Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10948 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2004
TA465
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin Pribadi
2007
TA446
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Muhyidin Farid
"Salah satu upaya perlindungan dari potensi bahaya radiasi di lingkungan sebagai dampak dari adanya lepasan radiasi disekitar fasilitas nuklir adalah dengan pemantauan dosis radiasi di lingkungan secara waktu nyata dan terus-menerus. Penelitian ini mengkaji sistem pemantaun radiasi di lingkungan yang telah diterapkan saat ini, kemudian mengembangkan sistem tersebut agar lebih berdayaguna dalam rangka kesiapsiagaan nuklir. Pengembangan sistem dilakukan melalui penambahan jaringan sensor nirkabel dan fitur peringatan dini.Jaringan sensor nirkabel JSN yang diaplikasikan kedalam sistem, meliputi JSN berbasis radio frekuensi RF dan general packet radio service GPRS. Faktor koreksi hasil pengukuran JSN GPRS tipe Pancake terhadap peralatan komersial JSN RF untuk pengukuran paparan radiasi lingkungan adalah 0.657, sedangkan faktor koreksi JSN GPRS tipe NaI Tl adalah 0,502. Data yang dikirim oleh perangkat deteksi gamma dikumpulkan di server yang dikelola oleh Pusat Pendayagunaan Informatika dan Kawasan Strategis Nuklir PPIKSN-BATAN. Data yang diterima server disimpan di database xmonitoring, dapat dilihat secara langsung nilai paparan radiasi di lingkungan melalui phpmyadmin. Disain website dapat dikunjungi pada alamat http: 223.25.97.90/radmon-farid/index.php. Sistem peringatan dini akan dikirimkan ke operator penanggungjawab sistem radmon, apabila parameter pembatas paparan radiasi lingkungan sebesar 0,3 ?Sv/jam terlampaui. SMS peringatan dini akan dikirimkan kepada operator sistem radmon setelah 15 - 60 detik data pengukuran paparan radiasi lingkungan diterima oleh server.

One effort to protection from increasing of potentially environmental radiation hazards as impact of radiation discharge around nuclear facilities by environmental radiation monitoring in real time and continuously. This research focus on radiation monitoring sistem, then develop this sistem more efficiently for nuclear preparedness. This system was developed through addition of wireless sensor networks and early warning features. Wireless sensor networks WSN was applied to this system, including WSN based on radio frequency RF and general packet radio service GPRS. The correction factor of WSN GPRS Pancake type measurement results compare to WSN RF commercial equipment for environmental radiation exposure is 0.657, and correction factor for WSN GPRS NaI Tl type is 0.502. Data has been collected on the servers, who manage by Center for Informatics and Nuclear Strategic Zone Utilization BATAN Serpong. The value of doserate data was received of the server will be viewed on the graph of the website, with address 223.25.97.90 radmon farid index.php. This system will be sent to the radmon operator, if the parameters of threshold environmental radiation level was exceeded from 0.3 Sv h. after 15 60 seconds of measurement data of environmental radiation exposure received by the server. SMS early warning will be delivered to the operator this system, after 15 60 seconds environmental radiation exposure measurement was received."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47352
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Garniwan
"Perangkat komunikasi selular dewasa ini berkembang sangat pesat. Hal ini terjadi karena berbagai fitur yang terdapat dalam perangkat komunikasi bergerak semakin lengkap dan kompleks. Diantaranya dengan ditambahkannya perangkat penentu lokasi atau iGlobal Positioning System (GPS)/i ke dalam perangkat komunikasi bergerak. Ditambahkannya perangkat GPS pada perangkat komunikasi bergerak membuat kebutuhan antenna yang kecil dan kompak serta mampu beroperasi pada frekuensi multiband semakin meningkat. Antena GPS yang ada pada umumnya merupakan antena perangkat luar/eksternal, atau menggunakan beberapa antena internal yang beroperasi pada band frekuensi yang berbeda-beda dimana konstruksi ini kurang sesuai karena membuat perangkat selular menjadi lebih besar.
