from hemorrhagic stroke patients who underwent craniotomy surgery at Cipto Mangunkusumo hospitals and nearby hospitals are used as samples. The expression of Cygb mRNA and protein, specific activity of catalase and MDA level were measured in blood and brain tissue as parameters. The blood from normal subjects are used as a control. Cygb mRNA expression was analyzed using real time RT-PCR Mini Opticon (BioRad), Cygb protein are determined using ELISA method and specific activity of catalase are measured using Aebi method. The results showed that expression of Cygb mRNA in brain tissue was increased 1.24 folds compared to blood in hemorrhagic stroke patients and expression of Cygb mRNA in patient’s blood was increased 6.15 folds compared to control blood. There was also an increase of plasma Cygb proteins of hemorrhagic stroke patients compared to control plasma and significantly increased level of Cygb proteins in hemorrhagic stroke patients compared to its plasma. The specific activity of catalase in brain of hemorrhagic stroke patient was also significantly increased compared to its plasma. It is suggested that increasing expression of Cygb and specific activity of catalase in brain tissue is caused by its activity as a radical scavenger to overcome oxidative stress present in hemorrhagic stroke.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masagus Zainuri
"Penelitian ini bertujuan menganalisis aktivitas spesifik enzim MnSOD, katalase dan OPT pada sel hati tikus yang diinduksi hipoksia sistemik dan hubungannya dangan stres oksidatif. Sampel penelitian ini adalah jaringan had tikus jantan strain Sprague Dawley (Rattus novergieus L), yang diinduksi hipoksia sistemik kmnik 1,7,14 dan 21 hari. Pada homogenat hati tikus dilakuksn beberapa pomeriksaan, yaitu pemeriksaan aktivitas spesifik MnSOD, aktivitas spesifik katalase, aktivitas spesifik enzim OPT, kadar MDA dan pemeriksaan senyawa karbonil.
Dari penelitian ini didapatkan hasil tidak adanya perubahan bennakna pada aktivitas spesifik MnSOD, OPT, dan kadar karbonil. Pada hipoksia 7 dan 21 hari terjadi penurunan bermakna aktivitas spesifik katalase, dan kadar MDA menurun bertuakna peda bipoksia 21 hati.
Dari hasil analisis didapat bubungan negatif antara MnSOD dan katalase dengan kerusakan oksidatif, disimpulkan bahwa MnSOD dan kstalase berperan dalam mencegah kerusakan oksidatif. Analisis hubungan aktivitas spesifik OPT dengan kerusakan oksidatif didapat hubungan negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan OPT di hati dapat dipaksi sebagai indikator kerusakan oksidatif.
Dari basil penelitian ini disimpulkan bahwa jaringan hari memiliki sistem pertahanan antioksidan yang adekuat, sehingga sel hati cukup tahan terhadap terjadinya kerusaknn oksidalif.

