Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167059 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Widyajayantie
"ABSTRAK
Minuman ringan merupakan salah satu dari produk yang sering
dikonsumsi oleh masyarakat luas karena dapat menghilangkan rasa haus,
memberikan kesegaran dan rasanya yang manis. Untuk menentukan
apakah produk minuman ringan layak dikonsumsi atau dipasarkan, maka
dilakukan penetapan kadar gula sebagai sukrosa , uji cemaran logam (Pb,
Cu, Zn, dan Sn) dan uji kualitatif siklamat. Metode analisis yang digunakan
antara lain penetapan kadar gula sebagai sukrosa dengan metode Luff
Schoorl, uji cemaran logam dengan AAS dan uji kualitatif siklamat dengan
pengendapan. Hasil analisis minuman ringan yang dilakukan pada 6 produk minuman yaitu sampel A dan C yang merupakan sampel dari
minuman teh dalam kemasan, sampel B dan D yaitu sampel dari minuman
isotonik, sampel E yaitu sampel minuman jeli dan sampel F yang
merupakan sampel dari limun dibandingkan dengan SNI 01-3143-1992
(syarat mutu minuman teh dalam kemasan), SNI 01-4452-1998 (syarat
mutu minuman isotonik), SNI 01-3552-1994 (syarat mutu jeli), dan SNI 01-
2972-1998 (syarat mutu limun) dihasilkan kesimpulan sebagai berikut :
 Kadar gula total yang terkandung pada keenam sampel mengikuti SNI
yang telah ditetapkan yaitu sampel A dan C masing-masing sebesar
11,4% dan 14,668 % dengan syarat mutu minimal 6% (minuman teh
dalam kemasan), sampel B dan D masing-masing sebesar 13,8% dan
12,64% dengan syarat mutu minimal 5% (minuman isotonik), sampel E
sebesar 27,52% dengan syarat mutu minimal 20 % (jeli), dan sampel
F sebesar 14,89% dengan syarat mutu 6-15% (limun) sehingga
seluruh sampel layak untuk dikonsumsi dan dipasarkan oleh
masyarakat berdasarkan parameter % gula total
 Sampel F memiliki % sukrosa yang paling tinggi yaitu 12,825% dan %
sukrosa terkecil terdapat pada sampel C yaitu 4,89%.
 Sampel C dan D positif mengandung siklamat, sehingga hanya sampel
C dan D yang tidak layak untuk dikonsumsi dan dipasarkan oleh
masyarakat.
 Pada uji cemaran logam hanya sampel A dan E yang memenuhi SNI
untuk logam Pb, Cu, Zn, dan Sn, maka A dan E layak dikonsumsi."
2007
TA1449
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fera Damayanti
"Loratadin adalah antihistamin golongan trisiklik dengan durasi panjang tanpa efek sedasi. Aktifitasnya selektif sebagai antagonis reseptor Hi perifer. Dengan semakin banyaknya jumlah sediaan loratadin, maka diperlukan suatu metode analisis yang dapat diandalkan untuk menguji bahan baku loratadin. Sampai saat ini bukubuku standar dalam bidang farmasi, seperti Farmakope Indonesia, British Pharmacopeia atau United States Pharmacopeia / National Formulary belum mencantumkan metode analisis imtuk loratadin. Penelitian ini bertujuan imtuk memperoleh metode penetapan kadar dan uji cemaran bahan baku loratadin serta keterangan validitasnya. Pada penelitian ini, penetapan kadar dan uji cemaran bahan baku loratadin dapat dilakukan sekaligus dengan sistem analisis yang sama, yaitu metode kromatografi cair kineija tinggi fase balik; kolom ODS 25 cm x 4,6 mm; fase gerak asetonitril-airamonium dihidrogen fosfat (110 ml: 150 ml; 1,5 g) ditambahkan asam fosfat 85% sampai pH 3,7; kecepatan aliran 1,5 ml/menit; detektor UV 273 nm; sensitivitas detektor 0,16. Sistem kromatografi yang dipakai selektif untuk zat yang diuji, dengan batas f deteksi 0,04 ug, dan presisi 1,52% (0,90 % - 2,03 %). Larutan loratadin dalam asam fosfat 12,5% stabil selama 1 minggu pada suhu 4°C dan selama 2 hari pada 27°C. Dari 5 konsentrasi zat antara 0,5 mg/ml sampai 4,0 mg/ml diperoleh kurva linier dengan persamaan Y = 1298,2 X - 4501,6; dengan koefisien korelasi 0,99993.

