Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203654 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Lentari Nisfidah
"Produk private label brand di Indonesia menunjukkan pertumbuhan dan adopsi yang lambat. Alasan dari lemahnya adopsi private label brand di Indonesia adalah karena sifat konsumen Indonesia yang brand loyal dan minimnya usaha retailer dalam mengiklankan produknya sehingga konsumen mempertanyakan kualitas produk private label brand. Ditengah lemahnya adopsi private label brand dan berkembangnya pasar konsmetik domestik, Sephora masuk ke pasar Indonesia sebagai retailer baru dengan menjual private label brandnya sendiri. Riset ini meneliti tentang perceived product quality, perceived risk, perceived relative price terhadap customer value dan willingness to rebuy terhadap private label brand Sephora. Olah data penelitian ini menggunakan LISREL-SEM.
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa perceived product quality dan perceived price mempengaruhi perceived value yang berujung kepada willingness to rebuy produk private label brand Sephora. Pada penelitian ini perceived value terbukti memediasi perceived quality dan perceived price terhadap willingness to rebuy dan perceived quality terbukti memediasi perceived relative price terhadap perceived value. Sementara itu, perceived risk terbukti tidak memiliki pengaruh terhadap perceived value dan perceived risk terbukti tidak memediasi perceived quality dan perceived value produk private label brand Sephora.

The growth and adoption of private label brand in Indonesia is proven to be sluggish. The reason behind the fall of private label adoption is because Indonesian consumers tend to be brand loyal and the retailers put less effort to advertise its private label brand product so that the quality of private label brand is questioned. In the fall of private label brand adoption and in the rise of the domestic cosmetics market industry, Sephora as an new entry player in the market sell its own private label brand. This research examines the impact of perceived product quality, perceived risk, perceived relative price towards customer value and willingness to rebuy of private label brand Sephora. The research data is run by LISREL SEM.
The result of this research show that perceived product quality and perceived price influenced perceived value which also impacted willingness to rebuy Sephora's private label brand products. In this research perceived value is proven to mediate perceived quality and perceived price towards willingness to rebuy also perceived quality is proven to mediate perceived relative price towards perceived value. Meanwhile, perceived risk is proven having no impact on perceived value and perceived risk is proven having no mediating effect on perceived quality and perceived value of Sephora s private label brand products.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S66153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defi Yanti
"Dewasa ini konsumen banyak disuguhi dengan berbagai macam merek untuk berbagai kategori produk. Menyadari pentingnya merek, kecenderungan trend saat ini menunjukkan bahwa mulai banyak bermunculan store brand Retailer mulai menyadari bahwa mereka memiliki potensi untuk menjadi pemain dalam dunia permerekan (Dlins, 2000). Hal ini tentunya akan merubah hubungan antara retailer dan manufaktur merek nasional dari hubungan kerjasama menjadi persaingan (Pauwels & Srinivasan, 2003). Jika store brand dan merek nasional menarik konsumen yang sama, maka akan muncul persaingan yang sangat ketat antara manufaktur dan retailer dalam merebut pangsa pasar.
Dari latar belakang permasalahan di atas, penulis ingin meneliti mengenai apakah nilai belanja konsumen store brand sama dengan nilai belanja konsumen merek nasional juga nilai belanja konsumen yang cenderung membeli ulang store brand daripada merek nasional dan nilai belanja konsumen yang cenderung membeli ulang merek nasional daripada store brand selanjutnya apakah nilai belanja konsumen berpengaruh secara signifikan pada pembelian ulang merek Unit analisis adalah konsumen Hero Supermarket Tbk yang dalam sebulan sedikitnya tiga kali berbelanja di supermarket ini dengan jumlah responden sebanyak 100 orang responden.
Adapun tujuan penelitian ini meliputi :
a. Untuk mengetahui segmen pasar pembeli ulang store brand atau merek nasional itu berbeda atau sama ditinjau dari nilai belanja.
b. Untuk mengetahui nilai belanja konsumen yang membeli ulang store brand dan merek nasional.
Penelitian dibatasi pada Hero Supermarket Tbk khususnya Hero Pondok lndah Mal, Hero Mampang dan Hero Depok Penelitian hanya menggunakan variabel nilai belanja konsumen dalam menentukan konsumen dalam hal pembelian ulang store brand atau merek nasional. Kategori produk yang diteliti adalah convenience goods.
