Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91180 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daulay, Boby
Depok: Universitas Indonesia, 2002
TA330
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Susu ibu adalah makanan utama pada bayi. Cara yang salah memberikan susu dapat menyebabkan kerusakan gigi, karena ASI mengandung laktosa sebagai karbohidrat kariogenik. Akan karbohidrat fermentasi oleh bakteri sebagai bakteri predisposision asidogenic. Lactobasilius adalah bakteri asidogenic utama dalam mulut. Bakteri ini ada di plak di suklus gingiva. Jadi lebih banyak bakteri yang ada pada bayi yang belum gigi dari gigi. Tujuan dar penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ASI terhadap pH saliva pada bayi yang memiliki gigi dan belum gigi. Subyek penelitian ini dengan 20 bayi (10 belum gigi dan 10 memiliki gigi) di Notoprajan, ngampilan Yogyakarta secara acak. Mengukur pH dengan pH digital. Air liur mengambil di 13 ment oleh dops oleh susu ibu. Analisis data dengan t0test dengan signifikan 5%. Hasil penelitian ini adalah ibu susu agar menurunkan pH air liur bayi. pH saliva semakin berkurang pada bayi yang memiliki gigi dari gigi tidak (th=11,58), p<0.05."
610 MUM 10:2(2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Recarlo Zulkarnaen
"Penelitian mengenai pengaruh pengaruh pH air terhadap kematangan gonad ikan Rainbow boesemani (melanotaenia boesemani allen and cross, 1980) telah dilakukan. Sebanyak 150 ikan yang terdiri atas ikan jantan dan betina dibagi ke dalam 5 kelompok yang dipelihara dalam air dengan rentang nilai 6?7 (PK), pH 5?6 (P1), 7?8 (P2), 8?9 (P3),dan 9?10 (P4) selama 30 hari. Nilai IGS digunakan sebagai parameter utama, sedangkan persentase sel spermatozoa dan oosit tingkat V digunakan sebagai data pendukung. Nilai IGS terbesar pada ikan jantan dan betina (1,34% dan 3,92%) didapatkan pada P2, sedangkan nilai IGS jantan dan betina terendah (2,36% dan 0,93%) didapatkan pada P1. Persentase spermatozoa dan oosit tingkat V tertinggi (23,97% dan 21,87%) didapatkan pada P2, sedangkan persentase terendah (17,37% dan 9,28%) didapatkan pada P1. (Hasil uji analisis variansi (ANAVA) 1 faktor (P < 0,05) menunjukkan terdapat pengaruh perbedaan pH terhadap nilai IGS ikan Melanotaenia boesemani . Hasil uji beda nyata terkecil (LSD) (P < 0,05) menunjukkan adanya perbedaan nyata antara P1 dengan seluruh kelompok perlakuan lainnya; namun tidak ditemukan adanya perbedaan nyata pada kelompok perlakuan lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa pH dengan rentang nilai 5?6 memberikan pengaruh negatif terhadap kematangan gonad dari M. boesemani.

A study about the effect of water pH value on gonad maturity of boesemani Rainbowfish (Melanotaenia boesemani Allen and Cross, 1980) has been conducted. A total of 150 fishes consisted of male and female fishes divided into 5 groups which kept with different pH values : 6?7 (PK), 5?6 (P1), 7?8 (P2), 8?9 (P3),and 9?10 (P5). The GSI value was used as the primary parameter, while the percentage of spermatozoa and stageV oocyte was used as supporting data. The highest IGS value for both the male and female fish (1.34% and 3.92%) was obtained at P2, while the lowest value (2.36% and 0.93%) was obtained at P1. The highest percentage of spermatozoa and stage V oocytes (23.97% and 21.87%) was obtained at P2, while the lowest percentage (17.37% and 9.28%) obtained at P1. The result of the analysis of variance (ANOVA) (P <0.05) showed that different pH affect the IGS value of M.boesemani. The result of least significant difference (LSD) (P <0.05) showed a significant difference between P1 with all other treatment groups while there are no differences between other treatment groups. It proved that the pH value range of 5-6 negatively M.boesemani? gonadal maturity."
