Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125862 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmi Handayani
"ABSTRAK
RSUP Fatmawati sebagai salah satu rumah sakit pengampu PTRM di wilayah
DKI Jakarta melakukan pembinaan terhadap beberapa satelit di wilayah kerjanya.
Cakupan satelit yang rendah, masalah penggunaan napza lain serta beberapa
satelit yang merasakan adanya perbedaan cara petugas pembina melaksanakan
bimbingan membuat peneliti merasa perlu untuk melakukan evaluasi terhadap
pembinaan dan efektivitasnya terhadap layanan PTRM di satelit.
Penelitian ini dilakukan di RSUP Fatmawati dan 4 satelit diwilayah DKI Jakarta.
Metode deskriptif-kualitatif digunakan untuk mengetahui evaluasi pembinaan
PTRM RSUP Fatmawati di satelit dan; efektivitas pembinaan terhadap kualitas
layanan di 4 satelit wilayah DKI Jakarta. Data diperoleh dari hasil wawancara
mendalam dengan informan secara purposive yaitu petugas PTRM RSUP
Fatmawati, petugas dan klien di satelit serta didukung dengan FGD dan studi
dokumen laporan terkait. Selanjutnya data yang diperoleh direduksi,
dikelompokkan sesuai pokok permasalahan, dan dianalisis dengan
membandingkan antara hasil wawancara dan dokumen dalam bentuk uraian.
Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, evaluasi pembinaan PTRM RSUP
Fatmawati di satelit menunjukkan: (1) belum tersedia SPO pelaksanaan supervisi
ke satelit; (2) belum seragamnya materi pelaksanaan supervisi oleh petugas; (3)
persepsi petugas pelaksana mengenai layanan belum kearah kualitas pelayanan di
satelit; (4) belum ada pengawasan dari Kementerian Kesehatan terkait
pelaksanaan supervisi petugas RS Pengampu. Untuk itu diperlukan upaya untuk
mengatasinya dengan membuat SPO pelaksanaan supervisi ke satelit yang baku
dan dapat diterapkan dalam pelaksanaan supervisi ke satelit. Kedua, pembinaan
sudah dilaksanakan secara efektif terhadap aspek output. Dikatakan efektif yaitu
apabila tujuan yang ingin dicapai telah terlaksana, hal ini dibuktikan dengan
keberhasilan layanan PTRM di 4 satelit wilayah DKI Jakarta. Pembinaan belum
efektif terhadap aspek input dan proses layanan PTRM di satelit. Upaya yang
harus dilakukan petugas Pembina adalah membuat usulan kepada Kementerian
Kesehatan agar sistem pembinaan yang dilakukan oleh RS pengampu agar dapat
mempunyai kewenangan terhadap pelayanan di satelit atau melakukan koordinasi
kepada stake holder terkait masalah terhadap SDM dan fasilitas di satelit.

ABSTRACT
Fatmawati Hospital is a referral hospital of MMT in Jakarta supervision to
multiple satellites in the working area.
Satellite coverage is low, other drug use problems, and some satellite that feel the
difference in the way the coaches implement guidance makes researchers feel the
need to evaluate the effectiveness of the guidance and the MMT in satellite
services.
The research was conducted in Fatmawati and 4 satellite region of Jakarta.
Descriptive-qualitative method used to determine the evaluation of coaching
MMT Fatmawati in satellite and; effectiveness of supervision on the quality of
satellite services in 4 areas of Jakarta. Data obtained from in-depth interviews
with informants purposively namely Fatmawati MMT officers, officials and
clients in the satellite and supported by focus group study of documents and
related reports. Furthermore, the data obtained is reduced, grouped according to
subject matter, and analyzed by comparing the results of interviews and
documents in narrative form.
The results showed, first, formation evaluation MMT Fatmawati in satellite
shows: (1) has not been available to the Satellite SPO implementation supervision,
(2) the material has not been uniform implementation of supervision by officers,
(3) perceptions regarding the executive officers yet toward service quality of
service on satellites, (4) there is no supervision of the Ministry of Health on the
implementation of the supervision officer RS custodian. Therefore, efforts to cope
with the implementation of supervision to make SPO satellite and can be applied
in the implementation of supervision to the satellite. Second, coaching is carried
out effectively against the output aspect. Is said to be effective if the objectives
have been accomplished, this is evidenced by the success of MMT services in 4
satellite Jakarta area. Yet effective coaching input and process aspects of MMT in
the satellite services. Efforts must be made officers of PTRM Fatmawati Hospital
is to make a proposal to the Ministry of Health for the system development
undertaken by RS custodian in order to have the authority to services at the
satellite or to coordinate the relevant stakeholders on HR issues and in satellite
facilities."
2013
T40812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmi Handayani
"RSUP Fatmawati sebagai salah satu rumah sakit pengampu PTRM di wilayah
DKI Jakarta melakukan pembinaan terhadap beberapa satelit di wilayah kerjanya.
Cakupan satelit yang rendah, masalah penggunaan napza lain serta beberapa
satelit yang merasakan adanya perbedaan cara petugas pembina melaksanakan
bimbingan membuat peneliti merasa perlu untuk melakukan evaluasi terhadap
pembinaan dan efektivitasnya terhadap layanan PTRM di satelit.
Penelitian ini dilakukan di RSUP Fatmawati dan 4 satelit diwilayah DKI Jakarta.
