Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195814 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2008
TA1708
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Esty Titi Astini
Depok: Universitas Indonesia, 2000
TA968
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Fishes are an economical and healthy source of protein for the majority of the world community. However the concentration of mercury in fish due to anthropogenic emissions pose health risks to humans. The concentration of organic mercury (methylmercury) dominates 80-90 persen total mercury concentrations in fish flesh. The Accumulation of mercury increases with the rise of water temperature, organism age, time of exposure, and the concentration of protein- bound mercury. The decline in salinity or hardness, pH, organic matter content, and the presence of Zn, Cd, or Se in solution will also increases the accumulation of mercury. The rate of accumulation of methylmercury in fish affects the toxicity, in which a low rate of accumulation associates with a higher tolerance. "
575 OSEANA 39 (4) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Ulfiati
"Jaminan mutu hasil pengujian laboratorium yang dapat menentukan kompetensi laboratorium, antara lain dari hasil uji banding antar laboratorium atau uji profesiensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi presisi dan akurasi data hasil uji dalam rangka penjaminan mutu laboratorium. Penelitian ini mengambil kasus penyelenggaraan uji profesiensi pelumas yaitu Asia Pacific Laboratory Accreditation Cooperation Proficiency Testing Programme yang diselenggarakan oleh Komite Akreditasi Nasional bekerjasama dengan PPPTMGB LEMIGAS pada tahun 2014 dengan parameter uji meliputi Viskositas Kinematik pada 40oC dan 100oC, Viskositas pada Suhu Rendah (Metode CCS), Angka Basa Total, serta Sifat Penguapan (Metode Noack). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa data hasil uji yang tidak memuaskan untuk parameter viskositas 40°C dan 100°C masing-masing adalah 19,51% dan 10.26%, TBN 8,00%, CCS 5,56% dan untuk Sifat Penguapan (Metode Noack) seluruhnya memuaskan. Sedangkan %RSD paling rendah adalah viskositas kinematik pada 40°C sebesar 0,5516 dan %RSD paling tinggi yaitu sifat penguapan metode noack sebesar 7,048. Data hasil uji dengan nilai %RSD kecil mempunyai tingkat presisi dan akurasi yang lebih baik, sehingga kumpulan data tersebut sangat sensitif terhadap perbedaan nilai dan mudah masuk dalam kategori outlier. Faktor-faktor yang mempengaruhi presisi dan akurasi data adalah pemilihan metode uji, kompetensi personil, kalibrasi atau verifikasi alat uji serta penggunaan bahan kimia yang tepat. Presisi dan akurasi data hasil uji menentukan tingkat kompetensi laboratorium, hal ini dapat dicapai apabila sistem manajemen mutu telah diimplementasikan secara efektif dan konsisten."
Jakarta: Bidang Afiliasi dan Informasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS", 2017
665 LPMGB 51 (1) 2017
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Cucu Cakrawati
"Berkembangnya sektor industri di negara kita, selain memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif terutama terhadap lingkungan berupa pencemaran air karena merkuri. Salah satu kota yang berpotensi mengalami pencemaran air adalah Kota Pontianak. Hal ini disebabkan antara lain karena Kota Pontianak merupakan salah satu lokasi penambangan emas.
Polutan merkuri di Pulau Kalimantan diperkirakan sebesar 61 ton setiap tahunnya untuk kegiatan penambangan emas skala kecil dan berdasarkan hasil penelitian dari Universitas Tanjungpura pada Bulan Agustus 2000 diketahui bahwa kandungan merkuri di sepanjang Sungai Kapuas dan anak-anak sungainya, serta pada biota sungai (beberapa jenis ikan), dan pada contoh air PDAM telah melebihi ambang batas. Pencemaran tersebut perlu ditangani serius karena Sungai Kapuas sampai saat ini berfungsi sebagai bahan baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Pontianak.
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai besarnya pajanan merkuri dalam rambut masyarakat Kota Pontianak. Disamping itu untuk mempelajari hubungan karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lama tinggal) serta kebiasaan makan ikan dengan kadar merkuri dalam rambut.
