Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177826 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Shelly Nathassha
"Starch is an additive substance which is use in industry, food, and pharmacy. Despite of it, the use of starch is limited so usually modified into ester starch, one of them is acetate starch which is made of acetate anhydride as substituent compound. Microwave heating is one of method to make acetate starch. To obtain the optimal degree of substitution can be made experimentation with varied temperatures and durations. This method also conducted at amylose from of cassava starch isolation, to know how many acetate group which substitution. The lowest degree of substitution (DS), reached in heating during 1,5 minutes at 85°C, is 0,055 for acetate starch and 0,037 for acetate amylose. The highest degree of substitute for acetate starch obtained in heating during 7 minutes at 140°C is 0,093. The highest degree of substitute for acetate amylosa is 0,059 in heating during 3,5 minutes at 105°C which produce brownish powder.

Pati adalah suatu bahan tambahan yang dapat digunakan dalam industri, pangan dan farmasetika. Namun, penggunaannya terbatas, sehingga biasanya dilakukan modifikasi yang salah satunya adalah pembentukan pati ester, yaitu pati asetat yang dibuat dengan menggunakan asetat anhidrida sebagai senyawa pensubstitusi. Salah satu cara untuk membuat pati asetat adalah dengan pemanasan menggunakan microwave. Untuk memperoleh derajat substitusi (DS) yang optimal dilakukan percobaan dengan variasi waktu dan suhu. Metode ini juga dilakukan pada amilosa hasil isolasi pati singkong, untuk mengetahui seberapa banyak gugus asetat yang tersubstitusi. DS pati asetat terendah diperoleh pada pemanasan selama 1,5 menit pada suhu 85°C yaitu sebesar 0,055 dan untuk amilosa asetat sebesar 0,037. DS tertinggi pati asetat diperoleh pada pemanasan selama 7 menit, pada suhu 140°C yaitu sebesar 0,093, sedangkan amilosa asetat sebesar 0.059 pada pemanasan selama 3,5 menit, pada suhu 105°C dan menghasilkan serbuk yang berwarna coklat muda."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S32904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Budiyanto
"ABSTRACT
Heavy metal,mostly present in a ultra trace level, becomes one of the hazardous pollutants due its toxicity, bioaccu mulative, biomagnificative characters. Conducting a micro analysis of these trace level pollutants, sensitive instrument and method are strongly recommended. Graphite Furnace Atomic Absorption Spectrophotometer GFAAS offers a solution for the challenge. It uses the principle of light emission obsorption by nascent atom cloud from the metals. The analysis has been developed in three stages of the tube heating programs, i.e drying, ashing and than atomizing element at 3000 oC. Since the injected sample is almost completely atomized, the sensitivity of GFAAS is extremely high and this value is covering up the disadvantages of the other analyses. Therefore, the GFAAS analysis is suitable for ultra trace analysis of ultra trace pollutant like heavy metals in environment."
Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI, 2017
575 OSEANA XLII:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Md Gd Indo H
"Proteksi korosi dengan penggunaan inhibitor telah menjadi alternatif yang cukup menguntungkan terutama untuk industri-industri gas dan petrokimia. lnhibitor merupakan substansi yang dapat menghambat bahkan menghentikan reaksi kimia. Berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan konsentrasi penambahan inhibitor yang opiimal untuk menurunkan laju korosi baja paduan rendah inhibitor memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung aplikasinya dalam industri. Untuk penelitian ini digunakan inhibitor korosi P 99-S yang tergolong ke dalam oxygen scavenger yang berfungsi untuk menarik kandungan oksigen dari lingkungan dan mengurangi laju korosi. Lingkungan yang menjadi fokus penelitian adalah larutan HCI dengan konsenfrasi 0,1 M; 0,001 M: 0,00001 M. Sampel yang digunakan untuk penelitian adalah baja ST 41 yang tergolong low alloy steel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41368
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pati singkong merupakan eksipien yang paling umum di gunakan dalam sediaan
farmasi, tetapi penggunaannya terbatas pada pembuatan tablet secara granulasi. Untuk
memperluas pemanfaatan pati alami, akhir-akhir ini telah dilakukan proses modifikasi
pati sehingga dapat meningkatkan fungsi dan sifat fisika-kimia dapat digunakan sebagai
bahan pembantu dalam sediaan oral. Dua unsur utama pati adalah amilosa dan
amilopektin, dimana amilosa dua kali lebih mudah disubtitusi dengan gugus lain,
sehingga perlu ditentukan derajat subtitusi amilosa yang tersubtitusi oleh asetat
anhidrida. Modifikasi pati yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan metode
esterifikasi yaitu menambahkan gugus asetat anhidrida pada molekul amilosa dan pati.
