Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159916 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2005
TA1267
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Rolan Sudirman
"Jumlah layanan air minum melalui depot air minum di Kota Kupang meningkat dengan rata-rata 1,44 setiap tahun sejak 2010, sementara tidak terdapat jaminan kualitas air minum isi ulang memenuhi syarat setiap saat. Hasil pemeriksaan sampel air minum isi ulang di Kota Kupang tahun 2013 menunjukkan 37,5% tercemar mikroba.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis cemaran mikroba dan mengetahui determinan cemaran Escherichia coli (E. coli) dan total koliform pada air minum isi ulang.
Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang periode Januari - Maret 2015. Populasi penelitian berjumlah 51 depot air minum yang ditentukan menggunakan teknik total sampling. Analisis data dilakukan secara univariat, analisis bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda.
Hasil penelitian terhadap 51 depot air minum menunjukkan air minum telah tercemar mikroba sebanyak 26 depot air minum (51%), tercemar E. coli 33,33%, dan tercemar total koliform 51%. Deteminan cemaran mikroba dengan uji bivariat adalah pengetahuan (nilai p = 0,01), sikap operator (nilai p = 0,05). Sedangkan determinan cemaran mikroba uji multivariat adalah pengetahuan operator (nilai p = 0,026), kebersihan operator (nilai p = 0,05) dan sanitasi depot air minum (nilai p = 0,044). Variabel yang paling dominan memengaruhi cemaran mikroba adalah pengetahuan, kebersihan operator, dan sanitasi depot air minum.

Amount of drinking water services through drinking water depots in Kupang City is increasing in avarage of 1.44 every year since 2010, meanwhile there is no guarantee that refill drinking water quality meets any requirement every time. Results of refill drinking water sample in Kupang City in 2013 showed the water was 37.5% contaminated by microbes.
This study aimed to analyze microbial contamination and determine determinants of Escherichia coli (E. coli) and total Coliform on refill drinking water.
This study used cross sectional design on January - March 2015. The population was 51 depots determined using total sampling technique. Data analysis was conducted in univariate, bivariate using simple logistic regression test and multivariate using multiple logistic regression test.
Results showed drinking water contaminated by microbes worth 26 depots (51%), by E. coli 33.33% and by total Coliform 51%. Microbial contamination determinants using bivariate were knowledge (p value = 0.01) and behavior of operator (p value = 0.05). Meanwhile, microbial contamination determinants conducting multivariate were knowledge (p value = 0.026), hygiene of operator (p value = 0.05) and depot sanitation (p value = 0.044). Most dominating variables influencing microbi.
"
Universitas Nusa Cendana, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arum Widyasmara
"Polymerase Chain Reaction (PCR) telah digunakan untuk mendeteksi Salmonella dalam sampel makanan dan minuman. Primer yang digunakan didesain berdasarkan gen invA spesifik Salmonella untuk amplifikasi. Dua puluh satu sampel dikoleksi dari pedagang kaki lima di Jalan Margonda Raya Pondok Cina Depok dari bulan Maret 2008 hingga pertengahan April 2008. Persiapan sampel sebelum PCR, meliputi langkah prapengayaan dalam Buffered Peptone Water dan diikuti ekstraksi DNA menggunakan metode boiling. Dari hasil ekstraksi DNA, fragmen berukuran 244 pb diamplifikasi dengan PCR. Sampel juga diuji menggunakan metode kultur standar untuk mengkonfirmasi hasil pengujian sampel dengan metode PCR. Batas uji deteksi metode PCR dalam penelitian ini adalah 2,85 x 106 CFU/ml. Sebanyak empat dari dua puluh satu sampel terdeteksi mengandung Salmonella dengan metode PCR, tiga diantaranya tidak terdeteksi dengan metode kultur standar dan satu sampel lainnya terdeteksi dengan metode kultur standar yang dilanjutkan metode PCR. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan metode deteksi Salmonella yang mudah, cepat dan dapat dipercaya pada sampel makanan dan minuman."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S32640
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian telah dilakukan untuk membandingkan efektivitas penggunaan
medium fluorogenik dan medium standar Multiple Tube Fermentation (MTF)
pada uji koliform sampel minuman es. Penelitian dilakukan sejak Mei hingga
Oktober 2007 di laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi FMIPA-UI,
Depok. Medium fluorogenik yang digunakan adalah fluorocult LMX broth.