2016
S61775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK Polianilina sebagai sensor pH secara optik yang telah dilakukan oleh Zhe Jin et al, diperoleh hasil yang cukup baik dengan range pH yang bisa diukur 5-8. Poly(o-toluidine) adalah turunan dari polianilina yang mempunyai daerah serapan sinar tampak yang berdekatan dengan polianilina sehingga diharapkan poly(o-toluidine) ini bisa digunakan sebagai sensor pH sebagaimana polyaniline. Sintesis poly(o-toluidine) dilakukan untuk mendapatkan film poly(o-toluidine) yang digunakan sebagai sensor pH, dan serbuk poly(o-toluidine) untuk karakteristiknya. Kondisi polimerisasi optimum diperoleh dengan memvariasikan konsentrasi HCl, waktu, rasio inisiator dengan monomer, dan suhu. Yields polimer maksimum didapat pada kondisi kelebihan 1 M HCl pada suhu ruang dengan waktu perendaman 18 jam. Film POT sebagai sensor pH dapat mengukur pada daerah pH 2-8. Film POT sebagai sensor pH tidak dapat digunakan untuk sistem yang kontinyu, karena adanya efek hysteresis. Kata kunci : poly(o-toluidine), sensor pH, optik xiv + 82 hlm ; 16 gbr. ; 8 tab Daftar pustaka : 17 (1971-2004)"
[Universitas Indonesia, ], 2005
S30283
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raja Al Fath Widya Iswara
"Kasus kekerasan seksual dalam bentuk persetubuhan dapat terjadi pada perempuan usia reproduksi yang sedang mengalami keputihan. Sekitar 75-80% dari semua perempuan setidaknya sekali menderita infeksi kandidiasis vulvovaginal dan infeksi tersebut menyumbang lebih dari 25% vaginitis menular. Kondisi keputihan akibat kandidiasis disebabkan oleh perubahan mikrobioma vagina dapat menimbulkan perubahan pH dan jumlah neutrofil vagina yang memengaruhi motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina. Lama motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina baik pada kondisi fisiologis maupun patologis merupakan dasar pertimbangan bagi praktisi forensik dalam penentuan waktu terjadinya persetubuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pH, jumlah neutrofil, dan profil mikrobioma vagina terhadap motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina tikus kandidiasis. Penelitian eksperimental ini menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar dengan tikus jantan sebanyak 6 ekor untuk sampel spermatozoa dan tikus betina sebanyak 32 ekor untuk perlakuan. Tikus betina dibagi dua kelompok yaitu tikus normal dan tikus kandidiasis. Pada kedua kelompok tikus betina diberikan perlakuan berupa inseminasi semen dalam vagina. Variabel yang diukur adalah pH, jumlah neutrofil, profil mikrobioma, motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina. Analisis statistik perbedaan pH, jumlah neutrofil vagina, diversitas alfa mikrobioma, motilitas dan persistensi spermatozoa antara tikus kondisi normal dan model kandidiasis dengan uji Mann-Whitney, sedangkan perbedaan diversitas beta mikrobioma dilakukan uji permutational multivariate analysis of variance (Permanova). Estimasi survival motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina menggunakan kurva kesintasan Kaplan-Meier dengan uji log-rank untuk penilaian signifikansi. Hubungan antara pH, jumlah neutrofil dan profil mikrobioma vagina dengan motilitas dan persistensi spermatozoa, dengan uji korelasi Spearman dilanjutkan uji regresi linear berganda. Hipotesis terbukti apabila pada uji perbedaan, uji log-rank,dan uji korelasi didapatkan nilai signifikansi p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pH, jumlah neutrofil, motilitas dan persistensi spermatozoa antara kelompok tikus normal dengan tikus kandidiasis, namun tidak terdapat perbedaan profil mikrobioma tikus normal dan tikus kandidiasis. Kesintasan motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina lebih lama pada tikus normal dibandingkan tikus kandidiasis. Terdapat korelasi antara pH dan jumlah neutrofil dengan motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina tikus, namun tidak terdapat korelasi profil mikrobioma dengan motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina tikus normal dan tikus kandidiasis. Semakin tinggi pH dan jumlah neutrofil dalam vagina, maka motilitas dan persistensi spermatozoa dalam vagina akan semakin menurun. Prosedur tambahan baru pada pemeriksaan kasus kekerasan seksual yang disarankan untuk dilakukan adalah pemeriksaan pH dan jumlah neutrofil vagina.