Metode deskriptif-kualitatif digunakan untuk mengetahui evaluasi pembinaan
PTRM RSUP Fatmawati di satelit dan; efektivitas pembinaan terhadap kualitas
layanan di 4 satelit wilayah DKI Jakarta. Data diperoleh dari hasil wawancara
mendalam dengan informan secara purposive yaitu petugas PTRM RSUP
Fatmawati, petugas dan klien di satelit serta didukung dengan FGD dan studi
dokumen laporan terkait. Selanjutnya data yang diperoleh direduksi,
dikelompokkan sesuai pokok permasalahan, dan dianalisis dengan
membandingkan antara hasil wawancara dan dokumen dalam bentuk uraian.
Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, evaluasi pembinaan PTRM RSUP
Fatmawati di satelit menunjukkan: (1) belum tersedia SPO pelaksanaan supervisi
ke satelit; (2) belum seragamnya materi pelaksanaan supervisi oleh petugas; (3)
persepsi petugas pelaksana mengenai layanan belum kearah kualitas pelayanan di
satelit; (4) belum ada pengawasan dari Kementerian Kesehatan terkait
pelaksanaan supervisi petugas RS Pengampu. Untuk itu diperlukan upaya untuk
mengatasinya dengan membuat SPO pelaksanaan supervisi ke satelit yang baku
dan dapat diterapkan dalam pelaksanaan supervisi ke satelit. Kedua, pembinaan
sudah dilaksanakan secara efektif terhadap aspek output. Dikatakan efektif yaitu
apabila tujuan yang ingin dicapai telah terlaksana, hal ini dibuktikan dengan
keberhasilan layanan PTRM di 4 satelit wilayah DKI Jakarta. Pembinaan belum
efektif terhadap aspek input dan proses layanan PTRM di satelit. Upaya yang
harus dilakukan petugas Pembina adalah membuat usulan kepada Kementerian
Kesehatan agar sistem pembinaan yang dilakukan oleh RS pengampu agar dapat
mempunyai kewenangan terhadap pelayanan di satelit atau melakukan koordinasi
kepada stake holder terkait masalah terhadap SDM dan fasilitas di satelit.

The research was conducted in Fatmawati and 4 satellite region of Jakarta.
Descriptive-qualitative method used to determine the evaluation of coaching
MMT Fatmawati in satellite and; effectiveness of supervision on the quality of
satellite services in 4 areas of Jakarta. Data obtained from in-depth interviews
with informants purposively namely Fatmawati MMT officers, officials and
clients in the satellite and supported by focus group study of documents and
related reports. Furthermore, the data obtained is reduced, grouped according to
subject matter, and analyzed by comparing the results of interviews and
documents in narrative form.
The results showed, first, formation evaluation MMT Fatmawati in satellite
shows: (1) has not been available to the Satellite SPO implementation supervision,
(2) the material has not been uniform implementation of supervision by officers,
(3) perceptions regarding the executive officers yet toward service quality of
service on satellites, (4) there is no supervision of the Ministry of Health on the
implementation of the supervision officer RS custodian. Therefore, efforts to cope
with the implementation of supervision to make SPO satellite and can be applied
in the implementation of supervision to the satellite. Second, coaching is carried
out effectively against the output aspect. Is said to be effective if the objectives
have been accomplished, this is evidenced by the success of MMT services in 4
satellite Jakarta area. Yet effective coaching input and process aspects of MMT in
the satellite services. Efforts must be made officers of PTRM Fatmawati Hospital
is to make a proposal to the Ministry of Health for the system development
undertaken by RS custodian in order to have the authority to services at the
satellite or to coordinate the relevant stakeholders on HR issues and in satellite
facilities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2103
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aloysius Karmali Ruslim
"Peralatan biomedis adalah perlengkapan yang menjadi salah satu unsur penting penunjang mutu pelayanan rumah sakit untuk memberikan pelayanan medis yang sebaik-baiknya kepada masyarakat. Agar dapat berfungsi secara optimal, memberikan kepuasan waktu dan manfaat kepada pasien, dan dapat dipakai untuk jangka waktu cukup lama, serta selalu berada dalam kondisi siap pakai, maka peralatan biomedis harus mendapat perlakuan khusus, mengingat biaya untuk pengadaan alat biomedis selalu meningkat sesuai dengan kemajuan ilmu serta teknologi kedokteran dan perkembangan inflasi. Perlakuan khusus terhadap alat biomedis, sudah dimulai sejak awal perencanaan pengadaan alat, meliputi berbagai tindakan antara lain ; Pengoperasian, Pemeliharaan rutin, dan Pemeliharaan pencegahan yang didasarkan pada kegiatan inspeksi/pemeriksaan berkala; dengan tujuan agar alat terhindar dari kerusakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran peranan faktor-faktor : Pengoperasian dan Pemeliharaan rutin yang dilakukan oleh operator, faktor Pemeliharaan pencegahan yang dilakukan oleh teknisi alat, faktor-faktor Frekuensi pemakaian, Usia alat dan Jumlah operator ; terhadap terjadinya kerusakan alat. Penelitian ini merusakan penelitian analitis yang dilakukan terhadap 142 alat biomedis dari 20 rumah sakit umum kelas C yang berada di wilayah DKI Jakarta. Sebagai unit analisa diambil tujuh jenis peralatan biomedis, yakni : Rontgen, USG, EKG, Fotometer, Inkubator, Diatermi dan Mesin anestesi; Dilakukan dengan mengadakan wawancara kepada pimpinan rumah sakit, kepala unit/ruang, operator dan teknisi alat. Teknik analisa yang digunakan adalah analisa prosentase, Uji chi-square, dan analisa regresi linier berganda.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor yang paling berperan pada kerusakan alat adalah usia alat; karena setiap usia alat bertambah satu tahun, akan menambah kerusakan sebesar 0,6 kali, sehingga makin tua alat makin besar kemungkinan terjadinya kerusakan. Terdapat pula kecenderungan bahwa alat yang dioperasikan oleh satu orang operator kemungkinan terjadinya kerusakan alat biomedis lebih sedikit dibandingkan dengan alat yang dioperasikan oleh lebih dari satu orang operator.
