Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154848 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
"Dengan semakin banyaknya variasi mobil minibus yang ditawarkan oleh perusahaan mobil minibus membuat konsumen sebagai sasaran dari setiap industri mobil minibus sudah mulai selektif dalam memilih dan menentukan mobil minibus yang akan dibelinya. Oleh karena itu, pihak perusahaan harus tanggap terhadap fenomena ini dengan mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Analisa Conjoint merupakan metode yang dapat digunakan mengetahui atribut-atribut pada produk mobil minibus yang dapat mempengaruhi konsumen di Jakarta dalam proses memilih mobil minibus yang akan dibeli. Dengan melakukan analisa conjoint akan diketahui konfigurasi favorit mobil minibus menurut konsumen berdasarkan preferensi terhadap level atributnya."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S50403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Nur Aini
"Indonesia adalah negara yang memiliki potensi pasar besar dalam industri makanan halal, sehingga menarik negara lain untuk masuk mengembangkan bisnis di Indonesia, termasuk makanan ringan asal Taiwan, khususnya Shihlin Taiwan Street Snacks. Perkembangan Shihlin di Indonesia merupakan hal yang perlu disoroti konsumen, karena berkaitan dengan isu tidak halal dibeberapa titik kritis, seperti rantai pasokan, mulai dari pengadaan bahan baku (termasuk proses pemotongan hewan), penyimpanan, hingga pendistribusian. Oleh karena itu, Shihlin menjawabnya dengan sertifikasi halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang didapatkan pada 16 Januari 2020. Namun hal itu berpotensi menimbulkan peningkatan harga dan mempengaruhi willingness to pay. Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Hosseini et al. (2019), yang bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi willingness to pay konsumen Muslim terhadap makanan ringan Taiwan di Indonesia dengan studi kasus Shihlin Taiwan Street Snacks. Responden merupakan 326 Warga Negara Indonesia (WNI) Muslim yang berdomisili di wilayah Indonesia, kemudian data diolah menggunakan SPSS22 dan SmartPLS3.0. Hasil penelitian menunjukan animal slaughter, halal logo, price consciousness, food quality, dan religious commitment memiliki pengaruh positif terhadap willingness to pay konsumen Muslim pada produk Shihlin di Indonesia.

Indonesia is a country that has a large market potential in terms of the halal food industry, thus attracting other countries to develop businesses in Indonesia, including snacks from Taiwan, specifically Shihlin Taiwan Street Snacks. The development of Shihlin in Indonesia is something that needs to be highlighted by consumers, because it is related to non halal issues at several critical points, such as the supply chains, starting from procurement of raw materials (including slaughtering processes), storage, to distribution. Therefore, Shihlin responded with halal certification from the Indonesian Ulema Council (MUI) obtained on January 16, 2020. However, this has the potential to increase prices and affect willingness to pay. This research is a replication of the research by Hosseini et al. (2019), which aims to analyze the factors that influence Muslim consumers' willingness to pay for Taiwanese snacks in Indonesia with case study of Shihlin Taiwan Street Snacks. Respondents are 326 Muslim Indonesian Citizens domiciled in the territory of Indonesia, then data was processed using SPSS22 and SmartPLS3.0. The results of the study show animal slaughter, halal logos, price consciousness, food quality, and religious commitment have a positive influence on Muslim consumers' willingness to pay for Shihlin in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Pandhega
"Meskipun terdapat ketertarikan yang besar pada sifat dan peran pemasaran yang menggunakan persepsi jasa (Vargo dan Lusch, 2004), saat ini penelitian terkait merek jasa masih sangat terbatas. Menurut Berry (2000), penelitian mengenai ini masih terbatas pada penelitian kualitatif, bukan kuantitatif. Berdasarkan penelitian terdahulu, riset ini bertujuan untuk mengatasi keterbatasan ini dengan menguji pengaruh persepsi konsumen pada merek jasa terhadap nilai dan loyalitas konsumen. Penelitian mengadopsi penelitian Brodie et al (2010) dengan model yang melibatkan variabel brand image, dan tiga variabel tambahan yang merefleksikan perspektif jasa yang lebih luas, yakni company image, employee trust, dan company trust. Dengan mengambil studi kasus low cost airlines di Indonesia dengan 222 responden, data hasil penelitian diolah menggunakan Structure Equation Modelling. Hasil penelitian menyatakan bahwa brand image merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan loyalitas konsumen.