Cases of sexual violence in the form of sexual intercourse can occur in women of reproductive age who are experiencing vaginal discharge. Approximate 75-80% of all women suffer from vulvovaginal candidiasis infection at least once and the infection accounts for more than 25% of infectious vaginitis. The condition of vaginal discharge due to candidiasis is caused by changes in the vaginal microbiome which can cause changes in vaginal pH and neutrophil count which affects the motility and persistence of spermatozoa in the vagina. Duration of motility and persistence of spermatozoa in the vagina, both physiological and pathological conditions is a basic consideration for forensic practitioners in determining time since intercourse. This study aimed to analyze pH, neutrophil count, and vaginal microbiome profile on the motility and persistence of spermatozoa in the vagina of candidiasis rat as a principles for determining the time since intercourse. An experimental study was conducted using white rats (Rattus norvegicus) Wistar strain with 6 male rats for spermatozoa samples and 32 female rats for treatment. Female rat were divided into two groups, namely normal and candidiasis rat. In both groups, female rat were given treatment in the form of vaginal insemination of semen. The variables measured included pH, neutrophil count, microbiome profile, motility and persistence of spermatozoa in the vagina. Statistical analysis of differences in pH, vaginal neutrophil count, microbiome alpha diversity, motility and persistence of spermatozoa between rat in normal conditions and candidiasis models was carried out using the Mann-Whitney test, while differences in microbiome beta diversity were carried out by the permutational multivariate analysis of variance (Permanova) test. Estimation of survival motility and persistence of spermatozoa in the vagina used the Kaplan-Meier survival curve with the log-rank test for significance assessment. The correlation between pH, neutrophil count and vaginal microbiome profile with spermatozoa motility and persistence, with the Spearman correlation test followed by multiple linear regression tests. The hypothesis is proven if the difference test, log-rank test and correlation test show a significance value of p<0.05.The results showed that there were differences in pH, neutrophil count, motility and persistence of spermatozoa between groups of normal and candidiasis rat, but there were no differences in the microbiome profiles of normal and candidiasis rat. The survival of motility and persistence of spermatozoa in the vagina is longer in normal rat than in candidiasis rat. There was a correlation between pH and the neutrophil count with the motility and persistence of spermatozoa in the vagina of rat, but there was no correlation between the microbiome profile and the motility and persistence of spermatozoa in the vagina of normal and candidiasis rat. The higher the pH and neutrophil count in the vagina, the motility and persistence of spermatozoa in the vagina will decrease. A new additional procedure in examining cases of sexual violence that is recommended to be carried out is checking the pH and vaginal neutrophil count."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan pengukuran keasaman air hujan, partikulat yang tersuspensi di udara arah dan kecepatan angin permukaan di Kota Bandung dari tahun 1088 -1998. Untuk pengukuran pH digunakan alat pH meter Orion, analisis ion-ion digunakan alat spectrohotometer dan ion chromatography, pengkuran SPM digunakan alat High volume sampler, serta arah dan kecepatan angin digunakan alat arah dan kecepatan angin digunakan alat anemometer."
