Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10218 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Klokke, A.H.
Jakarta: Bagian Penerbitan dan Perpustakaan Biro V, Depkes-RI, 1971
616 KLO y
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Klokke, Arnoud Hendrik
1956
D452
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aruan, Rompu Roger
"Latar Belakang : Frambusia adalah infeksi yang disebabkan oleh spirochetes, yaitu Treponema pallidum subspesies pertenue. Penyakit ini merupakan jenis infeksi non venereal kronis dan menular terutama pada anak-anak dengan usia di bawah 15 tahun. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat sebanyak 7.400 kasus frambusia baru dalam periode Oktober 2008 - Oktober 2009 di propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Diagnosis frambusia sangat memerlukan pemeriksaan serologis sehingga diperlukan metode pemeriksaan yang sederhana, cepat, dan akurat. Rapid Plasma Reagin (RPR) merupakan pemeriksaan penunjang serologis akurat, ekonomis, cepat, dan dapat diulang dengan hasil yang sama.
Tujuan : Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif (NPP), dan prediksi negatif (NPN) RPR sebagai penunjang serologis untuk diagnosis frambusia dibandingkan dengan TPHA sebgai baku emas diagnostik frambusia pada anak usia 1-5 tahun.
Subyek dan metode : Penelitian ini merupakan uji diagnostik. Subyek penelitian (SP) adalah sebagian dari anak berusia 1 - 5 tahun di kecamatan Kodi dan Kodi Utara, kabupaten Sumba Barat Daya, NTT. Sejumlah 168 SP telah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pengambilan spesimen darah. Serum didapatkan melalui proses sentrifugasi pada setiap spesimen yang kemudian disimpan dalam keadaan beku. Pemeriksaan RPR dilakukan di laboratorium poliklinik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Pemeriksaan TPHA dilakukan di Departemen Patologi Klinik RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Hasil : Nilai sentivitas RPR sebesar 77,8%, nilai spesifitas sebesar 94,7%, NPP sebesar 63,6%, NPN sebesar 97,3%, dan nilai akurasi 92,9%. Lokasi lesi yang paling sering didapatkan adalah di tungkai bawah 85,71%. Jenis lesi kulit yang paling sering didapatkan adalah ulkus 42,85%.
Kesimpulan : Dengan hasil-hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan RPR pada anak usia 1 - 5 tahun sebagai pemeriksaan penunjang serologis dalam menegakkan diagnosis frambusia. Jenis dan lokasi lesi tersering yang ditemukan adalah ulkus dan tungkai bawah.

Background : Yaws is an infection caused by spirochetes, which is Treponema pallidum subspecies pertenue. Yaws is an infectious and chronic non-venereal disease, affecting mostly children between one and five years old. The Indonesian Ministry of Health reported 7,400 new cases of yaws in Nusa Tenggara Province (NTT) between October 2008 and October 2009. Diagnostic of yaws requires serological diagnostic tools. Hence, a simple, accurate and fast was needed. Rapid Plasma Reagin (RPR) was used as a serological diagnostic tool because RPR is considered to be an accurate, fast, cheap, and reliable tool.
Objective : to measure sensitivity, specificity, Positive Prediction Value (PPV), and Negative Prediction Value (NPV) of RPR as a serological diagnostic tool for yaws in children between one and five years old.
Subjects and method : randomized, diagnostic study was conducted among children between one and five years old in Kodi and Kodi Utara sub-districts of Sumba Barat Daya district , NTT province. Anamnesis, physical examination, and blood samples were collected from 168 subjects. Serum was obtained via the centrifugation of each blood sample, after which it was stored in below zero temperature. RPR test was conducted in an outpatient laboratory at the Department of Dermato-venereology while TPHA test was done at the Department of Clinical Pathology at dr. Cipto Mangunkusumo general hospital.
Result : RPR sensitivity result is 77,8%, specificity result is 94,7%, PPV is 63,6%, NPV is 97,3%, accuracy is 92,9%. Lower extremities are the most affected site in 85,71% subjects. Ulcers (42,85%) are the most common skin lesion recorded in this study.