Medium standar MTF yang digunakan adalah lactose broth, brilliant green
lactose bile broth, dan endo agar. Sampel minuman es yang diuji berasal dari
wilayah Jakarta Selatan dan Depok, sebanyak 40 buah. Hasil uji menggunakan
medium fluorogenik menunjukkan 39 (97,5%) sampel mengandung koliform
dengan tabung positif sebanyak 542 buah. Hasil uji menggunakan medium
standar MTF menunjukkan 37 (92,5%) sampel mengandung koliform dengan
tabung positif sebanyak 500 buah. Sebanyak 13 sampel memiliki nilai Most
Probable Number (MPN) koliform lebih tinggi pada medium fluorogenik
dibandingkan pada medium standar MTF. Sebanyak 14 sampel terdeteksi
mengandung E. coli pada medium fluorogenik namun tidak terdeteksi pada
medium standar MTF. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan medium
fluorogenik untuk uji koliform pada sampel minuman es relatif lebih efektif dari
medium standar MTF."
Universitas Indonesia, 2007
S31523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teluk Jakarta merupakan kawasan perairan pesisir yang terletak di utara kota
Jakarta. Kawasan pesisir merupakan tempat pemukiman padat penduduk yang
banyak menyumbang bahan pencemar dari kegiatan di daratan maupun di perairan
laut. Teluk Jakarta, khususnya Muara Kamal dan Cilincing banyak dijadikan
sebagai lokasi budidaya kerang hijau (Perna viridis L.). Tingginya tingkat
pencemaran dapat membahayakan manusia yang mengonsumsi kerang hijau dari
perairan tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi pencemaran
bakteri Escherichia coli dan koliform di kerang hijau pada musim peralihan I di
Muara Kamal dan Cilincing, Teluk Jakarta. Penghitungan bakteri dilakukan pada
sampel kerang hijau yang diambil pada bulan Mei 2010 di perairan Muara Kamal
dan Cilincing dengan metode membran filter. Hasil penghitungan bakteri E. coli
maupun koliform pada daging kerang menunjukkan bahwa perairan Muara Kamal
dan Cilincing tidak layak dijadikan lokasi budidaya kerang hijau. Kepadatan
bakteri E. coli dan koliform pada daging kerang yang berasal dari bagan budidaya
di kedua lokasi tersebut terbukti melebihi baku mutu berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) dan Malaysia Food Act and Regulations. Hasil analisis
bakteri di daging kerang menunjukkan bahwa rata-rata kepadatan bakteri E. coli
dari perairan Muara Kamal dan Cilincing masing-masing 28 ribu dan 665 ribu kali
lebih tinggi dari nilai yang diijinkan berdasarkan SNI. Sedangkan kepadatan
koliform pada daging kerang dari Muara Kamal dan Cilincing masing-masing 462
ribu dan 9,1 juta kali lebih tinggi dari nilai baku mutu Malaysia Food Act and
Regulations."
Universitas Indonesia, 2010
S31606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Sari Chusnul Khatimah
"ABSTRAK
Penentuan Ra-226 dalam sampel air dilakukan dengan metode spektrometri alfa. Preparasi sampel meliputi pemurnian dan penempelan Ra pada piringan slainiess steel. Pemurnian radioisotop Ra dilakukan secara pengendapan dan dilanjutkan dengan penukar ion. Penempeian Ra C: dilakukan secara elektrodeposisi menggunakan larutan HCI+ CH3COONH4. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi kondisi elektrodeposisi yang meliputi parameter arus, jarak antara anoda- katoda, pH larutan dan waktu elektrodeposisi. Hasil optimasi digunakan untuk penentuan sampel airlingkungan. Sampel berupa air dari mata air panas di daerah pegunungan kapur dan air sumur di sekitarnya. Dalam penelitian diperoleh kondisi optimum elektrodeposisi pada arus 1,1 A, jarak antara anoda dan katoda 0,3 em, pH larutan 5, dan waktu 3 jam dengan nilai kedapat-ulangan (recovery) sebesar (74±4) %. Sedangkan nilai kedapat-ulangan untuk pemurnian sabesar (8±2) %, sehingga kedapat-ulangan metode analisis Ra dalam sampel air sebesar (6±2)%. Nilai batas deteksi terendah (BOT) sebesar 1 x 1 0-4 Bq/ml, yang dihitung berdasarkan nilai 6cr untuk waktu pencacahan 86400 detik dan volume samp~l 50 ml. Kandungan Ra--226 dalam sampel air dari sumber mata air panas sebesar ( 48±1 O)x10-48q/ml. Sampel air sumur yang berjarak 50 m secara fisik terlihat keruh dengan endapan kapur (putih) mengandung Ra-226 sebesar ( 19±6)x 1 o-4sqtml. Nilai tersebut berada di atas batas am bang yang ditetagkan oleh SK Ka. BAPETEN No. 02/Ka-BAPETENN-99 tentang Baku'Tingkat Radioaktivitas di Lingkunga~ yaitu sebesar 4 x 1 0-4 Bq/ml untuk Ra-226 terlarut dalam air. Sam pel air sumur lain yang berjarak 50 m secara fisik terlihat ken.Jh dan berwarna merah mengandung Ra-226 sebesar (1,0±0, 4) x 10-4 Bq/ml dan untuk sampel air sumur yang berjarak 100m sebesar (3,4±1,0)x 1 0-4Bq/ml dan berada di bawah batas ambang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ramadhan Naratama