The aim of this study was to analyze the specific activities of MoSOD, catalase and GPT in rat liver cells induced by systemic hypoxia related to oxidative stress. The samples were obtained from liver tissue of Spmgue Dawley rats at days I, 7, 14, and 21 of citronic systemic hypoxia and were used to measure specific activity ofMnSOD, catalase, GPT, and the levels ofMDA, and protein carbonyis.
Results showed that there were not significant alteration of specific activity ofMnSOD, ofGPT, and levels of carbonyls. At days 7 and 21 of hypoxic induction there were significant decrease of catalase specific activity. Levels of MDA significant decreased at days 21.
Based on correlation analyzing it can be concluded that MnSOD and catalase had a role in prevent oxidative damage. Correlation analyzing of OPT specific activity and oxidative damage showed negative correlation. This means that decreased of GPT specfic activity in liver could be used as oxidative damage indicator.
It is concluded that liver tissue provided with adequate antioxidant defense mechanism which makes Uver cells survive during hypoxic oxidative insult.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32819
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ay ly Margaret
"Tujuan: Mengetahui aktivitas MnSOD pada darah penderita kanker paru dengan riwayat merokok, menilai hubungan aktivitas MnSOD dengan stres oksidatif dan genotipe MnSOD.
Metode: Penelitian ini adalah studi kasus kontrol. Sampel yang digunakan adalah set leukosit dari 20 pasien kanker paru di RS Persahahatao Jakarta, Kontrol adalah 50 pcrokok dan 50 non perokok dari pabrik pulp di Tangerang. Pcmeriksaan aktivitas spesifik MnSOD berdasarkan prinsip penghambatan terhadap xantin oxidase. untuk menghambat Cu/ZnSOD perlu ditambahkan natrium sianida 5 mM pada sampel lalu diinkubnsi 5 menit pada suhu ruang. Kadar MDA plasma ditcntukan berdasarkan reaksi dcngan asam tiobarbituat membentuk produk berwama merah sesuai metod: Wills, pengukuran kadar karbonil plasma menggunakan metode modifikasi Levine. Aktivitas spesifik katalnse ditentukan berdasarkan penguraian H2O2 yang terjadi menglkuti metode modiflkasi Mates. Pemeriksaan genotype menggunakan metode PCR-RFLP dengan NgoMIV sebagai enzim restriksi.
Hasil: Kadar MDA plasma pada paslen kanker paru kbih rcndah cJibundingk0-n konlrol (p*"0,479). Hal ini merupakan konsekuensi dari progresivitas tumor mekanisme yang menyebabkan belum jelas). mekanisme adaptasi terhadap stres oksidatif atau digunakan sebagai sumber pcmbentukan oksidasi protein. Kadar karbonil plasma pada pasien kanker paru lebih tinggi dibandingkan konfrol (p=0.003), Hal ini menandakan sistem antloksidan telah jenuh dengan ROS yang tinggi dl jaringan paru, juga menandakan kerusakan sel yang lebih luas dan berat. Aktivitas spesifik katalase pada darah penderita kanker paru lebih rendah daripada ke!ompok kontrol (p=0.036). Hal ini mungkin disebabkan oleh ROS di jaringan yang tinggi atau karcna telah terjadi kerusakan oksidatif pada protein. Aktivitas spesifik MnSOD pada pusien kanker paru lebih rendah datipada kontrol (p=0,000). Hal ini menunjukkan enzim MnSOD telah jenuh oleh ROS yang banyak, kerusakan oksidatif pada protein MnSOD. atau gangguan transpor MnSOD, Aktivitas spesifik MnSOD pada perokok juga lebih rendah dilbandingkan dengan non perokok, Hal ini menunjukkan bahwa pajanan asap rokok yang kontinu mcningkatkan pruduksi ROS sehingga aktivitas enzim menurun. Studi ini menemukan genotipe Val/val dan Val/Ala pada kelompok kanker paru (80% dan 20%), pada perokok (90% dan 10%), dan non perokok (100% dan 0%). Kami tidak menemukan genotipe Ala/Ala pada kelompok kasus dan kontrol. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara genotipe dengan aktivitas spesifik MnSOD.
Kesimpulan: Kebiasaan metokok mempengaruhi aktivitas spesifik MnSOD di darah. Penyakin kanker paru dengan kebiasaan merokok mempengaruhi aktivitas spesifik MnSOD di darah. Perubahan aktivitas spesifik MnSOD berkorelasi lemah dengan kerusakan oksidatif baik pada kelompok kanker paru, kontrol perokok, dan non perokok. Tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas spesifik MnSOD dengan genotipe MnSOD Ala16Val pada kekompok kanker paru dan kontrol. Aktivitas spesifik MnSOD dalam darah dapat diusulkan sebagai petanda dini karsinogenesis paru pada perokok."
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T32017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisadelfa Sutanto
"Preeklampsia merupakan gangguan kehamilan yang mengancam kesehatan ibu dan bayi Penelitian ini merupakan studi potong melintang yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin E dan MDA pada 48 subyek preeklampsia dan non preeklampsia di RS Tarakan Jakarta Penilaian mencakup wawancara sosio demografi riwayat obstetri asupan vitamin E dengan FFQ semikuantitatif LILA kadar vitamin E dan MDA serum Kategori usia usia kehamilan dan kadar MDA lebih tinggi pada preeklampsia Edukasi untuk perempuan usia reproduktif tentang pentingnya asupan makanan vitamin E yang cukup diperlukan untuk mencapai keberhasilan kehamilan.

