Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121569 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lucia Retno Mursitolaksmi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Azza Maulydia
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan pemilihan strategi coping pada generasi tua dan generasi muda yang mengalami emosi malu dan emosi bersalah. Dalam mengukur coping, digunakan alat ukur The Brief COPE oleh Carver (1997). Jumlah sampel penelitian berjumlah 126 orang dengan rincian 63 generasi tua dan 63 generasi muda. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan pengalaman dalam memilih strategi coping yang signifikan antara generasi tua dan generasi muda yang mengalami emosi malu dan emosi bersalah. Adapun berdasarkan analisis rata-rata jenis coping, generasi tua dan generasi muda yang mengalami emosi malu maupun bersalah, tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan problem-focused coping dibandingkan emotion-focused coping. Pada coping emosi malu, terdapat perbedaan yang signifikan pada subskala self-distraction. Pada coping emosi bersalah, terdapat perbedaan yang signifikan pada subskala seeking of instrumental support, self-distraction, humor dan religion.

This research was conducted to see the difference of experience in choosing coping strategies toward shame and guilt between old generation and young generation who experiencing shame and guilt. Coping strategies were measured using The Brief COPE by Carver (1997). Total subject in this research are 126 sample, 63 old generation and 63 young generation. Result obtained indicated that there is no significant difference on experience in choosing coping strategies between old generation and young generation who experiencing shame and guilt. Based on tipe of coping, result obtained that there is no significant difference in problem-focused coping and emotion-focused coping between old generation and young generation who experience shame and guilt. Based on coping subscales toward shame, result obtained that there is significant difference in self-distraction subscale. Based on coping subscales toward guilt, result obtained that there is significant difference in seeking of instrumental support, self-distraction, humor and religion subscales."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumayah Soimah
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi dukungan sosial dari keluarga, teman, dan orang penting lainnya (staf perawat) tentang kepuasan hidup penghuni lansia Panti jompo. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 44 lansia yang tinggal di panti asuhan Werdha. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Scale of Perceived Social Dukungan dikembangkan oleh Zimet, Dahlem, Zimet, dan Farley (1988) untuk mengukur dukungan sosial yang dirasakan dari keluarga, teman, dan orang lain serta kepuasan Dengan Skala Kehidupan yang dikembangkan oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin (1985) untuk mengukur kepuasan hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan hidup berhubungan sedang dan diprediksi oleh dukungan sosial yang dirasakan dari orang lain (petugas panti asuhan) dan keluarga. Tidak ada korelasi antara dukungan sosial yang dirasakan dari teman dan kepuasan hidup. Penelitian di masa depan harus memisahkan orang tua masih memiliki keluarga dengan mereka yang tidak.