Conclusion : Based from this results, RPR test is a useful serological diagnostic tool for yaws in children between one and five years old. Lower extremities are the most affected site with ulcers as the most common skin lesion recorded.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Matondang, Faisal Rizal
"Pendahuluan: Tingginya angka kesakitan dari asma dan biaya pengobatan telah menjadi beban besar bagi masalah kesehatan. Tujuan pengobatan asma adalah tercapainya asma yang terkontrol mendekati fungsi paru normal, tidak ada gejala asma, tidak ada keterbatasan aktifiti dan memburuknya asma. Penggunaan Asthma Control Test ACT , Asthma Symptom Control ASC dan Asthma Control Questionnaire ACQ dapat secara mudah memberitahukan tingkat keterkontrolan asma. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kesesuaian antara ketiga kuesioner dalam menilai tingkat keterkontrolan asma di RSUP Persahabatan.
Metode: Penelitian dengan desain potong lintang dan analisis deskriptif pada 45 subjek pasien asma di klinik asma PPOK RSUP Persahabatan melalui wawancara dan pengisian kuesioner untuk mengetahui tingkat keterkontrolan asma.
Hasil: Tingkat keterkontrolan asma dengan ACT sebanyak 42,2 terkontrol baik, 42,2 terkontrol sebagian dengan ASC dan 42,2 tidak terkontrol berdasarkan ACQ. Terdapat hubungan penggunaan obat kortikosteroid semprot dengan kuesioner ACT p=0,031 . Terdapat hubungan antara pendidikan p=0,047 , kebiasaan merokok p=0,037 dan penghasilan p=0,040 dengan keterkontrolan asma ASC. Terdapat hubungan antara penghasilan p=0,025 dengan kuesioner ACQ. Kesesuaian antara ketiga kuesioner ini dengan nilai kappa 0,877 kesesuaian yang baik.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara penggunaan obat kortikosteroid semprot, kebiasaan merokok dan penghasilan pada ketiga kuesioner keterkontrolan asma. Kesesuaian antara ketiga kuesioner terdapat kesesuaian yang baik.

Introduction: The high prevalence of asthma and costs of asthma therapy place a considerable burden on health care systems. Asthma attacks and symptoms can be controlled by an appropriate treatment and proper use of medicines. The goals of asthma therapy are to achieve asthma control near normal lung function, absence of asthma symptoms, no activity limitations and no episodes of worsening asthma. The use of Asthma Control Test ACT , Asthma Symptom Control ASC and Asthma Control Questionnaire ACQ can make easier to control asthma. This study rsquo;s purpose is to see the suitability between the three questionnaires in assessing the level of control asthma in Persahabatan Hospital.
Methods: Research with cross sectional design and descriptive analysis on 45 subjects of asthma patients in the clinic asthma PPOK RSUP Persahabatan through interviews and filling questionnaires to determine the level of control of asthma.
Results: Asthma control rate with ACT was 42.2 well controlled, 42.2 partially controlled with ASC and 42.2 uncontrolled under ACQ. There was association of spray corticosteroid drug use with ACT questionnaire p = 0,031 . There was a relation between education p = 0,047 , smoking habit p = 0,037 and income p = 0,040 with ASC asthma control. There is a relation between income p = 0,025 with ACQ questionnaire. Compatibility between these three questionnaires with a kappa value of 0.877 good suitability.
