Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7904 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lapian, Adrian Bernard
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
D1673
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lapian, Adrian Bernard
Depok: Komunitas Bambu, 2009
959.8 LAP o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lapian, Adrian Bernard
Depok: Komunitas Bambu, 2009
959.8 LAP o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Pradjoko
"Penelitian dalam tesis ini berusaha untuk merekonstruksi dinamika sejarah pelayaran,perdagangan dan perebutan kekuatan politik dan ekonomi yang terjadi di kawasan Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur. Kajian sejarah maritim ini diharapkan dapat merekonstruksi sejarah dari masyarakat di Nusantara yang hidup mengarungi lautan. Kajian sejarah maritim sering diabaikan oleh para sejarawan Indonesia karena mereka lebih suka merekonstruksi sejarah yang terjadi di daratan saja, kawasan laut malah dianggap tidak penting. ketimpangan terjadi karena sejarah Indonesia tidak ditulis utuh dalam pengertian sejarah tanah air. padahal dua pertiga wilayah Indonesia adalah kawasan laut yang justru menjadi media integrasi pulau-pulau sekitarnya.
Banyak penduduk Indonesia yang hidup dari perdagangan, pelayaran dan kegiatan mengolah laut. Banyak dari budaya masyarakat kita yang temyata menjadikan laut, perahu dan pelayaran menjadi bagian dari legenda, sistem mata pencarian, sistem nilai dan asal-usul, termasuk masyarakat yang ada di kawasan laut sawu.
Padahal dalam kajian ilmuwan asing dan sumber arsip Portugis dan Belanda, wilayah.ini memiliki dinamika pelayaran dan perdagangan maritim yang;-amai pada abad-abad yang lampau. Seperti halnya ramainya pelayaran kapal-kapal Bugis dan makasar yang berdagang dan jugs mencari tripang ke Australia utara (marege) dengan menjadikan wilayah Laut Sawu sebagai pangkalan armada dan perekrutan tenaga penyelam. Bahkan jugs kehadiran kapal-kapal Portugis, Cina, Belanda, Inggris dan Amerika selama abad-ke-19 dan awal abad ke-20 untuk mencari kayu cendana, lilin, gala lontar dan kuda. Portugis dan Belanda merupakan dua bangsa yang kemudian berebut hegemoni politik dan ekonomi di wilayah kawasan Laut Sawu ini."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19220
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Anyer is a small port town at the west of Java Island. In the period of Netherland Indie government under governor general H.W. Deandels, the Anyer region received a special attention. The strategic value of this region is shows by some archaeological remains. Based on the research by the description of the remains, there are some buildings that can be grouped into the building that is related to infra- structure of transportation, a semi-sacred building,and a sacred building. Through the archaeological study of the building and the research of the historical explanation,it is discovered that the Anyer region has a strategic value including sailing and trading as well as defense sector."
PURBAWIDYA 2:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lisyawati Nurcahyani
Yogyakarta: Kepel Pess, 2017
959.84 LIS d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abd. Karim
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T51675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumbekwan, Albert
"Tesis ini membahas tentang pelayaran orang Biak di Teluk Cenderawasih Abad XIX. Orang Biak menjalankan aktivitas perdagangan barter, ekspansi, dan merompak masyarakat suku-suku di sekitar Teluk Cenderawasih, dan mendominasi aspek perdagangan dan politik di wilayah tersebut. Orang Baik-Numfor membangun hubungan dagang dengan para pelaut Ternate, Tidore, Halmahera-Flores-Gebe, Sulawesi, Buton, pelaut Cina dan Eropa. Sistim dagang orang Biak terbentuk melalui kongsi dagang antar sahabat yang disebut; Manibobi, dengan berlayar dan berdagang keliling. Jenis-jenis komoditi dagang yang dibarter bersama para manibobi-nya di Kepulauan Yapen-Waropen, Teluk Wondama, dan Teluk Doreri-Manokwari, Amberbaken adalah; Sagu, kulit kayu massoi, burung cenderawasih, dan budak serta lainnya. Sedangkan jenis-jenis komoditi dagang baru yang diperoleh melalui kontak dagang dengan para pelaut dari Ternate-Tidore, Buton, makasar, Cina dan Eropa, antara lain; porselin cina, manik-manik, parang, tombak gelang dari besi atau logam, serta berbagai jenis kain. Pelayaran dan perdagangan orang Biak-Numfor didorong oleh motif persaingan atau korfandi, lingkungan georafis dan ekonomi, perang antar suku, dan adat budaya. Aktivitas pelayaran ini dipimpin oleh Manseren Mnu atau Suprimanggun, dan ?Mambri? sebagai pemimpin perang, dengan menggunakan perahu layar tradisional; Wairon, Waimansusu dan Waipapan/Karures, yang dipandu oleh ilmu perbintangan, yaitu bintang Orion (Sawakoi) dan Scorpio (Romanggwandi). Kemampuan pelayaran dan perdagangan sampai ke Ternate-Tidore, menyebabkan orang Biak diberi gelar-gelar seperti; Mambri, Sangaji, Korano, dan Dimara. Dan melahirkan akulturasi budaya antara orang Biak-Numfor dengan suku-suku di daerah Yapen-Waropen, Teluk Wondama, dan Manokwari melalui perkawinan dan perdagangan.