"Standar Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa setiap makanan dan minuman tidak boleh mengandung Escherichia coli. Tujuan penelitian adalah menentukan kualitas mikrobiologis dari makanan siap saji dan minuman yang dijajakan di kantin kampus FMIPA UI Depok. Sebanyak 15 sampel, terdiri dari 10 jenis makanan siap saji, empat jus yang berbeda, dan air keran diperkaya dalam medium Buffered Peptone Water BPW sebelum diuji koliform. Uji koliform dari setiap sampel dilakukan pada medium kromogenik Chromocult Coliform Agar - Enhanced Selectivity CCA - ES dan Harlequin E. coli Coliform Agar HEC dan medium fluorogenik Readycult Coliform 100 RC 100 pada suhu 37oC. Hasil menunjukkan bahwa semua sampel mengandung bakteri koliform non - E. coli dan 12 di antaranya mengandung Escherichia coli. Isolasi dari sampel memperoleh 12 strain E. coli dan 15 isolat koliform non-E. coli. Uji koliform fekal dilakukan dengan menggunakan medium RC 100 pada suhu 44,5oC serta diperkuat dengan uji indol menggunakan reagen Kovac rsquo;s. Hasil uji menunjukkan bahwa E. coli yang terdapat pada 12 sampel berasal dari fekal. Hanya 7 dari 15 isolat koliform non - E. coli merupakan koliform fekal non - E. coli. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kualitas mikrobiologis dari makanan dan minuman siap saji kantin FMIPA UI tidak memenuhi standar dari Kementerian Kesehatan.

The standards from the Ministry of Health state that food and drinks should be free of Escherichia coli. The aim of this research was to assess the microbiological quality of ready to eat foods and drinks that were offered at a canteen in the Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Universitas Indonesia, Depok. Fifteen samples comprising of 10 different foods, four different juices, and tap water were enriched in buffered peptone water BPW before tested for the presence of coliforms using two chromogenic media Chromocult Coliform Agar Enhanced Selectivity CCA ES and Harlequin E. coli agar HEC and a fluorogenic medium Readycult Coliform 100 RC 100 at 37oC. Results showed that all samples contained non E. coli coliforms and 12 of them contained Escherichia coli. Twelve E. coli strains and 15 non E. coli coliform isolates were isolated. Fecal coliform tests were conducted for the E. coli strains and coliform isolates by performing a coliform test with Readycult coliform 100 at 44.5oC. The tests were strengthened with an indole test that uses a Kovac rsquo s reagent. The tests showed that the isolated E. coli from 12 samples were of fecal origin while only 7 out of 15 coliform isolates were fecal non E. coli coliforms. It was concluded that the microbiological quality of the canteen rsquo s ready to eat food and drinks did not fulfill the standards from the Ministry of Health. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yodifta Astriningrum
"Fluorida merupakan salah satu ion yang diketahui bermanfaat dalam pencegahan karies gigi jika digunakan pada konsentrasi tertentu, namun juga memiliki efek negatif yaitu menimbulkan terjadinya fluorosis pada gigi maupun tulang apabila konsentrasi asupannya berlebihan. Salah satu sumber asupan fluorida yaitu berasal dari air yang dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengukur kadar ion fluorida pada air tanah dan air PAM yang digunakan sebagai sumber air minum di masyarakat. Pengukuran kadar ion fluorida dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri visible pada panjang gelombang maksimum 586 nm menggunakan pereaksi sodium 2-parasulfofenilazo 1,8- dihidroksi-3,6-naftalen disulfonat (SPADNS)-asam zirkonil. Metode ini dioptimasi dengan cara mencari rentang serapan yang paling stabil yaitu hingga menit ke-10 setelah penambahan pereaksi. Hasil validasi metode diperoleh batas deteksi sebesar 0,0452 mg/L, batas kuantitasi 0,1506 mg/L, koefisien variasi sebesar 0,63%, dan uji perolehan kembali ion fluorida berada dalam rentang 90,50-102,04%. Hasil pengukuran terhadap sampel menunjukkan kadar ion fluorida pada air tanah dan air PAM bervariasi antara 0,0459 hingga 0,7800 mg/L. Rentang konsentrasi ini masih dalam batas kadar yang diperbolehkan berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu sebesar 1,5 mg/L.