Pengumpulan data dilakukan dengan alat penelitian berupa kuesioner untuk mengukur variabel penelitian yang mengacu pada penelitian Ailawadi et al (2001) dan Babin et al (1994). Penguuran variabel penelitian dengan kuesioner dilakukan dengan skala likert (metrik) dan category (non metrik).
Pada penelitian ini, pengolahan data menggunakan factor analysis guna melihat apakah variabel yang teramati memang dapat mengukur variabel laten yang bersangkutan. Data juga diolah dengan independent samples t test yang menunjukkan bahwa nilai belanja konsumen dari stare brand berbeda secara nyata dengan nilai belanja konsumen dari merek nasional. Hal ini menunjukkan bahwa retailer dan manufaktur dapat menghindari persaingan dengan fokus pada masing - masing segrnen. Selanjutnya data juga diolah dengan menggunakan logistic regression yang menunjukkan basil bahwa konsumen dengan nilai belanja utilitarian cenderung membeli clang store brand daripada merek nasional yang merupakan apathetic shopper dan ingin menyelesaikan kegiatan berbelanja dalam waktu singkat karena bagi konsumen ini berbelanja merupakan suatu tugas atau beban serta loyal pada retailer. Sebaliknya, konsumen dengan nilai belanja hedonik cenderung membeli ulang merek nasional daripada store brand yang merupakan active shopper dan menganggap berbelanja merupakan kegiatan yang menyenangkan serta tidak loyal pada retailer. Data juga diolah dengan menggunakan crosstab yang menunjukkan basil bahwa nilai belanja dan pembelian ulang merek produk memiliki asosiasi yang signifikan dimana konsumen dengan nilai belanja hedonik cenderung membeli ulang merek nasional sedangkan konsumen dengan nilai belanja utilitarian cenderung membeli ulang store brand. Hasil penelitian sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ailawadi et al (2001) dimana dikatakan pengguna store brand dicirikan dengan psikografis yang berhubungan dengan nilai utilitarian, sedangkan pengguna merek nasional dicirikan dengan psikografis yang berhubungan dengan nilai hedonik.
Implikasi manajerial dari penelitian ini adalah dengan berbedanya segmen pasar store brand dan merek nasional serta asosiasi yang signifikan antara nilai belanja dan pembelian ulang merek produk dapat dimanfaatkan oleh retailer dan manufaktur untuk fokus dengan masing --masing segmen pasar. Retailer fokus pads konsumen dengan nilai belanja utilitarian dengan melakukan strategi pemasaran yang diarahkan guna mendorong pembelian lebih banyak dengan menambah kategori produk store brand, mengembangkan program membership, display produk yang menarik, meningkatkan kualitas produk, store brand diletakkan berdampingan dengan merek nasional, konsep serba ada sehingga konsumen tidak mencari ke tern pat lain. Manufaktur fokus pada konsumen dengan nilai belanja hedonik dengan membangun saluran distribusi yang baik sehingga produknya tersebar di berbagai retailer dan dapat diperoleh dengan mudah oleh konsumen, melakukan inovasi produk maupun pengembangan produk barn serta melakukan promosi yang gencar."
2004
T19331
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dennis Mayasari
"Banyak dari masyarakat kita yang berbelanja tanpa mengetahui bahwa mereka sama sekali tidak membutuhkan barang yang mereka beli. Berbelanja saat ini merupakan jawaban alas segata kebutuhan dan keinginan dari konsumen, walaupun dewasa ini motif sosial menjadi latar belakang yang panting untuk ditelusuri, karena berbelanja merupakan salah satu aktivitas yang konsumtif. Dan semakin berkembangnya gaya hidup masyarakat terutama di kota-kota besar menyebabkan berbelanja bukan hanya sekedar suatu aktivitas pembelian barang atau jasa, tetapi sesungguhnya lebih rumit dan kompleks dibandingkan yang kelihatan di permbkaan.
Pada karya akhir ini digunakan pendekatan perilaku konsumen sebagai acuan untuk melihat lebih jauh proses yang terjadi pada saat individu atau konsumen memilih, membeli, menggunakan, dan membuang barang atau jasa yang dibelinya, ide bahkan pengalaman yang pernah dialaminya yang kesemuanya itu berguna bagi pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen itu sendiri. Sudut pandang individu atau konsumen sebagai pemegang peran mengakibatkan individu tersebut memiliki cara pandang, aturan bahkan penampilan yang berbeda pula yang sejalan dengan peran yang dilakoninya, selain dari tuntutan akan perubahan jaman dan gaya hidup dimana individu itu berada.