Hasil lain yang diperoleh dari penelitian ini adalah Operator yang berpendidikan akademis cenderung mengoperasikan alat dengan prosedur yang lebih baik. Operator yang mendapat latihan yang baik, akan mengoperasikan dan melakukan pemeliharaan rutin dengan baik. Makin baik pengetahuan operator akan makin baik Pula pemeliharaan rutin. Dengan anggaran pemeliharaan biomedis yang besar, ada kecenderungan kemungkinan terjadinya kerusakan alat biomedis lebih sedikit.
Pada penelitian ini juga ditemui bahwa belum seorangpun teknisi alat yang sepenuhnya melaksanakan pemeliharaan pencegahan, dan sebagian besar rumah sakit umum kelas C di DKI Jakarta belum mempunyai teknisi alat, karena teknisi lulusan ATEM masih belum dikenal secara luas.
Deberapa saran bagi pimpinan rumah sakit, ATEM, dan instansi pemilik rumah sakit antara lain : Pada alat yang telah berusia 6 tahun tindakan pengoperasian agar dilakukan lebih hati-hati, dan kalau mungkin melakukan peremajaan; pemberian latihan yang baik kepada operator dan teknisi alat oleh distributor, lebih menggiatkan pengenalan lembaga pendidikan ATEM dan lulusannya kepada para pimpinan rumah sakit, perlunya penggalakkan program pemeliharaan pencegahan, penunjukkan jumlah operator minimal untuk setiap alat, dan meninjau kebijakan penggunaan anggaran pemeliharaan."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Binsar
"Penelitian ini berupaya menjelaskan masalah tingkah laku dalam menggunakan fasilitas kesehatan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Sint Carolus (disingkat PJPK), khususnya dalam menggunakan fasilitas rawat jalan, dengan menjadikan Teori Reasoned Action dan Teori Planned Behavior dari Fishbein dan Ajzen sebagai acuan teori dalam menerangkan masalah yang disoroti.
PJPK merupakan proyek perintis dalam bidang asuransi kesehatan bagi masyarakat umum, dengan cara memasyarakatkan pelayanan kesehatan komprehensif, yaitu pelayanan kesehatan yang memberi perhatian seimbang terhadap upaya pengobatan dan pencegahan penyakit. Sebagai program baru, pada awalnya PJPK memulai pelayanannya dalam lingkungan sendiri, yaitu pada karyawan Pelayanan Kesehatan Sint Carolus (MSC) dan keluargannya. Namun dalam perkembangannya kemudian kepesertaan PJPK semakin meluas, sehingga bila dilihat dari status peserta, mereka dapat digolongkan pada tiga kelompok besar, yaitu kelompok peserta Sint Carolus, peserta perusahaan pelanggan dan peserta pribadi. Sedangkan bila dilihat dari status kesehatannya, mereka dapat digolongkan ke dalam kelompok sehat dan sakit.
Teori Reasoned Action dari Fishbein dan Ajzen {1975) berakar pada teori sikap, yang dalam upayanya menjelaskan tingkah laku memfokuskan perhatian pada belief, sikap dan intensi. Menurut teori ini, determinan langsung tingkah laku overt individu adalah intensinya untuk menampilkan tingkah laku tersebut. intensi menurut teori ini diramalkan melalui dua variabel utama yaitu sikap dan norma subyektif. Sikap seseorang dapat dilihat dari belief yang dimilikinya, dihubungkan dengan evaluasinya terhadap belief tersebut, sedangkan norma subyektif dapat terbentuk dari persepsi subyek tentang harapan orang lain yang dianggapnya penting (Normative Belief) dihubungkan dengan keinginannya memenuhi harapan tersebut {Motivation to Comply). Mengingat adanya keterbatasan teori ini dalam meramalkan jenis tingkah laku yang tidak sepenuhnya berada dibawah kontrol individu maka untuk menyempurnakan Teori Reasoned Action, Ajzen (1988) melalui Teori Planned Behavior memperkenalkan Perceived Behavioral Control Belief (PBCB) sebagai variabel ketiga dalam meramalkan intensi, yaitu belief individu tentang sejauh mana ia mempersepsikan bahwa akan dapat mengontrol dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Belief ini berkait dengan situasi atau kondisi tertentu, yang bila dikaitkan dengan penelitian ini bisa diartikan sebagai semua kondisi yang dipersepsikan individu peserta PJPK dapat mendorong atau menghambat dirinya menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia. Yang ingin diketahui dari penelitian ini ialah ingin menjelaskan masalah tingkah laku yang ditampilkan peserta berupa penggunaan fasilitas yang terlalu tinggi dibanding dengan Contact Rate Nasional, melalui pemahaman intensi mereka menggunakan fasilitas tersebut pada kelompok peserta yang berbeda, melihat korelasinya dengan tingkah laku dan mengungkap belief yang mendasarinya.