Conclusion: There is an association between the use of spray corticosteroid drugs, smoking habits and income in the three questionnaires of asthma control. The suitability between the three questionnaires has good suitability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58625
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Webber, Roger
Wallingford: Cab International, 1996
614.5 WEB c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Healey, Bernard J.
Boston: Jones & Bartlett Learning, 2010
362.106 8 HEA n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London: McGraw-Hill Higher Education,
1007000538
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmadsyah Alghozi Nugroho
"Istilah mature merupakan istilah yang lazim di kalangan industri minyak dan gas. Istilah tersebut merujuk pada sebuah kondisi di mana produksi migas mulai menurun dan akan terus menurun. Perusahaan yang dihadapkan pada kondisi mature, sudah pasti akan menerapkan berbagai strategi guna menghadapi proses tersebut, agar kondisi perusahaan tetap stabil. PetroSyah adalah perusahaan migas yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun dan mulai memasuki kondisi mature sejak tahun 2000. Pada pertengahan tahun 2002, Manajemen Petrosyah memutuskan unruk melakukan implementasi Asset-Based Management sebagai upaya menyikapi kondisi mature mereka.
Asset Based Management (ABM) adalah sistem manajemen yang memperlakukan sumber daya utamanya sebagai semi-independent business unit, di mana masing-masing aset memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi budget dan target kinerjanya sendiri. Pendekatan ini dipilih karena secara geografis sesuai dengan lingkungan kerja PetroSyah, yang memiliki aset berupa empat lapangan rnigas utama yang letaknya terpisah. Pihak manajemen berharap penerapan ABM akan memicu tirnbulnya persaingan dalam efisiensi kinerja antar aset, yang berujung pada penurunan biaya operasional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan mengimplementasikan ABM dapat menahan kenaikan biaya operasi dari $ 982 juta di tahun 2000 menjadi $ 1.102 juta di tahun 2005, hal ini karena terjadi perubahan yang mendasar pada struktur organisasi.
Kalau sebelumnya yang dinamakan sebagai departemen Asset adalah departemen yang hanya berfungsi sebagai eksploirasi terhadap lapangan minyak dan gas bumi yang ada dalam wilayah kerjanya, dengan implementasi ABM Asset berubah menjadi divisi yang memiliki tanggung jawab lebih besar. Selain eksploitaisi juga rermasuk di dalamnya produksi, plant field maintenance, HSE, sampai dengan analis bisnis yang bertugas mengatur keuangan dari divisi tersebut. Sehingga implementasi ABM ini seperti melakukan perubahan ke struktur organisasi ke arah unit bisnis yang semi-independen.
Dengan perubahan ini terjadi aliansi antar divisi Asset, yang memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan keuntungan perusahaan dengan cars meningkatkan produksi dan menurunkan biaya operasi. Aliansi yang terbentuk di antara divisi Asset meningkatkan kinerja masing-masing divisi, yang pada akhirnya juga meningkatkan kinerja PetroSyah secara keseluruhan.
Namun, kelemahan ABM ini terletak pada saat melakukan penilaian kinerja antar divisi. Di mana antar divisi tidak bisa diukur dengan kuantitatif yang sama, karena masing-masing Asset memiliki karakterisdk yang berbeda-beda. Oleh karena itu perlu ditunjang dengan penilaian kualitatif yang bisa didapat dan manajer divisi lainnya, serta menggunakan organisasi sejenis sebagai pembanding.
Memang secara indikator-indikator kinerja yang ada, semua menunjukkan penurunan, namun hal ini tidak bisa dihindarkan karena PetroSyah memang berada di tahapan mature. Di mana tingkat produksi dari lapangan rninyak dan gas buminya sudah menurun drastis. Namun dengan implementasi ABM ini, penurunan produksi tersebut dapat ditahan, sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi ABM menunjukkan hasil yang positif.

The term "mature" is very well known among the petroleum community. The term refers to a particular condition when the production capacity started to decrease until it finally vanishes. Petroleum Company dealing with the mature condition will likely implements various strategies in order to extent the process and maintains the company's stabilization. PetroSyah' is a petroleum company operated more than thirty years and has beginning to enter a mature phase since year 2000. In the middle of year 2002, the board of Petrosyah management has decided to implement an approach, known as Asset-Based Management, as a response to the mature phase they are facing.