Preeclampsia is a disorder of pregnancy that deteriorate mother and baby rsquo s health This study was a cross sectional study aiming to investigate differences in the levels of vitamin E and MDA of 48 subjects with preeclampsia and non preeclampsia in Tarakan Hospital Jakarta Assessment included interviews of socio demographic obstetric history vitamin E intake with semiquantitative FFQ MUAC serum vitamin E and MDA concentrations Categories of age gestational age and MDA levels were higher among preeclamptics Education for reproductive age women about the importance of sufficient intake of vitamin E foods is necessary to achieve successful pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Daniya Qanita Amani
"

Latar Belakang

Seiring bertambahnya usia penduduk, penyakit kronis, khususnya hipertensi, semakin banyak terjadi di Indonesia. Aterosklerosis yang ditandai dengan penyempitan lumen pembuluh darah akibat plak lemak merupakan salah satu penyebab hipertensi. Proses stres oksidatif ini menghasilkan molekul yang dikenal sebagai malondialdehid (MDA) yang dapat diukur. Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah dan kadar malondialdehid.

Metode

Sebanyak 90 lisat darah dari penelitian sebelumnya digunakan. Kadar malondialdehid diukur dengan menggunakan metode TBARS, dimana reaksinya menghasilkan warna merah-ungu. Intensitas pewarnaan ini sesuai dengan seberapa banyak MDA bereaksi dengan reagen. Untuk mengukurnya, spektrofotometer digunakan. Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi sebelum dianalisis menggunakan uji non parametrik Kendall-Tau b.

Hasil

Konsentrasi MDA yang sangat tinggi ditemukan pada partisipan dengan 3 penyakit kronis (4,194 nmol/ml). Penyimpangan signifikan dari normalitas ditemukan (p <0,05). Tes awal kami tidak menunjukkan hasil yang signifikan: sistolik (𝜏𝑏 = -0.036, p = 0.637), diastolik (𝜏𝑏 = -0.071, p = 0.376), dan MAP (𝜏𝑏 = -0.060, p = 0.422). Namun, analisis subkelompok pada populasi lansia “middle-old” menunjukkan hubungan positif sedang antara kadar MDA dan tekanan darah sistolik (𝜏𝑏 = 0.308, n = 25, p = 0.043).

Kesimpulan

Korelasi antara kadar MDA dan tekanan darah ditemukan. Namun, perlu diketahui karena sifat hipertensi yang kompleks, banyak faktor yang juga bisa bertanggung jawab atas tingginya konsentrasi MDA.


Introduction

As the population ages, chronic diseases, particularly hypertension, are becoming prevalent in Indonesia. Atherosclerosis, characterized by the narrowing of blood vessel lumens due to fatty plaques, is one of the causes of hypertension. This process of oxidative stress produces a molecule known as malondialdehyde (MDA), which can be quantified. Therefore, the primary objective of this research is to investigate the correlation between hypertension and the levels of malondialdehyde.

Method

A total of 90 RBC lysate from previous research were used. Malondialdehyde levels were assessed using the TBARS method, which led to a red-purple coloration. The intensity of this coloration corresponds to the extent of MDA's reaction with the reagent. To quantify this, a spectrophotometer was utilized. The data then was incorporated into a regression equation before being analyzed using the Kendall-Tau b non-parametric test.

Results

A notably high MDA concentration was found in participants with 3 chronic diseases (4.194 nmol/ml). A significant deviation from normality were observed (p < 0.05). Our initial test did not reveal any significant results: systolic (𝜏𝑏 = -0.036, p = 0.637), diastolic (𝜏𝑏 = -0.071, p = 0.376), and MAP (𝜏𝑏 = -0.060, p = 0.422). However, subgroup analysis in middle-old population revealed moderate positive relationship between MDA levels and systolic blood pressure (𝜏𝑏 = 0.308, n = 25, p = 0.043).

