Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141154 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2001
TA1140
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Retno Juniarti
"ABSTRAK
Adsorpsi zat warna Disperse red 50 pada kain poliester dilakukan dengan
dengan menggunakan surfaktan Lauril glukosida sebagai agen pendispersi untuk
mencegah aglomerasi serta meningkatkan kelarutan zat warna Disperse red 50
dalam air. Proses pewarnaan kain poliester menggunakan zat warna dispersi
terbagi menjadi dua yaitu dengan adanya carrier dan tanpa carrier (suhu tinggi).
Untuk menghindari penggunaan suhu tinggi maka pada penelitian ini dilakukan
studi adsorspi zat warna dispersi pada kain poliester dengan menggunakan
metode sonikasi dan akan dibandingkan dengan adsorpsi zat warna dispersi pada
kain poliester dengan adanya carrier yaitu vanillin. Hasil optimasi metode
sonikasi menunjukkan adsorpsi berlangsung optimum pada konsentrasi surfaktan
55 ppm, waktu sonikasi 10 menit, waktu kontak 100 menit, pH 4 dan suhu 90oC.
Hasil optimasi dengan adanya carrier menunjukkan adsorpsi berlangsung
optimum pada konsentrasi surfaktan 55 ppm, massa vanillin 0.125 g, waktu
kontak 50 menit, pH 4 dan suhu 90oC. Sementara itu hasil optimasi adsorpsi tanpa
sonikasi maupun carrier berlangsung optimum pada konsentrasi surfaktan 55
ppm, waktu kontak 60 menit, pH 4 dan suhu 90oC. Studi kinetika menunjukkan
laju adsorpsi zat warna dispersi pada kain poliester paling cepat dengan adanya
carrier yaitu 0,01212 g/mg menit dan laju adsorpsi dengan sonikasi 0,0195 g/mg
menit. Sementara itu laju adsorpsi zat warna dispersi pada kain poliester tanpa
sonikasi maupun penambahan carrier memiliki laju adsorpsi paling lambat yaitu
0,0142 g/mg menit. Proses adsorpsi Disperse red 50 pada kain poliester dengan
dan tanpa sonikasi mengikuti model isoterm adsorpsi Langmuir. Sedangkan
proses adsorpsi Disperse red 50 dengan penambahan carrier vanillin mengikuti
model isoterm adsorpsi Freundlich.

ABSTRAK
Adsorption disperse red 50 at polyester fabrics using Lauryl glucoside as
surfactant to prevent aglomeration of Disperse red 50, an azo disperse dyes and
increase their solubility in water. Main methods of dyeing polyester with disperse
dyes are using high temperature and the presence of accelerating agent or carrier
in low temperature. To avoid using High temperature in dyeing process, This
reserach using another method which is sonication to decrease dyes particle size.
Sonication is expected to make dyes adsorbed to polyester fabrics easily. This
reserach also compare sonication method to carrier method. Vanillin used as
carrier in this reserach. Optimum condition of adsorption with sonication occur at
concentration of surfactant 55 ppm, sonication time 10 minute, contact time 100
minute, pH 4, and temperature 90oC. Optimum condition of adsorption with the
presence of carrier occur at concentration of surfactant 55 ppm, vanillin 0.125g,
contact time 50 minute, pH 5, and temperature 90oC. Meanwhile, optimum
condition of adsorption without both of sonication and carrier occur at
concentration of surfactant 55 ppm, contact time 60 minute, pH 4, and
temperature 90oC. Kinetics studies for all of methods fitted well with pseudo
second order with adsorpstion rate for sonication method 0,0195 g/mg minute, for
carrier method 0,0212 g/mg minute and without both sonication and carrier
0,0142 g/mg minute. Adsorption of disperse red 50 at polyester fabrics with the
presence of carrier fitted well with Freundlich isotherm model. Meanwhile
without the presence of carrier, adsorption fitted well with Langmuir isotherm
model."
2016
S64242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Yuliana Kartika
"Adsorpsi zat warna Disperse Red-60 pada kain poliester menggunakan green carrier dari ekstrak daun pohpohan (Pilea melastomoides) telah berhasil dilakukan. Dalam penelitian ini, akan dibandingkan tiga metode antara lain metode adsorpsi menggunakan green carrier, vanillin, dan tanpa carrier. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi kain poliester, surfaktan lauryl glukosida, dan carrier menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Zat warna Disperse Red-60 dilakukan karakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan Fourier Transform Infra Red (FTIR).Karakterisasi FTIR green carrier menunjukkan bahwa senyawa golongan alkaloid, flavonoid, dan polifenol pada ekstrak daun pohpohan dapat berperan sebagai carrier. Karakterisasi FTIR pada Disperse Red-60 menunjukkan bahwa terdapat gugus fungsi hidroksil, amina, dan keton. Penentuan jumlah zat warna yang teradsorpsi dilakukan dengan cara mengukur absorbansi larutan sisa pencelupan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Spektrum UV-Vis menunjukkan panjang gelombang maksimum Disperse Red-60 pada 589 nm. Nilai qe pada adsorpsi Disperse Red-60 menggunakan green carrier, vanillin, dan tanpa carrier saat kondisi optimum adalah 6,1931 ; 5,1253; dan 4,6956 mg/g. Proses adsorpsi zat warna Disperse Red-60 pada kain poliester pada ketiga metode adsorpsi mengikuti isoterm adsorpsi Freundlich. Kapasitas adsorpsi untuk metode green carrier,vanillin, dan tanpa carrierberturut-turut 323,9330 mg/g ;208,73mg/g; 70,7702 mg/g. Kinetika reaksi ketiga metode mengikuti orde dua semu. k2 green carrier = 0,0135 g/mg menit , k2 vanillin= sebesar 0,010 g/mg menit, dan k2 tanpa carrier = 0,00295. Berdasarkan kapasitas dan kinetika adsorpsi, adsorpsi Disperse Red-60 terbaik adalah dengan metode menggunakan green carrier.

