Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13328 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2005
TA426
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ravi Naldi
"Paduan Mg-9Al-1Zn (AZ91) merupakan paduan logam ringan yang digunakan dalam industri otomotif. Masalah utama dari paduan ini adalah memiliki ketahanan mulur yang rendah. Solution treatment merupakan salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan ketahanan mulur logam. Pengaruh solution treatment terhadap sifat mekanik dan sifat korosi paduan as-cast AZ91 diteliti dengan menggunakan uji creep, hardness, elektrokimia, dan hilang berat. Solution treatment dilakukan pada suhu 420°C selama 2 jam kemudian dilakukan pendinginan cepat dalam air. Perubahan struktur mikro dan komposisi paduan diamati dengan mikroskop optik, scanning electron microscopy (SEM), energy dispersive X-ray (EDX) dan X-ray diffraction (XRD). Paduan as-cast AZ91 terdiri dari fasa α-Mg sebagai matrik dan fasa β (Mg17Al12) yang tersebar di sepanjang batas butir. Ukuran butir yang berbentuk sama sumbu (equiaxed) berada pada rentang 40-100 µm. Pengurangan fraksi volume fasa β yang signifikan terjadi setelah solution treatment dimana ukuran fasa β mengecil dan terdistribusi secara acak pada batas butir dan matrik. Solution treatment menyebabkan perbesaran pada butir logam menjadi berukuran 100-500 µm.
Hasil uji hilang berat menunjukkan bahwa laju korosi pada paduan as-cast didapatkan sebesar 179 mmpy kemudian meningkat setelah diberi perlakuan solution treatment menjadi 270 mmpy. Pontensial korosi bebas (open circuit potential) paduan turun setelah solution treatment.
Hasil uji polarisasi potensiodinamik tidak menunjukkan perubahan yang berarti setelah solution treatment. Namun hasil uji impedansi (electrochemical impedance spectroscopy) menunjukkan turunnya nilai impedansi paduan setelah solution treatment. Turunnya ketahanan korosi setelah solution treatment disebabkan oleh berkurangnya fasa β(Mg17Al12) yang berperan dalam menahan laju korosi. Nilai kekerasan paduan as-cast AZ91 yaitu sebesar 61,68 HV turun menjadi 60,66 HV setelah solution treatment.
Hasil uji creep menunjukkan bahwa waktu mulur putus paduan as-cast AZ91 terjadi 10 kali lebih cepat dari paduan yang telah mengalami solution treatment. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya fasa β yang memiliki titik leleh yang lebih rendah disbanding Mg. Perlakuan solution treatment menurunkan ketahanan korosi paduan AZ91 namun dapat meningkatkan ketahanan mulur paduan.

Alloy Mg-9Al-1Zn (AZ91) is a lightweight metal alloy used in the automotive industry. The main problem with this alloy is that it has low creep resistance. Solution treatment is an effective method for increasing metal creep resistance. The effect of solution treatment on the mechanical properties and corrosion properties of AZ91 as-cast alloys was studied using creep, hardness, electrochemical, and weight loss tests. Solution treatment was done at 420 ° C for 2 hours followed by water colling. Changes in microstructure and alloy composition were observed with optical microscopy, scanning electron microscopy (SEM), energy dispersive X-ray (EDX) and X-ray diffraction (XRD). The as-cast AZ91 alloy consists of the α-Mg phase as the matrix and β phase (Mg17Al12) which are spread along the grain boundary. The size of the axle-shaped grain (equiaxed) is in the range of 40-100 µm. Significant reduction of β phase volume fraction occurs after the solution treatment where the phase size of β decreases and is distributed randomly at the grain boundary and matrix. Solution treatment causes enlargement of metal grains to be 100-500 µm in size.
The results of the weight loss test showed that the corrosion rate in as-cast alloys was obtained at 179 mmpy then increased after being treated with a solution treatment to 270 mmpy. Open circuit potential of the alloy drops after the solution treatment.
Potentiodynamic polarization test results show no significant change after the solution treatment. However, the results of electrochemical impedance spectroscopy show a decrease in the value of the alloy impedance after the solution treatment. The decrease in corrosion resistance after the solution treatment is caused by the reduction of the β phase (Mg17Al12) which plays a role in holding down the corrosion rate. The hardness value of AZ91 as-cast alloy which is equal to 61.68 HV drops to 60.66 HV after the treatment solution.