Despite considerable interest in the nature and role of marketing using a service perspective (Vargo and Lusch, 2004), nowadays there is limited research about service branding. Based on Berry (2000), current research still tends to be qualitative rather than quantitative. This research aims to close this gap by testing the influence of customer perspective to service brand in customer value?loyalty process. Adopted from Brodie et al (2008), the model includes the traditional influence of brand image plus three additional influences that more fully reflect the broader service perspective (company image, employee trust, and company trust). With sample of 222 airline customers, the analysis shows there is a direct influence of brand image on customers' perceptions of value and customer loyalty."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Godo Tjahjono
"Memilih merek bank utama dari segi alokasi dana bagi seorang muslim adalah keputusan yang terkait dengan berbagai pertimbangan. Kenyataannya, mayoritas nasabah bank syariah juga memiliki rekening di bank konvensional (non syariah). Apabila nasabah yang memiliki rekening di Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai bank syariah sekaligus di Bank Central Asia (BCA) sebagai bank konvensional, memilih BCA sebagai merek bank utama dari segi alokasi dana, BMI dapat menghadapi hambatan dalam memperbesar dana dari nasabahnya.
Untuk mengetahui preferensi merek antara BMI dan BCA, dilakukan survei terhadap 100 nasabah yang mempunyai rekening baik di EMI maupun BCA di Jakarta. Data dianalisis dengan model regresi binary logit menghasilkan kesimpulan bahwa menariknya nilai merek berpengaruh positif terhadap keputusan nasabah memilih BMI sebagai merek utama. Walaupun Hest membuktikan bahwa BMI sigrzifiikan dipersepsikan lebih religius dari BCA, namun peta persepsi correspondence analysis menunjukkan BMI masih belum dipersepsikan ideal dalam elemen nilai spiritual atau religius dan beberapa elemen nilai merek lainnya.

Choosing a main brand of bank in terms of money allocation for a moslem is such a decision related to various considerations. In fact, majority of sharia bank's customers also own accounts in conventional (non sharia) banks. In case the customers of Bank Muamalat Indonesia (BMI} as sharia bank who also own accounts in Bank Central Asia (BCA) as conventional bank, choose BCA as the main brand of bank in terms of money allocation, BMI could face a barrier in enlarging fund size from the customers.
To find out the brand preference between BMI and BCA, a survey was conducted amongst 100 customers who own accounts both in BMI and BCA in Jakarta. Data which were analyzed through binary logit regression delivers a conclusion that brand value attractiveness has positive impact on customer's decision in choosing BMI as a main brand. Despite of t-test proves that BMI is perceived significantly more religious than BCA; correspondence analysis perceptual map shows that BMI has not been perceived ideal in spiritual or religious element.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Desy Karoline
"Globalisasi semakin membuka pasar Indonesia pada rentang produk asing yang lebih luas daripada sebelumnya. Hal ini semakin meningkatkan persaingan. Dengan telah banyaknya merek yang beredar di pasar Indonesia, apalagi dengan adanya gempuran dari merek-merek Cina saat ini, membuat para konsumen memiliki banyak pilihan produk dan merek, serta bebas memilih produk dan merek yang mereka sukai. Dengan demikian, para pemasar harus mampu menjadikan produk dan mereknya sebagai produk dan merek unggulan serta terpilih oleh konsumen.
Ekuitas merck (brand equity) menjadi salah satu aset terpenting sebab dapat dijadikan sebagai keuntungan kompetitif (competitive advantage). Merek juga dapat diasosisikan dengan negara asalnya (country of origin), di mana negara asal tersebut berpengaruh pada penilaian konsumen atas produk. Konsumen cenderung memiliki kesan tertentu pada produk yang dihasilkan oleh suatu negara, misalnya Jerman dengan teknologinya dan Italia dengan fashion-nya.
