Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182038 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Rizki
"Persepsi masyarakat terhadap museum pada saat ini cenderung negatif, maka untuk menjaga keberadaannya museum perlu untuk mengetahui dan menyesuaikan diri dengan apa yang sebenarnya diinginkan masyarakat dari museum. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi pengunjung mengenai service delivery di Museum Bank Indonesia. Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung Museum Bank Indonesia yang berusia minimal 17 tahun, dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai service delivery yang ada pada Museum Bank Indonesia berdasarkan persepsi pengunjungnya, dimana mayoritas responden menilai bahwa service delivery yang ada di Museum Bank Indonesia ada dalam kategori baik, hal ini tertlihat dari 28 indikator yang terdapat dalam penelitian ini, 15 indikator ada dalam kategori baik dan 6 indikator ada dalam kategori sangat baik dan sisanya 7 indikator ada dalam kategori cukup.

The perception of people to museum at this time is tends to negative, then to keep existence of museum, museum need to know and to conform to what is actually people want of the museum. In this research, researchers have a purpose to see how the perception of visitors regarding service delivery in Museum Bank Indonesia. The respondents in this research are Museum Bank Indonesia visitors who are at least 17 years old, with a total sample of 100 respondents. This research give an idea of service delivery at Museum Bank Indonesia based on their visitors perception, where most of the respondents assumed that service delivery in Museum Bank Indonesia was in the category of good it is visible from 28 an indicator that contained in this research, there are 15 indicators in the category of good and 6 indicators there was in the category of excellent and 7 indicators there was in the category of enough.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53090
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rikha Arifah
"Adanya fenomena yang berkembang pada masyarakat Indonesia seperti tren pelajar dan mahasiswa melakukan seks diluar nikah dan anggapan bahwa tidak perlu menikah hanya untuk mendapat legalitas untuk melakukan hubungan seks seolah-olah menjadi pemicu maraknya pernikahan dini di masyarakat Indonesia. Tetapi tidak semua orang melakukan pemikahan dini sebagai solusi terhadap kehamilan diluar nikah. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi mahasiswa Universitas Indonesia terhadap prilaku menikah dini. Desain peneIitian ini adalah deskriptif sederhana.
Sampel yang diambil adalah mahasiswa reguler 2006 Fakultas Hukum Universitas Indonesia dengan menggunakan metode simple random sampling. Ala! yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Data dianalisa menggunakan metode deskriptif univariat yaitu menggunakan rumus mean, median, modus dan persentase. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa mahasiswa yang memiliki persepsi positif terhadap perilaku menikah dini sebanyak 52% sedangkan mahasiswa yang memiliki perspsi negatif sebanyak 48%. Perbedaan persepsi ini disebabkan persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman, harapan, cara berpikir, minat, kebutuhan, nilai dan keyakinan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5271
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Darynaufal Mulyaman
"Sejak merebaknya "Korean Wave" pada dekade 2010-an, Bahasa Korea dan Aksara Hangeul adalah bagian integral dalam penyebaran soft power Korea Selatan di seluruh dunia. Pemerintah Korea Selatan, misalnya, memberikan dukungan untuk pelestarian bahasa Cia-Cia dari Suku Cia-Cia di Bau-Bau Sulawesi Tenggara, Indonesia - sebuah program yang awalnya diprakarsai oleh Yayasan Hunminjonggeum Society pada tahun 2008.
Studi ini mengukur persepsi siswa dengan latar belakang etnis Cia-Cia terhadap Korea Selatan. Survei kuesioner dan wawancara digunakan untuk melihat lebih jauh persepsi mereka. Studi ini kemudian menemukan bahwa setelah program ini, para siswa memiliki persepsi yang lebih positif tentang Korea Selatan. Selain itu, demonstrasi budaya Korea dan penggunaan Bahasa Korea bahkan menjadi lebih jelas dalam kehidupan sehari-hari mereka, sehingga menciptakan realitas sosial baru di komunitas lokal. Temuan seperti itu menunjukkan bahwa bantuan internasional telah secara efektif menjadi bagian dari strategi ekspansi soft power Korea Selatan.

Since the beginning of the "Korean Wave" in the decade of 2010, Korean language and the Hangeul character are the integral parts in the dissemination of South Korea's soft power across the world. The South Korean government, for example, provided support for the preservation of Cia-Cia language of Cia-Cia Tribe in Bau-Bau Southeast Sulawesi, Indonesia - a program that was originally initiated by Hunminjonggeum Society Foundation in 2008.