Fluoride ion is one of the compounds that are known to have benefits in the prevention of dental caries when used in certain concentrations, but also has negative effects that may cause the occurrence of dental and bone fluorosis when the intake was in excessive concentration. One of the fluoride intakes comes from water that is consumed. The aim of this research was to identify and measure fluoride ion levels in groundwater and piped water that used as drinking water consumption in the community. Measurement of fluoride ion concentration is done by using visible spectrophotometry at the maximum wavelength of 586 nm using the sodium 2-parasulfophenylazo 1,8-dihydroxy-naphthalene-3,6 disulfonate (SPADNS)-zirconil acid reagent. This method was optimized by the search of range of absorption which stable for 10 minutes after reagent addition. 0.0452 0.1506 mg/L, and 0,63%, respectively. While the recovery of fluoride ion in sample were in the range of 90,50-102,04%. The measurement results of the samples showed levels of fluoride ions in groundwater and piped water varied between 0.05 to 0.78 mg/L. This range was still within allowed levels according the rules of Indonesian health ministers No. 492/MENKES/PER/IV/2010 where the maximum allowable fluoride concentration is 1.5 mg/L. The limit of detection, limit of quantitation, and coefficient of variation for fluoride ion were"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1071
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Yunilawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T40064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Andhika
"Penggunaan sumber Panas bumi melibatkan pendinginan pada fluida Panas bumi dengan cara mengekstrak panasnya. Pada kasus fluida Panas bumi suhu tinggi, pengendapan amorphous silika dari larutan membentuk kerak silika adalah masalah utama dalam efisiensi ekstraksi panas. Pengurangan atau bahkan penghilangan pembentukan kerak silika dengan penanganan yang tepat pada air dapat membuka kesempatan meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber Panas bumi suhu tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemungkinan pembentukan kerak silika dari contoh air Panas bumi lapangan panas bumi Lahendong, Sulawesi Utara dan cara-cara pencegahannya dengan menggunakan pengaturan pH dan scale inhibitor. Untuk mengetahui kemungkinan terbentuknya pengkerakan silika maka dilkakukan sejumlah perlakuan dengan volume larutan 300 ml dengan memvariasikan pH sampel kontrol 3,4,5,6,7,8,9,10,11, dan 12. Kemudian sampel ditambahkan NaCl hingga konsentrasi NaCl menjadi berturut-turut 1000, 2000, 3000, 4000, 5000, 6000, 7000, 8000, 9000, 10000 ppm. Dilakukan juga inhibisi pengkerakan dengan menggunakan asam borat dan memvariasikan penambahan asam borat berdasarkan variasi berat, yaitu: 1, 5, 10, 20, 50 miligram. Semua perlakuan, baik variasi pH maupun penambahan NaCl dan uji inhibisi dengan asam borat, diakhiri dengan menjenuhkan larutan dengan pemanasan hingga volumenya kira-kira 100 ml.
Dari percobaan yang dilakukan ternyata diketahui bahwa pengkerakan paling besar terjadi pada pH 7 dang kandugngan NaCl 10000 ppm. Sedangkan untuk uji inhibisi yang paling efektif pada penambahan berat asam borat sebanyak 50 mg dengan volume sampel 300 ml. Kata Kunci: Pengkerakan silika, Scaling, scale inhibitor."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>