Perusahaan harus mampu membangun asosiasi di pemikiran konsumen yang sesuai dengan ekuitas mereknya. Pcrusahaan pun harus memiliki pengertian yang mendalam dan menyeluruh atas pemikiran konsumen Indonesia. Ketidakmampuan perusahaan untuk membaca dan membentuk persepsi konsumen atas produknya akan menghambat kesuksesan pencapaian tujuan bisnis.
Penelitian ini difokuskan untuk memberi gambaran yang mendekati mengenai pengaruh persepsi atas negara asal terhadap persepsi konsumen atas merek produk peralatan rumah tangga, ditinjau dari beberapa faktor yaitu kesan kualitas (perceived quality), atribut produk (desain, teknologi), bauran pemasaran harga dan distribusi (kemudahan menemukan barang), faktor personalitas (kebanggaan memiliki produk atau merek), satu pelayanan purna jual yang diberikan oleh perusahaan. Selain itu diteliti juga faktor-faktor keputusan pembelian pengguna produk peralatan rumah tangga dan dibandingkan dengan peta persepsi di atas.
Dari analisa dapat disimpulkan bahwa persepsi konsumen Indonesia saat ini atas merek ternyata tidak lagi secara signifikan dipengaruhi oleh asosiasi negara asal, kwcuali untuk merek-merek yang belum kuat. Hal ini membuka kesempatan bagi pemasar untuk membangun ekuitas merek yang mampu mengungguli merek pesaing. Produk negara maju secara umum memiliki image lebih tinggi di mata konsumen Indonesia dibanding dengan produk negara berkembang.
Pada akhirnya, image merek yang bagus bila tidak sesuai dengan perilaku target konsumen, tidak dapat membawa merek tcrscbut menjadi merek dominan di pasar. Terbentuknya merek yang baik (brand management) merupakan proses yang didukung berbagai aspek perusahaan termasuk bauran pemasaran, agar produk perusahaan tersedia, terjangkau dan dapat diterima.

Globalization results in Indonesian market more open to foreign product range than before. This enhances competitiveness. With many brands have existed in Indonesian market, especially with Chinese brands entering progressively, consumer have many choice of product or brand, and free to choose product or brand they prefer. Therefore, marketers have to be able to make their product or brand becoming the lead product or brand and preferred by consumer.
Brand equity is one of important asset because it could be used as company's competitive advantage. Brand could be also associated with its country of origin and the origin could give effect to consumer evaluation over a product. Consumers tend to have certain perceptions on product from certain country, such as Germany with its technology and Italy with its fashion.
Company has to be ability to build association in consumer's mind according to its own brand equity. Company also has to have deep understanding over Indonesian consumer's mind. Inability to read and build consumer perception on its product could make the company could not achieve its business target.
This research is focused to give close picture regarding effect of perception on country of origin over consumer perception on home appliance product, from few factors which are perceived quality, product attribute (design, technology), marketing mix (price and distribution), personality (pride in having the product/brand), and after sales service. Next, home appliance customer purchase decision factors also be studied and compared to perception map above.
From the analysis, it could be subtracted that Indonesian consumer perception currently over brand is not significantly effected by country of origin. But for weak brand, country of origin still gives effect higher than strong brand. This opens opportunity for marketer to build brand equity which lead competitors' brand. Product which comes from developed country has higher image in Indonesian consumer mind than from developing country.
