Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159591 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Universitas Indonesia, 1997
TA888
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Komalasari
"Peraturan Menkes Rl No.416 tahun 1990 dalam standar kualitas Air Minum
menyatakan bahwa air minum tidak boleh terdapat bakteri Eschericia coli dalam 100 ml contoh air. Adanya bakteri Coliform merupakan indikasi air tercemar kuman pathogen, sehingga bakteri Coliform merupakan indikator pencemaran air secara mikrobiologis.
Bakteri E. Coli dapat menyebabkan Gastroenteristis. Salah satu cara mengurangi bakteri bakteri E. coli pada proses pengolahan air adalah dengan proses koagulasi (penggumpalan) yang diikuti proses flokulasi (pembentukan flok) dan sedìmentasi (pengendapan flok). Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan koagulan adalah penggunaan koagulan yang tepat untuk tingkat kekeruhan air baku yang sudah ditentukan (dalam hal ini kekeruhan tinggi). Koagulan yang umum digunakan adalah
AI2(SO4)3 yang biasa disebut tawas atau alum, karena cukup murah dan mudah didapat dipasaran. Kenyataan menunjukkan tingkat kekeruhan air baku (dalam hal ini sungai Ciliwung) semakin tinggi sehingga diperlukan koagulan alternatif yang lebih efektif. Penggunaan koagulan PAC (Poly Aluminum Chiorida) sebagai koagulan alternatif yang lebih efektif untuk air baku kekeruhan tinggi.
Metode penelitian ini adalah true eksperimental. Sebagai kelompok eksperimen adalah sampel air baku yang diberi koagulan PAC, sedangkan kelompok pembanding adalah sampel air baku yang diberi koagulan Alum atau Tawas. Penelitian ini dilakukan dalam skala taboratorium, yaitu melalui analisa jartes untuk menentukan dosis optimum koagulan. Percobaan dilakukan di laboratonum pusat PAM Jaya dengan mengambil sampel air baku kekenihan tinggi (100 - 500 NTU) dan melakukan lima kali percobaan
dengan total sampel 30. Dosis koagulan yang digunakan adalah 20, 25, 30, 35, 40, 45
ppm.
Hasil yang diperoleh adalah Reduksi Eschericia coli rata-rata oleh PAC adalah 88.3166 dengari reduksi maksimum 99.97 % dan oleh Alum adalah 73.30 % dengan reduksi maksimum 96.67%. Secara statistik beda reduksi PAC terhadap Mum adalah perbedaan bermakna dengan nilai p <0,05. Dosis optimum rata-rata PAC adalah 20 ppmdengan rata-rata reduksi 89.01 %. Dosis optimum rata-rata Alum adalah 30 ppm dengan
rata-rata reduksi 81.60 %. Melihat kualitas air yang dihasilkan terhadap parameter pH,
kekeruhan, dan E. coil Iebih baik menggunakan PAC. Nilai rata-rata kualitas air pada
pemberian dosis optimum PAC adalah : kekeruhan 7,2 NTU, pH akhir 7.08 dan reduksi
E. coil 97.29%. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum Alum adalah:
kekeruhan 16.2 NTU, pH 6.8 dan reduksi E. coil 95.06%.
Secara ekonomis didapat penghematan yang cukup besar, yaitu dengan
pemakaian PAC dapat dihemat biaya Rp 47.740.400 / bulan untuk Instalasi I PAM DKI
Jaya. Perhitungan ini diambil dan penghematan penggunaan dosis koagulan dan dosis
kapur tohor, dimana dengan PAC tidak diperlukan pemakaian kapur tohor untuk
menaikkan pH.
Dari hasil ini disarankan untuk air baku kekeruhan tinggì PAC dapat dijadikan
koagulan pengganti Alum, karena dari segi teknis Iebih menguntungkan, yaitu tidak
perlu penambahan kapur tohor untuk menetralkan pH dan mengurangi dosis Kaponit
pada proses desinfeksi serta waktu digunakan lebih pendek, dari segi biaya lebih hemat,
dan dari segi kualitas air yang dihasilkan lebih baik.

In general, raw water which comes from the river has been contaminated by
human or animal feces which is shown by the existing of an organism society called
Coliform such as Bacterium coli, Bacilus coil or Eschericia coli which are the ones of
microbiologie parameter. The existent of Coliform bacteria is an indicator of pathogenic
bacteria, so the Coliform bacteria is an indicator of microbiological water
contamination. Ministry of health regulation no.416 1990 for standardization of drinking
water states that the drinking water mustn’t contain the Eschericia coil bacteria in 100
ml the sample of water.