Factory outlet di Bandung merupakan salah satu alternatif tempat belanja yang menyenangkan bagi sebagian besar masyarakat Jakarta. Mengingat pertumbuhan factory outlet di kawasan tersebut semakin ramai. Padahal sat ini banyak pula factory outlet yang berdiri di Jakarta, tetapi mengapa tetap saja konsumen pergi ke factory outlet yang ada di Bandung. Apa yang ada di pikiran dan benak sebagian besar konsumen Jakarta pada saat mereka memilih untuk lebih berbelanja ke factory outlet di Bandung ? Sebagai wadah bare, factory outlet telah menjadi suatu daya tank tersendiri. Factory outlet menjadi penyedia sarana untuk memenuhi dorongan konsumtif dengan iming-iming harga yang murah, yang sangat jauh berbeda dibandingkan produk aslinya sehingga terus-menerus menjadi pendorong bagi konsumen untuk membeli barang-barang yang mungkin sesungguhnya tidak terlalu dibutuhkan. Tidak aneh jika banyak konsumen di Jakarta yang rela bennacet-macet di jalan raya pada akhir minggu, menyetir mobil dari Jakarta ke Bandung, hanya demi sekedar satu atau dua potong pakaian_ Pada hari libur atau akhir minggu, factory outlet tersebut penuh dijejali oleh pengunjung yang sebagian besar adalah konsumen dari Jakarta.
Nita dapat melihat bahwa masing-masing individu tersebut memiliki persepsi yang berbeda tentang pilihan mereka untuk tetap datang ke factory outlet di Bandung. Persepsi itu sendiri diartikan sebagai suatu proses bagaimana suatu rangsangan dari luar diartikan, dipilih dan dianalisa melalui panca indera manusia. Belum lagi pengaruh dari prang lain yang ikut menentukan apa yang menjadi keinginan konsumen sangatlah kuat. Hal tersebut dipandang sebagai purlieu mengapa konsumen di Jakarta memilih pergi ke Bandung dari sekian banyaknya pilihan factory outlet di Jakarta. Meski setelah penelitian dilakukan, ternyata atribut yang didapat belum memenuhi sepenuhnya gambaran dari persepsi yang ada di benak konsumen, tetapi atribut dasar seperti faktor kualitas barang, pelayanan, harga dan pengalaman belanja di factory outlet Bandung tetap merupakan faktor kunci bagi pengembangan atribut persepsi selanjutnya.

Some people shop even though they do not necessarily intend to buy anything at all, whereas others have to be dragged to a mall. Shopping is a way to acquire need products and services, but social motives for shopping also are important. Shopping is an activity that can be performed for either utilitarian or hedonic. Indeed, some researchers suggest that most woman shop to love while men are shop to win. Obviously, there are many exceptions to this view points, but nonetheless it is clear that the reason we shop are more complex than may appear on the surface.
In this research, using the consumer behavior approach as a general guideline to see the processes involved when individuals or groups select, purchase, use or dispose of products or services, ideas, or even experiences to satisfy needs and desires. The perspective of role theory takes the view that much of consumer behavior resembles actions in play, and as in a play, each consumer has a different lines, props and costume necessary to put on a good performance., instead of the dynamical changing in the urban lifestyles where the people takes place.
Factory Outlet in Bandung is one of the alternatives to go for most people in Jakarta. As these factory outlet growth very fast in that area, even there are many similar factory outlet in Jakarta. But why people prefer go to Bandung then ? What is on their mind while they are deciding go to Bandung for shopping even only for one or two pieces cloths? We might say that factory outlet is becoming a new phenomena at this point that they provide such a hedonic consumption, low price in order to attract people buying without knowing they need it or not. It is common today for seeing many people in Jakarta facing the heavy traffic way to Bandung on weekend and long holiday.
We may see that each of them have their own perceptions, needed or desires. Perception is the process by which these sensation or immediate response are selected, organized, and interpreted in order to give them meaning. Perceptions of brand comprise both its functional attributes and symbolic attributes. As we generally think that consumer is a person who identifies a need or desires, making a purchase decision and pass the three stages of consumption process. In many cases, different people may be involved in this sequence of events_ The purchaser and user might not be the same person. Another person may act as influencer, providing recommendation for certain products without actually buying or using them. Finally, consumers may take the decision involved in purchasing products that will be used by many.