Finally, a good brand image if could not meet its target consumer's behaviour, could not bring the brand in becoming dominant brand in market. Brand management is a process which has to be supported by every company's aspect including marketing mix to make the product available, affordable and acceptable.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18328
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Ayukusumawati
"Plastik merupakan produk olahan teknologi dengan beberapa kelemahan yang telah diubah menjadi wadah penyimpanan dari plastik yang fungsional, dan aman untuk digunakan. Tupperware sebagai perusahaan multinasional yang menjual dan memasarkan wadah-wadah terbuat dari plastik berkualitas premium, melihat kesempatan baik tersebut. Tupperware telah lama dikenal oleh konsumen Indonesia, brand awareness yang baik telah dicapai oleh Tupperware yaitu sebesar 80% (data tahun 2003), hal tersebut seharusnya diikuti dengan keinginan membeli yang tinggi oleh konsumen. Ternyata, hal tersebut tidak dirasakan oleh produk Tupperware, masih banyak ditemukan konsumen yang tidak mau membeli produk tersebut. Hal ini mengakibatkan penjualan produk Tupperware menurun sebesar 13% pada tahun 2004-2005. Oleh sebab itu penelitian ini ditujukan untuk mengkaji lebih dalam alasan konsumen membeli produk Tupperware dengan terlebih dahulu melihat ekuitas merek dari Tupperware itu sendiri. Selanjutnya akan dilihat seberapa tepatkah strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh Tupperware.
Penelitian ini dilakukan dengan mengkombinasikan desain riset eksploratori dan desain riset deskriptif, Tahap riset eksploratori dilakukan wawancara mendalam (depth interview) kepada beberapa konsumen Tupperware, sedangkan riset deskriptif yang digunakan adalah cross-sectional design dengan metode survey. Oleh karena itu, pengambilan data dari setiap responden hanya dilakukan satu kali. Responden adalah konsumen yang menggunakan wadah penyimpanan dari plastik di wilayah pemukiman Tanah Kusir dan Bintaro Jaya.
Hasil penelitian mengatakan bahwa ekuitas merek dari produk Tupperware sebagai berikut, responden telah memiliki komitmen yang tinggi untuk tetap membeli produk Tupperware. Ternyata, konsumen membeli produk Tupperware bukan karena harga melainkan faktor lain. Konsumen juga memiliki persepsi yang baik terhadap produk Tupperware, yaitu sebesar 80,98%. Asosiasi konsumen terhadap produk Tupperware adalah kualitas bagus (41%), harga mahal (23%) dan mutu terjamin (21%). Tupperware juga terbukti dapat menduduki posisi puncak dalam merek yang paling diingat dalam benak konsumen.
Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa konsumen membeli produk Tupperware karena mutu produk tersebut terjamin. Perhitungan crosstab menunjukkan bahwa sebanyak 39% konsumen yang loyal terhadap produk Tupperware mengatakan cukup setuju untuk membeli produk Tupperware dengan alasan mutu terjamin. Selain Tupperware telah memiliki persepsi yang baik dalam benak konsumen, ternyata 42% konsumennya mengatakan bahwa mereka membeli produk Tupperware karena mutu terjamin.
Dari hasil penjelasan diatas, maka saran yang dapat diberikan untuk strategi pemasaran produk Tupperware adalah lebih mengetahui perilaku konsumen yang menggunakan wadah penyimpanan dari plastik sehingga target pasar dapat dibidik dengan tepat. Strategi harga yaitu tidak menaikkan harga produknya karena telah dipandang sebagai produk mahal oleh konsumen. Selain itu, inovasi sebagai salah satu kunci sukses dari produk Tupperware, harus selalu ditingkatkan. Dalam strategi promosi, Word Of Mouth sangat berperan dalam memasarkan produk Tupperware. Mensponsori acara di televisi yang berkaitan dengan rumah tangga, ikut serta dalam bazaar, mengembangkan B2B, dan membuka Butik Tupperware dan distributor dipertokoan. Terakhir, strategi distribusi untuk Tupperware adalah meningkatkan kualitas para salesperson dengan Cara memberikan pelatihan, target pelaksanaan home party bagi salesperson, merekrut salesperson baru, dan perlunya acara gathering untuk bertukar pengalaman bagi para salesperson.

Plastic is a technologically processed product with a number of weaknesses that have been transformed to become plastic containers that are functional and safe in use, The Tupperware made by a multinational company that sells and markets plastic containers of premium quality, sees this good opportunity, The Tupperware has long been known by Indonesian consumers. The Tupperware has attained the brand awareness up to 80% (data of 2003). This condition should be followed-up by high demands by consumers. However, it was not responded by the Tupperware product, as there are still a good many consumers who refuse to buy this product. The impact was a decrease in the sale of the Tupperware product by 13% in 2004-2005. Accordingly, this study is designed to thoroughly identify why the consumers buy the Tupperware product by first looking at the equity of the Tupperware trademark itself. Further, it will be necessary to identify how accurate the marketing strategy is as adopted by the Tupperware.