This study aims to look at the relationship between perceptions of social support from family, friends, and other important people (nursing staff) regarding the life satisfaction of elderly residents. Nursing home. The number of participants in this study were 44 elderly who live in the Werdha orphanage. The measuring instrument used is the Multidimensional Scale of Perceived Social Support was developed by Zimet, Dahlem, Zimet, and Farley (1988) to measure the perceived social support from family, friends, and others as well as satisfaction with the Life Scale developed by Diener, Emmons, Larsen, and Griffin (1985) to measure satisfaction. life. The results showed that life satisfaction was moderate and predicted by the social support felt from other people (orphanage workers) and family. There is no correlation between perceived social support from friends and life satisfaction. Future research should separate parents who still have families from those who don't."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinny Shafira Khairunisa
"Latar Belakang: Lansia merupakan individu berusia 60 tahun ke atas yang memiliki kerentanan yang tinggi untuk mengalami masalah kesehatan baik umum maupun gigi dan mulut dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Adanya masalah kesehatan gigi dan mulut tersebut mengharuskan lansia untuk mengakses perawatan gigi dan mulut yang sesuai dengan kebutuhannya. Namun, pandemi Covid-19 hadir dan lansia menjadi individu dalam kelompok paling rentan untuk terpapar oleh virus ini. Beberapa dampak yang dialami lansia akibat pandemi Covid-19 antara lain menurunnya kondisi fisik, menurunnya tingkat aktivitas fisik, hingga berdampak pada aspek psikologis seperti meningkatnya gejala depresi, ansietas, serta rasa kesepian. Terdapat alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai kondisi tersebut antara lain Geriatric Depression Scale (GDS), Covid-19 Anxiety Scale (CAS), serta Questionnaire for Assessing the Impact of the Covid-19 Pandemic and Accompanying Mitigation Efforts on Older Adults (QAICPOA). Namun, pengembangan serta penggunaan alat ukur CAS dan QAICPOA secara komprehensif belum pernah dilakukan di Indonesia Tujuan: Memperoleh alat ukur yang valid dan reliabel untuk menilai kecemasan terkait Covid-19 serta melihat adanya efek psikologis pada lansia yang membutuhkan perawatan gigi dan mulut di masa pandemi Covid-19. Metode: Pengembangan alat ukur skala kecemasan terkait Covid-19 (CAS-Id) dan QAICPOA dilakukan melalui tahap adaptasi lintas kultural untuk mendapatkan kuesioner yang dapat dipahami oleh responden. Selanjutnya, pengembangan CAS-Id dilanjutkan dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas. Analisis univariat dilakukan terhadap ketiga komponen efek psikologis yang diteliti yaitu depresi, ansuetas, serta dampak isolasi sosial berdasarkan faktor sosiodemografi pada lansia. Total subjek penelitian adalah 171 orang. Hasil: Uji validitas dan reliabilitas pada alat ukur Covid-19 Anxiety Scale (CAS) dalam penelitian ini mendapatkan nilai Cronbach’s alpha 0,783 dan r = 0,700 dengan p-value 0,000 (p < 0,05) sehingga berhasil mendapatkan alat ukur yang bersifat valid dan reliabel. Adapun efek psikologis pada lansia yang membutuhkan perawatan gigi dan mulut menunjukkan adanya depresi ringan hingga sedang, ansietas sedang hingga tinggi, serta kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan rutin dan mengalami rasa kesepian pada lansia berdasarkan sosiodemografi. Kesimpulan: Alat ukur CAS-Id dapat digunakan untuk mengukur kecemasan terkait Covid-19 dengan baik pada lansia sehingga diharapkan dapat digunakan untuk penelitian berikutnya yang menilai aspek kecemasan pada individu lainnya. Adanya efek psikologis bersifat ringan, sedang, hingga berat dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi lansia dalam mendapatkan perawatan gigi dan mulut sehingga diperlukan sebuah solusi untuk mengatasi hal ini.