After analyzing the product attribute that might have correlations into perception, it is suggested that next research should have more widely attributed to be analyzed instead of more sample of respondent. Four perceptions attributed such as product quality, service, price and experience may become basic attributed to be explored in the next future.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theophilus J. Riyanto
"Penelitian kualitatif tentang McDonald's dalam Kebudayaan Konsumen Amerika melalui kajian literatur menekankan pada makna denotatifdan konotatif McDonald's bagi konsumennya yaitu masyarakat pekerja kelas menengah bawah Amerika dalam kurun waktu dua dasa warsa pertama sejak berdirinya McDonald's tahun 1955. Sumber kajian utama penelitian ini adalah teks-teks resmi McDonald's yang ada dalam situs www.mcdonald.com dan dua pustaka yang ditulis oleh Gary Henriques dan Andre DuVall, McDonald's Collectibles: Identification and Value Guide dan yang ditulis oleh Ray Kroc dan Robert Anderson, Grinding It Out: The Making of McDonald's. Teori-teori yang dipakai dalam analisis ini adalah teori-teori tentang kebudayaan (pemikiran-pernikiran dari Ralph Linton, Raymond Williams, Norman K. Denzin), kebudayaan konsumen (pemikiran-pemikiran dari Mike Featherstone dan Don Slater), gaya hidup (pemikiran dari David Chaney), dan restoran cepat saji (pemikira dari Richard Pillsbury), Dalam analisis diteinukan bahwa pertumbuhan dan perkembangan McDonald's yang pesat, ideologi McDonald's, dan makna denotatifdan makna konotatif (makna emosional, sosial, dan budaya) McDonald's bagi konsumennya menunjukkan bahwa ada hubungan timbal balik yang saling berkaitan antara McDonald's, konsumennya, dan masyarakat pada waktu itu. Hal ini menciptakan suatu gaya hidup masyarakat dalam berkonsumsi atau mengkonsumsi komoditas yang mempengaruhi perkembangan kebudayaan konsumen Amerika pada masa itu.

This qualitative research on McDonald's in the American Consumer Culture through a text analysis focuses on the denotative and connotative meanings of McDonald's for its consumers, that is, the working American of low middle-class people in the fist two decade since the opening of McDonald's in 1955. The main sources of the analysis are the formal texts from the website of McDonald's (www.mcdonald.com), and the two texts on McDonald's written by Gary Henriques and Andre Duvall, McDonald's Collectibles: Identification and Value Guide and written by Ray Kroc and Robert Anderson, Grinding It Out: The Making of Mc Donald?s. The theories used in the analysis are the theories on culture (Ralph Linton, Raymond Williams, Norman K. Denzin), consumer culture (Mike Featherstone and Don Slater), lifestyle (David Chaney), and fast-food restaurant (Richard Pillsbury). In the analysis, it comes to be true that the fast growth and development of McDonald's in that period, tile ideology of McDonald's, and the denotative and connotative meanings (emotional, social, cultural meanings) of McDonald's for its customers indicate that there is interdependent relation among McDonald's, its consumers, and the society. It creates people's lifestyle in consuming commodities that influences the development of the American consumer culture in that period."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T20281
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Yusuf Kosim
"Berdasarkan perbedaan etnosentrisme konsumen di berbagai negara, maka penelitian ini menguji pengembangan model penelitian Reardon, Miller, Vida, dan Kim (2005:743). Jika penelitian Reardon et al. (2005:743) tentang etnosentrisme pada sikap konsumen terhadap iklan dan merek di Amerika, Slovenia, dan Kazakhstan, maka penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan konteks produk rokok.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh positif etnosentrisme pada sikap konsumen terhadap iklan rokok lokal, untuk mengetahui pengaruh positif etnosentrisme pada sikap konsumen terhadap merek rokok lokal, dan untuk mengetahui pengaruh sikap konsumen mengenai iklan rokok lokal terhadap sikap konsumen mengenai merek rokok lokal.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik convenience sampling. Sampel diambil dari populasi mahasiswa Universitas Indonesia yang mengkonsumsi rokok. Selanjutnya data penelitian dianalisis menggunakan structural equation modeling (SEM) dengan software LISREL 8.30 untuk mengetahui hubungan secara simultan antar variabel.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh positif etnosentrisme pada sikap konsumen terhadap iklan dan merek rokok lokal. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat pengaruh positif sikap konsumen mengenai iklan rokok lokal terhadap sikap konsumen mengenai merek rokok lokal. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia sebagai negara berkembang memiliki konsumen yang masih mencintai produk lokal yang dapat dijadikan untuk pengembangan ekonomi. Iklan rokok lokal yang materi, konteks, dan pesan iklannya mengandung keragaman budaya Indonesia menimbulkan minat untuk membeli merek rokok lokal.
