Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166437 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haski Apriliandi
"Pemeliharaan adalah merupakan unsur utama dalam setiap kegiatan operasional sebuah kapal. Demi mencegah terjadinya kerusakan pada komponen sebuah kapal, maka harus ada sebuah sistem pemeliharaan yang terencana sebelum kapal itu memulai kegiatan operasionalnya. Hal tersebut sudah menjadi aturan baku yang diatur oleh International Safety Management (ISM) Code mengenai pemeliharaan pada seluruh komponen kapal. Kegiatan pemeliharaan diatas kapal merupakan tanggung jawab para kru kapal dan diawasi oleh biro klasifikasi tempat kapal tersebut didaftarkan.
Dari seluruh komponen yang ada diatas kapal, mesin utama kapal merupakan elemen penting pada sebuah kapal, karena berkenaan langsung dengan kegiatan operasional kapal. Maka perancangan kegiatan pemeliharaan yang terencana atau lebih dikenal dengan istilah Planned Maintenance System (PMS) menjadi hal yang penting demi menjaga kinerja dari sebuah mesin utama. Mesin Utama berjenis diesel 2 langkah dengan jumlah silinder tujuh buah dan bertenaga 15820 KW menjadi objek penelitian yang akan menjadi contoh penerapan Planned Maintenance System pada sebuah mesin utama di kapal.

Maintenance is an essential element in all operations of a ship. To prevent damage to the components of a ship, then there must be a system of planned maintenance before the ship started its operations. It is already a rule that is set by the International Safety Management (ISM) Code concerning maintenance on all components of the ship. Maintenance activities on the ship is the responsibility of the ship's crew and overseen by a classification bureau where the ship is registered.
From all components on board, the ship main engines are an important element on a ship, because it directly relating to the operations of the ship. Then design activities planned maintenance or better known as the Planned Maintenance System (PMS) to be essential in order to maintain the performance of a main engine. Main engine type diesel 2 stroke seven the number of cylinders and 15820 KW powered the object of research that will be the example of Planned Maintenance System on a main engine on board.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Huda Salasa Majid
"ABSTRAK
Dalam pengoperasian suatu kapal diperlukan suatu sistem yang mengatur tentang perawatan
dan pemeliharaan bagian-bagian utama pada kapal tersebut. Hal ini diperlukan untuk
menghindari terjadinya masalah yang dapat menghambat kerja kapal, seperti breakdown pada
mesin dan sebagainya. Selain itu sistem pemeliharaan yang dilakukan secara terencana dan
berkala, juga dapat memperpanjang usia pakai suatu kapal sehingga dapat menambah
produktifitas kapal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan pada semua
komponen yang terdapat di suatu kapal, juga telah diatur dalam International Safety
Management Code (ISM Code). Atas dasar itu maka pembuatan suatu sistem perawatan
terencana atau biasa disebut Planned Maintenance System (PMS) pada suatu kapal sangatlah
diperlukan. Dalam hal ini komponen-komponen yang terdapat pada kamar mesin suatu kapal
Bulk Carrier 13601 DWT akan dijadikan objek penelitian untuk pembuatan sistem perawatan
tersebut.

ABSTRACT
In the operation of a ship, it is essential to have a system that regulates the maintenance of the
main parts of the ship. This is necessary to avoid the problems that can inhibit the ship
performance, such as the breakdown in machinery and so on. Moreover, a maintenance
system that is done in a well-planned and regular manner can also extend the life of a ship so
as to increase the productivity of the ship. Matters related to the maintenance of all
components contained in a ship also have been regulated in the International Safety
Management Code (ISM Code). On that basis, it becomes necessary to arrange a Planned
Maintenance System (PMS) on a ship. In this case the components contained in the engine
room of a 13601 DWT Bulk Carrier ship will be the object of research for the preparation of
the maintenance system."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55929
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maleev, Vladimir Leonidas, 1879-
Jakarta: Erlangga, 1995
621.436 MAL dt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Garry Fajri Garcia
"Pada pengoperasian kapal pengangkut batu bara diperlukan suatu sistem yang mengatur tentang perawatan dan pemeliharaan peralatan pada kapal tersebut. Hal ini diperlukan untuk menghindari terjadinya masalah yang dapat merugikan kapal, seperti breakdown pada peralatan dan sebagainya. Selain itu sistem pemeliharaan yang dilakukan secara terencana dan berkala, juga dapat memperpanjang usia pakai suatu kapal sehingga dapat mencegah penurunan produktivitas kapal tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan pada semua komponen yang terdapat di suatu kapal, juga telah diatur dalam International Safety Management Code (ISM Code). Oleh karena itu dibuatlah Planned maintenance system pada peralatan di kapal. Dalam hal ini komponen-komponen peralatan Self unloading pada kapal pengangkut batu bara MV. Sartika Baruna yang akan dijadikan objek penelitian untuk pembuatan sistem pemeliharaan tersebut.