The creep test results show that the creep fracture time of AZ91 as-cast alloy occurs 10 times faster than the alloy that has undergone a solution treatment. This is caused by a reduction in the β phase which has a lower melting point compared to Mg. The solution treatment treatment reduces the corrosion resistance of AZ91 alloys but can increase alloy creep resistance.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Seto, William W.
Jakarta: Erlangga, 1985
620 SET tt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Suryo Cahyono
"Retak dingin merupakan salah satu kendala yang sering terjadi pada pengelasan baja tahan aus. Skripsi ini berisi tentang penelitian pengaruh preheat dan perbedaan kawat las terhadap ketahanan retak dan sifat mekanis dari baja tahan aus CREUSABRO® 8000 dengan menggunakan pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW). Elektroda yang digunakan adalah elektroda E 7018 dan MG NOX 35. Sampel terdiri dari 6 buah plat CREUSABRO® 8000 yang dilas dengan elektroda E 7018 dan MG NOX 35. Proses preheat dilakukan dengan menggunakan burner pada hasil sambungan dengan varibel tanpa preheat, preheat 150°C, preheat 250°C.
Berdasarkan hasil analisa data, penerapan perlakuan preheat pada temperatur 150°C dan 250°C tidak mengakibatkan adanya retak dingin pada hasil lasan. Selain itu, perlakuan preheat dan penggunaan elektroda MG NOX 35 mampu meningkatkan sifat mekanis pada hasil lasan. Perlakuan preheat dan pemilihan elektroda memberikan pengaruh signifikan terhadap terjadinya retak dingin dan sifat mekanis serta dapat dijadikan salah satu metode pengendalian retak dingin pada pengelasan baja tahan aus CREUSABRO® 8000.

Cold cracking is the one of problem on wear resistance plate welding. On this project consist of reseach on influence preheating treatment and welding electrode in crack resistance and mechanical properties of CREUSABRO® 8000 wear resistance steel with SMAW process. Welding electrodes that be used are E 7018 and MG NOX 35. All of sample consisted of 6 CREUSABRO® 8000 wear resistance steel plates that be joined with E 7018 and MG NOX 35 electrode. The process of preheat is done by using burner with 3 joining for each variable consisting of without preheat, preheat 150°C, dan preheat 250°C.
Based on the results of data analysis, cold cracking is not consist to the application of preheat at 150°C and 250°C. Application of preheat and MG NOX 35 electrode also can improve mechanical properties of weld area. Application preheating and selection of welding electrode provides a significant influence on cold cracking and mechanical properties as well as can be used as a method of controlling cold cracking in welding of CREUSABRO® 8000 wear resistance steel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1727
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Ucok P.
"Dalam perkembangan ilmu logam sering dilakukan penelitian untuk rnenemukan bahan-bahan alternarif yang mempunyal biaya produksi (cost of prodl'clion) re!atif lebih rendah dengan mutu (ql'aliry) yang dapat diandalkan. Material yang sering digunakan untuk komponen otomotif adalah baja dan untuk memperoleh material aiternatif dari baja dlkembangkan besi tuang nodular iferro casting ductile) yang mempunyai blaya produksi dan biaya pennesinan yang lebih rendah dibandingkan baja. Untuk meningkatkan s:ifat mekanis besl tuang ini dapat dBakukan proses perlakuan panas (heat treatmenl) terhadap besi tuang nodular. Tujuan penelltian ini adalah untuk mengetahui pengaruh proses perlaku panas quenching-tempering terhadap slfat mekanis besi tuang bergrafit bulat (FCD 50) untuk mendapatkan material alternatif yang dapat digunakan untuk kompQnen otomotif sepcrti crankshaft dengan blaya produksi yang lebih rnurah. Dalam penelitian untuk memastikan bahwa mateiai yang dipakai adalah FCD 50, dilakukan pengujian komposisi menggunakan speCtrometer dan pengujian struktur mikro, Setelah itu maka dilakukan proses laku panas dengan metode quenchillf!