Implikasi manajerial, berdasarkan pengaruh positif etnosentrisme pada sikap konsumen terhadap iklan dan merek rokok di Indonesia dapat dijadikan sebagai informasi untuk melakukan pengembangan pemasaran. Bagi perusahaan rokok lokal, basil penelitian ini dapat dijadikan acuan bahwa rokok lokal masih menjadi pilihan utama untuk dikonsumsi oleh orang Indonesia. Bagi perusahaan rokok impor, strategi joint venture atau aliansi dengan perusahaan rokok lokal dapat lebih efektif diterapkan di Indonesia.
Kata kunci: etnosentrisme konsumen, sikap terhadap iklan, sikap terhadap merek, rokok, Indonesia.

Based on consumer ethnocentrism difference in many countries, this research wants to test the research model development of Reardon, Miller, Vida and Kim (2005:743). While Reardon et al (2005:743) conducted their research to consumer ethnocentrism of brand and ad attitude in the United States, Slovenia and Kazakhstan, this research focuses in cigarette products and is conducted in Indonesia.
This research wants to figure out the positive effect of ethnocentrism to consumer ad attitude towards local cigarettes, to figure out the positive effect of ethnocentrism to consumer brand attitude towards local cigarettes and to figure out the effect of consumer ad attitude towards consumer brand attitude for local cigarettes.
This research uses survey method and data collection is done using convenience sampling. Sample is taken from the population of University of Indonesia students that consume cigarettes. Research data is analyzed using structural equation modeling (SEM) with LISREL 8.30 software to get simultaneous relations among variables.
This research shows that there is a positive effect of ethnocentrism to consumer ad and brand attitude towards local brand cigarette. It also shows that, for local brand cigarettes, there is a positive effect of consumer ad attitude towards consumer brand attitude. This result indicates that Indonesia as a developing country still has economically potential market and consumer that love local products. Local cigarette ad that contain message, material and context of varied Indonesian culture drives the interest to buy local brand cigarettes.
The managerial implication; based on the ethnocentrism positive behavior of the consumer attitude on the advertisement and cigarette brand in Indonesia, it shows that the local cigarette advertisement and brand still manage to be the first choice and fond of by the local cigarette consumer. For the local cigarette company, this result research could be the turning point for not doubtful to develop the local market as the high consumer ethnocentrism. Meanwhile, for the foreign cigarette company, the joint venture or alliance between the foreign cigarette company and the local cigarette company could be more effective to be implemented in Indonesia that has high ethnocentrism consumer (Reardon et al., 2005:750).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20268
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Suryadi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas iklan bentuk metafora, yaitu dengan melihat sikap, intensi konsumen untuk membeli setelah melihat iklan, dengan cara dibandingkan dengan bentuk iklan non metafora. Selain itu penelitian juga ingin mengetahui pada tipe manfaat (promosi atau prevensi) mana yang Iebih efektif: Penelitian juga melihat efek dari bentuk, tipe serta dari perpaduan antara bentuk dan tipe iklan. Kemudian dilihat juga penerapan iklan metafora yang lebih mengena pada tiga tingkatan NCog (tinggi, sedang dan rendah) dan hasil penelitian ditemukan iklan metafora lebih efektif jika dibandingkan dengan iklan non metafora. Perpaduan antara bentuk metafora dengan tipe promosi dalam iklan menghasilkan sikap positif terhadap iklan dan produk serta intensi membeli yang besar, dibanding perpaduan bentuk metafora dengan prevensi, bentuk non metafora dengan promosi dan bentuk non metafora dengan prevensi. Penelitian juga menemukan penerapan iklan metafora oleh partisipan pada tingkatan NCog sedang lebih positif dibanding partisipan yang memiliki NCog tinggi dan rendah."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20464
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victor Abdi Negara
"Saat ini ada pergeseran ke arah Integrated Marketing Communications (IMC), yang melibatkan pengkoordinasian dari berbagai elemen promosi dan aktivitas pemasaran lainnya untuk berkomunikasi dengan konsumen. Karena iklan merupakan salah satu elemen panting dalam bauran promosi, perusahaan harus mendesain iklannya agar tujuan komunikasi dan promosi yang dilakukan bisa tercapai. Salah satu cara adalah menggunakan endorser yang memiliki kredibilitas tinggi dan ditunjang dengan kredibilitas perusahaan, sehingga terbentuk sikap yang positif terhadap iklan, merek, dan intensi membeli produk bersangkutan.