This thesis discusses the shipping of Biak in the Gulf of Paradise XIX century. Biak people barter trading activities, expansion, and community merompak tribes around the Gulf of Paradise, and dominate the trade and political aspects in the region. People Well-Noemfoor establish trade relations with the sailors of Ternate, Tidore, Halmahera-Gebe-Flores, Sulawesi, Buton, Chinese and European sailors. Biak trade system formed through trade partnership between friends is called; Manibobi, with sailing and trade circumference. The types of commodity trade with the manibobi bartered his Yapen Islands-Waropen, Wondama Bay, and Gulf Doreri-Manokwari, Amberbaken; Sago, massoi bark, bird of paradise, and slaves, and others. While other types of trading commodity obtained through trade contacts with the sailors of Ternate-Tidore, Buton, Makassar, China and Europe, among others; Chinese porcelain, beads, machetes, spears of iron or metal bracelet, as well as various types of fabrics. Shipping and trade of Biak-Noemfoor driven by competition motive or korfandi, geographic and economic environment, inter-tribal warfare, and cultural customs. Shipping activity is led by Manseren MNU or Suprimanggun, and "Mambri" as a war leader, using traditional sailing boat; Wairon, Waimansusu and Waipapan/Karures, which is guided by astrology, the stars of Orion (Sawakoi) and Scorpio (Romanggwandi). Shipping and trading capabilities to the Ternate-Tidore, causing the Biak given titles such as; Mambri, Sangaji, Korano, and Dimara. And gave birth to acculturation between the Biak-Noemfoor with tribes in the area Yapen-Waropen, Wondama Bay, and Manokwari through marriage and trade.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T43108
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berliana Windy Arlintya
"Ketandan merupakan kawasan permukiman masyarakat Etnis Tionghoa (pecinan) yang terletak di Kota Yogyakarta. Adanya kependudukan Belanda di tanah Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ternyata memiliki pengaruh terhadap pembentukan identitas budaya masyarakat Etnis Tionghoa. Hal tersebut dapat terlihat pada
gaya bangunan yang dijadikan sebagai tempat aktivitas sehari-hari. Bangunan yang dijadikan data penelitian berjumlah 13 bangunan yang berupa bangunan hunian, rumah toko, dan toko. Dengan demikian penelitian ini akan membahas mengenai identitas budaya masyarakat Tionghoa di Pecinan Ketandan dengan menggunakan
tiga metode penelitian Sharer&Ashmore, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data. Analisis yang digunakan menggunakan analisis deskriptif yang didasarkan pada konsep identitas budaya Stuart Hall (identity of becoming dan identity of being). Setelah dilakukan analisis akan ditarik kesimpulan yang
menjelaskan bahwa masyarakat Tionghoa di Pecinan Ketandan memiliki tiga identitas budaya yang berbeda, yaitu Tionghoa, Belanda, dan Jawa. Adanya tiga budaya yang berbeda ini dipengaruhi oleh faktor sosial dan religi, yaitu interaksi keseharian, perkawinan, dan tradisi.

Ketandan is a residential area of ​​the Chinese ethnic community (Chinatown) located in the city of Yogyakarta. The existence of the Dutch population in the land of the Ngayogyakarta Hadiningrat Sultanate turned out to
have an influence on the formation of the cultural identity of the Chinese community. This can be seen in the style of the building as a place for daily activities such as residential buildings, shop houses, and shops. This
study will discuss the cultural identity of the Chinese community at Ketandan Chinatown by using three methods of Sharer & Ashmore research, namely data collection, data processing, and data analysis. The analysis used is
descriptive analysis based on Stuart Hall's concept of cultural identity (identity of becoming and identity of being). After the analysis is conducted, conclusions will be drawn explaining that the Chinese community in
Ketandan Chinatown has three different cultural identities, namely Chinese, Dutch, and Javanese. The existence of these three different cultures are influenced by social and religious factors, namely daily interactions, marriage, and tradition
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Pradjoko
Jakarta: Wedatama Widya Sastra., 2014
958.802 1 DID p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>