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari hasil studi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat dan Direktorat Penyehatan Air Ditjen P2M & PL tahun 2000, dengan rancangan Cross Sectional, populasi adalah masyarakat Kota Pontianak pelanggan PDAM. Sampel adalah kepala keluarga / anggota keluarga; umur minimal 15 tahun; tinggal minimal 1 tahun: bersedia diambil sampel rambut dan urin yang diambil dengan metode klaster sebanvak 240 responden.
Hasil penelitian menunjukan rata-rata kadar merkuri dalam rambut responden 0,9512 µg,/g (95% CI: 0,4534-1,4490), median 0,2900 µg/g, modus 0,00: µg/g, kadar merkuri terendah 0,00 µg/g dan tertinggi 52,57 µg/g. Sebaran kadar merkuri dalam rambut vaitu sebanvak 79 orang mempunyai kadar merkuri antara 0,00-0,09 µg/g 26 orang > 1,47 µg/g, dan sisanya adalah 0,10-1,30 µg/g.
Pada kelompok usia 25 - 34 tahun mempunyai proporsi masyarakat yang rambutnya mengandung merkuri lebih besar dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Responden yang frekuensi makan ikan setiap hari memiliki proporsi masyarakat yang rambutuva mengandung merkuri lebih besar dibandingkan dengan kelompok frekuensi makan ikan lainnva. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, pekerjaan, dan lama tinggal di Pontianak dengan kadar merkuri dalam rambut.
Melihat kecenderungan peningkatan pencemaran air karena merkuri, maka perlu ditingkatkan kerjasama Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat dengan sektor terkait, melakukan sosialisi / penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya akibat pencemaran merkuri, pemeriksaan kadar merkuri secara berkala baik pada air sungai dan ikannya maupun hasil laut, perlu teknologi altematif yang lebih tepat.
Perlu dilakukan penelitian yang serupa pada ?kelompok risiko tinggi? yang dilengkapi dengan mengetahui banvaknya ikan yang dikonsumsi setiap hari (beral) serta pemeriksaan kadar merkuri yang terkandung didalamnva. Metoda lain adalah dengan cara melakukan pemeriksaan kadar merkuri dalam rambut responden sentimeter per sentimeter karena setiap sentimeter helai rambut dapat disamakan dengan kira-kira 1 bulan pemajanan.

The development of industrial sector in Indonesia, beside its positive impacts, also generates negative impacts on environment such as mercury pollution in water. Pontianak City is one potential area to be polluted by mercury because, among others, Pontianak City is gold mining location.
Mercury as pollutant in Kalimantan Island was predicted to be present as many as 61 tones each year for small-scale gold mining activity. Study by Tanjungpura University in August 2000 indicated that mercury level along the Kapuas River and its small canals, and in river biotic (several types of fish), as well as in PDAM (Local Office of Drinking Water) water supply had exceeded the accepted limit. This pollution needs to be seriously handled because Kapuas River is main water provider for PDAM of Pontianak City.
This study aims to obtain information on the magnitude of mercury exposure measured in hair mercury level among community of Pontianak City and to understand the relationship between respondent's characteristics (age, sex, working status/job, and length of stay) and fish eating habit with hair mercury level. This study was secondary data analysis from the primary study by Health Office of West Kalimantan and Directorate of Water Hygiene year 2000, employed a cross-sectional design, with community members subscribed to PDAM as population. 240 sample was chosen using cluster method, head/member of a family, minimum age of 15 years old, stay at least 1 year, and willing to participate in hair and urine tests.
The results showed that the average mercury level in hair was 0.9512 µg/g (95 % Cl: 0,4534-1,4490), median 0.2900 µg/g, the lowest mercury level was 0.00 µg/g and the highest was 52.57µg/g. The distribution of hair mercury level was 79 respondents had 0,00-0,09 µg/g, 26 respondents had > 1,47 µg/g and the rest had 0,10-1,30 µg/g mercury level.
The age group of 25-34 years old had greater proportion of respondents with higher level of hair mercury compared to other age ranges. Respondents who eat fish daily had higher proportion of high hair mercury level compared to other frequency of fish eating.
There is no relationship between sex, working status / job, and length of stay in Pontianak with hair mercury level.
