Ditemukan 154422 dokumen yang sesuai dengan query
Juanita Chairani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
TA360
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Amalia Dewi Lukman Hakim
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
TA300
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Bayu Firmansyah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
TA317
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Rian Ramadhani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
TA1066
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fahmi Maulana Yusuf
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
TA411
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
David
"Salah satu proses yang terpenting dalam pengolahan lada adalah proses pengeringan. Para petani yang berskala kecil masih melakukan penjemuran untuk mengeringkan lada mereka. Penjemuran sangat tidak efektif dan tergantung oleh cuaca. Agar lada dapat dikeringkan dengan cepat dan hasil yang lebih baik maka dibutuhkan pengering yang dapat melakukan peke aan harus dapat dibuat dan dipakai oleh petani yang tinggalnya di daerah yang mungkin saja belum terjangkau oleh listrik. Untuk ft.u maka bahan bakar yang digunakan harus mudah diperoleh di tempat di mana pengering itu akan digunakan.
Pit oil barrel dryer dirasa merupakan jenis pengering yang cocok untuk hal ini karena pembuatannya mudah dengan menggunakan bahan yang mudah didapat dan harganya murah. Tetapi pengering ini karena kapasitasnya yang besar jadi kurang efektif untuk dimiliki seorang petani yang berskala kecil. Untuk itu penulis membuat pengering yang prinsip kerjanya mirip dengan pit oil barrel dryer tetapi berukuran lebih kecil. pengering ini bentuknya juga sederhana, mudah dibuat dan biaya operasionalnya tidak besar. setelah dicoba untuk mengeringkan lada dalam jumlah yang sedikit, dapat dikatakan bahwa pengering ini dapat berfungsi dengan baik. penggunaan pengering ini bukan saja untuk lada tetapi juga untuk biji-bijian lain yang tidak digunakan sebagai bibit untuk ditanam."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S37143
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fatimah
"Rancangan alat pengering surya tidak langsung menggunakan kolektor plat datar bersirip dan kipas untuk pengeringan kakao fermentasi telah dilakukan. Kualitas produk kakao sangat ditentukan oleh kakao pasca panen yaitu proses fermentasi dan pengeringan. Hasil pengeringan yang baik dicapai pada temperatur (50-60) ºC pada laju pengeringan tidak terlalu fluktuatif. Kolektor plat datar bersirip dapat menaikkan suhu udara pengering hingga 30ºC diatas suhu lingkungan. Tujuan Penelitian ini adalah membuat rancangan alat pengering surya tidak langsung menggunakan kolektor bersirip dan kipas. Sefesifikasi hasil rancangan box pengering terbuat dari plat aluminium 30 mm dengan dimensi panjang 1m, lebar 1 m dan tinggi 1 m. Pada bahagian atas dibuat cerobong dan kipas untuk sirkulasi udara pengering. Dimensi kolektor panjag 2 m, lebar 1 m, tinggi 0,20 m dan kemiringan 600. Plat dan sirip kolektor terbuat dari aluminium 30 mm, isolator terdiri dari kayu, styrofoam dan rockwool dan penutup kaca bening 8 mm. Hasil perhitungan kinerja alat yang dirancang. Kehilangan panas pada dinding 5,124 Wat, sisi alas 13,268 Wat, penutup kaca 102,670Wat, panas radiasi 0,105 Wat. Total Kehilangan panas 121,167 Wat. Panas masuk pada kolektor sebesar 682,060 Wat dan yang digunakan 492,687 Wat."
Bandung: Unisba Pusat Penerbitan Universitas (P2U-LPPM), 2017
AJ-Pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Bagaswara Ramadhan
"Pada sistem pengering semprot, temperatur udara pengering sangat mempengaruhi kualitas dari produk yang dihasilkan. Jika temperatur udara pengering terlalu tinggi dapat merusak material yang terkandung di dalam bahan. Namun nilai efisiensi pada pengering semprot sangatlah rendah, karena konsumsi energi yang dihasilkan sangat tinggi. Untuk mengatasinya diperlukan pemanfaatan dehumidifier sebagai pre-heater sebelum udara dipanaskan kembali di dalam heater. Pada penelitian kali ini menggunakan variasi laju aliran udara 150 lpm, 300 lpm dan 450 lpm terhadap temperatur udara sebesar 10 oC, 15 oC, 20 oC dan 25 oC pada evaporator. Udara yang keluar dari kondensor dimanfaatkan kembali untuk dipanaskan melewati heater yang temperaturnya diatur sebesar 60 oC, 90 oC dan 120 oC. Dari penelitian ini menunjukan bagaimana kinerja dan konsumsi energi dari sistem gabungan dehumidifier dan heater yang dihasilkan dengan menggunakan dehumidifier dan tanpa dehumidifier. Kinerja dan konsumsi energi dari sistem dehumidifier yang dihasilkan dengan menggunakan dehumidifier dan tanpa dehumidifier sangat dipengaruhi oleh laju massa aliran udara yang diberikan dan kelembaban spesifik udara pengering yang dihasilkan. Konsumsi energi juga dipengaruhi oleh beban heater yang akan digunakan, sehingga dapat diketahui bahwa kinerja sistem dehumidifier dan konsumsi energi dengan menggunakan heater yang paling optimum ketika laju massa aliran udara sebesar 450 lpm pada saat temperatur udara di evaporator di titik 10 oC dan pada heater sebesar 60 oC.