620 LAP 2:1 (2000)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Christhania Cornelius
"ABSTRAK
Resin komposit alkasit mampu melepaskan ion hidroksida sehingga dapat mempertahankan pH netral saliva. Ion yang dilepaskan lebih banyak pada suasana asam. Resin komposit alkasit dapat dipolimerisasi secara kimia dan/atau menggunakan sinar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan resin komposit alkasit polimerisasi kimia dan sinar dalam menetralkan saliva buatan. Jumlah spesimen 96 buah dibagi menjadi 16 kelompok perlakuan yang terdiri dari 2 kelompok saliva buatan (pH 4,5 dan 5,5), 2 kelompok metode polimerisasi (kimia dan sinar), dan 4 kelompok waktu perendaman (1, 3, 5, dan 7 hari). Spesimen berbentuk lempeng dengan diameter 15 mm dan tebal 1 mm yang direndam dalam 5 ml saliva buatan dan disimpan dalam inkubator bersuhu 37˚C. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pH saliva buatan pada seluruh kelompok perlakuan seiring dengan waktu perendaman. Berdasarkan uji statistik Independent T test dan Mann Whitney U, secara umum tidak terdapat perbedaan bermakna dalam meningkatkan pH saliva buatan antara kelompok metode polimerisasi kimia dan sinar. Sedangkan, terdapat perbedaan bermakna kenaikan pH saliva buatan pada kelompok yang direndam pada saliva buatan pH 4,5 dan 5,5. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan resin komposit alkasit polimerisasi kimia dan sinar sama baik dalam meningkatkan pH saliva buatan hingga hari ke 7, terutama dalam suasana yang lebih asam.

ABSTRACT
Alkasite composite resin is able to release hydroxide ions so it can maintain a neutral pH of saliva. More ions released in an acid condition. This composite resin can be polymerized chemically or using LED light. This study aimed to determine the ability of self-cured and light-cured alkasite composite resin to neutralize artificial saliva pH. Ninety-six specimens were immersed in 5 ml of artificial saliva, 15 mm in diameter and 1 mm thick were divided into 16 groups consist of 2 groups of artificial saliva (pH 4,5 and 5,5), 2 groups of polymerization method (self-cured and light-cured), and 4 groups of immersion time (1, 3, 5, and 7 days). The result showed that there was an increase in the pH of the artificial saliva in all treatment groups over the time of immersion. The statistical test using Independent T test and Mann Whitney U showed that in general there were no significant differences between the polymerization method. Meanwhile, there were significant differences between the groups that immersed in each artificial saliva pH. It was concluded that self cured and light cured composite resin alkasite have the same ability to increase the pH of artificial saliva until the 7th day, especially in an acid condition."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Oberlin
"Selama periode 1988-2003 output perekonomian DKI Jakarta dihitung berdasarkan produk domestik regional bruto riil (PDRBR) tahun dasar 1993, meningkat dua kali lipat. Bahkan jika tidak terjadi krisis ekonomi yang mulai terasa sejak tahun 1998, PDRBR DKI Jakarta tahun 2003 mencapai tiga kali lipat dari tahun 1988.
Membesarnya output perekonomian, yang juga disertai perubahan struktur produksi, telah meningkatkan transaksi atau proses tukar-menukar antar para pelaku ekonomi. Secara teoritis, tujuan transaksi tersebut adalah tercapainya kondisi optimal para pelaku ekonomi. Kondisi optimal yang dimaksud adalah efisiensi Pareto dimana para pelaku ekonomi telah mencapai kondisi keseimbangan. Produsen mencapai laba maksimum dan konsumen mencapai kepuasaan maksimum. Keseimbangan ini sekaligus merupakan kondisi efisien. Namun kondisi efisien Pareto baru akan tercapai jika struktur pasar, output maupun faktor produksi adalah persaingan sempurna (perfect competition). Dalam model tersebut diasumsikan: produk dan faktor produksi adalah homogen, penjual dan pembeli begitu banyak sehingga secara individu tidak mampu mempengaruhi harga pasar, barang dan jasa yang dipertukarkan adalah barang privat yang sifat konsumsinya rival dan eksklusif. Asumsi-asumsi inilah yang memungkinkan para pelaku ekonomi mengalokasikan sumberdaya ekonomi yang dimilikinya secara efisien.