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dirancang sebuah antena yang kecil dan mampu beroperasi pada dua band frekuensi yang berbeda yaitu single band frekuensi cellular CDMA 826 MHz dan single band frekuensi civillian GPS L1. Antena yang dirancang berupa antena microstrip segiempat tiga susun dimana dua susunan yang pertama merupakan antena selular dengan patch yang dishort ke groundplane untuk mendapatkan ukuran yang kompak, dan susunan yang paling atas merupakan antena GPS single band.
Karena membutuhkan perhitungan yang rumit dan berulang-ulang maka rancang bangun antena ini menggunakan bantuan perangkat lunak Microwave office. Untuk antena selular didapat frekuensi band sebesar 92,4MHz (800,799-893,039) dengan gain yang diperoleh sebesar 5,64dB pada frekuensi tengah 826MHz. Sedangkan untuk antena GPS diperoleh frekuensi resonansi 1573,3MHz dengan Gain yang didapat sebesar 6.22dB. Perolehan ini cukup baik dan memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan untuk dapat digunakan pada kebutuhan antena selular dan GPS.

Recently, mobile communication device technology has been growing rapidly. It has very complete features with the size become smaller. GPS or global positioning system is one of popular feature that has been integrated to the mobile communication device recently. That mean the demand of small, compact antenna that capable to operate in multiband frequency are become highly increase. Convensional GPS antenna generally were an external antenna, or use couple internal antenna that operate in different frequency were the construction are less fit because made the device become bigger.
Therefore on this thesis, we develope a compact internal dual band microstrip antenna that capable to operate in dualband frequency, cellular CDMA band (824MHz-894MHz) and GPS L1 (1575.75 MHz). The antenna which has been design is a triple stacked patch where the first two stacked is a cellular antenna with groundplane shorted using multiple pins. This construction made the antenna smaller and suitable to use for mobile communication. The highest stack patch use for single band GPS antenna.
The design need very complex calculation and use a computer software microwave office to solve the problem. The result is good enough to fulfill the spesification to use in both cellular and GPS band, the frequency band of the cellular antenna is 92,4 MHz(800,799MHz - 893,039MHz) with gain achievement 5,64dB at center frequency 826MHz and for frequency of GPS antenna is 1573.3 MHz with gain achievement 6.22dB.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T40797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadeak, Dapot Monang
Depok: Universitas Indonesia, 2005
TA423
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2006
TA649
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agustar
"Dalam lingkup proses pengendalian sistim keselamatan kerja, pengukuran mempunyai fungsi untuk menentukan masalah keselamatan kerja yang terdapat pada sistim produksi, dan menilai daya guna dari sistim keselamatan kerja yang ada. Dengan pengukuran yang beda, kita akan mampu meramalkan potensi bahaya, menilai besarnya resiko bahaya, menentukan masalah keselamatan kerja, merumuskan cara pengendalian /pencegahan kecelakaan yang paling tepat dan objektif.
Di Indonesia, sebagian besar pengukuran usaha keselamatan kerja masih didasarkan pada tingkat kekerapan cidera cacat ( IFR) dan tingkat keparahan cidera cacat (ISR). Karena kelemahan pengukuran ini, maka sulit bagi kita untuk menentukan masalah keselamatan kerja yang ada dalam sistim produksi, dan daya guna dari program keselamatan kerja juga sulit dicapai, serta manjemen kurang terdorong untuk mendukumg usaha keselamatan kerja.
Akibatnya sebagian besar usaha keselamatan kerja di Indonesia dilaksanakan berdasarkan suatu program yang sudah rutin, tidak terarah, memboroskan biaya,dan tidak didukung manajemen karena manajemen tidak bisa melihat permasalahan pada sistim keselamatan kerja melalui pengukuran IFR dan ISR.