Responden penelitian ini adalah peserta PJPK dengan kriteria telah menjadi peserta sekurang-kurangnya enam bulan dan berusia delapan belas tahun ke atas. Metode sampling yang digunakan adalah quota sampling dengan memilih sampel secara random dari kelompok populasi yang dibedakan menurut status kepesertaan dan kesehatan mereka. Jumlah responden sebanyak 355 orang peserta dengan jenis kelamin dikontrol sehingga jumlah pria dan wanita seimbang. Setiap responder diminta mengisi data pribadi dan kuesioner yang merupakan instrumen penelitian untuk menggali intensi menggunakan fasilitas kesehatan pada peserta PJPK.
Hasil-hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Masalah tingkah laku berupa penggunaan fasilitas PJPK yang terlalu tinggi oleh peserta, dapat dijelaskan oleh Teori Fishbein dan Ajzen. Tingginya tingkat penggunaan fasilitas pengobatan oleh peserta, karena belief mereka masih bertumpu pada pelayanan kuratif dan pemanfaatan PJPK sebagai fasilitas yang ditanggung perusahaan. Walau PJPK mempunyai program pencegahan, tetapi belief peserta tentang pencegahan baru pada tingkat evaluasi belief(EB) sedangkan pada behavior belief (BB) belum menonjol.
2. Ada beda intensi pada kelompok-kelompok penelitian yang dibedakan menurut status kesehatan dan kepesertaan mereka pada PJPK. Dilihat dari status kesehatan, intensi kelompok sehat lebih dipengaruhi sikap, sedang kelompok sakit oleh PBCD. Menurut status kepesertaan, intensi kelompok perusahaan lebih dipengaruhi sikap, kelompok pribadi oleh Norma Subyektif dan kelompok Carolus tidak konsisten (3 model penggjian berbeda).
3. Ada korelasi positif antara intensi dengan tingkah laku menggunakan fasilitas pengobatan pada peserta PJPK. Tetapi korelasi intensi dan tingkah laku menggunakan pelayanan preventif menunjukkan kecenderungan negatif. Saran untuk penggunaan hasil penelitian ini diarahkan pada peningkatan mutu pelayanan preventif dengan intervensi pada belief dan perlunya penelitian lanjutan."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katharina Kartini
"ABSTRAK
Rumah sakit dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara efektif dan efisien perlu ditunjang dengan pengadaan sarana-sarana antara lain penyediaan alat-alat baik untuk pengobatan, penunjang diagnosa maupun membantu penyembuhan pasien. Peralatan yang dibutuhkan diantaranya adalah peralatan yang berteknologi tinggi dan disebut dengan peralatan medis canggih. Investasi peralatan medis canggih jelas akan melibatkan penyediaan dana yang relatif besar. Sedangkan utilisasi yang rendah akan menyulitkan dalam pembiayaannya.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapat gambaran tentang persentase utilisasi USG Mata dan Operating Microscope terhadap kapasitas alat dan kemampuan pembiayaannya dengan pendapatan yang diperoleh dari pasien sebagai hasil dari utilisasi alat-alat tersebut.
Analisa Cost Recovery dilakukan dengan membandingkan pendapatan alat terhadap biaya pemeliharaan, biaya operasional dan biaya penyusutan/depresiasi pada tahun yang sama.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa utilisasi USG Mata masih sangat rendah (3,4% pada tahun I dan 3,9% pada tahun II), maka dipandang perlu untuk dilakukan upaya pemasaran dan kerja sama dengan rumah sakit lain. Sedangkan utilisasi Operating Microscope juga belum optimal (33,5 % pada tahun I dan 31,3 % pada tahun II).
Walaupun pendapatan baik dari USG Mata maupun Operating Microscope belum mampu menutup semua pembiayaan masingmasing, namun penyediaan alat-alat tersebut dinilai layak.

ABSTRACT
Assessment Of Utilization About Investment of Sophisticated Medical Equipment For Providing Health Care (Production) and For Giving Support in Dr. Kariadi Hospital on Equipment Acquisition In The Fiscal Year 1993/1994. Hospital, in its activities to provide healthcare service for the need of the society properly, effectively and efficiently, needs to be supported by acquisition of equipment such as the availability of instruments both for treatment, to support diagnosis and to help the healing process of the patients.
Among the necessary equipments, there are high technology equipments and are called sophisticated medical equipments. Obviously, investment in sophisticated medical equipment will involve the availability of fund in relatively large amount. Whereas the low utilization will cause difficulties in its funding.
This study was performed to obtain a picture about the percentage of utilization of Ophthalmic USG and Ophthalmic Operating Microscope in comparison with its capacity ; and the hospital's ability to pay its costs by using revenue earned from patients as a result of the utilization of the equipment. Analysis of Cost Recovery was performed by making a comparison between revenue from the equipment and its maintenance cost, operating cost and depreciation cost in the same year.