Sayangnya asumsi-asumsi pasar persaingan sempurna tersebut di atas, tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata. Misalnya, ternyata produk barang/jasa, maupun faktor tidak homogen, informasi tidak sempurna dan tidak semua barang/jasa yang diproduksi tidak semuanya merupakan barang privat. Ketidakidealan asumsi-asumsi tersebut menyebabkan pasar tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai alat alokasi yang efisien. Dalam arti produksi secara ekonomi terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Salah satu bukti dari kegagalan pasar dalam kehidupan sehari-hari adalah keluhan konsumen, tentang kualitas barang/jasa yang dijual dan keakuratan pengukurannya. Seringkali terjadi berat, panjang ataupun volume barang/jasa yang dibeli konsumen kurang dari yang seharusnya. Hal itu bisa saja disebabkan oleh kesengajaan penjual dan atau rendahnya kualitas alat ukur yang dipergunakan. Apapun faktor penyebabnya, ketidakakuratan alat ukur yang dipergunakan, menyebabkan kerugian bagi konsumen. Sebab dengan anggaran tertentu, tingkat kepuasan yang terjangkau akibat ketidakakuratan pengukuran, menjadi lebih rendah dari yang seharusnya.
Analisis dalam konteks yang lebih luas menunjukkan bahwa ketidakakuratan pengukuran, akan menghasilkan biaya ekonomi yang besar. Misalnya, dalam konteks perekonomian nasional, yang pada tahun 2003 nilai produksi barang dan jasa telah mencapai Rpl.620 triliun, setiap ketidakakuratan pengukuran 1/1000 saja akan menghasilkan kerugian uang sebesar Rpl,6 triliun. Dengan demikian kontrol yang terus menerus terhadap kualitas alat pengkuran sangat bermanfaat. Bidang teori dan praktik yang berkaitan dengan kontrol kualitas alat pengukuran yang digunakan dalam transkasi adalah metrologi. Dimana alat pengukuran tersebut, disebut sebagai alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka studi ini akan menelaah tentang pemanfaatan metrologi dalam kehidupan sehari-hari. Agar studi lebih fokus dan mendalam, maka dilakukan pembahasan studi kasus perekonomian DKI Jakarta periode 1988-2003. Pertimbangan pemilihan DKI Jakarta, adalah karena output perekonomiannya relatif besar dan menyumbangkan 16% output perekonomian nasional. Berdasarkan nilai PDRB riilnya, maka pada tahun 2003 setiap ketidakakuratan pengukuran sebesar 1/1000 saja akan menimbulkan kerugian sebesar Rp66 miliar per tahun. Dalam studi kasus ini, masalah yang dibahas adalah kelangkaan tenaga penera. Alasan pembahasannya adalah fungsi dan posisi penera sangat strategis. Merekalah yang melakukan pengujian UTTP berupa peneraan dan atau peneraan ulang. Selain itu jumlah penera yang ada terlalu sedikit dibandingkan dengan jumlah UTTP yang ada.
Untuk mendapatkan gambaran tentang kelangkaan tenaga penera di Jakarta, digunakan indikator rasio beban (B) yaitu perbandingan antara jumlah jam kerja yang dibutuhkan penera untuk menguji UTTP yang ada di DKI Jakarta dengan jam kerja yang dapat disediakan oleh penera. Jam kerja yang dibutuhkan penera untuk menguji UTTP yang ada disebut sebagai jam kebutuhan (D). Angka jam kebutuhan diperoleh dengan cara mengalikan jumlah dan jenis UTTP yang ada dengan waktu yang dibutuhkan untuk menguji UTTP tersebut. Jam kerja yang dapat disediakan penera disebut jam kapasitas (S). Angka jam kapasitas dihitung dengan cara menghitung terlebih dahulu berapa jam kerja efektif yang dapat diberikan oleh seorang penera selama setahun kerja, dengan asumsi jam kerja sehari adalah 7 jam. Jam kerja yang dapat disediakan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta dalam setahun adalah jam kerja setahun yang dapat disediakan oleh seorang penera dikalikan dengan jumlah penera yang ada di DKI Jakarta.