This study examines the perception of students with Cia-Cia ethnic background toward South Korea. Questionnaire surveys and interviews are used to further look into their perceptions. This study then finds following the program, the students have more positive perceptions of South Korea. Besides, the demonstration of Korean culture and the use of Korean language even becomes more apparent in their daily life, creating a new social reality in the local community. Such a finding suggests that international assistance has effectively become a part of South Korea's soft power expansion strategy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catherine
"Remaja dalam menyongsong masa depannya. memeriukan pendampingan dari orang-orang yang iebih tua dan berpengalaman. Pendampingan diperlukan remaja untuk mengarahkan keinginan dan cita-cita mereka secara optimal. Program bantuan seperti itu, telah diberikan di Sekoiah Menengah Umum, yang dikenal dengan program Bimbingan dan Konseling. Namun. dan penelitian terdahulu dan hasil wawancara singkat pada beberapa siswa SMU, dirasakan keberadaan program yang penting ini, tidak begitu mendapatkan perhatian siswa. Oleh karena itu, peneliti hendak mengetahui bagaimana siswa mempersepsikan program BK sesungguhnya. Dalam peneletian ini juga akan dilihat perbedaan yang muncul antar kelompok jurusan program studi IPA dan IPS serta antar kelompok konsep diri tinggi dan rendah pada aspek kemampuan fisik. aspek daya tarik penampilan, aspek hubungan sosial dan aspek kemampuan dalam mata pelajaran sekoiah. Penelitian dilakukan pada 80 siswa/i SMU, yang duduk di kelas 111 dan sudah mendapalkan program BK selama dua tahun. Pengambrlan data dilakukan dengan penyebaran kuesloner. bertipe skala Liked.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SMU mempersepsikan program BK panting dan bermanfaat, namun dalam pelaksanaannya program ini masih kurang diberikan eecara menarik, sehingga adakalanya menyebabkan srsvra metasa bosan dan mengantuk. Berdasarkan jurosan program studi, ditemukan perbedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap manfaat BK dan pelaksanaan BK di sekolah. Namun, dalam persepsi tentang peranan BK di bidang bimbingan ptibadi-sosial, bimbingan belajar dan bimbingan kanr, tidak ditemukan adanya perbedaan yang slgnifikan.
Berdasarkan konsep dm, ditemukan tidak adanya pedtedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap program BK antar kelompok konsep din tinggi dan rendah dalam aspek kemampuan fisik. Dalam ketlga aspek konsep din lainnya, yaHu aspek daya tank penampilan, aspek hubungan sosial dan aspek kemampuan daiam mata pelajaian sekolah, tidak ditemukan perbedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap guru pembimbing BK, dan peranan BK dalam kehidupan siswa d, bidang bimbingan pnbadi-sosial dan bidang bimbingan beiajar. Walaupun daiam ketiga aspek tersebut, ditemukan juga ada perbedaan yang slgnifikan pada persepsi siswa terhadap manfaat BK, metode pelaksanaan BK dan peranan BK di bidang bimbingan karir."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Budirahardjo
"Hasil penelitian Levitt dan Klassen di tahun 1970 menunjukkan bahwa masyarakat mempersepsikan bahwa pria gay bersifat feminin dan pekerjaan yang sesuai untuk pria gay adalah pekerjaan kreatif feminin. Di tahun 1990-an makin banyak negara-negara bagian di Amerika yang memberlakukan undang-undang antidiskriminasi berdasarkan orientasi seksual, sehingga makin banyak pria gay yang berani membuka identitas homoseksual mereka. Jadi bukan hanya pria gay yang bekerja di bidang kreatif feminin yang berani membuka identitas homoseksual mereka, namun juga mereka yang melakukan pekerjaan-pekerjaan non kreatif feminin dan tidak bersifat feminin. Namun ini hanya terjadi di negaranegara bagian di Amerika yang memberlakukan undang-undang tersebut. Sedangkan di negara-negara bagian yang tidak memberlakukan undang-undang tersebut, pada umumnya hanya pria gay yang bekerja di bidang kreatif yang berani membuka identitas homoseksual mereka kepada lebih banyak orang.
Bagaimana dengan Indonesia yang tidak memberlakukan undang-undang tersebut? Dapat diduga bahwa pria gay yang melakukan pekerjaan maskulin dan bersifat maskulin tidak banyak yang berani membuka identitas homoseksual mereka, dibandingkan dengan para pria gay yang bekerja di pekerjaan kreatif feminin dan bersifat feminin. Sehingga dapat diduga bahwa masyarakat mempersepsikan bahwa pria gqy memiliki sifat feminin dan melakukan pekerjaanpekerjaan kreatif feminin. Dugaan inilah yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini.