Observing the increasing trend of water mercury pollution, the collaboration between Health Office of West Kalimantan and other related sectors needs to be improved, as to provide socialization / education to the community members on the dangers of mercury pollution, routine mercury level check both in the river and fish:, and needs more appropriate alternative technology.
There is a need to conduct similar research among "the high risk group" including the documentation on how many fish eaten daily (in weight) as well as checking its mercury content. Other method is by examining mercury level in hair centimeter by centimeter because each centimeter of hair shaft equals to a month exposure.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T1233
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiralda Sjahfirdi
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang kandungan merkuri dari dua spesies ikan yaitu lkan gabus (Channa striata Fowler) dan ikan sepat (Trichogaster trichopterus Pallas) yang diambil dari lima stasiun yang telah ditentukan di sepanjang sungai Sunter dari hulu hingga ke hilir. Selain dari itu telah diperiksa pula kandungan merkuri pada air sungai dari ke lima stasiun tersebut.
Pengukuran kandungan merkuri pada sampel ikan dan sampel air dilakukan dengan menggunakan alat Serapan Atom Tanpa Nyala atau AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer).
Kandungan merkuri rata-rata pada lkan sepat bervariasi antara 0,948 - 2,662 ppm, sedangkan pada
ikan gabus bervariasi antara 0,146 - 1,258 ppm. Kandungan merkuri rata-rata pada seluruh sampel ikan sepat melebihi baku mutu kandungan merkuri yang diperbolehkan oleh berbagai organisasi internasional, sedangkan pada ikan gabus kandungan merkuri rata-rata yang melebihi baku mutu berasal dari stasiun Pondok Ranggon dan stasiun Pulo Gadung. Kandungan merkuri air sungai pada seluruh stasiun tercatat kurang dari 1 ppb, yang merupakan baku mutu yang diperbolehkan oleh berbagai organisasi internasional.
Dengan membandingkan kandungan merkuri pada ikan dan kandungan merkuri pada air sungai diketahui faktor biokonsentrasi pada masing-masing spesies ikan. Faktor biokonsentrasi ikan gabus berkisar antara 395 - 2995 sedang faktor biokonsentrasi ikan sepat berkisar antara 2216 - 6338.
Dari analisis korelasi jenjang Spearman diketahui adanya korelasi antara kandungan merkuri pada air sungai dengan kandungan merkuri pada lkan sepat dan tldak adanya korelasi antara kandungan merkuri pada air sungai dengan kandungan merkuri pada ikan gabus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2004
TA1227
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Asep Arifin Senjaya
"One of the environmental changes which caused by the environmental activities is contaminated river and sea by mercury. In the water mercury is changed into methylmercury and through a food chain accumulated in the fish body. Therefore, there will be a methylmercury exposure to human being through the consumption of the fish.
This research aims to obtain information on the amount of methyl mercury which go into the human's body through the consumption of the contaminated fresh sea fish. On the other hand, it is important to know the type of fresh sea fish, the consumption of the fish in average, individual characteristic which influences the consumption and the clinical symptoms that cause the symptoms of the mercury chronicle poisoning.
The design of the research is cross sectional with the population of adult men of Muara Angke, Jakarta, age between 17 to 60 years. The involving samples in the research are 160 respondents, taken with multi stage random sampling. The data is drawn by interview and neurological test. The collected data are run by computer, followed by data analyst of univariat, bivariat and multivariat with SPSS for Windows.
It is found that the concumption of all types of fresh sea fish in average is 211,77 gram/person/day. The types that mostly consumed are Kembung, Tongkol, and Bandeng Fish. The amount of the exposure of methlmercury from the consumption of 13 types of fresh sea fish which checked by Rachmadhi et all (1997) is 12,12 ug/person/day. Some respondent positively certain about the clinical sign and symptoms of cronicle mercury poisoning which are: 56 clinical symptoms (35%) respondents, 49 ataxia (30,6%) respondents and 66 tremor (41,3%) respondents.
In the bivariat analysis it is found that there is a meaningful correlation between the fresh sea fish which has mercury concentration and the intake total amount of methylmercury. The individual characteristic in general does not associate meaningfully with the consumption of the fresh sea fish, or with the methylmercury intake. In the t-test, it is found that there is a meaningful association between clinical symptoms with age and consumption of all types of fress sea fish, and tremor with the length of stay and consumption all types of fresh sea fish. In the multivariat analysis, it is found that the length of stay associates meaningful with clinical symptoms; the length of stay and age associates meaningful with ataxia; and the length of stay and age associates meaningful with tremor.