Asset Based Management (ABM) is an approach management system which treated its main resources or asset as semi-independent business runt. The system implies that each asset will have full authority to create their budget allocation and performance targets. This approach has chooser regarding the geographic nature of Petrosyah, who has four main gas field separated by location. The management hopes that the implementation of ABM wills likely act as a trigger to encourage performance competition between assets, which ends up with an operational cost decrement in the corporate level.
Result of this research has shown that ABM implementation successfully hold the operational cost at $982 million in year 2000 to $1.102 million in year 2005. This could happen because ABM implementation has also brought a significant change in the organization structure.
If prior what entitled as asset department was only concerning at petroleum exploitation within their work scope, ABM implementation transform it as a division with a broaden responsibilities, including not only exploitation but also production, plant & field maintenance, health and safety environment, and business analysis to arrange financial aspects of that division. Therefore, ABM implementation significantly changes the organization structure to become a semi-independent business unit.
The ABM implementation also brought cultural change. Because the new system encourages each asset division to make alliance with each other in orders to increase their performance by maximizing their production while at the same decreasing operational cost. This will likely resulted in profit increment in the corporate level.
The weakness side of ABM lies in the performance evaluation. Because it is almost impossible co quantify measure different characteristics of assets. Therefore, performance evaluation must be supported qualitatively by division manager, or used the same kind of organization as a benchmark.
It is clearly stated that all performance indicators has shown decrement. But this particular situation is hardly avoidable because of the mature state. The enhancement in this thesis is that ABM implementation in Petrosyah successfully holds up the decrement. Therefore it is likely to conclude that ABM implementation has shown positive response.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Radityaputra
"Latar Belakang Bekerja dapat menimbulkan beberapa efek negatif seperti burnout. Burnout layak mendapat perhatian khusus karena dampaknya cukup signifikan terhadap kehidupan pekerja. Penelitian ( dalam Schabracq, Winnubst, & Cooper, 2003) telah menunjukkan bahwa orang yang mengalami burnout akan terlihat sedih dan memperlihatkan mood yang depresif, merasa tidak berdaya, tidak memiliki kekuatan, keluhan - keluhan psikosomatis, bolos kerja, keluar dari pekerjaan, performa kerja yang menurun, dan kehilangan motivasi intrinsik seperti gairah, antusiasme, minat, dan idealisme.
Wawancara yang pernah peneliti lakukan terhadap seorang staf pada lembaga penelitian X, menyatakan bahwa kemungkinan burnout yang dialami oleh beberapa karyawan dan peneliti yang bekerja disana. Beberapa keluhan dari karyawan menunjukkan indikasi burnout seperti kelelahan dan sikap negatif terhadap pekerjaan khususnya terhadap atasan. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi burnout adalah mengembangkan keterampilan coping dan mengembangkan metode relaksasi (Maslach & Goldberg, 1998). Pengembangan keterampilan coping dan metode relaksasi dapat diwujudkan dengan pendekatan modifikasi perilaku. Modifikasi perilaku dapat digunakan untuk pengembangan coping terhadap stresor (Moller, Milinski, & Slater; Taylor dalam Martin & Pear, 2007). Salah metode modifikasi perilaku adalah program self-control (Martin & Pear, 2007).
Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi-eksperimental dengan tipe one groupprettest ? posttest design (Kerlinger & Lee, 2000) yang dilakukan pada 2 orang karyawan lembaga penelitian X. Intervensi dengan program self-control dilakukan selama 8 hari sebanyak 4 sesi pertemuan.
Hasil Kedua partisipan mengalami penurunan skor burnout, khususnya penurunan pada dimensi exhaustion, diketahui dari perbaikan skor Maslach Burnout Inventory - General Survey.
Kesimpulan Program Self-Control dapat membantu menurunkan burnout pada 2 orang peneliti lembaga penelitian X. Teknik self-control yang dianggap membantu adalah self-recording dan mastery criteria.