Metode esterifikasi yang digunakan dengan menggunakan microwave pada suhu 900C
dengan variasi waktu 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; dan 4 menit. Hasil pengukuran spectrum IR
menunjukkan adanya gugus asetat tersubstitusi pada molekul pati dan amilosa pada
bilangan gelombang 1732,13 cm-1 dan 1716,70 cm-1. Nilai tertinggi derajat subtitusi
amilosa dan pati asetat diperoleh pada pemanasan microwave 4 menit dengan derajat
substitusi kurang dari 0,5."
Universitas Indonesia, 2009
S33026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chrisdyanto Ariwibowo
"Aspek penting dalam pemilihan material selain aspek teknis adalah aspek ekonomis. Pemakaian material yang yang secara teknis memenuhi sarat tetapi dengan harga yang lebih murah akan menurunkan biaya produksi sehingga margin keuntungan semakin besar.
Poros engkol, yang dalam hal ini poros engkol produksi Toyota Astra Motor dibuat dengan material besi tuang nodular as-cast yang kemudian diberi perlakuan panas normalisasi sehingga ongkos produksi menjadi mahal. Untuk menurunkan ongkos dan waktu produksi (mempersingkat alur proses), material poros engkol tersebut dicoba material alternatif pengganti dengan material besi tuang nodular as-cast dengan penambahan tembaga. Secara teoritis penembahan tembaga dapat meningkatkan karakteristik mekanik material, sehingga tidak perlu lagi dilakukan normalisasi.
Dalam penelitian ini digunakan material besi tuang nodular dengan penambahan 0,35 %, 0,92 % dan 1,32 % tembaga as cast dan yang dengan mengalami proses Austenisasi 750 C - austemper 325 C/15,30 dan 45 menit kemudian dibandingkan sifat mekanisnya (kekerasan dan tarik) dengan pembanding besi tuang nodular as-cast tanpa tembaga yang diberi perlakuan panas normalisasi (TAM).
Data dari hasil pengujian menunjukan adanya pertingkatan dari semua karakteristik mekanik material dengan penambahan tembaga, sebagian besar karakteristik mekaniknya diatas karakteristik mekanik besi tuang as-cast tanpa penambahan tembaga dan yang dinormalisasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36820
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudiawan
Universitas Indonesia, 1996
S32121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Elmar Deyanputra
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S37371
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azka Afina Hindersah
"ABSTRAK
Tembaga dan mangan merupakan suatu unsur mineral mikro yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit, namun dalam bentuk bebasnya tidak dapat diserap oleh tubuh akibat terlalu polar. Sehingga, dibutuhkan suatu pembawa yang dapat mengikat unsur mineral tersebut agar dapat meningkatkan penyerapannya oleh tubuh. Salah satu pembawa yang umunya dapat digunakan adalah asam amino. Metionin dan triptofan merupakan salah satu dari asam amino esensial yang diperlukan tubuh sebagai penyusun protein dan enzim. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu kompleks antara unsur mineral dengan asam amino serta menetapkan kadar unsur mineral dalam keadaan terikat dan bebas menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom SSA . Karakterisasi kompleks dilakukan dengan pengujian menggunakan spektrofotometer inframerah serta pemisahan mineral bebas dan terikat dilakukan dengan metode kromatografi kolom penukar ion. Hasil menunjukkan bahwa sintesis antara unsur mineral dengan asam amino dapat dilakukan dan kadar mineral bebas untuk kompleks tembaga-metionin, tembaga-triptofan, mangan-metionin berturut-turut adalah 4.52 mg/Kg; 6.53 mg/Kg; 0.056 mg/Kg dan kadar mineral terikat untuk kompleks tembaga-metionin, tembaga-triptofan, mangan-metionin, mangan-triptofan berturut-turut adalah 96.885 mg/Kg; 114.974 mg/Kg; 57.778 mg/Kg; dan 49.624 mg/Kg

ABSTRACT
Copper and manganese are micro mineral elements that the body needs in a small amounts, which the free form of these minerals can not be absorbed by the body due to high polarity. Therefore, it needs a carrier that can bind the mineral elements in order to be absorbed by the body. One of the carrier that generally used is amino acid. Methionine and tryptophan are one of the essential amino acids that the body needs as a constituent of proteins and enzymes. This study aims to create a complex between mineral elements with amino acids and determine the mineral element levels in a bound and free state using Atomic Absorption Spectrophotometer AAS . The complex characterization was done by using infrared spectrophotometry as well as separation of free and bound mineral content was done by ion exchange chromatography method. The results showed that the synthesis between mineral elements with amino acids were succeed and the results of free mineral content for copper methionine, copper tryptophan, manganese metionin compounds at 4,52 mg kg 6,53 mg Kg 0,056 mg Kg respectively and the results of bound mineral content for copper methionine, copper tryptophan, manganese methionine, manganese tryptophan complexes of 96,885 mg Kg 114,974 mg Kg 57,778 mg Kg and 49,624 mg Kg respectively."
2017
S67852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>