The results of this study showed that Ophthalmic USG utilization was still very low (3,4 % in the first year and 3,9% in the second year). Therefore it was necessary to make marketing efforts and to establish a joint cooperation with other hospitals. Whereas the utilization of Ophthalmic Operating Microscope was neither optimal (33,5 % in the first year and 31,3 % in the second year). The revenue from both Ophthalmic USG and Ophthalmic Operating Microscope still could not cover all cost from both equipments. How ever the acquisition of the equipments was considered as feasible."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjatur Djoko Sabardianto
"Jakarta Pusat memiliki delapan puskesmas tingkat kecamatan yang tersebar dilokasi berbeda sesuai wilayah kerjanya. Pemanfaatan jenis pelayanan di tiap puskesmas oleh pengguna jasa dipengaruhi kemudahan aksesibilitas mencakup; letak, kondisi jalan, transportasi, dan jarak. Pertimbangan lain yang menjadi alasan pengguna jasa adalah; pengetahuan jenis pelayanan, biaya pemanfaatan, dan keyakinan terhadap hasil pelayanan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aksesibilitas terhadap pemanfaatan aset ditinjau dari frekuensi kunjungan pengguna jasa ke puskesmas. Disamping itu juga menganalisis alasan pengguna jasa mencakup ; pengetahuan jenis pelayanan, biaya pemanfaatan dan keyakinan hasil pelayanan yang berhubungan dengan pemanfaatan puskesmas kecamatan di wilayah Jakarta Pusat. Dengan menggunakan metode survei, analisis regresi ordinal logistic, dan crosstabs-correlation terhadap data primer yang bersumber dari 169 pengguna jasa puskesmas sebagai responden diharapkan dapat dianalisis secara mendalam pengaruh yang ingin diteliti tersebut. Analisis dilakukan dengan dukungan data sekunder yang didapat melalui observasi dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa :
1. Terdapat pengaruh aksesibilitas terhadap pemanfaatan jenis pelayanan ditinjau dari frekuensi kunjungan pengguna jasa pada puskesmas kecamatan di wilayah Jakarta Pusat. Tingkat signifikansi sebesar Nilai Sig. Pearson 0,125 > 0,05 dan koefisien determinasi (R-Square Nagelkerke) sebesar 0,043 2. Terdapat pengaruh pengetahuan jenis pelayanan, biaya pemanfaatan, terhadap terhadap pemanfaatan puskesmas. Namun tidak terdapat pengaruh antara keyakinan hasil pelayanan dengan pemanfaatan puskesmas ditinjau dari frekuensi kunjungan pengguna jasa pada puskesmas kecamatan di wilayah Jakarta Pusat.
Implikasi penting terhadap hasil penelitian adalah puskesmas dalam sudut pandang manajemen fasilitas/aset yang memiliki kinerja finansial, kinerja fungsi, dan kinerja fisik yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang sesuai dengan kebutuhan internal organisasi dan masyarakat sebagai pengguna jasa.

Jakarta Pusat has eights District Community Health Center (CHC) that?s spread in different location suitable. Customers who want to get health service at CHC have been influenced by accessibility (place, street condition, transportation, and distance). The other considerations are knowledge of variety services, service costs, and certainty of service results.
The aim of this Research is to analyze the effect of accessibility in assets utilization base on customer visit frequencies and that its to know the correlation among customer reasons and utilization of District CHC at Jakarta Pusat. Using the survey methods : regretion ordinal logistic analyzed, and rosstabscorrelation towards primary data from 169 responds as customer. Its been expected to analyze profuonly about the effect of those variables. This analyze is support by secondary data from observation and documentation study. The research outcome revealed :
1. There is an influence between accessibility and utilization of health facility by customer in District Community Health Center at Jakarta Pusat with 0,125>0,05 level of signification (Sig. Pearson) and 0,043 coefisien of determination (R-Square Nagelkerke).
2. There is an influence among knowledge of variety services and service costs inside utilization of health facility by customer in District Community Health Center at Jakarta Pusat. Though, there is no influence between certainty of service result in that facility.
There is an important implication about the research outcome. From the asset management and facility management perspective, District Community Health Center have financial performance, functional performance, and physical performance that can be developed for further future. Compatible with the citizen needs as customer."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 307.76 / 2008 (12)
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mimin Rosmini
"Pemanfaatan pelayanan persalinan oleh ibu-ibu merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu yang diharapkan dapat meningkatkan persalinan yang aman dan bersih, sehingga dapat membantu menurunkan penyebab dari kesakitan dan kematian ibu. Adapun tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang hubungan faktor predisposisi (umur, paritas, pendidikan, pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (pendapatan keluarga, jarak, ketersediaan pelayanan dan sumber informasi) dan faktor kebutuhan (persepsi terhadap persalinan aman dan bersih) dengan pemanfaatan pelayanan persalinan di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang.
Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan, pengolahan data dengan program komputer dan analisis dilakukan univariat, bivariat dan multivariate. Populasi , yaitu ibu-ibu yang melahirkan anak terakhir pada tahun 2002 dan pada saat pens lmpulan data masih berdomisili di wilayah Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Jumlah sampel 104, yaitu yang melahirkan pada bulan April dan Mei tahun 2002 diambil secara acak.
Hasil analisis didapatkan, bahwa
1) komponen predisposisi ternyata umur, paritas, pendidikan ibu dan sikap tidak terbukti berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan persalinan. Pengetahuan tentang persalinan dan penolong persalinan terbukti ada hubungan dengan pemanfaatan pelayanan persalinan.
2) Pada komponen pendukung ternyata pendapatan keluarga dan jarak terbukti ada hubungan dengan pemanfaatan pelayanan persalinan, namun ketersediaan pelayanan dan sumber informasi kesehatan tidak terbukti ada hubungan dengan pemanfaatan pelayanan persalinan.
