Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Napitupulu, Edilberd C. H.
"ABSTRAK
Tanaman Matalele (duckweed) adalah salah satu jenis tanaman air yang mengambang di atas air. Duckweed berwarna hijau terang, mempunyai 1-3 daun dengan panjang 0,5-1 cm. Duckweed biasanya tumbuh secara berkoloni di air tenang. Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pengontrol kandungan zat pencemar dalam air limbah.
Pemasukan oksigen merupakan salah satu teknik pengolahan air limbah. Efek yang ditimbulkan adalah menurunnya konsentrasi zat pencemar pada air limbah, bahkan kondisi air dapat normal kembali. Penambahan atau pemasukan oksigen ke dalam air limbah ini disebut aerasi.
Maggot adalah nama umum fase larva pada perkembangan insects dari order Diptera (flies). Maggot dapat berkembang biak dalam bungkil kelapa sawit.
Maggot dapat dimanfaatkan di daerah perikanan sebagai bahan makanan untuk ikan. Air pencucian maggot digunakan sebagai sampel dalam proses pengolahan air limbah. Dalam analisis air limbah cucian maggot digunakan parameter-parameter air seperti temperatur, pH, Dissolved Oxygen, Biochemical Oxygen Demand, nitrat, nitrit dan fosfat. Pengolahan air limbah dilakukan dengan rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan dan 3 perlakuan berupa penambahan matalele (duckweed), aerasi, dan kontrol (tanpa penambahan tanaman matalele dan aerasi). Masing-masing parameter diukur untuk setiap pengambilan sampel. Dari hasil pengukuran akan diketahui penggunaan metode yang lebih efektif dalam pengolahan air limbah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pengolahan air limbah yang efektif dan direkomendasikan adalah penggunaan tanaman matalele, karena metode tersebut menghasilkan proses yang lebih cepat dalam proses pengontrolan kandungan zat-zat berlebih air limbah, sistem pengolahannya sederhana, dan terhindar dari bahan-bahan kimia yang tidak ramah lingkungan."
2008
TA1668
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Research on the pulp and paper effluents treatment by the wetland system process using mendong plant was conducted.Experiment was carried out in a laboratory scala to study the influence of plant on the treatment efficiency of waste water
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nandy Setiadi Djaya Putra
"ABSTRAK
Air yang tercemar hilang sifat kejernihannya dan berubah menjadi keruh. Dalam kondisi yang demikian, kadar oksigen yang ada dalam air semakin menyusut karena udara di atmosfir tidak dapat berdifusi secara natural ke dalam air yang keruh. Sebagai akibatnya banyak makhluk hidup dalam air mengalami kekurangan oksigen dan akhirnya mati. Untuk mengatasi keadaan ini sudah banyak diperkenalkan dan digunakan alat pen-supply gelembung-gelembung udara kedalam air. Tetapi alat ini kurang menjamin tambahan kandungan oksigen dalam air karena kejernihan air tidak turut diatasi. Air yang jernih akan lebih banyak menyerap oksigen baik dari udara secara natural maupun dari gelembung-gelembung udara.
Sehubungan dengan itu, diteliti pengaruh penggabungan proses filterasi dan aerasi pada suatu air limbah tertentu terhadap bertambahnya konsentrasi oksigen di dalam air dan kemampuan menghilangkan kekeruhan air yang sudah tercemar, sehingga akan lebih membantu pekerjaan mikroorganisme khususnya aerob dalam mengurai zat-zat terkandung serta mengurangi kematian mahluk di dalam air.
Dalam perancangan peralatan ini, aplikasi dari fenomena separasi diterapkan, untuk memperoleh sistem aerasi yang diinginakan. Untuk sistem filter digunakan pasir. sebagai medianya.
Untuk kerja peralatan Aerofilt ini menujukan kemampuan peningkatan kandungan oksigen di dalam air serta menurunkan suspended solid yang ada di dalam air. "
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tibin Prayudi
"Masalah utama tempat pembuangan akhir sampah adalah terjadinya infiltrasi leachate yang akan mencemari tanah dan lapisan air tanah. Pengolahan leachate tanah dilakukan secara kimia atau biologi tergantung dari karakteristik leachate. Kurrangnya kandungan oksigen terlarut akan menghambat proses biodegradasi sehingga kandungan zat organic leachate akan meningkat. Oleh karena itu penelitian ini akan menguji coba pengolahan air leachate dengan teknologi aerasi. Uji coba dilakukan dengan tiga model yaitu aerasi dengan satu kali kebutuhan oksigen, dua kali kebutuhan oksigen, dan satu kali kebutuhan oksigen dengan penyaringan media pasir. Dari ketiga car apengujian, pengolahan secara aerasi dengan dua kali konsumsi oksigen menningkatkan kandungan Ph palin kecil yaitu 4,05% dan pengolahan secara aerasi dengan satu kali konsumsi dan penyaringan merupakan cara pengolahan yang paling tingi menurunkan kandungan warna yaitu 61,54% dan COD 31,22%."