Melihat pentingnya masalah pengukuran ini bagi perkembangan usaha keselamatan kerja menjadi profesi yang mapan di Indonesia maka sudah saatnya bagi tenaga profesi keselamatan kerja mulai memikirkan pengembangan dan penerapan segi pengukuran usaha keselamatan kerja yang cook bagi lingkungan perusahaan dimana ia berada.
Bahan Bacaan : 12 (1970 -1992)

In the scope of controlling of safety management system, the function of measurement is to identify the safety problem that exist in the production system, and to evaluate the function of the safety management that is used in the organization, Good measurement will help us to predict the tendency of the hazard, to estimate the risk of the hazard, to identify the problem of occupational safety and to formulate how to prevent the accident in a effective manner.
In Indonesia most of safety performance measurement is still based on the Disabling Injury Frequency Rate (IFR) and disabling Injury Severity Rate (ISR). Because of the weakness of this measurement it is difficult for us to search the safety problem in the production system and the goal of safety program is hard to achieve and the management of the organization give less support to the program.
Base on the reason above nearly all safety programs useless, wasting time and money and not supported by management since management can not see the problem of safety performance and consider all go well.
Considering the importance of safety performance measurement for the development of safety program, it is the responsibility for the safety professional to search and develop the method and technique of good safety performance measurement in the organization where he works.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13003
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febi Patria Okti
"Data dan informasi ketenagakerjaan Depnaker menuliskan bahwa dari 189.607 perusahaan di Indonesia yang wajib lapor ketenagakerjaan terdapat 1.240 jumlah kasus kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2006. Dari jumlah kasus tersebut tercatat 56 kasus berakibat cacat dan 15 kasus berakibat meninggal dunia. Angka kecelakaan kerja mengalami peningkatan drastis dari tahun sebelumnya. Dengan jumlah 189.607 perusahaan yang wajib lapor ketenagakerjaan terdapat 65.474 kasus kecelakaan kerja, 5.326 kasus diantaranya berakibat cacat dan 1.451 kasus berakibat meninggal dunia (http://www.nakertrans.go.id/pusdatinnaker).
Kasus kecelakaan kerja juga terjadi di Unit Produksi IV PT. Semen Padang tahun 2007. Berdasarkan data kecelakaan kerja yang dilaporkan di biro Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan Hidup (K3LH) PT. Semen Padang tahun 2005 ? 2007 terjadi 62 kasus. Dari 62 kasus kecelakaan kerja yang terjadi, 10 di antaranya terjadi di Unit Produksi IV atau 16,13% kecelakaan kerja yang terjadi di PT. Semen Padang terjadi di Unit Produksi IV. Dari 10 kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Unit Produksi IV PT. Semen Padang selama periode 2005 ? 2007, 20% (2 kasus) berasal dari unsafe condition (kondisi tidak selamat) dan 80% (8 kasus) berasal dari unsafe action (tindakan tidak selamat). 5 kasus kecelakaan kerja di Unit Produksi IV terjadi selama tahun 2007, 40% (2 kasus) diantaranya berasal dari unsafe condition (kondisi tidak selamat) dan 60% (3 kasus) berasal dari unsafe action (tindakan tidak selamat). Dengan karakteristik bahaya kecelakaan adalah terkena pecahan timah panas, terkena lentingan peralatan (rantai dan kunci), tertimpa benda kerja dan kecelakaan lalu lintas dalam wilayah kerja.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda Fault Tree Analysis (FTA) yang merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian kualitatif untuk menganalisis data sekunder dan data primer yang ada sehingga mengetahui akar penyebab kecelakaan kerja di Unit Produksi IV PT. Semen Padang Tahun 2007. Data sekunder yang digunakan adalah data kecelakaan kerja dan lembar identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko. Data primer diperoleh dari hasil wawancara tak berstuktur dengan ketua tim Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan Hidup (K3LH) Unit Produksi IV dan observasi lapangan. Untuk mengetahui factor penyebab kecelakaan kerja, data yang di peroleh dibandingkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Dan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 84/BW/1998.