Penelitian ini memiliki tujuan utama yaitu untuk mendapatkan gambaran persepsi masyarakat tentang pekerjaan kreatif feminin bagi pria gay. Tujuan tambahan dari penelitian ini adalah mencari tahu apakah masyarakat mempersepsikan bahwa pria gay bersifat feminin, dan menemukan apakah ada korelasi positif yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang sifat feminin pada pria gay dengan pekerjaan kreatif feminin bagi pria gay.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan skor gambaran persepsi masyarakat. Hasil penelitian ini menemukan bahwa masyarakat mempersepsikan bahwa pekerjaan yang sesuai untuk pria gay adalah pekerjaan kreatif feminin. Hasil ini didukung oleh adanya persepsi masyarakat bahwa pria gay bersifat feminin dan adanya korelasi positif yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang sifat feminin dengan pekerjaan kreatif feminin bagi pria gay.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka disarankan untuk dilakukan penelitian berikutnya dengan sampel para pria gay sendiri, sehingga dapat diteliti apakah menurut mereka sendiri pekerjaan yang sesuai untuk mereka adalah pekerjaan kreatif feminin dibandingkan dengan pekerjaan non kreatif feminin."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Munandar
"Dewasa ini tingkat ketergantungan organisasi terhadap Teknologi Informasi semakin tinggi. Teknologi Informasi diperlukan dalam usaha mencapai tujuan organisasi serta kebutuhan bisnis. Meningkatnya ketergantungan ini membawa kepada peningkatan kebutuhan akan adanya layanan Teknologi Informasi yang berkualitas yang mampu menjawab dua hal utama dari sebuah organisasi, yaitu selaras dengan business needs serta cocok dengan user requirements. Service Level Management sebagai bagian dari IT Infrastructure Library bertanggung jawab dalam kegiatan menjaga kualitas layanan Teknologi Informasi. Service Level Management dalam setiap kegiatannya selalu mengacu pada kebutuhan bisnis dan justifikasi biaya. Service Level Management sangat penting bagi setiap organisasi, karena memungkinkan organisasi untuk menentukan tingkat layanan Teknologi Informasi yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan bisnis, serta diperlukan untuk memantau apakah tingkat layanan memang tercapai, dan jika tidak, apa penyebabnya. Pada organisasi dimana studi kasus dilakukan, sebuah kegiatan dengan nama User Perception Survey secara rutin dilakukan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengguna terhadap layanan Teknologi Informasi yang diberikan. Dari hasil kegiatan tersebut akan didapat gambaran di area mana saja dari layanan Teknologi Informasi yang memerlukan perhatian lebih, sehingga fokus serta action plan dapat diberikan untuk meningkatkan kualitas layanan. Tidak adanya acuan formal mengenai seberapa berkualitas suatu layanan yang acceptable bagi bisnis maupun pengguna, serta sulitnya melakukan fokus perbaikan terhadap suatu area layanan, menjadi masalah utama dalam kegiatan ini. Dalam proyek akhir ini, akan dikaji bagaimana menggunakan pendekatan yang berbeda dalam kegiatan Service Level Management. Dalam kasus dimana Service Level Agreement belum tersedia, hasil dari User Perception Survey akan digunakan sebagai dasar acuan dalam kegiatan tersebut. Acceptable level dari bisnis diwakili dengan perception level dari pengguna. Suatu layanan yang bisa diterima oleh bisnis adalah layanan yang mempunyai tingkat persepsi yang baik dimata pengguna. Pendekatan SERVQUAL yang mengelompokkan kualitas layanan dalam lima dimensi berbeda, serta TechQual+ yang merupakan pengembangan SERVQUAL tetapi spesifik diperuntukkan bagi penyedia layanan berbasis teknologi, akan digunakan dalam kegiatan User Perception Survey. Hasil akhirnya kemudian akan diarahkan kembali ke dalam kerangka IT Infrastructure Libary dalam usaha memperbaiki kualitas layanan. Saran untuk perbaikan terhadap kegiatan UPS juga akan diberikan, dengan tetap berada dalam koridor IT Infrastucture Library, khususnya Service Level Management.