The E. coil bacteria may cause Gastroenterist. One way of reducing E. coli
bacteri in the water treatment is by coagulation process which is followed by floculation
and sedimentation, One factor which determined the succes of coagulation is the use of
the right coagulant for determined standard turbid raw water (in high tu bid level
matter). The most commonly used coagulant is the AI2(SO4)3 called “Tawas” or “Alum”,
it is quite cheap and can be found easily. The fact shows that the high turbid level of raw
water (in Ciliwung river matter) is getting higher, so an alternative of more effective
coagulant is needed. Lise of the PAC (Poly Aluminum Chloride) coagulant is more
effective for high turbid level raw water.
Method used in this research is true experimental. The experiment group consists
of samples of raw water with the PAC coagulant, compared with samples of raw water
with Tawas or Alum coagulant Research was done in an laboratory scale, through
jartest analysis to decide the optimum dose of coagulant. The experiment was done at
the PAM Jaya Laboratory by taking samples of high turbid of raw water (100-500 NTU)
and doing 5 times experiment with total samples of 30. The coagulant doses used of are
20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm.
Average reduction of E. coli by the PAC is 88,32%, with maximum reduction of
99.97%, and by the Alum is 73.3% with the maximum reduction of 96.67%.
Statistically, the reduction difference between PAC and Alum is (15.02 ± 5.33)% With P
<0.05 in CI 95% of significant difference. The avarage optimum dose of PAC is 20 ppm
with average reduction of 89 %. The average optimum dose of Alum is 30 ppm with
average reduction of 81.6%. If we see the produced water quality the parameters Like:
pH, turbidity, and E.coli, it would be better for us to use the PAC. The average values of
water quality with PAC optimum dose given are : the turbidity is 7.2 NTU, the last pH is
7.08 and the E. coli reduction is 97.29%. Condition with Alum are: the turbidity is 16.2
NTU, the PH is 6.8 and the E.coli reduction is 95.06%.
Economically, by using the PAC we can save costs for about Rp
47.740.000/month. This calculation was done by savings in coagulant dose and in quick
lime dose, which by using the PAC we do not need the quick-lime to increase the pH
anymore.
Using the results obtained, it’s recomended , for the high level turbidity of the
raw water, to use the PAC as a substitution of Alum. Technically, it gives more revenues
by not using the quick-lime addition to neutralize the pH, reduces the “Kaporit” dose in
the dissinfection process, and shortens the process time. We can also reduce costs,
because it’s cheaper, and we can get better water quality than before.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T3644
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Komalasari
"Peraturan Menkes RI No.416 tahun 1990 dalam standar kualitas Air Minum menyatakan bahwa air minum tidak boleh terdapat bakteri Eschericia coil dalam 100 ml contoh air. Adanya bakteri Coliform merupakan indikasi air tercemar kuman pathogen, sehingga bakteri Coliform merupakan indikator pencemaran air secara mikrobiologis. Bakteri E. coil dapat menyebabkan Gastroenteristis. Salah satu cara mengurangi bakteri bakteri E. coil pada proses pengolahan air adalah dengan proses koagulasi (penggumpalan) yang diikuti proses flokulasi (pembentukan flok) dan sedimentasi (pengendapan flok). Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan koagulan adalah penggunaan koagulan yang tepat untuk tingkat kekeruhan air baku yang sudah ditentukan (dalam hal ini kekeruhan tinggi). Koagulan yang umum digunakan adalah A12(SO4), yang biasa disebut tawas atau alum, karena cukup murah dan mudah didapat dipasaran. Kenyataan menunjukkan tingkat kekeruhan air baku (dalam hal ini sungai Ciliwung) semakin tinggi sehingga diperlukan koagulan altematif yang lebih efektif. Penggunaan koagulan PAC (Poly Aluminum Chlorida) sebagai koagulan alternatif yang lebih efektif untuk air baku kekeruhan tinggi.