In the operation of coal carrier ship, it is essential to have a system that regulates the maintenance of the equipments of the ship. This is necessary to avoid the problems that can inhibit the ship performance, such as the breakdown in the equipments of the ship and so on. Moreover, a maintenance system which is done in a well-planned and regular period can also extend the life of a ship and resist the decline in productivity of the ship. Things related to the maintenance of all components contained in a ship also have been regulated in the International Safety Management Code (ISM Code). Accordingly, it becomes necessary to arrange a Planned maintenance system (PMS) for the equipments on ship. In this case the components in the Self unloading Equipment on coal carrier ship MV. Sartika Baruna will be the object of research for the production of the maintenance system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latar Muhamad Arif
"Dalam rangka untuk meningkatkan pembinaan dan perlindungan tenaga kerja, keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana terrnuat dalam Undang Undang no,14 tahun 1969 dalam Bab IV pasal 9 dan pasal 10, dan Undang - Undang no.1 tahun 1970, tentang keselamatan kerja. Untuk mengetahui besarnya niliai intensitas getaran dan kebisingan pada ruang kamar yang bersumber dari motor induk motor diesel 4- langkah di kapal ferry, maka dilakukan , 'study' cross sectional yang mencoba melihat kedudukan masing faktor yang mempengaruhi seperti : jumlah silinder, putaran motor, berat jenis motor induk, volume jenis ruang kamar mesin, umur pakai motor, dan jumlah daun propeller yang digunakan untuk mendorong kapal, terhadap besarnya tingkat getaran dan kebisingan pada ruang kamar mesin.
Populasi penelitian ini adalah sebanyak 23 kapal ferry yang menggunakan motor diesel 4- langkah sebagai alat pengerak utama di pelayaran selat sunda dan selat madura. Cara pengumpulan data variabel dependen, yaitu untuk getaran diukur dengan Vibration Meter ' standard ISOMDS 5349 dan untuk kebisingan diukur dengan ` Sound Level Meter standard JIS, sedangkan varibel - varibel Independen dengan cara observasi dan pengisian questioner, dengan analisa univariate, bivarite, multivariate dengan uji statisk ANOVA.
Hasil penelitian ini menujukan bahwa besarnya tingkat intensitas getaran dan kebisingan pada ruang kamar mesin dengan percepatan 9,18 m/det 2 dan kebisingan 121,14 dBA. Besar tingkat getaran pada ruang kamar mesin, melalui, kedudukan katub 11,95 m/det 2, kedudukan pondasi 5,17 m/det 2, sistim transmisi 9,72 m/det 2 dan lantai ruang kamar mesin 3,69 m/det 2. Besar tingkat kebisingan pada ruang kamar mesin melalui hasil pembakaran motor melalui turbo ke stage gas buang 112,7 dBA dan kedudukan katub buang 112,3 dBA.
Dari hasil evaluasi bahwa adanya hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara jumlah silinder, putaran motor, berat jenis motor dan umur pakai motor terhadap tinggi rendahnya tingkat getaran dan kebisingan pada ruang kamar mesin, sedangkan volume jenis ruang kamar mesin dan jumlah daun proppeller tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan tinggi rendahnya tingkat getaran dan kebisingan pada ruang kamar mesin. Dimana pemakaian jumlah silinder, putaran motor, berat jenis motor induk, dan umur pakai motor sangat menentukan besarnya tingkat intensitas getaran dan kebisingan."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi kelautan terbesar didunia. Hal ini karena luas lautan Indonesia mencapai 75 % dari luas keseluruhan wilayah Indonesia. Walaupun memiliki potensi yang besar, tetapi pemanfaatan terhadap sumber kelautan ini belum optimal. Salah satu kendalanya adalah kurangnya armada kapal untuk menangkap ikan. Armada kapal yang digunakan oleh sebagian besar nelayan saat ini merupakan kapal yang memiliki keterbatasan dalam hal jarak tempuh, kapasitas muat ikan dan peralatan untuk menangkap ikan. Kondisi ini diperparah dengan cepatnya umur pemakaian mesin pada kapal nelayan tersebut. Sebagian besar mesin yang digunakan pada kapal nelayan ini, merupakan mesin yang bukan diperuntukan digunakan dilaut (marine use). Penggunaan mesin ini (nonmarine use) dilakukan para nelayan karena harganya yang lebih murah jika dibandingkan dengan harga mesin untuk digunakan dilaut (marine use). Meskipun demikian, mesin jenis ini (non-marine use) belum tentu sesuai jika diaplikasikan pada kapal nelayan. Hal ini dapat dilihat dari cepatnya umur pemakaian mesin ini. Salah satu penyebabnya adalah kurang cocoknya cooling system pada mesin tersebut. Kendala ini dapat diatasi dengan merancang cooling system yang lebih sesuai. Aspek desain yang digunakan untuk merancang cooling system ini adalah terpenuhinya kebutuhan heat transfer requirement dan dimensi cooling system yang compact. Desain cooling system yang dihasilkan, diharapkan sesuai untuk digunakan pada non-marine use engine sehingga dapat menambah umur pemakaian mesin itu sendiri.

