Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187640 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Renny Anggraeni
"Semakin ketatnya persaingan antara suatu perusahaan menjadikan kualitas sebagai alat strategi bisnis untuk bersaing terhadapkompetitornya dalam menguasai pasar. Six sigmasebagai salah satu metode untuk melakukan perbaikan kualitas pada masalah peningkatan jumlah defect . PT Phillip Morris Indonesia mengalami penurunan kualitas produk yang dapat dilihat dari Visual Quality Index (VQI) yang semakin meningkat. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah defect pada proses cigarette making dimana Tobbaco Particel Under Tipping merupakan defect yang paling banyak terjadi. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan membuat SOP dan sebuah alat bantu agar mesin bisa berjalan optimal.Pada saat sebelum perbaikan nilai sigma yang didapat adalah 3,6 dengan yield sebesar 98,20%. Setelah dilakukan perbaikan didapatkan nilai sigma sebesar 3,76 dengan yield sebesar 98,82%.

The increasing competition between a company makes quality as a strategic business to compete against competitors as a market leader. Six sigma as a method that can be use for quality improvment to solve a increasing defect product. Now, PT. Philip Morris Indonesia has been decrease on visual quality product. We can see on Visual Quality Index (VQI) that remainly increase. This increase is due to cigarette defect in cigarette making process where the defect Tobacco Particles under Tipping is the most contributors in VQI. The improvements that have been done are making a SOP and also make a new design for vacuum machine. At the time before improvement value is 3.6 sigma obtained at a yield of 98.23% and after improvement the value is 3.76 sigma and a yield is 98.82%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S54583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Putra Fajar
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari praktik manajemen sumber daya manusia HRM practices terhadap organizational citizenship behavior OCB . Variabel HRM practices diukur melalui perangkat High-Involvement HRM Practices oleh Prieto dan P rez-Santana 2014, sedangkan variabel OCB diukur berdasarkan 5 lima dimensi utama oleh Organ 1988. Analisis dilakukan pada karyawan aktif di PT Sigma Cipta Caraka Telkomsigma yang telah bekerja minimal selama 1 tahun di perusahaan dengan jumlah responden sebanyak 243 orang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Data penelitian ini akan dianalis menggunakan analisis statistik deskriptif, korelasi, dan regresi linear sederhana serta berganda untuk menguji variabel yang terkait. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa HRM practices memiliki signifikansi yang positif namun memiliki tingkat kekuatan yang berbeda untuk menimbulkan kegiatan OCB pada karyawan di perusahaan berbasis industri ICT.

This study aims to analyze the influence of human resource management HRM practices on organizational citizenship behavior OCB. The HRM practices variable were measured through the High Involvement HRM Practices tool by Prieto and P rez Santana 2014, while the OCB variables were measured based on five major dimensions by Organ 1988. The analysis is on the active employees of PT Sigma Cipta Caraka Telkomsigma who had worked for at least a year in the company with the number of 243 employees. This study uses quantitative methods in collecting data with a questionnaire as a research instrument. The research data will be analyzed using descriptive statistic analysis, correlation, and regression analysis to test the relationship among variables. The results of this study provide an evidence that each HRM practices have a positive significance but different levels to encourage OCB activities showed by employees in the ICT company."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S67400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Rachel Septiani
"ABSTRAK
Penderita gagal ginjal kronik terus meningkat seiring dengan gaya hidup yang kurang baik, penyakit menahun dan angkatan berusia lanjut. Asuransi nasional BPJS memberikan harapan bagi pasien serta meningkatkan perkembangan industri hemodialisis. Kunci kesuksesan pengelolaan sarana hemodialisis yaitu perbaikan berkelanjutan serta kualitas sumber daya manusianya agar berkembang menjadi sarana yang berkualitas dan banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia.Penelitian ini menganalisis perbedaan antara harapan ekspektasi dan persepsi pasien dari kualitas layanan. SERVQUAL dijabarkan dalam 5 fitur: tangibles, reability, responsiveness, assurance dan empathy. Lima gap dalam conceptual model Service Quality yang dikemukakan dalam buku Delivering Service Quality oleh Zeithaml, Parasuraman dan Berry juga dibahas agar gap tersebut dapat diperkecil sebagai cara meningkatkan kepuasan pelanggan. Perbaikan dilakukan setelah mengetahui fitur mana yang harusnya diperbaiki menggunakan metode Six Sigma yang diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas dan kepuasan pasien disemua aspek, dimana persepsi sama atau lebih dari yang diharapkannya.Penelitian dilakukan pada 171 pasien yang tersebar di 15 sarana hemodialisis Jabodetabek dan Jawa Tengah. Hasil yang didapat adalah terdapat perbedaan pada keempat dimensi pertama kecuali dimensi empathy. Kualitas layanan yang baik akan mempertahankan bahkan menambah jumlah pasien untuk menjaga keberlangsungan operasional dari banyaknya kompetitor dengan harga yang ceteris paribus reimbursement BPJS yang bersifat flat rate .