~lemperi!ig. Dilakukan iaku panas quenching pada beberapa temperatur austenisasl dan dilakukan penahanan selama 30 menlt Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui temperatur austenisasi yang mengbasilkan kekerasan optimal setelah proses quenching Selanjutnya temperatur austenisasi optimal ini dijadikan acuan untuk melakukan percobaan tempering dengan wah.'tU tahan selama 30 menit pada dua temperatur untuk mengetahui temperatur tempering yang menghasilkan kekerasan yang optimal. Selanjutnya pada temperatur tempering ini dilakukan penguJtan kekuatan tarik. Penguj ian kekerasan yang dilakukan menggunakan rnesm uji kekerasan Brinell type Hardness Tester Torsee, BH3CS, pengujian kekuatan tarik dilakukan menggunkan mesin uji tarik Shimadzu type UH-100A dan pengujian mikrostruktur menggunakan microscope Unlo, Versament 2. Hasil yang diperoleh dari percobaan dianalisa mengapa dan bagaimana hast I tersebut dapat diperoleh, berdasarkan pembahasan tersebut dibuat kesimpulan mengenai pengaruh temperatur austenisasi terhadap kekerasan, pengaruh temperatur tempering terhadap kekerasan dan pengaruh per\akuan panas quenching-tempering terhadap kekuatan tarik. Besi tuang FCD 50 setelah menga)ami proses austenisasi pada temperatur 870°C, ditahan selam 30 menit kemudian quenchmg dengan menggunakan media oli setelah itu dilakukan tempering pada temperatur 400°C dapat meningkatkan kekuatan tarik lebih dari 1,5 kali lipat dan meningkatkan kekerasan 3 kali lipat. Dengan sifat seperti ini material dapat digunakan sebagai material aJtematif pengganti baja tempa untuk pembuatan crankshaft."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessi Haryanti
"Latar belakang penelitian: Perawatan pasien dengan penyakit kritis, kompleks dan membutuhkan perawatan intensifcare unit (ICU), untuk mendapatkan perawatan yang baik dan meminimalkan kesalahan dalam tindakan medis. Perlu strategi untuk melihat perkembangan pasien setiap hari.Kemajuan untuk mendiagnosis, perawatan dan pengobatan penyakit yang berat atau dalam kondisi kritis meningkatkan. Kebutuhan ICU di rumah sakit berbagai negara seringkali melebihi fasilitas yang ada, khususnya perawatan yang ventilasi mekanis. Panduan, protokol atau standar dalam menseleksi pasien sangat dibutuhkan di ruang ICU dan harus memperhatikan etika kedokteran. Skor APACHE II dapat menilaioutcomepasien dari lepas ventilasi mekanis sampai kematian. Tujuan penelitian ini untuk melihat kelangsungan hidup serta faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti karakteristik pada awal pemakaian ventilasi mekanis serta pengaturan sampai outcome pasien.
Metode penelitian: Desain penelitian ini uji potong lintang dengan populasi pasien dewasa yang menggunakan ventilasi mekanis. Pengambilan sampel mengambil data di rekam medis dengan membuka status dan followupsheet. Data yang didapat dinilai karakteristik berdasarkan demografi, kasus dan indikasi perawatan IPI, risiko medis dan pemakaian ventilasi mekanis (VM) serta menilai outcome pasien di IPI.
Hasil: Seratus enam puluh tujuh subjek dalam penelitian, terbanyak umur ≤ 44 tahun 70(41,9%), laki-laki101(60,5%), Jaminan sosial kesehatan 86 (51,5%), skor APACHE II untuk menilai mortalitas pasien dengan median 46,03(5,80-95,49). Kasus bukan bedah86(51,5%), kasuspenyakit paru hanya 68(40,7%) sedangkan gabungan kedua kasus terbanyak kasus bedah bukan penyakit paru 56(33,5%), pasca bedah indikasi pemasangan VM terbanyak 81(48,5%). Sepsis penyebab kematian terbanyak 66(62,9%).Outcome pasienlepas VM 68(40,7%), tindakan trakeostomi8(3,8%), keluar IPI dalam kondisi hidup 61 orang (36,5%).
Kesimpulan: Karakteristik dari pasien sangat mempengaruhi outcome pasien seperti umur, diagnosis dan jaminan kesehatan dan pentingnya suatu penilaian seperti skor APACHE II untuk melihat mortalitas.

Background research: Treatment of patients with critical illness, complex and require intensive care ( ICU ), to get good care and minimize errors in medical treatment. Strategies need to see the patient's progress every day. Progress to diagnose, care and treatment of severe disease or in critical condition improves. Needs of the hospital ICU in various countries often exceed existing facilities, particularly mechanical ventilation treatment. Guidelines, protocols or standards for the selection of patients is needed in the ICU and had to pay attention to medical ethics. APACHE II scores to assess the outcomes of patients off mechanical ventilation until death. The purpose of this study to look at the viability and the factors that influence such characteristics at the beginning of the use of mechanical ventilation as well as setting up patient outcomes.