Background Working can cause negative effect on people, such as burnout. Burnout deserves special attention because of its significant effect to the worker's life. Researches (Schabracq, Winnubst, & Cooper, 2003) have shown that people who experienced burnout will look sad, feel helpless, powerless, show depressive mood, psychosomatic symptoms, absenteeism, decreasing work perfomance, and loss of intrinsic motiovation such as passion, enthusiasm, interest, and idealism.
Researcher has taken an interview with one worker in X research institution, the worker stated that there are possibilities that some workers dan researchers in the institution are experiencing burnout. Some of the workers? complaints are exhaustion and negative attitude towards the job especially the supervisors. There are several strategies that can be used to decrease burnout, such as developing coping skills and a relaxed lifestyle (Maslach & Goldberg, 1998). Developing coping skills and a relaxed lifestyle can be done through behavior modification. Behavior modification can be used to develop the ability to cope with stressor (Moller, Milinski, & Slater; Taylor in Martin & Pear, 2007). One method of behavior modification is self-control program (Martin & Pear, 2007).
Method This research use quasi-experimental method with one group pretestpostest design (Kerlinger & Lee, 2000) which is done to two X research institution workers. The self-control program range eight days with four sessions.
Result The two participants experienced a decrease in burnout, especially in the exhaustion dimension. This result is known through change of score in Maslach Burnout Inventory - General Survey.
Conclusion Self-Control Program is useful to decreased burnout in two X research institution researchers. The techniques that are considered useful are selfrecording and mastery criteria."
2012
T31194
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Fadhilah
"Diabetes melitus merupakan kelainan metabolik kronis yang dapat ditandai dengan kondisi hiperglikemia, atau tingginya kadar gula pada darah pada pasien. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kerusakan pada sel penghasil insulin, kurangnya sekresi insulin, atau adanya resistensi terhadap insulin. Tingginya kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus dapat diturunkan dengan beberapa cara, salah satunya dengan penghambatan enzim pengkatalis karbohidrat, seperti enzim α-amilase dan α-glukosidase.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek antidiabetes dari daun Garcinia kydia melalui penghambatan aktivitas enzim α-amilase dan α-glukosidase. Pada penghambatan α-amilase, digunakan Spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 490 nm dan pada penghambatan α-glukosidase digunakan Microplate Reader dengan panjang gelombang 405 nm. Hasil pada uji penghambatan α-amilase menunjukkan bahwa ekstrak metanol memiliki persen penghambatan tertinggi, sebesar 89,06% dengan IC50 15,67μg/mL.
Hasil pada uji penghambatan α-glukosidase menunjukkan ekstrak metanol juga memiliki IC50 terkecil, yaitu 22,89μg/mL. Pada kedua uji menunjukkan bahwa ekstrak metanol nilai IC50 terrendah, oleh karena itu dilakukan penapisan senyawa kimia pada ekstrak, hasilnya yaitu ekstrak metanol daun Garcinia kydia mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, glikosida, saponin, dan terpenoid.

Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder characterized by hyperglycemia condition, or an increasing of sugar blood levels in patient. This condition was caused by β-cell destruction, insufficient insulin secretion, and resistance to the action of insulin. Hyperglycemia in diabetes mellitus patients could be reduced by several ways, which one of them is by inhibition of carbohydrate hydrolyzing enzymes, such as α-amylase and α-glucosidase.
This research was aimed to identify antidiabetic effect of Garcinia kydia Roxb leaves through inhibition of α-amylase and α-glucosidase. Inhibition of α-amylase was tested by Spectrophotometer UV-Visible (λ=490 nm), meanwhile inhibition of α-glucosidase was tested by Microplate Reader (λ=405 nm).
The result showed methanol extract had the highest inhibition percentage of α-amylase, 89.06% and has IC50 15.67μg/mL, and methanol extract also had the highest IC50, for inhibiting α-glucosidase, which is 22.89μg/mL. Methanol extract of Garcinia kydia leaves showed the lowest IC50 value of both tests. Phytochemical screening showed that in methanol extract of Garcinia kydia Roxb leaves contains alkaloids, flavonoids, tannins, glycosides, saponins, and terpenoids."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>