Berdasarkan kronologis kejadian kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Unit Produksi IV PT. Semen dan dibandingkan dengan SK Ditjen Binawas No. Kep. 84/84/1998, diperoleh faktor ? faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja di Unit Produksi IV PT. Semen Padang Tahun 2007 yaitu pekerjaan dilakukan tanpa alat pengaman, penggunaan bahan yang tidak seharusnya, penggunaan bahan yang berbeda dari biasanya, pengaturan prosedur yang tidak aman, penggunaan peralatan yang tidak seharusnya, kecacatan/ketidaksempurnaan pada area kerja, pekerja membuat pengaman tidak berfungsi, melalaikan APD, bekerja pada objek yang berbahaya, membuat prses tidak aman, kejadian berbahaya lainnya dan factor lainnya. B erdasarkan analisis kecelakaan kerja yang dilakukan pada penelitian ini , maka penerapan metoda FTA perlu dipertimbangkan sebagai bahan tambahan untuk mengambil keputusan dan membuat laporan kejadian kecelakaan kerja sehingga diketahui akar penyebab kegagalan (fault) yang menyebabkan kerugian (loss).
Berdasarkan hasil dari metoda FTA yang dilakukan peneliti, disarankan kepada pihak manajemen untuk memperbaharui lembar identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko di Unit Produksi IV PT. Semen Padang. Karena Lembar identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko tidak mencantukan jenis APD yang harusnya digunakan oleh pekerja. Dan memberikan training atau pelatihan bagi pekerja tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara berkala."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhi Indharto
"Kegiatan penyimpanan bahan cair mudah seperti minyak diesel merupakan kegiatan usaha yang memiliki resiko yang tinggi terhadap timbulnya kecelakaan, kebakaran dan pencemaran lingkungan sehingga dalam pengelolaannya harus dioperasikan sesuai dengan peraturan dan standard yang baku. Upya meminimalisasi timbulnya resiko tersebut dimulai dari tahap perencanaan, konstruksi maupun tahap operasi. Salah satu aspek yang harus dioptimalkan dalam usaha untuk menekan resiko adalah dengan perancanagan sistem pencegahan kebakaran dan penyebarannya yang sesuia dengan standard. Sistem pencegahan yang terpasang dipengaruhi oleh sifat cairan yang disimpan, jenis dan dimensi tangki. jarak aman antar tangki dan fasilitas di sekitarnya dan sistem kontrol tumpahan. PT. X adalah salah satu Perusahaan Swasta Nasional yang memiliki 11 ( sebelas tangki ) unit tangki penimbun yang kegiatannya meliputi : penerimaan, penimbunan dan pendistribusian minyak diesel. Dengan pertimbangan ini maka dilakukan evaluasi kesesuaian sistem pencegahan kebakaran dan penyebarannya dengan menggunakan standard NFPA 30 Vol. 1, API 2000, API 2000, API 650 dan Australian Standard AS 1940 - 2004.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengevaluasi sistem yang sudah ada kepada standar tersebut untuk mengetahui : Sistem manajemen penanganan dan penyimpanan minyak diesel, kesesuaian a'ntara , Dari segi konstruksi tangki sudah sesuai dengan peruntukkannya untuk minyak Diesel kecuali kekurangan emergency vent. Jarak antar tangki dalam tanggul telah memenuhi syarat yang telah dilentukan oleh NFPA. Jarak aman dengan fasilitas lain iuga telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Australian Standard AS 1940 - 2004. Normal ventilasi yang terpasang ( free vent ) dengan diameter 8 " dan 6 " memenuhi syarat yang ditentukan oleh standar API 2000 dan standar NFPA 30 Vol. 1 dan PT. X harus segera memasang emergency vent dengan diameter orifice = 13, 67 in. Jumlah cadangan air pendingin yang tersedia yaitu 60 m hany acukup untuk keperluan pendinginan selam 11 menit dan volume tanggul yang ada tidak memenuhi syarat minimum yang ditentukan oleh standar Australian.