ABSTRACT
Patients of chronic renal failure continue to rise, exacerbated by poor lifestyle, chronic diseases and elderly generation. National insurance BPJS gives hopes to patients as well as stimulating the growth of hemodialysis industry. The key to the good hemodialysis facilities management system lies mainly on continuous improvement and the quality of its service human resource to develop quality and network of facilities that are widely spread throughout Indonesia. This study will examine the differences between patient rsquo s expectations and perceptions of service quality. SERVQUAL as described in the 5 features tangibles, reability, responsiveness, assurance and empathy. Five gaps in the conceptual model of Service Quality presented in Delivering Service Quality book by Zeithaml, Parasuraman and Berry are also discussed so that the gap can be minimized as a way of increasing customer satisfaction. Service quality improvement after knowing which features should be fixed, can be done with Six Sigma method which is expected to improve profitability and patient satisfaction in all aspects, when the perception is equal or more than expected.The study was conducted on 171 patients spread across 15 hemodialysis facilities in Jabodetabek and Central Java. The result is there are differences in the first four dimensions except the empathy. Maintaining and even increasing incoming patients due to high satisfaction rate will maintain the operational continuity in the middle of competitors with ceteris paribus price reimbursement BPJS which yielding flat rate revenue ."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agung Nurlistiyo
"Six Sigma merupakan sualu target, yaitu 3.4 Defect Per Million Oppurtunities, yang memungkinkan karakterisasi kualitas diukur dari perspektif jumlah error atau cacat sebenamya dibanding total kesempatan terjadinya error atau cacat. Metodologi peningkatan kualitas Sir Sigma sebagai sarana untuk mencapai level kualitas Six Sigma dengan berfokus pada problem solving sebuah sistem disebut Six Sigma Improvement Framework yang terdiri dari 5 fase yang disebut DMIAC (Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control). Six Sigma berfokus pada pelanggan dan berorientasi pada proses yang berpengaruh pada hasil akhir yang diharapkan.
Penelitian ini menganalisa penerapan six sigma pada sebuah perusahaan plastic part manufaktur untuk mengurangi banyaknya cacat silver dan short shoot pada proses injection. Pengolahan data kuantitalif dan kualitatif dilakukan menggunakan beberapa tools Six Sigma pada masing-masing tahap DMIAC. Melalui penerapan Six Sigma, performa proses injection untuk menghasilkan produk yang bebas cacat dapat terukur. Setelah itu dilakukan analisa terhadap sumber variasi dan penentuan solusi potensial untuk memperbaiki performa proses.
Penelitian dibatasi pada produk injection khususnya cacat silver dan short shoot Nilai defect per million opportunity (DPMO) yang dihasilkan sebesar 11910,6 DPMO dan nilai sigma sebesar 3.8. Nilai-nilai ini menggambarkan kemampuan proses injection yang belum cukup tinggi. Dari hasil analisa identifikasi solusi-solusi yang dapat diimplementasikan unluk rneningkatkan performa proses. Implementasi dari solusi-solusi potensial yang teridentifikasi merupakan upaya unluk menghilangkan sumber atau penyebab timbulnya variasi dan akan dapat meningkatkan kemampuan proses dalam menghasilkan produk yang tidak memiliki cacat.