PT. Unilever Indonesia, Tbk adalah salah satu produsen barang-barang konsumen yang sudah lama berdiri dan beroperasi di Indonesia. Salah satu produk Unilever yang cukup sukses di pasaran adalah sabun mandi cair Lux Ekstrak Green Tea, yang diposisikan sebagai sabun kecantikan untuk mendapatkan pesona para bintang.
Perumusan masalah penelitian ini adalah analisis pengaruh dan kredibilitas artis sebagai endorser dan kredibilitas PT. Unilever Indonesia, Tbk sebagai produsen pada sikap terhadap iklan, sikap terhadap merek, dan intensi membeli produk sabun mandi cair dari konsumen.
Penelitian ini didasarkan pada Dual Credibility Model (DCM) yang mencoba melihat pengaruh dari kredibilitas perusahaan dan kredibilitas endorser pada sikap terhadap iklan, sikap terhadap merek, dan intensi membeli. DCM terdiri atas 5 (lima) variabel.
Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis faktor untuk menguji validilasnya dan menggunakan Cronbach?s Alpha untuk menguji reliabilitasnya.. Selanjumya dilakukan analisis statistik menggunakan analisis regresi berganda, untuk menguji hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kredibilitas endorser dan kredibilitas perusahaan (PT. Unilever Indonesia, Tbk) memiliki pengaruh pada sikap seorang konsumen terhadap iklan sabun mandi cair Lux Ekstrak Green Tea. Dan penelitian ini juga dapat dijelaskan bahwa kredibilitas perusahaan dan sikap terhadap iklan memiliki pengaruh yang kuat dan positif pada sikap terhadap merek. Selanjutnya didapatkan bahwa intensi membeli untuk produk sabun mandi cair Lux Ekstrak Green Tea hanya dipengaruhi oleh kredibilitas perusahaan dan sikap konsumen terhadap merek tersebut. Sedangkan sikap terhadap iklan sabun mandi cair Lux Ekstrak Green Tea tidak mempunyai pengaruh terhadap intensi membeli produk tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasmir
"Perkembangan perekonomian Indonesia pada kondisi saat ini belum pulih sepenuhnya. Meskipun kondisi perkembangan perekonomian yang belum pulih, namun tidak menghalangi pelaku bisnis untuk terus meiakukan usaha dan investasi untuk mendapatkan keuntungan. Di antara berbagai macam peluang usaha yang menjanjikan, bisnis di bidang rumah rnakan yang menggunakan konsep franchising mengalami perkembangan yang menjanjikan. Berbagai macam rumah makan lokal Indonesia yang menggunakan konsep franchising dapat berkembang dengan balk.
Meskipun perkembangan franchising lokal Indonesia cukup pesat, namun barn beberapa pengusaha di Indonesia yang memanfaatkan peluang sistem ini. Salah sate rumah makan yang menggunakan sistem franchising ini adalah rumah makan ayam bakar "'Wong Solo" yang dimiliki oleh Puspo Wardoyo melalui PT Sarana Bakar Digdaya.
Di tengah persaingan yang begitu ketat antarfranchising lokal yang bergerak dalam bidang rumah makan yang menyediakan ayam goreng/bakar sebagai menu utama, tentunya suatu waralaba lokal harus mampu membaca faktor-faktor dan variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih makan di suatu rumah makan untuk tetap menienangkan persaingan.
Karya akhir ini adalah penelitian mengenai faktor-faktor dan variabel-variabel yang akan membentuk suatu model bagi proses pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making process). Rumah makan yang mampu menangkap dan mengetahui dengan balk faktor-faktor dan atribut-atribut yang menyusun model pengambilan keputusan konsumen ini akan mendapatkan suatu keuntungan strategis dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya dalam menerapkan strategi pemasarannya.