Loratadine is a long acting tricyclic antihistamine with selective peripheral Hr receptor antagonist activity without central sedative effect. The increasing number of pharmaceutical preparations of loratadine need a reliable analysis method. So far, the analytical method of loratadine is not available in pharmacy's reference books such as Farmakope Indonesia, British Pharmacopeia, or United States Pharmacopeia / National Formulary. The aim of this research is to obtain a method of quantitative assay and purity test of loratadine as standard substance followed by their validity information. In this research, the quantitative assay and purity test of loratadine could be done simultaneously by a reverse phase high performance liquid chromatography method using ODS column 25 cm x 4.6 mm id. The mobile phase consists of acetonitrilewater- ammonium dihydrogen phosphate (110 ml:150 ml'.l.S g) which is adjusted to pH 3.7 with 85% phosphoric acid. The flow rate is 1.5 ml/minute. The sensitivity of detector (UV at 273 nm) is 0.16. The chromatographic system being used is selective for the tested compound with detection limit of 0.04 ug and precision 1.52 % (0.90 % - 2.03 %). Loratadine solution in 12.5 % phosphoric acid is stable for one week at 4°C but only 2 days at 27°C. From five loratadine concentrations between 0.5 mg/ml - 4.0 mg/ml, a linear equation Y = 1298.2 X - 4501.6 gives rise to a coefficient (r) 0.99993."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwijayanti Krismaya Nurhandini
"Pemanis telah lama digunakan dalam kertas rokok bagian ujung yang langsung berkontak dengan mulut perokok. Pemanis buatan yang biasa digunakan pada kertas rokok yakni natrium sakarin dan natrium siklamat. Adanya batasan penggunaan pemanis buatan, maka perlu diteliti kandungan natrium sakarin dan natrium siklamat, salah satunya yang terdapat pada kertas rokok. Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar natrium sakarin dan natrium siklamat pada kertas rokok secara kromatografi lapis tipis densitometri, menggunakan lempeng silika gel F254 sebagai fase diam dan campuran butanol-asam asetat-air (4:1:1) sebagai fase gerak. Natrium sakarin dianalisis pada panjang gelombang 276 nm, menghasilkan nilai Rf 0,61 dan natrium siklamat dianalisis pada panjang gelombang 523 nm menggunakan penampak bercak larutan brom 5% dalam diklormetan kemudian disemprot kembali dengan larutan fluorescein 0,25% dalam campuran dimetilformamida-etanol (1:1), menghasilkan nilai Rf 0,56; Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien variasi kurang dari 2% dan akurasi antara 98-102%. Kurva kalibrasi natrium sakarin dilakukan pada rentang 50- 300 μg/mL menghasilkan linieritas 0,9996. Kurva kalibrasi natrium siklamat dilakukan pada rentang 600-1600 μg/mL menghasilkan linieritas 0,9990. Dari ketiga sampel kertas rokok, pemanis yang ditemukan adalah natrium sakarin."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33043
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Linda Rosleni
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S32126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Hayun
"As the food and beverages industry grows in Indonesia, there also has been an increase in the soft-drinks production in the society. There are elements often added into the drinks; such as caffeine, artifical sweetener and preservatives,which the content should be monitored. Because, if they are over-used, they will be hazardous to health. The purpose of this research is to obtain the optimum analysis condition for determining the content of saccharin, aspartame, benzoic acid, sorbic acid and caffeine, which are in the soft-drinks, using the reversed phase High-Performance-Liquid-Chromatography (HPLC). In this study, the condition used are Latek 18 column (15 cm x 4.0 mm), mobile phase as a mixture of acetonitrile and acetat buffer pH 5(5:95), flow rate 1,0 ml/minutes and detected by a 254 nm length-wave. The detection limit discovered by this method are for saccharin, benzoic acid, sorbic acid, caffeine and aspartame, respectively, are 0,2 ppm; 0,2 ppm; 0,007 ppm; 0,142 ppm; and 6,5 ppm. Whereas, the quantitative limit for saccharin, benzoic acid, sorbic acid, caffeine and aspartame, respectively, are 0,689 ppm; 0,852 ppm; 0,027 ppm; 0,452 ppm; 25,2 ppm. The calibration curve ranged between 1-60 ppm for saccharin and benzoid acid, 1-40 ppm for caffeine, 0.05-2 ppm for sorbic acid, and 30-100 ppm for aspartame. The investigation has been done for five (5) brands od soft-drinks. The analysis results are sample A contains caffeine 96,66 ppm, sample B contains saccharin 112,13 ppm, benzoic acid 206,81 ppm, and caffeine 130,63 ppm. Sample C contains benzoic acid 10,83 ppm and caffeine 97,66 ppm. Sample D contains benzoic acid 163,78 ppm, caffeine 101,52 ppm, and aspartame 231,20 ppm. The amounts of saccharin, benzoic acid, caffeine, and aspartame which has been found in the sample, do not exceed the tolerance limit of usage, whereas the amount of benzoic acid which has been found in sample B exceed the tolerance limit of usage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>