Nowadays, the dependency of an organization on the Information Technology services is increasing dramatically. Information Technology is required by an organization to reach its goals and business needs. This growing dependency leads to growing needs for quality Information Technology services - quality that is matched to business needs and user requirements as they emerge. Service Level Management as a part of IT Infrastructure Library is responsible for maintaining and improving Information Technology service quality. Service Level Management in it's activities always try to in line with business needs and cost justification. Service Level Management is essential in any organization so that the level of Information technology service needed to support the business can be determined, and monitoring can be initiated to identify whether the required service levels are being achieved - and if not, why.In the organization where this study took placed, an activity named User Perception Survey is conducted regularly. The purpose is to capture the user perception of Information Technology services provided. The result of this activity is analyzed and is used to create an action plan in order to increase the quality of services. Since there is no formal definition of the quality that is acceptable by business and users, and the difficulty of being focused on which services that need improvement, become two main problems of this UPS activity. In this Final Project, a different approach will be used in Service Level Management activity. For the case where Service Level Agreement is not available, the User Perception Survey results will be used as a baseline for Service Level Management. Business acceptable level will be represented by user's perception level. The services acceptable by business are those which have a good user's perception level. A frame work such as SERVQUAL which defines quality in 5 different dimensions, and TechQual+ which is an extension of SERVQUAL designed for technology-services provider will be used in User Perception Survey activity. The final result will be redirected back to the IT Infrastructure Library framework in order to increase the quality of services. Some suggestions for User Perception Survey activity will also be proposed, while still be in the corridor of IT Infrastructure Library, especially Service Level Management."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya Mahmud
"Maraknya pemberitaan pers tentang keterlibatan Prabowo Subianto dalam kasus penculikan aktivis politik, berlangsung di masa transisi dari pemerintahan Orde Baru yang menerapkan pengawasan ketat terhadap pers ke era reformasi yang diwarnai oleh euforia kebebasan pers. Pers bebas menulis, melaporkan dan memberitakan apa saja, tanpa perlu takut terhadap intimidasi pemerintah, berupa pencabutan dan pembatalan Surat 1zin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP).
Selain itu, keterlibatan Prabowo daiam kasus penculikan aktivis politik dinilai kalangan pers laku di jual karena memenuhi kriteria layak berita, yakni mencakup unsur Conflict (menunjukkan sesuatu yang antagonis), Magnitude (peristiwa besar dan melibatkan banyak orang), Proximity (dekat dengan khalayak), Prominience (menyangkut individu atau institusi terkenal), dan Significance (peristiwa yang memiliki dampak pada manusia).
Berdasarkan penilitian yang dilakukan, ditemukan persamaan dan perbedaan persepsi diantara tiga surat kabar yang diteliti, yakni Kompas, Media Indonesia, Republika. Perbedaan dan persamaan persepsi ditemukan pada lima fokus pemberitaan, yakni pernyataan Prabowo Subianto bahwa dirinya siap bertanggung jawab, pembentukan Dewan Kehormatan Perwira (DKP), hasil temuan DKP bahwa Prabowo Subianto salah menganalisa Bawah Komando Operasi (BKO), sanksi administratif bagi Prabowo Subianto, dan kelanjutan pengusutan.
Penelitian tesis ini menggunakan kerangka berfikir kebebasan pers untuk mengamati cara pemberitaan oleh tiga surat kabar yang diteliti. Hasil temuan menunjukkan, tiga surat kabar yang diteliti tampil cukup santun dalam bahasa, independen dalam bersikap, dan cukup ketat menerapkan prinsip jurnalistik yang berlaku universal.
Ketiga surat kabar yang diteliti dinilai mampu menghindar dari jebakan euforia kebebasan pers, seperti menafikkan fakta atas hal-hal yang signifikan, mengelabui pembaca serta menyembunyikan bias dan emosi wartawan dibalik kalimat yang sifatnya merendahkan objek berita."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T4226
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Nina Liche Seniati
"Dalam situasi bisnis yang semakin kompetitif, perusahaan membutuhkan karyawan yang memiliki komitmen tinggi pada organisasi. Allen dan Mayer (1990) menyatakan bahwa komitmen pada organisasi merupakan suatu bentuk keikatan karyawan pada organisasi yang ditampilkan dalam komponen komitmen afektif, komitmen rasional serta komitmen normative.
Dari beberapa penelitian terbukti bahwa pengalaman kerja memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap komitmen karyawan pada organiasi. Dalam penelitian ini akan dilihat sumbangan pengelolaan sumber daya manusia sebagai salah satu bentuk pengalaman kerja terhadap komitmen karyawan pada organisasi. Yang dimaksud dengan pengelolaan sumber daya manusia adalah serangkaian proses, aplikasi dan evaluasi terhadap pemanfaatan dan aktualisasi sumber daya manusia dalam rangka mengoptimalkan performa dan kontribusi sumber daya manusia dalam mencapai tujuan perusahaan. Sumbangan yang akan dilihat adalah sumbangan pengelolaan sumber daya manusia dalam bentuk persepsi karyawan atas pengelolaan sumber daya manusia serta diskrepansi harapan dan persepsi karyawan atas pengelolaan sumber daya manusia. Secara khusus pengelolaan sumber daya manusia akan dilihat dari fungsi pengelolaan pengembangan karyawan, pengelolaan penilaian karya serta pengelolaan hubungan kerja.