Storage of flammable liquid like diesel oil is a high risk business activity prior to incident/ accident, fire and contamination of environment, therefore it must be operated in compliance with the regulation and standards. The effort to minimize equipment and installation and ends up in operation phase. One of the aspect that must be optimized to minimize risk of tire is by designing the fire prevention system and fire spreading of me is by designing the tire prevetion system to be influenced by tiquid, tank dimension and type, distance between tank, other installation and equipments and spillage control systems. PT X is a national company that has 11 (eleven) tank unit and mean to convert the usage of tank which was initially used for the lubricating oil will change operation. With this consideration, hence evaluation shall be done according to the Handbook, API 2000, API 650 and Austalian Standard 1940 - 2004.
This research is conducted by evaluating the existing system compare to a current standard. This research is conducted by evaluating the existing system compare to a current standards and literature : API 2000, API 650 and Austalian Standard 1940 - 2004 to know : diesel oil storage and handling management system, accordance between tank dimension and type and services with the tire prevention and spreading. In order to support this evaluation, a quantitative analysis was conducted to calculated the need of ire prevention system and spreading. The result of the research indicated that PT X is not compliance with standard for handling and storage of diesel oil. Tank construction has been complied with the standard for storage of diesel oil, except lack of the emergency vent. Distance between tank was not comply to NFPA and the Australian Standard, Distance to other facility has meet to Australian Standard of AS 1940 - 2004 but not to standard of NFPA 30 Vol. 1 Normal ventilation ( free vent ) meet to API 2000 in standard and NFPA 30 vol 1 and PT. X have to immediately install emergency vent with diameter of orifice = 13,67 in. The amount of cooling water supplay which is 60 m enough for 11 minute cooling 11 and existing dike area volume was not comply to Australian Standard of AS 1940 - 2004 dan NFPA.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
G Sony Hernantyo
"ABSTRAK
Gas Metering Station CNOOC SES Ltd di Cilegon adalah fasilitas
untuk serah terima gas dari pihak CNOOC SES Ltd kepada PLTGU Cilegon
dengan jumlah penyerahan gas sekitar 80 juta kaki kubik per hari yang
berlokasi di Kecamatan Pulo Ampel Kabupaten Serang Propinsi Banten.
Bahaya yang timbul dari kegiatan operasi Gas Metering Station ini adalah
bahaya kebakaran akibat kebocoran gas dari fasilitas yang ada antara Iain :
slug receiver, closed drain dmm, pig receiver, filter coalescer & metering skid
serta pipa penyalur serta kemungkinan terjadinya Iedakan. Penelitian yang
dilakukan merupakan penelitian analitis deskritif dengan melakukan analisa
dan perhitungan terhadap faktor-fakior yang menyebabkan terjadinya bahaya
kebakaran dan ledakan serta level keparahan (severity) yang mungkin terjadi.
Metode yang dipergunakan adalah melakukan sectioning di Gas Metering
Station, penghitungan frekuensi kebocoran berdasarkan data yang ada di
dalam E&P Forum, menilai scenario kebakaran yang mungkin terjadi dengan
metode ETA-Event Tree Analysis, menilai severity yang mungkin timbul
dengan menggunakan acuan Health & Safey Executive Standard serta
menentukan hazardous area dengan menggunakan tabel dari Canada Gas
institute. Gas Metering dapat dibagi menjadi 5 section yakni : slug receiven
closed drain drum, pig receiver; filter coalescer & metering skid dan pipa
penyalur dengan scenario berdasarkan safety protection philosophy sebagai
berikut : Kemungkinan Percikan - Alarm Sukses - Emergency Shutdown -
Blowdown System - Fire Protection Sukses - Trend Teijadinya Kebakaran.
Frekuensi kebakaran per tahun untuk masing-masing section adalah sebagai
berikut : slug receiver (5.2x10?), closed drain drum (3.8 x10"), pig receiver (2.2
x 10"), rilter coalescer & metering skid (5 x10"?) dan pipa penyalur (7.5x10??).