3) Komponen kebutuhan tentang persalinan aman dan bersih tidak terbukti ada hubungan dengan pemanfaatan pelayanan persalinan.
Dari variabel-variabel yang diteliti tersebut, variabel pengetahuan, pendapatan keluarga dan jarak dari tempat tinggal ibu ke penolong persalinan merupakan variabel determinan dari pemanfaatan pelayanan persalinan.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, disarankan kepada Puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan ibu terhadap persalinan dan penolong persalinannya dengan konseling atau komunikasi yang efektif sehingga meningkatkan kualitas pelayanan persalinan oleh petugas kesehatan.
Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang diperlukan pelatihan ketrampilan komunikasi bagi petugas Puskesmas dan penelitian lebih lanjut tentang kualitas pelayanan persalinan yang sudah diberikan petugas kesehatan dan yang diharapkan masyarakat sehingga dapat menyediakan pelayanan yang baik sesuai standar yang ada dan diharapkan dapat membantu meningkatkan pemanfaatan pelayanan persalinan.
Daftar bacaan: 33 (1975 - 2001)

Determinants of the Delivery Service Usage by Health Staff in Cimalaka Sub District, District of Sumedang Delivery services by health staff is an effort to provide clean and safe delivery to improve maternal health and decreasing maternal morbidity and mortality rate. Objective of study is to acquire information about relation between predisposition factors (age, parity, education, knowledge, and attitude), supporting factors (family income, distance, service availability, and source of information) and needs factors (perception to clean and safe delivery) with delivery service usage in Cimalaka Sub-district, district of Sumedang.
This Study using cross sectional design with quantitative approach. Data collected by interview and observation, processed by computer software, and using univariate, and multivariate analysis. The population is mothers who deliver their baby before 2002 and live at Cimalaka sub-district during data collection. Total sample is 104, who deliver their baby between April and May 2002 and taken randomly.
Result from the analysis are :
1) predisposition factor such as age, parity, mother's education and attitude not related with delivery service usage, except the knowledge factors.
2) supporting factors like family income and distance have relation with delivery service usage, but not with service availability and source of information factors.
3) needs related with delivery service usage.
Based on those result, this study recommend the health center to improve mother?s knowledge about delivery and delivery aid by counseling and effective communication so that could improve quality of delivery service by health staff. To Health Office of District of Sumedang to carry out training the communication skill of health staff in health centre and advance research on quality of delivery service that have given by health staff.
Bibliography: 33 (1975-2001)"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T10757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhaniah Suryani
"ABSTRAK
Kabupaten Bekasi menurut sensus tahun 1990 dinyatakan mempunyai IMR 93,68 perseribu kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi dari IMR Jawa Barat (89,13) perseribu kelahiran hidup dan lebih tinggi dari IMR Nasional (74) perseribu kelahiran hidup.
Penelitian merupakan Survei Analitik dengan pendekatan Cross Sectional untuk melihat hubungan antara karakteristik sosiodemografi (umur, pendidikan,pekerjaan, paritas ), pengetahuan dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan antenatal. Populasi studi adalah seluruh ibu-ibu hamil dan ibu-ibu balita di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Analisis statistik dengan uji Kai Kuadrat dan uji Odds Ratio.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal adalah faktor pendidikan.
yang diajukan perlu dilakukan K I E dengan memasang poster untuk mengingatkan masyarakat cara meningkatkan kesehatan ibu hamil, cara pencegahan penyakit dan bahaya-bahaya bila tidak melakukan perawatan kehamilan, perlu keterlibatan masyarakat yang lebih aktif dengan melibatkan kader-kader untuk memberikan penyuluhan dipabrik/perusahaan/tempat-tempat ibu-ibu bekerja, dan perlu meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk melibatkan lebih aktif PKK untuk memberikan penyuluhan bagi ibu-ibu yang tidak sekolah tentang pelayanan antenatal untuk meningkatkan pengetahuannya.

ABSTRACT
Based upon a cencus by 1990, Bekasi country was stated to have 93,68 per mill of Infant Mortality Rate (IMR) of unstill birth, this figures is higher than rate of 1MR at West Java (89,13) per mill of unstill birth and higher than National IMR (74) per mill there of.
Research constituted an Analytic Survey by having Cross Sectional approach to find out relationship between sociodemography (age, education, occupation, parity) knowledge and the use of antenatal service facility. The study population object were all pregnancy mothers and mother of under five years old children at Bekasi country, West Java. Statistic analysis was employed with chain quadrate and Odds Ratio test.
The result of this research showed that affecting factors against the use of antenatal service is educational factor.
The proposes suggestions is to conduct Health of Mother and Child by spreading out posters to remind public how to improve pregnancy mothers health, diseases preventive and risks when the health is not treated well, public involvement is required by involving cadres to provide extension at factory/company/places where most of mothers work, and it is necessary to improve cross-sectoral cooperation to get involve Program at Village level to educate women on various aspects of family welfare more active to provide extension for uneducated mothers regarding antenatal service in improving their knowledge.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Permani
"Sebagai institusi penyelenggara pelatihan, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan Departemen Kesehatan RI bertanggung jawab terhadap mutu yang berhubungan dengan pelayanan teknis pelatihan dan pelayanan penunjang pelatihan yang berorientasi pada kepuasan pelanggan, Tingkat pemanfaatan asrama dapat digunakan untuk menilai mutu pelayanan karena merupakan salah satu indikator outcome, ternyata masih rendah yaitu 32,8% pada tahun 1999/2000 dan cenderung menurun menjadi 29,17% pada tahun 2000 (Profil Pusdiklat Kesehatan Depkes tahun 2000).