Metode penelitian ini adalah true eksperimental. Sebagai kelompok eksperimen adalah sampel air baku yang diberi koagulan PAC, sedangkan kelompok pembanding adalah sampel air bake yang diberi koagulan Alum atau Tawas. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium, yaitu melalui analisa jartes untuk menentukan dosis optimum koagulan. Percobaan dilakukan di laboratorium pusat PAM Jaya dengan mengambil sampel air baku kekeruhan tinggi (100 - 500 NTU) dan melakukan lima kali percobaan dengan total sampel 30. Dosis koagulan yang digunakan adalah 20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm.
Hasil yang diperoleh adalah Reduksi Eschericia coils rata-rata oleh PAC adalah 88.3166 dengan reduksi maksimum 99.97 % dan oleh Alum adalah 73.30 % dengan reduksi maksimum 96.67%. Secara statistik beda reduksi PAC terhadap Alum adalah perbedaan bermakna dengan nilai p < 0,05. Dosis optimum rata-rata PAC adalah 20 ppm dengan rata-rata reduksi 89.01 %. Dosis optimum rata-rata Alum adalah 30 ppm dengan rata-rata reduksi 81.60 %. Melihat kualitas air yang dihasilkan terhadap parameter pH, kekeruhan, dan E. coil lebih baik menggunakan PAC. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum PAC adalah : kekeruhan 7.2 NTU, pH akhir 7.08 dan reduksi E. coil 97.29%. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum Alum adalah : kekeruhan 16.2 NTU, pH 6.8 dan reduksi E. coil 95.06%.
Secara ekonomis didapat penghematan yang cukup besar, yaitu dengan pemakaian PAC dapat dihemat biaya Rp 47.740.400/bulan untuk Instalasi I PAM DKI Jaya. Perhitungan ini diambil dari penghematan penggunaan dosis koagulan dan dosis kapur tohor, dimana dengan PAC tidak diperlukan pemakaian kapur tohor untuk menaikkan pH.
Dari hasil ini disarankan untuk air baku kekeruhan tinggi PAC dapat dijadikan koagulan pengganti Alum, karena dan segi teknis lebih menguntungkan, yaitu tidak perlu penambahan kapur tohor untuk menetralkan pH dan mengurangi dosis Kaporit pada proses desinfeksi serta waktu digunakan lebih pendek, dari segi biaya lebih hemat, dan dari segi kualitas air yang dihasilkan lebih baik.

In general, raw water which comes from the river has been contaminated by human or animal feces which are shown by the existing of an organism society called Coli form such as Bacterium cola, Bacillus coil or Escherichia cola which are the ones of microbiologies parameter. The existent of Coli form bacteria is an indicator of pathogenic bacteria, so the Coli form bacteria is an indicator of microbiological water contamination. Ministry of health regulation no.416 1990 for standardization of drinking water states that the drinking water mustn't contain the Escherichia coil bacteria in 100 ml the sample of water.
The E. cola bacteria may cause Gastroenteritis. One way of reducing E.coli bacteri in the water treatment is by coagulation process which is followed by flocculation and sedimentation. One factor which determined the success of coagulation is the use of the right coagulant for determined standard turbid raw water (in high turbid level matter). The most commonly used coagulant is the AI2(SO,), called "Tawas" or "Alum", it is quite cheap and can be found easily. The fact shows that the high turbid level of raw water (in Ciliwung river matter) is getting higher, so an alternative of more effective coagulant is needed. Use of the PAC (Poly Aluminum Chloride) coagulant is more effective for high turbid level raw water.
Method used in this research is true experimental. The experiment group consists of samples of raw water with the PAC coagulant, compared with samples of raw water with Tawas or Alum coagulant. Research was done in a laboratory scale, through jartest analysis to decide the optimum dose of coagulant. The experiment was done at the PAM Jaya laboratory by taking samples of high turbid of raw water (100-500 NTU) and doing 5 times experiment with total samples of 30. The coagulant doses used of are 20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm.
Average reduction of E. cola by the PAC is 88.32%, with maximum reduction of 99.97%, and by the Alum is 73.3% with the maximum reduction of 96.67%. Statistically, the reduction difference between PAC and Alum is (15.02 ± 5.33) % with p 0.05 in CI 95% of significant difference. The average optimum dose of PAC is 20 ppm with average reduction of 89 %. The average optimum dose of Alum is 30 ppm with average reduction of 81.6%. If we see the produced water quality the parameters like : pH, turbidity, and E.coli, it would be better for us to use the PAC. The average values of water quality with PAC optimum dose given are: the turbidity is 7.2 NTU, the last pH is 7.08 and the E. coil reduction is 97.29%. Conditions with Alum are: the turbidity is 16.2 NTU, the PH is 6.8 and the E.coli reduction is 95.06%.