Conclusion

There is indeed a correlation between MDA levels and blood pressure. However, it should be noted due complex nature of hypertension, many factors could also be responsible for high MDA concentration.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniya Qanita Amani
"Latar Belakang
Seiring bertambahnya usia penduduk, penyakit kronis, khususnya hipertensi, semakin banyak terjadi di Indonesia. Aterosklerosis yang ditandai dengan penyempitan lumen pembuluh darah akibat plak lemak merupakan salah satu penyebab hipertensi. Proses stres oksidatif ini menghasilkan molekul yang dikenal sebagai malondialdehid (MDA) yang dapat diukur. Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah dan kadar malondialdehid.
Metode
Sebanyak 90 lisat darah dari penelitian sebelumnya digunakan. Kadar malondialdehid diukur dengan menggunakan metode TBARS, dimana reaksinya menghasilkan warna merah-ungu. Intensitas pewarnaan ini sesuai dengan seberapa banyak MDA bereaksi dengan reagen. Untuk mengukurnya, spektrofotometer digunakan. Data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi sebelum dianalisis menggunakan uji non parametrik Kendall-Tau b.
Hasil
Konsentrasi MDA yang sangat tinggi ditemukan pada partisipan dengan 3 penyakit kronis (4,194 nmol/ml). Penyimpangan signifikan dari normalitas ditemukan (p <0,05). Tes awal kami tidak menunjukkan hasil yang signifikan: sistolik (TB = -0.036, p = 0.637), diastolik (TB = -0.071, p = 0.376), dan MAP (TB = -0.060, p = 0.422). Namun, analisis subkelompok pada populasi lansia “middle-old” menunjukkan hubungan positif sedang antara kadar MDA dan tekanan darah sistolik (TB = 0.308, n = 25, p = 0.043).
Kesimpulan
Korelasi antara kadar MDA dan tekanan darah ditemukan. Namun, perlu diketahui karena sifat hipertensi yang kompleks, banyak faktor yang juga bisa bertanggung jawab atas tingginya konsentrasi MDA.

Introduction
As the population ages, chronic diseases, particularly hypertension, are becoming prevalent in Indonesia. Atherosclerosis, characterized by the narrowing of blood vessel lumens due to fatty plaques, is one of the causes of hypertension. This process of oxidative stress produces a molecule known as malondialdehyde (MDA), which can be quantified. Therefore, the primary objective of this research is to investigate the correlation between hypertension and the levels of malondialdehyde.
Method
A total of 90 RBC lysate from previous research were used. Malondialdehyde levels were assessed using the TBARS method, which led to a red-purple coloration. The intensity of this coloration corresponds to the extent of MDA's reaction with the reagent. To quantify this, a spectrophotometer was utilized. The data then was incorporated into a regression equation before being analyzed using the Kendall-Tau b non-parametric test.
Results
A notably high MDA concentration was found in participants with 3 chronic diseases (4.194 nmol/ml). A significant deviation from normality were observed (p < 0.05). Our initial test did not reveal any significant results: systolic (Tb = -0.036, p = 0.637), diastolic (Tb = -0.071, p = 0.376), and MAP (Tb = -0.060, p = 0.422). However, subgroup analysis in middle-old population revealed moderate positive relationship between MDA levels and systolic blood pressure (Tb = 0.308, n = 25, p = 0.043).
Conclusion
There is indeed a correlation between MDA levels and blood pressure. However, it should be noted due complex nature of hypertension, many factors could also be responsible for high MDA concentration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Dewi
"Tujuan: Menganalisis ekspresi gen manganese superoxide dismutase (MnSOD) pada jaringan jantung, otak dan darah tikus yang diinduksi hipoksia sistemik.
Desain: penelitian eksperimental in vivo dengan menggunakan hewan coba.
Metode: Sampe! penelitizm ini adalah 25 ekor tikus jantan strain Sprague Dawley (Rarms novergicus L), yang dibagi menjadi 5 kelompok: kelompok I tikus tanpa perlakuan hipoksia sebagai kontrol, kelompok II, III, IV dan V adalah kelompok tikus dengan perlakuan hipoksia 10% O2 selama 1, 7, 14 dan 21 hari. Setelah perlakuan tikus dimaiikan, kemudian darah, otak dan jantung tikus diambil untuk diperiksa tingkat ekspresi mRNA dengan menggunakan real time RT PCR dengan pewamaan SYBR green, serta diukur aktivitas spesifik MnSOD dengan menggunakan kit RanSOD® dengan ditambahkan NaCN untuk menghambat aktivitas CuZn SOD.
Hasil: Pada hipoksia awa] (1 hari) ekspresi relatif mRNA MnSOD dan aktivitas spesifik MnSOD menunjukkan penurunan di darah dan jantung, sedangkan pada otak tidak te1jadi penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam keadaan hipoksia sistemik perlindungan antioksidan pada otak terjadi lebih awal dibandingkan jantung dan darah. Pada hipoksia awal di jantung dan darah, mulai terjadi peningkatan ROS sehingga aktivitas spesink MnSOD menurun, namun belum dapat menstimulasi peningkatan eksprsi mRNA-nya_ Pada hipoksia I-I4 hari baik ekspresi mRNA maupun aktivitas spesiiik MnSOD pada ketiga jaringan tersebut mengalami peningkatan sejalan dengan lamanya hipoksia. Pada hipoksia lanjut (21 hari) terjadi korelasi negatif antara ekspresi relatif mRNA dngan aktivitas spesiiik MnSOD di jantung dan darah. Hal ini mnmgkin disebabkan karena produksi ROS yang sangat masif, sehingga ekspresi MRNA terus ditingkatkan namun stres oksidatif belum dapat diatasi, sedangkan pada otak fenomena tersebut tidak terjadi. Hal ini diduga karena peningkatan ROS pada hipoksia lanjut masih dapat diatasi dengan aktivitas enzim MnSOD yang tersedia tanpa harus meningkatkan ekspresi mRNA-nya. Hasil ini menunjukkan bahwa otak cenderung lebih dilindungi dalam keadaan hipoksia sistemik dibandingkan janrung dan darah. Hasil analisis uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa perubahan ekspresi relatif MRNA dan aktivitas spesifik MnSOD pada induksi hipoksia sistemik pada darah sejalan dengan perubahannya pada jantung dan otak.
Kesimpulan: Setiap jaringan mempunyai pola ekspresi gen MnSOD dan aktivitas MnSOD yang berbeda-beda pada kondisi hipoksia. Terdapat perbedaan regulasi ekspresi gen MnSOD antara hipoksia sistemik awal dan lanjut. Pengukuran ekspresi MnSOD (mRNA dan aktivitas spesifik) pada darah dapat sekaligus menggambarkan ekspresi tersebut pada jantung dan otak.