This study was conducted by combining the exploratory research design and the descriptive research design. The stage of exploratory research includes in-depth interviews with a number of the Tupperware consumers. The descriptive research stage uses the cross-sectional design with the survey method. Hence, the data collection from consumers was only done once. The respondents are the consumers that use plastic containers in Tanah Kusir and Bintaro Jaya residential areas.
The results of the study show the trademark equity of the Tupperware product is that the respondents are highly committed to continue buying the Tupperware. It was found that the consumers buy the Tupperware products not for the price but for another factor. The consumers also have a good perception of the Tupperware, namely, 80.90%. The consumers' associations of the Tupperware product are that it is of good quality (41%), high price (23%) and quality warranted (21%). The Tupperware was also found to be at the top position in the list of trademarks the consumers remember the most.
It was also found in the study that the consumers buy the Tupperware product because the quality is warranted. The cross tab equation shows that 39% of the consumers loyal to the product said they agree that buying the Tupperware product means buying for the warranted quality. Besides having successfully attained perception in the minds of the consumers, it was found that 42% of the consumers stated they buy the Tupperware for the warranted quality.
From the above findings of the study, the recommendation for the Tupperware product marketing is to identify the behavior of the consumers using the plastic containers so that the marketing could be better targeted. The price strategy should be not to increase the price as the consumers see it as an expensive product. Besides, innovations as one of the keys to success for the Tupperware product should be improved, In the promotional strategy, the World of Mouth has an important role in the marketing of the Tupperware products. Other recommendations include sponsoring TV programs pertaining to household activities, participation in bazaars, developing B2B, and starting a Tupperware Boutique as well as distributors in shops. Finally, the distribution strategy for the Tupperware product will require improving the quality of the salespersons through training, home party for salespersons, recruitment of new salespersons, and initiating gatherings for exchange of experience among the salespersons.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19763
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Williams, Viska Carolus
"ABSTRAK
Fenomena Metrosexual terjadi di Jakarta. Sebagai pria yang peduli pada penampilan, salon seharusnya bisa menjadi tempat yang diminati segmen baru ini. Namun salon tidak sepopuler produk (baik barang maupun jasa) yang secara khusus menyasar pasar pria metroseksual. Di Jakarta, belum ada salon (bukan barbershop) yang dikhususkan untuk pria metroseksual. Padahal segmen pasar ini sangat potensial karena daya beli mereka tinggi. Produsen terpaku pada bagaimana mengemas produk (barang dan jasa) semenarik mungkin dan berfokus pada sisi produsen tanpa memikirkan sisi konsumen seperti risiko-risiko yang ada di benak konsumen (perceived risks) misalnya psychosocial risk, physical risk, financial risk, temporal risk dan performance risk. Risiko ini bisa menghambat proses pengadopsian (barang dan) jasa. Mengenali risiko yang ada di benak konsumen dan tidak melulu terpaku pada sisi produsen, akan membantu pihak pengelola salon, mencari cara mengurangi risiko (risk reducing strategies) yang ditakuti konsumen sehingga menimbulkan minat beli konsumen pria metroseksual sebagai konsumen yang berpengalaman dan bukan first time user. Bagi pria metroseksual di Jakarta, dari kelima risiko, yang paling kuat pengaruhnya terhadap minat beli adalah financial risk, psychosocial risk dan performance risk.