Background: The elderly are individuals aged above 60 years and are susceptible to experiencing health problems, both general and dental compared to any other age groups. The existence of dental health problems requires the elderly to access dental care that is compatible with their needs. However, the Covid-19 pandemic makes the elderly as individuals in the most vulnerable group to be exposed to the virus. Some of the impacts experienced by the elderly due to the Covid-19 pandemic include decreased of physical conditions, decreased levels of physical activity, even to have an impact on psychological aspects such as increased symptoms of depression, anxiety, and feelings of loneliness. There are measuring tools that can be used to assess these conditions, including the Geriatric Depression Scale (GDS), Covid-19 Anxiety Scale (CAS), and the Questionnaire for Assessing the Impact of the Covid-19 Pandemic and Accompanying Mitigation Efforts on Older Adults (QAICPOA). However, the development and comprehensive use of CAS and QAICPOA as measuring instruments has never been applied in Indonesia. Objective: To obtain a valid and reliable measuring tool to assess anxiety related to Covid-19 and to see the psychological effects on the elderly who need dental and oral care during the Covid-19 pandemic. Methods: The development of the Covid-19-related anxiety scale (CAS-Id) and QAICPOA was carried out through a cross-cultural adaptation stage to obtain a questionnaire that the respondents could comprehend. Furthermore, the development of CAS-Id was continued by conducting validity and reliability tests. Univariate analysis was carried out on the three components of the psychological effects studied, namely depression, anxiety, and the impact of social isolation based on sociodemographic factors in the elderly. The total research subjects were 171 people. Results: Test the validity and reliability of the Covid-19 Anxiety Scale (CAS) measuring instrument in this study obtained a Cronbach's alpha value of 0.783 and r = 0.700 with a p-value of 0.000 (p < 0.05) and makes it succeeded in obtaining a valid and valid measuring instrument. reliable. The psychological effects on the elderly who need dental and oral care show mild to moderate depression, moderate to high anxiety, and difficulties in accessing routine health services and experiencing loneliness in the elderly based on sociodemography. Conclusion: The CAS-Id measuring instrument can be used to measure anxiety related to Covid-19 well in the elderly, so it is hoped that it can be used for future studies that assess aspects of anxiety in other individuals. The existence of mild, moderate, to severe psychological effects can be one of the factors that affect the elderly in getting dental and oral care so that a solution is needed to overcome the issue"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Tunjung Fitriani
"ABSTRAK
Demensia merupakan kondisi yang umum terjadi pada lanjut usia, namun
mengingat dampaknya yang multifaktorial, demensia tidak bisa dianggap sebagai
hal remeh. Lanjut usia yang mengalami demensia, mengalami penurunan kognitif
dan kemampuan lainnya yang mengganggu dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga memerlukan seseorang yang membantunya untuk melakukan aktivitas
sehari-hari, yaitu keluarga. Dampak dari demensia, serta lamanya waktu
perawatan yang dibutuhkan lansia demensia, beresiko tinggi menyebabkan stres
pada keluarga yang merawatnya. Tujuan penelitian untuk menggali lebih dalam
terhadap stres dan strategi koping yang digunakan keluarga dalam merawat lanjut
usia demensia di Tulungagung. Metode penelitian kualitatif deskriptif
fenomenologi terhadap 7 partisipan. Hasil penelitian didapatkan tema motif
merawat lanjut usia, respon fisik, respon psikologis, perubahan sosial, perubahan
ekonomi, pola koping, dampak penggunaan koping, beban tambahan merawat dan
harapan merawat lansia. Dapat disimpulkan berbagai perubahan kognitif dan
perilaku yang terjadi pada lanjut usia, menyebabkan stres bagi keluarga yang
merawatnya, dan menggambarkan berbagai strategi koping yang digunakan,
untuk ,mengelola stres yang dialaminya. Rekomendasi untuk perawat spesialis
jiwa, melakukan terapi supportif dan self help group secara kontinyu, untuk
meningkatkan kualitas hidup lanjut usia demensia dan keluarga yang merawatnya.

ABSTRACT
Dementia is a common condition in the elderly, but because of impact is
multifactorial, dementia can not be regarded as trivial. In the elderly who have
dementia, cognitive decline and other abilities that interfere with daily life, so it
takes a person who helped to carry out daily activities, namely family. The impact
of dementia, as well as the length of time it takes elderly dementia care, high risk
causing stress on the family who cared for him. The purpose of this research was
to describe in deep to stress and coping strategies was used in caring for elderly
relatives with dementia in Tutungagung. Research method was used descriptive
qualitative of phenomenology to 7 participants. The finding was revealed theme
elderly care reasons, physiological response, response psychological, social
change, economic change, coping strategies, coping result, , the burden of caring
for elderly care and hope. It can be concluded various cognitive and behavioral
changes that occur in the elderly causes of stress families who care for her, and
describe a variety coping strategies used, to manage the stress they experienced.
Recommendations for mental nurse specialist, supportive therapy and self help
group continuously, to improve the quality of life of the dementia elderly and their
family care."
2013
T36015
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Judyca Sarinah
"Masalah kemandirian dapat mempengaruhi munculnya masalah harga diri pada lansia. Hal itu disebabkan karena adanya etiologi intrinsik seperti kondisi fisik, kognitif, dan jiwa serta persepsi negatif lansia dan etiologi ekstrinsik seperti suasana tinggal di panti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik responden usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan kondisi kesehatan, tingkat kemandirian melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, tingkat harga diri, dan hubungan antara tingkat kemandirian melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan tingkat harga diri lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan pada 75 responden dengan panduan instrumen Barthel Index dan Rosenberg Self-Esteem Scale dengan desain cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukkan 76 tergolong mandiri, 56 memiliki harga diri tinggi, dan tidak ada hubungan antara tingkat kemandirian melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan tingkat harga diri p value 0,051; CI 95 . Penelitian berikutnya disarankan untuk meneliti hubungan antara tingkat kemandirian melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dasar dan aktivitas kehidupan sehari-hari instrumental dengan tingkat harga diri pada lansia di panti sosial yang berbeda.