Rasio beban yang ideal (B) adalalah 1 dimana jumlah jam kebutuhan (D) sama dengan jam kapasitas (S). Hal inl bermakna seluruh UTTP yang ada dapat ditera atau ditera ulang. Tetapi jika niiai B> 1, maka jam kebutuhan lebih besar dari jam kapasitas. Dengan demikian tidak semua UTTP tidak dapat diuji. Jika nilai B makin besar maka kondisinya makin buruk, karena makin banyak UTTP yang tidak dapat ditera atau tera ulang.
Dengan menggunakan metode proyeksi sederhana, yaitu menggunakan model eksponensial maupun model ekonometrika dapat disimpulkan bahwa bila tidak dilakukan akselerasi pengadaan tenaga penera, maka sampai tahun 2010 nanti, angka rasio beban (B) masih di sekitar angka 2. Artinya jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk menera dan menera ulang UTTP adalah dua kali lipat dibanding dengan jam kapasitas yang tersedia. Dengan demikian masih sangat banyak UTTP yang tidak terkontrol kualitasnya.
Berdasarkan hasil proyeksi tersebut, disimpulkan bahwa akselerasi pengadaan tenaga penera harus dilakukan. Selain itu dimasa mendatang, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian, akan makin banyak jumlah dan jenis UTTP yang harus terus ditera dan tera ulang. Lagi pula berdasarkan analisis biaya manfaatnya, ternyata pengadaan tenaga penera di provinsi DKI Jakarta, sangat layak secara ekonomis. Dengan demikian percepatan pengadaan tenaga penera, perlu segera direalisasikan.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T 13241
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harianto
"Pada praktek operasi pasca panen buah mangga, tingkat kematangan tidak sepenuhnya seragam, meskipun buah dipanen pada umur yang relatif sama. Uji ini dalam rangka mencari metoda grading yang praktis atau sederhana dengan melihat fenomena bahwa buah hasil panen bila dimasukkan ke dalam air maka ada yang tenggelam, melayang dan mengapung. Tujuan uji ini untuk mengetahui hubungan antara posisi buah di dalam air (tenggelam, melayang, mengapung) dengan parameter yang terkait dengan tingkat kematangan buah mangga. Pengukuran dilakukan pada buah mangga Arumanis. Metode uji menggunakan rancangan acak lengkap, dengan variasi perlakuan mangga yang tenggelam, melayang dan mengapung. Masing-masing kelompok mangga tersebut diamati dua hari sekali selama penyimpanan pada suhu ruang hingga hari ke-15. Parameter yang diukur adalah kekerasan, brix, tingkat respirasi, dan parameter kualitatif atau pengamatan terhadap penampakan luar dan warna daging buah. Hasil pengukuran parameter kekerasan buah, brix dan tingkat respirasi menunjukkan bahwa posisi kelompok buah di dalam air yakni tenggelam, melayang maupun mengapung tidak menunjukkan tingkat kematangan yang berbeda nyata. Akan tetapi hasil pengamatan (visual) terhadap penampakan luar (kulit) dan penampakan warna daging buah terlihat kelompok mangga tenggelam lebih cepat matang dibanding mangga yang melayang maupun yang mengapung."
Bogor: Balai Besar Industri Agro, 2020
338.1 WIHP 37:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Edeh Roletta Haroen
"The aim of the research were to describe how salivary flow rate and pH vary with time during use of chewing and gustatory stimulation. Fifty young adult subjects collected unstimulated saliva by spitting method, and then collected stimulated saliva by chewing paraffin wax, and a few drops of citric acid are usually placed on the subjects tongue. The mean of saliva flow rate that unstimulated: 0.50 cc/minute; stimulated saliva by chewing paraffin wax:1.57 cc/minute, and drops of citric acid stimulation showed that saliva flow rate: 2.98 cc/minute; and pH saliva that unstimulated 6.39; stimulated saliva by chewing paraffin wax 7.2; and stimulated saliva by citric acid: 7.55. Statistical paired t test showed that t lower than t table. The conclusion of the research showed that there were significant influences in the unstimulated salivary flow rates and pH with stimulated saliva elicited by chewing and gustatory stimulation."
[Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>