Indonesia is one of the countries with the highest sea potential in the world. This is due to the sea area that covers Indonesian territory up to 75%. Even though with this large potential on the sea, but the use of this resource has not yet come to optimal stage. One of the main obstacles is the lack of the ship armada to catch fish. The ships armadas that have been used by most fishermen today are ships that have limitation on sailing distance, load capacity and equipment to catch fishes. This condition becomes more severe with the sort period of the engine usage. Most of the engine that is use on the fishermen ship is not meant to operate on the sea (marine use). The used of this engine by the fishermen due to the lower price compared with the price of marine-use engine, even though this non-marine use engine can not be 100% compatible to apply on the fishermen ship. This condition can be identified by the short period of the engine usage. One of the causes the engine to break down is because the cooling system can not work properly. This problem could be overcome by designing cooling system that more suitable to applied on the non-marine use engine. The design aspects that will be used to design this cooling system are the heat transfer requirements are achieve and the compactness of the cooling system dimension. The cooling system design that will be produce hopefully will suitable to work on the nonmarine use engine and finally it can make the engine usage period longer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S38074
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marco Ardiles
"Mesin bantu pada kapal berfungsi untuk menyediakan tenaga guna menggerakan generator penghasil utama listrik pada kapal. Melihat pentingnya peran dari Auxiliary Engine ini maka perlu diperhatikan perawatan mesin agar terhindar dari kegagalan. Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran. Plan Maintenance System PMS merupakan sistem perawatan terencana yang dilakukan berkala untuk mengurangi tejadinya kegagalan dan mempermudah dalam memantau kinerja mesin. Pada penelitian ini dilakukan analisa menggunakan metode FMEA Failure Mode and Effetcs Analisys dengan menghitung nilai RPN Risk Priority Number beberapa komponen penting pada Auxiliary Engine. Berdasarkan hasil dari analisa tersebut dapat dijadikan acuan dalam merancang PMS Plan Maintenance System. Hasil rancangan PMS Plan Maintenance System ini direkomendasikan penulis untuk diterapkan dalam perawatan mesin bantu pada Kapal Tipe K.

Auxiliary Engine on a ship has function to supply power for moving a generator which produce the electricity. Base on its function, it need to be concerned over the treatment of the Auxiliary Engine in order to avoid failures. Maintenance in industrial field is one of important factor to support the production process for increasing competitiveness in the market. PMS Plan Maintennace System is a periodical maintenance system which planned to decrease failures of the engine and make people easier to monitor its peformance. In this research, some components on Auxiliary Engine will be analyzed by FMEA Failure Mode and Effetcs Analisys metode and calculate RPN Risk Priority Number to know which one the most effect failure of Auxiliary Engine. Based on the result, researcher designed PMS Plan Maintenance System to applied in Auxiliary Engine's maintenance system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S70086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T40547
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasyam Eddy
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, David Fernando
"Pabrik es mini yang bisa di bawa kemana saja merupakan salah satu solusi untuk ketersediaan es bagi nelayan di daerah-daerah terpencil. Yang sangat diperlukan oleh nelayan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas kesegaran ikan dengan pembekuan. Sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Mini Ice Plant yang akan digunakan memakai sistem refrigerasi direct expansion dengan refrigeran yang digunakan adalah R-22. Untuk sistem kompresor yang akan digunakan adalah sistem paralel 3 kompresor bekerja berdasarkan kapasitas. Kapasitas pendinginan untuk membekukan 1,5 ton air yaitu 10,33 kW. Perancangan dan pemilihan, baik kompresor ataupun kondensor dengan menggunakan software dan disesuaikan dengan kondisi pasar yang ada. Komponen aksesoris disesuaikan dengan kapasitas pendinginan, kompresor dan kondensor. Untuk kompresor didapatkan kompresor berkapasitas 2½ pk, 2 kompresor 1½ pk. Sedangkan untuk kondensor berkapasitas 16,12 kW.

Portable mini ice plant is one solution of ice availability for fisherman in remote area. Which needed by fisherman to increase the quality of fish freshness by freezing. So there's an added value. MINI ICE PLANT will use direct expansion refrigeration system. Refrigerant used is R-22. System used in compressor is paralel using 3 compressor based on capacity. Cooling capacity to freeze 1,5 ton water is 10,33 kW. Design and actual selection, both compresor and condenser done by software and compare to market availability. Selection accessories based on cooling capacity, compressor and condenser. Refrigeration system MINI ICE PLANT can be used and works based on calculation and selection. For compressor selection, using 2½ pk, 2 kompresor 1½ pk. Though, for condenser, using 16,12 kW condenser."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50954
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>