The independence problem can affect self esteem problem in elderly. It is caused by intrinsic etiologies such as the physical, cognitive, and mental conditions and the negative perception of elderly and extrinsic etiology namely the situation about living in elderly institution. The purpose of this research is to identify the characteristics of participants age, gender, education level, and health condition, the independence level of doing activities daily of living, the self esteem level, and the correlation between the independence level of doing activities daily of living with the self esteem level of elderly in Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 South Jakarta. This research was done for 75 participants by using Barthel Index and Rosenberg Self Esteem Scale with cross sectional design.
The result shows 76 participants are independent, 56 participants have high self esteem, and there is not correlation between the independence level of doing activities daily of living with the self esteem level p value 0,051 CI 95 . The next research is recommended to identify the correlation between the independence level of doing basic and instrumental activities daily of living with the self esteem level in different social elderly institution.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Yolanda Barlian
"Penelitian mengenai emosi malu dan emosi bersalah masih sangat terbatas jumlahnya, terutama di Indonesia. Indonesia dikenal sebagai negara dengan budaya kolektivis yang menekankan pada emosi malu, sementara akibat pengaruh globalisasi, budaya individualis mulai masuk ke masyarakat dan membuat budaya malu semakin pudar. Dalam penelitian ini akan dilihat mengenai perbedaan emosi malu dan emosi bersalah pada generasi tua dan generasi muda di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif pada 63 responden generasi tua dan 61 responden generasi muda melalui teknik non-probability sampling dengan alat ukur TOSCA-3 untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah saat menghadapi situasi tertentu. Dari penelitian ini, ditemukan perbedaan yang signifikan pada emosi malu dan emosi bersalah antara generasi tua dan muda, dan ditemukan juga perbedaan yang signifikan antara emosi malu dan emosi bersalah pada masing-masing generasi.

Study about shame and guilt has not been conducted many times, especially in Indonesia. Indonesia is known with its collectivist culture which emphasizes shame among its people. Because of globalization, people started to show individualism, makes the shame culture decreased. This study wanted to find out the difference of shame and guilt in old and young generation, using quantitative approach on 63 old generation respondents and 61 young generation respondents using non-probability sampling technique. TOSCA-3 was used to measure shame and guilt in certain situation. Based on the results, this study found that there was a significant difference in shame and guilt between old and young generation, and there was also a significant difference between shame and guilt in each generation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahel
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tekanan teman sebaya dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Tekanan teman sebaya diukur dengan menggunakan Skala Tekanan Teman Sebaya yang merupakan adaptasi dari Peer Pressure Inventory yang dikembangkan oleh Clasen dan Brown (1985). Emosi malu dan emosi bersalah diukur dengan menggunakan Test of Self-Conscious Affect 3 yang dikembangkan oleh Tangney, Dearing, Wagner, dan Gramzow pada tahun 2000. Terdapat sebanyak 433 remaja di Jakarta yang menjadi partisipan dalam penelitian.
Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara dimensi perilaku school involvement dan emosi malu, school involvement dan emosi bersalah, family involvement dan emosi malu, serta family involvement dan emosi bersalah. Terdapat pula hubungan yang negatif antara dimensi perilaku peer involvement dan emosi malu, peer involvement dan emosi bersalah, misconduct dan emosi malu, serta misconduct dan emosi bersalah.