Although, means the methylmercury exposure on adult men of Muara Angke population is based on few assumptions which used under the secured limit regulated by WHO (1979). Nevertheless, it is found that some respondents which mercury intake over limit, the secured limit and some respondents whose clinical symptoms would cause the clinical symptoms of mercury cronicle poisoning. It is advisable to follow those respondents up to able to have a necessary action. Furthermore, in order to detect that there may be an effect of the mercury cronicle poisoning, it is important to have the similar research with analytical design.

Salah satu perubahan lingkungan yang diakibatkan pembangunan adalah pencemaran sungai dan laut oleh merkuri. Merkuri di air sebagian besar diubah menjadi metil merkuri dan melalui rantai makanan dapat terakumulasi di dalam tubuh ikan. Selanjutnya akan terjadi pemajanan metil merkuri terhadap manusia melalui konsumsi ikan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang jumlah metil merkuri yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui konsumsi ikan laut segar tercemar metil merkuri. Disamping itu ingin pula diketahui jenis ikan laut segar yang dikonsumsi, rata-rata konsumsi ikan tersebut, karakteristik individu yang mempengaruhi konsumsi ikan but segar serta ada tidaknya gejala/tanda klinis yang dapat merupakan gejala/tanda klinis keracunan kronis merkuri.
Rancangan penelitian ini adalah cross sectional dengan populasi penelitiannya laki-laki dewasa penduduk Muara Angke Jakarta, yang berusia 17-60 tahun. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini 160 responden, yang diambil dengan metoda multi stage random sampling. Data diambil dengan wawancara dan uji neurologis. Data-data yang terkumpul diolah dengan bantuan komputer, selanjutnya dilakukan analisis univariat, bivariat dan multivariat, menggunakan SPSS for Windows.
Ditemukan rata-rata konsumsi semua jenis ikan laut segar adalah 211,77 gram/orang.hari. Jenis ikan yang paling sering dikonsumsi adalah Kembung, Tongkol dan Bandeng. Besar pajanan metil merkuri dari konsumsi 13 jenis ikan laut segar yang diperiksa kadar merkurinya oleh Rachmadhi dkk (1997) adalah 12,12 ug/orang/hari. Sejumlah responden positip mengalami gejala/tanda klinis keracunan kromis merkuri, yaitu: gejala klinis 56 (35%) responden, ataxia 49 (30,6%) responden dan tremor 66 (41,3%) responden.
Pada analisis bivariat diketemukan adanya korelasi yang bermakna antara ikan laut segar yang diperiksa kadar merkurinya dengan total asupan metil merkusi. Karakteristik individual pada umumnya tidak berasosiasi secara bermakna dengan konsumsi ikan laut segar, maupun dengan asupan metil merkuri. Pada uji-t ditemukan asosiasi yang bermakna antara gejala klinis dengan umur dan konsumsi semua jenis ikan laut segar, serta tremor dengan lama menetap dan konsumsi semua jenis ikan laut segar. Pada analisis multivariat ditemukan lama menetap berasosiasi secara bermakna dengan gejala klinis, lama menetap dan umur berasosiasi secara bermakna dengan ataxia, serta lama menetap dan umur berasosiasi secara bermakna dengan tremor.
Walaupun rata-rata pajanan metil merkuri pada laki-laki dewasa penduduk Muara Angke berdasarkan beberapa asumsi yang dipergunakan masih di bawah batas aman yang ditetapkan oleh WHO (1979). Namun ditemukan sejumlah responden yang asupan merkurinya melebihi batas aman tersebut dan sejumlah responden memiliki gejala/tanda klinis yang dapat merupakan gejala/tanda klinis keracunan kronis merkuri. Disarankan untuk menindak lanjuti responden-responden tersbeut agar dapat diambil tindakan yang memadai. Selanjutnya untuk memastikan adanya efek keracunan kronis merkuri perlu dilakukan peneltian sejenis dengan desain analitik."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>