ABSTRACT
Metrosexual men trend have spread to Jakarta. As men who care about their appearance, the salon is likely to be their favorite place. However, goods and services that are targeted to metrosexual men are preffered over and above time at the salon. In Jakarta, the many salons (with the exception of barbershops) have yet to focus their service towards metrosexuals. But actually the business opportunity is substantial in this untapped segment because metrosexual men have a high level of disposable income. Businesess focus on making their products interesting and presentable, but they often times fail to address the concern of the consumer regarding the risks on their side (perceived risks) such as psychosocial risk, physical risk, financial risk, temporal risk and performance risk. These risks could hamper the products? adoption process. Recognizing the risks that exist in the minds of consumers and not solely fixated on the business side, will help business, in this case: salon, look for the ways to reduce the risks of negative perception towards the salon. Alleviating these risks, which is called risk-reducing strategies, will ensure more purchase intention by metrosexual men, who mostly are the experienced consumer and not the first time buyer. The result, from all the five perceived risks proves that: financial risk, psychosocial risk and performance risk are the biggest influence in purchase intention toward metrosexual men in Jakarta."
2013
S44423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anom Karnowo
"Pada tiga dekade terakhir ini, peningkatan kepedulian konsumen terhadap lingkungan semakin besar, dan isu pemasaran hijau mulai bergeser dari sekedar nilai tambah menjadi hal yang utama. Seperti halnya kasus di luar negeri, di Indonesia walaupun banyak faktor yang mendorong konsumen untuk menggunakan produk ramah lingkungan, peningkatan respon pasar untuk membeli produk ramah Iingkungan jauh dari kata sukses di pasar. Sebagian besar produk ramah lingkungan memiliki market share yang rendah.
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk dalam bentuk ketertarikan, kepemilikan, penggunaan, konsumsi yang dapat memberikan kepuasan dari keinginan (want) dan kebutuhan (need) yang tidak hanya sebatas berbentuk tangibel (orang, tempat, property organisasi, informasi dan kejadian) tapi juga intangible (ide, service dan pengalaman) (Kotler, 2003).
Produk ramah lingkungan menurud Redjellyfish (2003) adalah produk organik atau modifikasi genetik dari organisme yang keseluruhan produknya mampu didaur ulang, tidak melakukan test terhadap hewan dan merupakan hasil dari proses produksi bersih.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sifat dari produk atribut, harga, kualitas dan sifat dari persepsi konsumen terhadap konsekuensi lingkungan dan konsekuensi individu dihubungkan dengan dorongan pembelian produk ramah lingkungan.
Penelitian ini menggunakan NonProbability Judgment Sampling atau Purposive Sampling teknik. Populasi dari penelitian ini adalah responden pria dan wanita dewasa (15-60 tahun) yang sedang atau pemah membeli produk toiletters/kosmetik ramah lingkungan dari berbagai merek (Body Shop, Wood of Windsor dan Oriental Princess) dan produk toileters/kosmetik konvensionaVumum dari berbagai merek (Sariayu, Mustika Ratu, Viva, Avon, Orfame, Pixy, Revlon, Mirabella, Produk Unilever, Produk P&G, Produk Wings), selama kurun waktu 6 bulan terakhir.
Pengolahan data dilakukan dalam dua tahap; Tahapan pertama, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Faktor Analisis pada setiap konstruk yang ada pada model penelitian. Tahapan kedua, dilakukan teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitan menunjukkan bahwa atribut produk, persepi harga dan persepsi nilai, tidak berpengaruh signifikan terhadap dorongan pembelian sedangkan konsekuensi lingkungan dan konsekuensi individu secara signifikan berpengaruh terhadap dorongan pembelian produk.
Atribut produk, persepsi nilai, persepsi harga dan persepsi nilai tidak mendorong konsumen untuk membeli, hal ini disebabkan mininmya pengetahuan konsumen tentang produk. Ada dua kemungkingan pengetahuan konsumen tentang produk sangat minim, yaitu konsumen kurang/jarang melakukan pembelian (frekuensi pembelian yang kecil) atau komunikasi pemasaran produk tidak sampai kepada konsumen.
Minimnya komunikasi pemasaran berupa iklan dan promosi pada produk ramah lingkungan, menyebabkan pesan produk (atribut produk, harga, kualitas dll) tidak sampai menimbulkan dorongan pembelian. Konsumen hanya membeli produk sebatas pada persepsi mereka tentang produk ramah lingkungan itu sendiri, bahwa produk ramah lingkungan itu tidak memberikan konsekuensi negatif kepada pribadi dan lingkungan di sekitarnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20345
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>