Background: The aim of this study is to determine the gene expression of manganese supenoxide dismutase (MnSOD) in rat?s heart, brain and blood induced by systemic hypoxia.
Design: This study is an in vivo experimental study.
Method: This study was conducted on 25 male Sprague Dawley rats (Rattus no1°e:~_gicn.s~ L) which were divided into 5 groups and subjected to systemic hypoxia by placing them in hypoxic chamber supplied by 10% O3 for O, l, 7. I4, 2.1 days. respectively. Rats were sacrified after treatment, and the blood. heart and brain were used for measurement of relative mRNA level ofMnSOD with real time RT PCR and measurement of spesitic activity of MnSOD enzyme using RanSOD® kit.
Result: Determination of gene expression of MnSOD (relative mRNA expression and specific activity) in rat blood and heart cells under early hypoxic induction (1 day) resulted in the lower levels compared to the level in control group. After l day of hypoxic induction the gene expression level was then increased and again decreased under very late hypoxic condition (21 days) compared to the control. This suggests that the blood and heart cells at early hypoxia have not enough time to provide more MnSOD enzyme through gene expression to eliminate the sudden accumulation of ROS. In contrast to the results in heart and blood cells. the gene expression of MnSOD in brain cells were demonstrated to be increased since early systemic hypoxia (day I) up to day l4_ and tends to decrease under late hypoxic condition (day 21) although the level still slightly higher compared to the level in control group. Under late hypoxic condition (21 days). the capacity of1VlnSOD to eliminate the accumulated ROS has been saturated as found in brain cells, or even reduced to the lower level than in normal condition as found in blood and heart cells. This study could demonstrate that brain cells have different pattern of gene expression of MnSOD compared to blood and heart cells during several time points of hypoxic induction, particularly at early stage. It should also be considered that the levels of gene expression of MnSOD in each tissue were distinct although measured under the same condition. Analysis of Pearson correlation test shows that pattern of gene expression ot`MnSOD in blood cells is appropriate with the pattern in heart and brain cells under hypoxic condition.
Conclusion: Every tissue has the different pattern of gene expression of MnSOD (relative mRNA expression and specific activity) under hypoxic condition There is different regulation of MnSOD gene expression at early and late hypoxia Analysis gene expression of MnSOD in blood cells could represent the analysis of gene expression of MnSOD in heart and brain cells under hypoxia condition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32890
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>