Dalam karya akhir ini akan dilakukan pengambilan data secara primer melalui kuesioner dan secara sekunder melalui studi kepustakaan. Data-data yang akan diambil secara primer meliputi pertanyaan-pertanyaan yang dibentuk dalam skala Likert untuk menggambarkan tahapan-tahapan yang ditempuh konsumen Wong Solo dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu juga .dikumpulkan informasi demografik dari responden tersebut. Pengambilan data secara primer dilakukan terhadap konsumen Wong Solo sebanyak 250 orang, dengan data yang akan diolah sebanyak 1 20 data, sedangkan 130 data yang lain sebagai data cadangan untuk menghindarkan sampling error.
Data-data yang telah diambil akan diolah dengan Program AMOS versi 4.0 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi, regression weight, dan persamaan linier dari model consumer decision making process ini. Dengan mengetahui hasil olahan ini, maka dapat dilakukan analisis mengenai proses pengambilan keputusan konsumen Wong Solo. Hasil analisis akan memberikan informasi mengenai karakteristik konsumen Wang Solo dalam mengambil keputusan.
Penulis juga berusaha memberikan masukan atau perbaikan bagi Wang Solo dalam strategi pemasarannya dalam melakukan penelitian ini.

At this moment, the Indonesian economic growth has not been fully recovered yet. Despite of this economic condition, it will not prevent entrepreneurs from investing for profit. Amongst some promising business opportunities, franchised restaurants have experienced promising development. Many of local Indonesian franchised restaurants have significant growth.
Instead of significant growth experienced by Indonesian local franchisings, in reality, there are only some entrepreneurs whose make use of this franchise system. One of the franchising is "Wong Solo" which is owned by Mr. Puspo Wardoyo through PT. Sarana Bakar Digdaya.
In the middle of tough competition between local Indonesian franchisings whose serve in'fried and roasted chicken as main menu, it will need an ability to observe factors and attributes which influence consumers decisions in choosing restaurants.
This final assignment is a research about factors and variables which will form a model for consumer decision making process. The restaurant who is able to catch and know well about the factors and variables which will form consumer decision making process model, will get a strategic benefit compared to its' competitors in implementing its' marketing strategy.
In this final assignment, primary data sampling will be collected through questionnaire. Secondary data will come from literature study. Primary data will be including Likert Scales questionnaire to give description for stages which will be used by Wong Solo's customers in decision making process. Beside primary data, demographic information will also be collected from the respondents. Primary data will be collected from 250 Wong Solo's customers. The data which will be analyzed is 120 data. Meanwhile, the other 130 will be used as back up data, in case of error sampling data.
The already-collected data will be run with AMOS 4.0 with the purposes to get the significant grade, regression weight, and also the linier equation of this consumer decision making process model. By knowing this result, then the analyze about consumer decision making process can be done. The result will give information regarding Wong Solo's customers' characteristic in decision making process.
In this occasion, the writer also tries to give some improved ideas for Wong Solo in its' marketing strategy.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18323
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Fairuzannur Yura Rizqullah
"ABSTRAK
Bear dalam risetnya mengajukan konsep baru yang bisa di gunakan di dalam strategi media sosial dimana kebanyakan dari konsumen online mengharapkan balasan dari sebuah perusahaan dalam durasi waktu 60 menit. Internet telah merubah perilaku konsumen,dimana mereka mengharapkan semua untuk terjadi cepat, gratis, dan sesuasi dengan cara yang mereka inginkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan efektifitas dari konsep tersebut melalui kacamata praktik hubungan masyarakat. Menggunakan Acer Indonesia sebagai objek observasi, telah ditemukan bahwa konsep tersebut bekerja dengan lancar yang terbukti memberikan kepuasan konsumen tingkat tinggi dan membangun kesan brand yang bagus. Observasi diselesaikan dengan mengumpulkan data selama 30 hari berturut-turut di bulan November 2015 dari postingan konsumen di halaman Facebook Acer Indonesia.

ABSTRACT
Bear’s findings on his research propose a new concept to be applied on social media strategy whereby most of the consumers online expect a reply from the company within 60 minutes. The internet has changed the consumer attitude, they want everything fast, free, and the way they want it. This paper examines to prove the effectiveness of the concept through the lenses of public relations practice. Using Acer Indonesia as an object of observation, it has been found that the concept is working seamlessly providing a high customer satisfaction and building a good brand image. The observation was done by collecting data during 30 consecutive days on November 2015 from consumer post on Acer Indonesia Facebook page."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>