Penelitian dilakukan terhadap 288 responden yang telah bekerja minimal 1 tahun dan maksimal 10 tahun; memiliki latar belakang pendidikan minimal SLTA; bukan anggota keluarga atau teman dekat pemiliki, direksi ataupun komisaris perusahaan; berasal dari bnerbagai bidang kerja dan jabatan, serta merupakan karyawan dari perusahaan kelas menengah yang memiliki bagian sumber daya manusia maupun bagian personalia saja.
Berdasarkan hasil pengelolaan data terlihat bahwa komitmen karyawan pada organisasi berada pada derajat cukup tinggi. Jika dilihat dari komponen terlihat bahwa komitmen afektif berada pada derajat cukup tinggi, komitmen rasional berada pada derajat rendah, sedangkan derajat normative berada pada derajat agak tinggi. Harapan karyawan atas pengelolaan sumber daya manusia tergolong tinggi, persepsi karyawan atas pengelolaan sumber daya manusia tergolong rendah, sehingga diskrepansi antara harapan dan persepsii karyawan tergolong besar. Jika diurutkan, fungsi pengelolaan pengembangan karyawan dinilai paling tinggi, diikuti dengan fungsi penilaian karya, dan yang dinilai paling rendah adlah fungsi pengelolaan hubungan kerja.
Berdasarkan hasil analisa regresi berganda ditemukan beberapa hal:
a. Yang memberikan sumbangan bermakna terhadap komitmen organisasi, komitmen afektif serta komitmen normative adalah persepsi karyawan atas pengelolaan sumber daya manusia. Sedangkan yang memberikan sumbangan bermakna terhadap komitmen rasional adalah diskrepansi antara harapan dan persepsi karyawan atas pengelolaan sumber daya manusia.
b. Jika dilihat dari masing-masing fungsi pengelolaan sumber daya manusia terlihat bahwa yang memberikan sumbangan bermakna terhadap komitmen organisasi, komitmen afektif serta komitmen normative adalah persepsi karyawan. Sedangkan yang memberikan sumbangan bermakna terhadap komitmen rasional adalah diskrepansi harapan dan persepsi karyawan atas pengelolaan penilaian karya dan pengelolaan pengembangan karyawan
c. Ada perbedaan skor komitmen organisasi dan skor persepsi karyawan atas penglolaan sumber daya manusia yang bermakna berdasarkan beberapa karakteristik personal responden dan karakteristik perusahaan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T38185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurjani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pustakawan terhadap profesi pustakawan berdasarkan pendidikan, masa kerja, usia, dan golongan pustakawan. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 1997 di perpustakaan-perpustakaan di Kotamadya Medan mencakup perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan IKIP Medan, Perpustakaan Daerah Sumatera Utara, Perpustakaan IAIN Medan, Perpustakaan STM Negeri I Medan, dan Perpustakaan SMEA Negeri I Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitan survai yang menguji hubungan antarpeubah. Populasi terdiri dari 66 pustakawan dari semua jenjang jabatan. Data dikumpulkan dengan metode angket atau kuesioner yang terlebih dahulu diuji kehandalannya dengan koefesien Korelasi Momen Tangkar Pearson. Data dianalisis dengan uji Korelasi Momen Tangkar Pearson dengan taraf significansi 5 %.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara persepsi pustakawan terhadap profesi pustakawan dan pendidikan, masa kerja, usia, serta golongannya tidak maknawi yang ditandai dari kurangnya nilai thitung daripada tmbti. Di samping itu juga digambarkan tugas sehari-hari yang dilakukan pustakawan seperti, layanan pustaka dan informasi, pengolahan bahan pustaka, publikasi perpustakaan, pembuatan karya ilmiah, melatih dalam bidang perpustakaan, dan kegiatan dalam organisasi profesi, dan permasalahan yang dihadapi dalam pengumpulan angka kredit berdasarkan waktu yang ditentukan, seperti kurangnya koleksi bahan pustaka baru, kurangnya pengetahuan dan keterampilan dan pengetahuan pustakawan, batas-batas tugas belum jelas, bertugas hanya di satu bidang, dan pergantian tugas yang belum jelas. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T4909
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Diah Tjandrawati
1985
S2144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>