Event outcome sebagai hasil Event Tree Analysis beserta nilainya adalah
sebagai berikut : Gas Bocor -> Percikan Langsung -> BDS Sukses -> Jet
Fire (0.00E+OO), Gas Bocor -> Percikan Langsung -> BDS Gagal -> Jet Fire
(3.07E-02), Gas Bocor -> Percikan Langsung ~> FPS Sukses -> Eksplosion (0.00E+0O), Gas Bocor -> Percikan Langsung -> FPS Gagal -> Eksplosion
(1 .62E-03), Gas Bocor -> Percikan Menyusul -> BDS Sukses -> Flash Fire
(0.00E+00), Gas Bocor -> Percikan Menyusul -> BDS Gagal -> Flash Fire
(1 .62E~03), Gas Bocor -> Deteksi Gagal -> ESD Sukses -> BDS Sukses ->
FPS Sukses (8.08E-05), Gas Bocor -> Deteksi Gagal -> ESD Gagal -> BDS
Gagal (4.25E-06). Pada keadaan teriadi kebakaran maka severity
mempunyai level significant dengan kecepatan gas terbakar 0.57 lgq/detik
selama 125 detik, dan tangki bahan bakar solar PLTGU Cilegon dalam
keadaan aman. Dengan program perawatan peralatan fire protection system
di Gas Metering Station dan pelatihan tanggap darurat untuk personil di
Iapangan, diharapkan severity level dapat ditekan menjadi minor bahkan tidak
terjadi.

ABSTRACT
The risk of Gas Metering Station operation is the gas leakage of the following
equipment such as: slug receiver, closed drain drum, pig receiver, filter
coalescer & metering skid which potentially result a tire and followed by a
explosion. The research- design is analytical descriptive by performing
analysis and calculation of the related factors produces a tire and explosion
and its level of severity. The sequences of research are as follow: Gas
Metering Station sectioning, calculate frequency refering the E&P Forum
database, assessment of the Ere scenario by using ETA-Event Tree Analysis,
assessment of the Severity by using Health & Safety Executive Standard and
determine the hazardous area by using Canada Gas Institute table. Gas
Metering Station consists of 5 sections i.e. slug receiver, closed drain drum,
pig receiver, filter coalescer 8. metering skid and pipeline. Refer to the safety
protection philosophy of Gas Metering Station, the sequences of a fire as
follow: Initial Ignition - Alarm Success - Emergency Shutdown success -
Blowdown System Success - Fire Protection System Success and Escalation
of fire occurrence. The fire frequencies per year for each seclioning are as
follow: slug receiver (5.2x10"), closed drain drum (3.8 x10??), pig receiver (2.2 x
10??), filter coalescer & metering skid (5 x1 O"?) and pipeline (7.5x10?°).The event
outcome of event tree analysis including the values are as follow:
Gas Leaking ~> Immediate Ignition -> BDS Success -> Jet Fire (0.00E+00),
Gas Leaking -> Immediate Ignition -> BDS Fail -> .let Fire (3.07E-02),
Gas Leaking -> Immediate Ignition -> FPS Success -> Explosion (0.00E+O0),
Gas Leaking -> Immediate Ignition -> FPS Fail -> Explosion (1.62E~03),
Gas Leaking -> Lagging Ignition -> BDS Success -> Flash Fire (0.00E+0O),
Gas Leaking -> Lagging ignition -> BDS Fail -> Flash Fire (1 .62E-03), Gas Leaking -> Detector Fail -> ESD Success -> BDS Success -> FPS
Success (8.08E-05),
Gas Leaking -> Detector Fail -> ESD Fail -> BDS Fail (4.25E-06)
ln case of ire occurs, the severity will be signiticant level with gas leak flow
rate is 0.57 kgs/second during 125 seconds and the PLTGU Cilegon fuel
storage tank is in safe condition.
By implementing the tire protection system maintenance program and regular
personnel training for emergency response, the severity level of Gas Metering
Station will be minor and expected to be zero.
"
2007
T34523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>