Methods: Design A cross-sectional study with a test population of adult patients using mechanical ventilation. Sampling took the data in the medical record by opening the status and folllow sheet. Data obtained assessed based on demographic characteristics, cases and indications IPI care, medical risks and the use of the VM as well as assess the outcomes of patients in the IPI.
Results: One hundred sixty- seven subjects in the study, most aged ≤ 44 years 70 ( 41.9 % ), 101 men ( 60.5 % ), Social Security Health 86 ( 51.5 % ), APACHE II score to assess the mortality of patients with a median of 46.03( 5.80 to 95.49 ). Instead of 86 surgical cases ( 51.5 % ), only 68 cases of lung disease ( 40.7 % ) while the second combined surgical cases instead of cases of lung disease 56 ( 33.5 % ), post- surgical indications VM pemasanan most 81 ( 48, 5 % ). Sepsis causes the most deaths 66 ( 62.9 % ). Outcome off VM 68 patients ( 40.7 % ), tracheostomy measures 8 ( 3.8 % ), out of IPI in living conditions 61 ( 36.5 % ).
Conclusion: Characteristics of patients greatly affects patient outcomes such as age, diagnosis and health insurance and the importance of an assessment such as APACHE II score to see mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahaean, Ramses Y.
Yogyakarta: Andi, 2012
624.176 HUT g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aminuddin Day
"ABSTRAK
Aplikasi metode elemen hingga dibidang rekayasa antara Iain digunakan sebagai alat bantu analisa tegangan dalam desain perencanaan. Pengembangan metode tersebut tidak dibatasi hanya pada analisa tegangan elastis linier tetapi juga analisa tegangan di atas titik Iuluh bahan, yang mencakup masalah-masaiah plastisitas.
Dalam synopsis ini dikembangkan prosedur analisa metode elemen hingga yang digunakan untuk analisa elastis-plastis pada benda-benda yang dianggap sebagai kasus tegangan bidang. Dari hasil komputasi metode elemen hingga, akan diperoleh data numeris tegangan/regangan yang dapat digunakan untuk mensimulasikan penyebaran plastis yang terjadi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Stress Induced Leakage C urren! (SILC) telah menjadi suatu fenomena tersendiri dalam perkembangan divais MOSFET. SILC yang lbih dikenal dengan nama arus bocor ini, hadir setting dengan berkembangnya teknologi mikron dalam sebuah divais MOSFET. Berbagai penelitian telah dilakukan demi memperoleh suatu pengertian baku yang mampu menjelaskan keseluruhan fenomena SILC ini, Diharapkan dari pengetahuan dan penelitian yang ada, arus SILC dapat diatasi, walaupun sebenarnya hal ini masih menjadi tanda tanya besar. Sejauh ini SI]_.C dqelaskan dalam bebempa model, di antaranya adalah model _field enhancement dan model trap-assisted.
SILC juga dimsakan mengganggu proses kenja sebuah divais memori. Dalam proses write dan erase sebuah divais memori, SILC seringkali menyertai perpindahan muatan yang disimpan dalam sebuah divais memori. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya besar muatan yang disimpan oleh divais tersebut_ Divais memori dalam proses kerjanya menggunakan fenomena Fowler-Nordheim (FN) tunneling, sebagai fenomena penyimpanan muamn.
Dalam skripsi ini dilakukan penelitian perbandingan antara arus SILC dan arus FN. Hasil perbandingan tersebut memberi hasil bahwa, antara arus SI]..C dan ams FN terdapat sam buah titik potong, yang kemudian dinamakan titik balik. Pada saat nilai pembengkokan pita energi bemilai % dari smj`aee potential, titik balik terletak pada tegangan gate -1.633 V dan -1.733 V untuk hasil LOGEST. Pada saat nilai pembengkokan pita energi bemilai % dari surface potential, titik balik terletak pada tegangan gate -1_524 V dan -1.575 V untuk hasil LOGEST_
Berdasarkan analisa yang dilakukan, juga diperoleh bahwa saat tegangan gate belum menqapai nilai titik balik, maka ants yang mengalir melalui lapisan gme-oksida-
silikon, sama besar dengan nilai arus SILC.itu sendiri."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S39826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>