In the spray dryer system, dryer air temperature greatly affect the quality of the products produced. If the drying air temperature is too high can damage the material contained in the material. However, the efficiency of the spray dryer is very low, because the consumption of energy produced is very high. To overcome this required the use of a dehumidifier as a pre-heater before the air is reheated in the heater. In the present study using a variation of the air flow rate of 150 lpm, 300 lpm and 450 lpm against air temperature of 10 oC, 15 oC, 20 oC and 25 oC at the evaporator. The air coming out of the condenser is recovered to heat passing through the heater temperature is set at 60 oC, 90 oC and 120 oC. This research shows how the performance and energy consumption of the dehumidifier and heater combined system generated by using a dehumidifier and without dehumidifier. Performance and energy consumption of the dehumidifier system generated by using a dehumidifier and without dehumidifier is influenced by the rate of mass air flow given and specific humidity drying air is generated. Energy consumption is also affected by the burden of the heater to be used, so it can be seen that the system performance dehumidifier and energy consumption by using a heater the most optimum when the mass rate of air flow of 450 lpm when air temperature at the evaporator at point 10 oC and at the heater at 60 oC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62816
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Harry Hafitara
"Pertumbuhan ekonomi dan populasi penduduk di Indonesia akan menyebabkan pemenuhan kebutuhan terhadap energi terus mengalami peningkatan. Pemilihan jenis bahan bakar dan teknologi yang digunukan akan berdampak pada pertambahannya emisi gas CO2 yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi menuju atmosfir dan dalam jumlah tertentu hal tersebut akan berdampak terhadap pemanasan global. Pemanfaatan energi terbarukan seperti biomass langkah pemerintah dalam konservasi bahan bakar dan mengurangi jumlah pemakaian energi fosil agar berkurangnya efek dari rumah kaca. Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui sehingga dapat menyediakan sumber energi secara berkesinambungan dan dapat mengurangi emisi gas CO2. Biomassa harus mengalami proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai sumber energi. Pada proses pengolahan biomassa, pengeringan merupakan salah satu tahap yang sangat penting untuk menghasilkan kualitas bahan bakar biomassa yang baik. Penelitian ini akan menyelidiki mesin pengering rotari dengan bahan bakar pelet biomassa untuk mengeringkan limbah organik. Variabel yang dilakukan dalam pengujian alat pengering rotari ini menggunakan ukuran pelet kayu diameter 8mm dengan laju konsumsi 123 gram/menit, putaran drum pengering 1; 1.25; dan 1.5 rpm beserta laju aliran udara pengering 33435.8; 57346.1, dan 75139.8 lpm.
Economic growth and population in Indonesia will cause the fulfillment of energy needs to continue to increase. The choice of fuel and technology used will have an impact on the increase in CO2 emissions resulting from the burning of energy sources into the atmosphere and in certain amounts it will have an impact on global warming. Utilization of renewable energy such as biomass is a step of the government in conserving fuels and reducing the amount of fossil energy use so that the greenhouse effect is reduced. Biomass energy sources have several advantages including being a renewable energy source so that it can provide a sustainable energy source and can reduce CO2 gas emissions. Biomass must undergo processing before it can be used as an energy source. In the process of biomass processing, drying is one of the most important steps to produce good quality biomass fuel. This research will investigate a rotary drying machine with biomass pellet fuel to dry organic waste. The variables carried out in this rotary dryer test using a diameter of 8mm wooden pellets with a consumption rate of 123 grams / minute, a drum rotation speed of 1; 1.25; and 1.5 rpm along with a drying air flow rate of 33435.8; 57346.1; and 75139.8 lpm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36784
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library