Six Sigma was a target, that is 3.4 Defect Per Million Opportunities, which the characteristic of the quality measured from a perspective of error or defect by the opportunity of error or defect itself. The method of six sigma improvement which focusing on problem solving of a system is called Six Sigma Improvement Framework. This framework contain 5 phase called DMIAC (Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control). Six sigma focusing on customer satisfaction and process oriented.
This research is analyzing six sigma implementation in a plastic part manufacturing company for reducing silver and short shoot reject at injection process. The processing of data using six sigma tools at each phase of DMIAC. Through the six sigma implementation, injection process performance can be calculated. After the calculation, variation source can be analyze and the potential solution is determined to improve the process performance.
This research is only for the injection product specially silver and short shoot reject. Defect per million opportunity (DPMO) value produced in injection process is 11910.6 DPMO and 3.8 sigma value. This value was not good enough. Potential solution and implementation need to be identiiied for reducing source of variation and problem. Good improvement will increase the process capability and performance and hopefully the company can produce only good product.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50232
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naning Salasatain
"Output yang besar bukan merupakan parameter keberhasilan dari proses yang dijalankan oleh perusahaan. Output yang besar tidak ada artinya jika rasio output dengan input yang diperlukan oleh perusahaan untuk menghasilkan output tersebut kecil. Efisiensi adalah satu kata yang menggambarkan rasio antara output dan input yang menjadi kunci bagi keberhasilan suatu proses. Untuk perusahaan yang telah mencapai kapasitas produksi maksimal, upaya peningkatan efisiensi menjadi salah satu opsi yang tak terelakkan. Dengan meningkatkan efisiensi proses, perusahaan akan mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar dengan sumber daya yang relatif lebih sedikit. Proses filling cat kedalam kaleng di PT. ICI Paints Indonesia memiliki nilai Operation Process Efficiency (OPE) yang berada dibawah 60%. Rendahnya nilai efisiensi ini mengakibatkan proses filling menjadi bottleneck bagi perusahaan. Upaya debottlenecking proses filling dilakukan dengan metode DMAIC Six Sigma dan alat-alat bantu yang dimilikinya. Pada fase Define dan Measure didapati rata-rata OPE untuk stasiun kerja (Devree) 3 dan 5 dibawah 60% dengan nilai Cp masing-masing 0.55 dan 0.77 dan nilai sigma 2.15 dan 2.39, suatu nilai yang sangat rendah untuk perusahaan multinasional. Pada tahap Analyze, diidentifikasi beberapa faktor penyebab rendahnya nilai OPE yang terbagi pada empat faktor yaitu manusia, mesin, material dan metode (4M). Beberapa usulan perbaikan dihasilkan pada fase Improve, mulai dari perubahan cara kerja sampai dengan perubahan layout stasiun kerja, sehingga proses filling bisa mencapai nilai OPE diatas 60%.

Big output is not a paramater for succesful company production process. Big output doesn't mean anything if ratio between output and input to yield the output is small. Efficiency is a word depicting ratio between output and input which becoming a key for process efficacy. For the company which have reached maximal production capacities, increasing efficiency become unavoidable option. By increasing process efficiency, company will be able to produce larger profit with relative slimmer resources. Paint filling process into can in PT. ICI Paints Indonesia have Operation Process Efficiency (OPE) value under 60%. This low efficiency value make filling process become a bottleneck process. The filling process debottlenecking conduct by using DMAIC Six Sigma methodology and the tools it have. At Define and Measure phase discovered that OPE mean value for workstation (Devree) 3 and 5 under 60% with Cp value each 0.55 and 0.77 and sigma value 2.15 and 2.39, it's a very low value for multinational company. At Analyze phase, identified some factors that make OPE value low which divided into four factors that is human, machine, material and methods (4M). Some improvement propose at Improve phase, start from change the methodology until change the workstation layout, so that the filling process can reach OPE value above 60%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S50051
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>