Economically, by using the PAC we can save costs for about Rp 47.740.0001month. This calculation was done by savings in coagulant dose and in quick-lime dose, which by using the PAC we do not need the quick-lime to increase the pH anymore.
Using the results obtained, it's recommended, for the high level turbidity of the raw water, to use the PAC as a substitution of Alum. Technically, it gives more revenues by not using the quick-lime addition to neutralize the pH, reduces the "Kaporit" dose in the disinfection process, and shortens the process time. We can also reduce costs, because it's cheaper, and we can get better water quality than before.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T3944
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 1999
TA930
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Muhfiyanti
"ABSTRAK
Pulsator merupakan unit proses pengolahan gabungan yang menggabungkan peristiwa flokulasi dan sedimentasi dalam klarifikasi (proses penjernihan) air baku menjadi air bersih.
Unit proses ini memanfaatkan Sludge Blanket (selimut lumpur) untuk menyaring lumpur yang terbentuk pada peristiwa flokulasi. Pulsator adalah salah satu model unit proses dan sekian banyak jenis Sotids Contact Ctarifiar (unit pengendapan yang memanfaatkan sistem kontak antar lumpur) yang memanfaatkan lapisan lumpur untuk mempercepat proses pengendapan dalam aliran arah ke atas.
Keistimewaan pulsator ialah dengan memanfaatkan gerakan pulsasi dan hasil penghisapan air satinggi AH secara berkaia, yang bertujuan untuk mengatasi timbulnya endapan lumpur dldasar tanki yang mudah terjadi pada jenis Solids Contact Clarttier.
Salah satu penerapan unit proses tersebul terdapat di Instalasi PDAM Buaran Jakarta Timur yang memanfaatkan air baku dari Saluran Kanal Tarum Barat dimana pada saat-saat tertentu kualitas air baku mengalami fluktuasi yang besar, sampai unit pulsator tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Dengan tujuan untuk meneliti pemasalahan ini, dibuatlah model miniatur unit yang berasal dari Scale Down (pengurangan dimensi ) unit sesungguhnya, dengan tujuan agar sifat-sifat dan proses yang terjadi tidak akan jauh berbeda.
Model dibuat dari bahan mika (t = 10 mm), berukuran skala Iaboratorium (0.77 x 0.65 x 0.4 ma) dilengkapi dengan unit Mixing ( pengaduk (cepat) pada pernbubuhan koaguian ) dan unit pengkondisian ( dengan pompa pengaduk ) untuk membuat air baku buatan. Untuk menunjang proses pulsasi sendiri, pulsator juga dilengkapi dengan sebuah pompa vakum.
Air baku yang digunakan berasat dari Saluran Kanal Tarum Barat, dan untuk pengkondisian kekeruhan digunakan deposit lumpur saluran tersebut, dengan tujuan sifat dan karakterisik kualitas air baku tidak akan jauh berbeda.
Variabel penelitian meliputi tingkat kekeruhan air baku (1000 - 7000 NTU), waktu dan frakuensi pembukaan katup, ketinggian pulsasi serta dosis dan jenis koagulan yang dipakai.
Debit pengolahan sebesar 1 m3/jam.
Parameter yang dianalisis antara lain : Dosis koagulan, frekuensi katup, ketlnggian puisasi. dan derajat pH. Penelitian dilakukan di lapangan pada Instalasi PDAM Buaran, sedangkan pemenksaan parameter ( pH dan derajat kekeruhan ) dilakukan di laboratorium lnstalasi PDAM Buaran. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Dasember 1995 berakhir bulan Januari 1996.
Dari hasil penelitian, kemampuan pengolahan dapat ditingkatkan sampai 7 x disain rencana yang semula direncanakan memiliki kemampuan pengolahan 1000 NTU (maksimal 2000 NTU) pada pereobaan memiliki kemampuan pengolahan sampai 7000 NTU, dan memberikan hasil yang menyatakan hubungan antara dosis/kombinasi dengan fungsi waktu, frekuensi pembukaan ltatup dan A pulsasi untuk menghasilkan air sesuai syarat baku mutu yang telah ditetapkan.

"
1996
S34629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>