This research was conducted to see the correlation between peer pressure with shame and guilt in adolescent. Peer pressure were measured using Peer Pressure Scale that adapted from Peer Pressure Inventory by Clasen and Brown (1985). Shame and guilt were measured using Test of Self-Conscious Affect 3 by Tangney, Dearing, Wagner, and Gramzow in 2000. There was 433 adolescent in Jakarta participated in this study.
The result is there is a positive correlation between peer pressure in school involvement and shame, school involvement and guilt, family involvement and shame, and family involvement and guilt. There is also a negative correlation between peer pressure in peer involvement and shame, peer involvement and guilt, misconduct and shame, and misconduct and guilt.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambusai, Yuninengri
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan emosi malu dan bersalah antara
remaja yang tinggal di Jakarta dan remaja di daerah Penyangga. Dalam mengukur
emosi malu dan bersalah, digunakan alat ukur TOSCA-3 hasil adaptasi oleh Dr.
Lucia RM Royanto, M.Si, MSp Ed.dan tim penyusun yang kemudian di revisi oleh
peneliti untuk penggunaan pada remaja. Sampel penelitian berjumlah 233 orang
dengan rincian 156 remaja di Jakarta dan 77 remaja di daerah penyangga. Hasil
penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan emosi malu dan bersalah antara
remaja yang tinggal di Jakarta dan remaja di daerah Penyangga (Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi). Adapun berdasarkan analisis gambaran kategori situasi tidak
ada perbedaan dalam hal kategori situasi emosi bersalah antara remaja yang tinggal di
Jakarta dan remaja yang tinggal di daerah penyangga (Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi)

ABSTRACT
This research seeks to discover the differences of shame and guilt between
adolescents living in Jakarta and suburban areas such as Bogor, Depok, Tangerang,
and Bekasi. To measure shame and guilt, TOSCA-3 adapted by Dr. Lucia RM
Royanto, M.Si, Msp Ed. was used after revision for use on teenagers. The sample
consists of 156 adolescents from Jakarta and 77 adolescents from suburban areas,
making the total of 233 respondents. The result shows that there’s no difference in
shame and guilt between adolescents living in Jakarta and adolescents living in
suburban areas (Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53917
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Syaka Diara
"Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang menganut budaya kolektivis. Pada masyarakat bersifat kolektif, budaya malu lebih dikembangkan. Seiring dengan terjadinya globalisasi, terlihat pudarnya budaya malu pada perilaku yang ditampilkan oleh masyarakat, dan juga munculnya budaya baru yang diserap dari budaya barat, yaitu budaya bersalah. Peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan pada emosi malu dan emosi bersalah yang ditinjau dari situasi pemicunya, pada generasi tua, yang pada masa mudanya belum banyak terpapar oleh budaya barat, dengan generasi muda sekarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif pada 63 responden generasi tua dan 61 responden genrasi muda melalui teknik non-probability sampling. Alat ukur yang digunakan diadaptasi dari TOSCA-3 untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah ketika menghadapi situasi tertentu.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada emosi malu dan emosi bersalah antara generasi tua dan generasi muda ditinjau dari situasi yang berkaitan dengan diri, keluarga dan pekerjaan, namun perbedaan pada emosi malu antara generasi tua dan generasi muda ditinjau dari situasi yang berkaitan dengan pekerjaan tidak signifikan.

The Indonesian society is a society that embraces collective culture. Shame culture is more developed in collective culture. With the occurrence of globalization, a fading of shame culture in behavior of the society can be seen as well as the emergence of a new culture adapted from the west, known as guilt culture. The aim of this study is to see if there is a significant difference of shame and guilt between the old generation, who have not been exposed too much by western culture, and the young generation based on eliciting situations.
This study uses quantitative method and involves 63 respondents from the old generation and 61 respondents from the young generation. The respondents were chosen using the non-probability sampling technique. The scale used to measure shame and guilt when facing certain situations was adapted from TOSCA-3.
The results of this study show that there is a significant difference of shame and guilt between the old and young generations based on situations related to the self, family and friendship but there is not a significant difference of shame between the old and young generations based on situations related to work.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>