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran kepuasan peserta pelatihan terhadap pelayanan Pusdiklat Kesehatan Depkes RI dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan. Rancangan studi yang digunakan cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 109 orang. Pengumpulan data dengan survai kepuasan pelanggan menggunakan data primer, penilaian kepuasan dengan cara derived satisfaction. Responden adalah peserta yang mengikuti pelatihan dan menginap selama 3 hari, berasal dari instansi Depkes, instansi Pemerintah non Depkes, dap Swasta. Dmmensi mutu yang digunakan untuk menilai kepuasan terdiri dari dimensi keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy), dan berwujud (tangible). Data yang dikumpulkan merupakan data primer dengan menggunakan kuesioner yang berisi 40 butir pernyataan tentang harapan dan kenyataan yang dinilai dengan skala liken, penilaian kepuasan dengan membandingkan antara kenyataan yang dialami dengan harapan yang diinginkan. Tempat penelitian dilaksanakan di Pusdiklat Kesehatan Depkes RI pada periode Januari sampai dengan April 2002.
Hasil peneltian, dari 109 orang peserta pelatihan didapatkan 24 % puas dan 76 % tidak puas. Karakteristik individu didapatkan rata-rata umur peserta 44,79 tahun, peserta terbanyak laid-laid (58,7 %), pendidikan terbanyak pendidikan tinggi (77 %), sebagian besar memiliki 2 orang anak (56 %) dan rata-rata masa kerja 20 tahun. Kepuasan pada tiap dimensi yang terendah pada dimensi reliability (25,7 %) dan kepuasan yang tertinggi pada dimensi empathy (55 %). Kepuasan pada flap ruangan didapatkan yang terendah di ruang depan (36,7 %) dan kepuasan yang tertinggi di ruang makan (44 %) Rata-rata tingkat kepuasan pads faktor yang mempengaruhi kepuasan pada semua dimensi mutu layanan adalah 91 %, yang terendah pada dimensi reliability yaitu 88 % dan yang paling tinggi pada dimensi empathy (96 %).Kesenjangan yang tertinggi pada dimensi reliability dan dimensi responsiveness. Dan 5 variabel yang diteliti hanya satu variabel yang berhubungan dengan kepuasan, vaitu variabel pendidikan.
Kesimpulan, secara umum kepuasan masih rendah, menunjukkan kinerja masih di bawah harapan. Disarankan agar pemegang kebijakan di Pusdiklat Kesehatan Depkes R1, menetapkan standar mutu pelayanan, memberikan kesempatan kepada semua petugas yang berhubungan langsung dengan pelanggan untuk mengikuti pelatihan dalam bidang customer service. melengkapi sarana dan prasarana sesuai harapan peserta, serta melakukan pemantauan terhadap mutu pelayanan. Selain itu, petugas yang berhubungan langsung dengan pelanggan diharapkan agar melaksanakan pelayanan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, meningkatkan keterampilan dalam bidang customer service, melakukan evaluasi pelatihan dengan menggunakan forrnulir yang teiah disesuaikan dengan dimensi mutu layanan, memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan terutama reliability dan responsiveness karena memiliki kepuasan yang paling rendah, memiliki kesenjangan yang paling tinggi dan memiliki rata-rata tingkat kepuasan yang paling rendah. Prioritas utama yang harus ditingkatkan adalah mengganti alat tenun seperti sprei secara teratur, menyiapkan alat bantu pelatihan, serta menjaga kebersihan dan kerapihan kamar mandi.
Peneliti lain yang berminat, diharapkan dapat mengembangkan penelitian tentang kepuasan pada dimensi mutu yang lain, responden adalah semua pelanggan termasuk pelanggan internal.
Daftar bacaan 34 (1980-2001)

Factors Which Related With Trainees Satisfaction Regarding Centre For Education and Training Health Supporting Services, Ministry of Health , The Republic of Indonesia, Year 2002As a training organizer institution, Center of Education and Training Health (known as Pusdiklatkes). Ministry of Health, the Republic of Indonesia has a responsible to the quality of training technical services and training supported services that oriented to customer satisfaction, Boarding house merits level can be used to evaluate quality because it is an out come indicator, unfortunately still low which is 32,8 % in the year of 1999/2000 and declining to 29,17 % in the year of 2000 (Pusdikiat Profile, year 2000).
The aim of this study was to get descrption illustration of trainee's satisfaction regarding Pusdiklatkes services and factors which are related with it. The study design was cross sectional with a quantitative approach and I09-sample size. Customer satisfaction data collection used primer data and derived satisfaction method for evaluating the satisfaction. The respondents were trainee's who stay 3 days or more, from Ministry of Health instance, other Government's instances and private. Quality dimensions, which used to evaluate the satisfaction, were reliability, responsiveness, assurance, emphaty and tangible. The data that had been collected ware primer data using questioner containing 40 certain element about expectation and performance which evaluated by Likert scale, satisfaction evaluating by comparing the performance that happen with the longing expectation. Study site conducted in Pusdiklatkes in the period of January to April 2002.