Adsorption of Disperse Red-60 on polyester fabrics using green carier from a leaf extract pohpohan (Pilea melastomoides) have been done. In this research, will be compared three methods such as adsorption using green carrier, vanillin and without carrier. Polyester fabrics, surfactant lauryl glucoside, and carrier characterized by Fourier Transform Infra Red (FTIR). Disperse Red-60 were characterized using UV-Visible spectrophotometer, and Fourier Transform Infra Red (FTIR). FTIR characterization showed that the compound of alkaloids, flavonoids, and polyphenols on a leaf extract pohpohan can be used as carrier. FTIR characterization on Disperse Red 60 showed that the compound of hydroxyl, amina, and ketones. U-Vis spectra show maximum wavelength on Disperse Red-60 in 589 nm. Adsorption of Disperse Red-60 on polyester fabrics in three methods fitted well with Freundlich isoterm model. But in method without carrier fitted well with Langmuir isoterm. Capacity adsorption in(KF) is KF green carrier 323,9330 mg/g, KF vanillin = 208,73 mg/g and KF tanpa carrier = 70,7702 mg/g. Kinetics studies fitted well with pseudo second order where k2 green carrier = 0,0135 g/mg menit , k2 vanillin= sebesar 0,010 g/mg menit, and k2 without carrier = 0,00295 g/mg menit. Based on capacity and kinetics adsoption, the best adsorption of Disperse Red-60 is using green carrier."
2016
S64956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Berbagai informasi tentang pewarna alami dan cara penggunaannya sudah
banyak tersedia dan cukup mudah untuk ditemukan. Akan tetapi, meski penggunaan
pewarna alami sudah cukup dikenal oleh masyarakat, informasi secara ilmiah
tentang pengaruh penggunaan pewarna alami sebagai pewama kain terhadap sifat
fisika dan kimia kain atau serat masih sedikit sekali. Hasil pewamaan alami perlu
memiliki kualitas dalam hal warna, tidak luntur, dan sifat fisik yang memenuhi
syarat sebagai bahan pakaian atau bahan keperluan rumah tangga sehingga
menghasilkan warna yang menarik dan terbaik untuk dapat dipasarkan.
Pada kondisi operasi temperature 87°C, kain sutera dipanaskan dalam
larutan pewarna kayu tingi dengan variasi berat pewarna sebesar 10 g, 15 g, dan
20 g dalam 500 ml air. Selain itu, dilakukan variasi penambahan mordan ( 0.03 g;
0.1035 g; 0.17 g; 0.242 g; 0.34 g ) dan lama waktu pencelupan ( 30 dan 60 menit ).
Setelah dilakukan proses pewarnaan seperti diatas, dilakukan uji FTIR pada sampel
kain sutera. Hasil dari FTIR menunjukkan bahwa terjadi ikatan antara N pada
fibroin sutera dan O pada senyawa pewarna tingi yaitu catechin jika dilakukan
proses pewarnaan tanpa mordan. Jika menggunakan mordan CaCO3, maka Ca akan
memutus ikatan ganda C=O pada fibroin sutera dan berikatan dengan O baik pada
fibroin sutera maupun dengan pewarna.
Selain itu, juga dilakukan uji ketahanan luntur dari kain sutera. Uji
pencucian ini dilakukan dengan mencuci sampel menggunakan deterjen sebanyak 3
kali. Persentase kelunturan yang terjadi adalah sebesar 0.252 - 0.262 %. Jika
dibandingkan dengan skala abu - abu, maka akan bernilai 4 -5 atau baik terhadap
ketahanan luntumya.
Wama yang dihasilkan dari proses pewarnaan ini bermacam - macam,
tergantung dari berat pewarna, lama pencelupan dan berat mordan yang digunakan.
Sehingga disimpulkan bahwa pada proses pewarnaan menggunakan kayu tingi
sebagai pewarna alami pada pewarnaan kain sutera tidak mempunyai wama yang
paling baik atau optimum. Semua wama yang dihasilkan akan mempunyai kualitas
warna yang berbeda tergantung pada pemakai"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Universitas Indonesia, 1992
TA53
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>