[Place of publication not identified]: Jurnal Pemukiman, 2013
JURPEM 8:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Air limbah cucian beras jika difermentasi selama dua minggu menimbulkan bau. Penelitian yang dilakukan dengan menambah Efektif Microorganisme (EM 4) dapat memperpendek waktu fermentasi dan tidak menimbulkan bau. Efektif Microorganisme 4 adalah produk dari luar, sementara Indonesia mempunyai banyak mikroorganisme lokal yang potensial untuk dikembangkan. Pupuk organik ini telah diteliti pada tanaman anggrek, sayur-sayuran, dan kedelai. Tujuan penelitian untuk mendapatkan mikroorganisme lokal yang dapat menghilangkan bau pada air limbah cucian beras yang akan digunakan sebagai pupuk organik. Isolasi dengan menggunakan media Patato Dextrose Agar (PDA) dan Mann Rogosa Sharpe Agar (MRSA), dengan sumber inokulan air limbah cucian beras, ragi tape, kombucha, dan yoghurt. Hasil isolasi diperoleh 2 jenis Lactobacillus dari air limbah cucian beras dan yoghurt. Ada tujuh khamir yang diperoleh, yaitu dari air limbah cucian beras (4 jenis), ragi tape (2 jenis), dan kombucha (1 jenis). Dari hasil penelitian ini dipilih 1 jenis Lactobacillus, dan 4 jenis khamir yang dapat hidup dengan baik di dalam air limbah cucian beras dan tidak menimbulkan bau."
JMSTUT 15:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Pseudomonas putida ATCC 49451, a gram negative, unicellular bacterium, is known to be capable of degrading phenol by biotransformation which changes phenol as carbon source to Carbon dioxide as end product. An experiment in a batch system was carried out to look at the degradation phenol in various aeration rate. The pH and temperature were maintained between 7.0-7.5 and 25° C. The results showed some fundamental kinetics data such as specific growth rate, degradation rate (Q) and Yield (Yxs). "
JKL 1:1 (1999)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dithamara Badzlin
"Lahan basah buatan merupakan salah satu teknologi alternatif pengolahan air limbah dengan kriteria biaya yang ekonomis dan mudah diaplikasikan. Namun, pada sistem lahan basah buatan konvensional, proses degradasi polutan oleh mikroorganisme dari air limbah seringkali terbatas pada ketersediaan oksigen terlarut. Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan modifikasi lahan basah buatan melalui sistem aerasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membandingkan efisiensi penyisihan polutan dari air limbah kantin dengan menggunakan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi dan dengan sistem aerasi. Penelitian ini menerapkan lahan basah buatan aliran horizontal bawah permukaan secara batch dengan menggunakan tanaman Canna indica dan kombinasi media berupa kerikil dan pasir. Pada lahan basah buatan dengan sistem aerasi, dipasang aerator di bagian inlet dan outlet reaktor yang dioperasikan selama 4 jam/hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi penyisihan polutan dengan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi dan dengan sistem aerasi masing-masing adalah sebesar 83,02 dan 94,62 untuk COD, 90,10 dan 97,84 untuk TSS, 60,74 dan 84,17 untuk amonia, 32,26 dan 33,06 untuk minyak lemak, serta 89,16 dan 92,24 untuk MBAS. Dari hasil tersebut, maka lahan basah buatan dengan modifikasi berupa sistem aerasi dapat menyisihkan polutan pada air limbah kantin secara lebih optimal jika dibandingkan dengan lahan basah buatan tanpa sistem aerasi.

Constructed wetlands is a simple and cost effective technology alternative for wastewater treatment. However, oxygen supply in conventional constructed wetlands cannot fully meet the requirement for the process of wastewater pollutants degradation by microorganisms. Artificial aeration system is proposed as a solution to enhance the oxygen availability in constructed wetland beds.
The aim of this study is to analyze and compare removal rate of pollutant in canteen wastewater by conventional constructed wetland and modified constructed wetland with artificial aeration. This study applied horizontal subsurface flow constructed wetlands with batch system planted with Canna indica and the types media used are gravel and sand. In modified constructed wetland, aerators located in the bed inlet and outlet which are operated for 4 hours day.
The results shows that the average removal rate with conventional and modified constructed wetland are respectively 83,02 and 94,62 for COD, 90,10 and 97,84 for TSS, 60,74 and 84,17 for ammonia, 32,26 and 33,06 for grease, also 89,16 and 92,24 for MBAS. According to the results, modified constructed wetland with artificial aeration is more efficient to remove pollutants in canteen wastewater than conventional constructed wetland without artificial aeration.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nusa Idaman Said
Jakarta: Erlangga, 2017
628.4 NUS t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>