Study result, from 109 trainees, 24% satisfied and 76% dissatisfied. Individual characteristic that are trainees average age were 44,79% years old, majority were male trainees (58,7%), greatest education were high level education (77%), most of them had 2 children (56%) and had an average working experience about 20 years. The satisfaction of each dimension, reliability was the Iowest (25,7%) and the highest satisfaction was in empathy (55%). The satisfaction in each room, the lowest was in the front room (36,7%) and the highest was in the dining room (44%). The satisfaction average level with the factors which influences the satisfaction in all quality services dimensions was 91% the lowest in reliability which was 88% and the highest in empathy dimension (96%). The highest divergence was between reliability and responsiveness. Among 5 variable, only 1 variable that had relationship with satisfaction, which was education variable.
Conclusion, in general the satisfaction is still low, pointed that the appraisal were still unexpected. It is suggested that stakeholders in Pusdiklatkes define the deliver quality services standard and give chances to a all staff which interacted directly with the customer to joint a training in customers services, complete the equipment and provising according to trainees expectation, and monitored the quality services. Beside that, staff which directly contacted with the customer have to deliver the services appropriate with the define procedures, improving skills in customer services used the evaluation form with the quality dimension. Pay attention to factors which influences the satisfaction, especially reliability and responsiveness because those were the lowest average level satisfaction, the highest divergence and the lowest average level of appropriateness. The main priority, which has to be improved, is to change the weaving-room such as bed sheet regularly, provide training supporting equipment and prevent bathroom/toilet hygiene and neatness.
Refferences: 34 (1980-2001)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T5603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Torang Panyusunan
"ABSTRAK
Disadari sebagian besar peralatan kesehatan belum dapat diproduksi dalam negeri terutama untuk peralatan yang berteknologi tinggi, hal inilah yang membuat peralatan yang digunakan oleh Rumah Sakit harus dalam keadaan siap pakai dengan dilakukan pemeliharaan pencegahan. Banyaknya peralatan kesehatan yang beredar dipasaran dari berbagai merk dan berbagai tipe perlu dilakukan penyeragaman pemeriksaan dan pemeliharaan agar didapat hasil yang optimal.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang pemeliharaan pencegahan yang selama ini dilakukan oleh rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan. Penelitian dilakukan melalui pengumpulan data sekunder dan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan dalam hal pemeliharaan peralatan kesehatan. Data diambil periode waktu 1995 - 1996, kemudian dilihat untuk beberapa peralatan yaitu Infusion Pump, ECG, Servo Ventilator, bagaimana peralatan dilakukan pemeliharaan dan bagaimana seharusnya peralatan harus diperlakukan.
Dari Penelitian ini didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemeliharaan pencegahan dilakukan oleh pihak ketiga tetapi kreteria pemeriksaan tidak dilakukan menyeluruh dikarenakan formulir yang dibuat hanya menyangkut pemeriksaan mekanik, elektronik, dan elektrik. Dalam kontrak harus dibuat jelas berapa kali kunjungan dalam sebulan dan apa raja yang hams dilakukan untuk setiap alat. Formulir yang digunakan mengacu tabel 7.1, 7.2, dan 7.3.
2. Keterbatasan dana, tenaga, dan sarana perlu diperlukan perhitungan jadwal pemeliharaan atas dasar fungsi, faktor resiko dan kebutuhan akan pemeliharaan, agar alat betul-betul dapat terpelihara dengan baik dan tidak mengganggu pelayanan.
3. Pemeliharaan peralatan teknologi tinggi sebaiknya dilakukan oleh sole agent untuk mempertahankan peralatan dari waktu tidak terpakai cukup lama dan terjaminnya ketersediaan suku cadang.
Disarankan seluruh rekaman pemeliharaan dicatat dalam formulir pemeliharaan dan Log book peralatan, ditempatkan dekat alat serta di Sub. Instalasi Elektromedik agar sejarah alat dapat diketahui dengan jelas.

ABSTRACT
It is realized the most of medical tools have not been made in the country, especially for the hi-tech medical tools, that is why the tools used in the hospitals must be ready to use by conducting a preventive maintenance.
The high number of medical tools distributed in the markets in different marks and types need to standardize in their examination and maintenance in order to get an optimal result.
The goal of the research is to obtain an illustration of the preventive maintenance implemented at the hospitals in the recent days.
The research is conducted by collecting secondary data and observation in the activities where the tools maintained. The data obtained from 1995-1996, then some tools such as Infusion Pump, EGG, Servo Ventilator, are observed to know how to maintain the tools and how to treat them properly.
From the research may be concluded as follows :
1. The preventive maintenance conducted by the third sided persons while the criterions of maintenance are not integrally conducted due to the constructed forms are only about mechanical, electronical, and electrical maintenance. It must be clearly made in the contract how many visits conducted in a month and what must be treated to the tools. The forms applied refer to the tables : 7.1, 7.2, and 7.3.
2. The limited money, man power, and facilities need to consider , besides maintaining schedule based on the function , factors of risks and the necessities of maintenance, so that the tools are really safe in a good condition and they do not distube service activities.
3. The maintenance of hi-tech tools should be conducted by sole agents to endure them when they will use in a long time , and to ensure their spare-parts are available.
It is suggested that all maintaining activities recorded in a maintaining form and in a Log book. They are placed next to the tools and to the Subdivision of Electromedical installation so that we know the recordings clearly.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>