Ditemukan 25308 dokumen yang sesuai dengan query
Rosa Diniari
"Peran organisasi penyuluhan, dengan segenap aspek pendidikan andragogi yang ia miliki, sangat kuat pengaruhnya dalam menumbuhkembangkan perilaku wirausaha yang berkualitas. Buku ini memberikan symbang saran bagi organisas-organisasi penulihan kewirausahaan, dalam bentuk model-model penyuluhan yang partisipatif dan berorientasi pada kebutuhan klien."
Jakarta: UI-Press, 2012
338.04 ROS e
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Rosa Diniari
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
338.04 ROS e
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Soetrisno Bachir
Jakarta: Belantika, 2005
324.2 SOE m
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Kavindra Ahmad Demelza Pramaputra Ridha
"Selama beberapa dekade terakhir, kewirausahaan telah dipelajari secara luas, dan telah dikaitkan dengan bidang studi lain, seperti psikologi sosial. Bidang-bidang tersebut telah digabungkan dengan kontribusi terobosan untuk mengeksplorasi bagaimana beberapa aspek dapat mengarah pada niat seseorang untuk menjadi pengusaha. Membangun dari penelitian sebelumnya, pendidikan tentang kewirausahaan telah dipertimbangkan sebagai aspek yang dapat memprediksi niat siswa untuk menjadi wirausaha karena hal ini membantu siswa untuk memperoleh beberapa keterampilan dan pengetahuan tentang menjadi seorang wirausaha. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah mahasiswa memiliki niat tulus tertentu yang dapat membantu mereka untuk memulai bisnis dan melihat diri mereka mampu melakukannya dengan belajar lebih banyak tentang kewirausahaan di universitas mereka sambil mencari tahu apakah ada mentalitas yang berbeda antara mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Penelitian ini mengacu pada teori perilaku terencana dari Ajzen, yang terdiri dari sikap pribadi, norma subjektif, kontrol perilaku yang dirasakan, niat, dan perilaku. Untuk menguji hipotesis, penelitian ini akan menggunakan Structural Equation Modeling. Penelitian ini memberikan kontribusi yang signifikan dengan memperluas model yang dijelaskan oleh teori perilaku yang direncanakan dengan menambahkan pendidikan wirausaha dan mengatasi kesenjangan dalam literatur tentang hubungan antara niat wirausaha dan tingkah laku menjadi wirausaha.
Over recent decades, entrepreneurship has been extensively studied, and has been related to otherfields of study, such as social psychology. Such fields have been combined with groundbreakingcontributions to explore how several aspects can lead to a person intention of becoming an entrepreneur. Building on the past research, an education about entrepreneurship has been consider as an aspect that can predict the intentions of students to become an entrepreneur because it helps the students to acquire some skills and knowledge about becoming one. Therefore, this research is aiming to determine if the university students have a certain sincere intentions that can help them to start a business and see themselves as capable of doing so by learning more about entrepreneurship at their university from their choice of learning while finding out whether if the students in the Faculty of Economics and Business and Faculty of Engineering of the University of Indonesia have different mindset about it. This research draws on the planned behavior theory of Ajzen; personal attitudes, subjective norms, perceived behavioral control, intention, and behavior. To test the hypotheses, this research will use Structural Equation Modelling .This research provides a significant contribution by expanding the model described by the theory of planned behavior by adding the entrepreneur education and addressing a gap in the literature on the relation between entrepreneurial intentions and entrepreneurial behavior."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mohammad Hasroel Thayib
"
ABSTRAKTeknologi yang diterapkan di Indonesia dalam pembangunan, khususnya berkaitan upaya pertanian, seyogianya perlu ditinjau kembali, karena kurang memberikan hasil yang diharapkan. Penurunan kualitas, bahkan degradasi lingkungan sebagai dampaknya berlangsung semakin intensif dan ekstensif. Upaya penanggulangan seringkali memunculkan dampak lingkungan dan masalah baru. Yang diterapkan di waktu ini kebanyakan adalah teknologi mencontoh yang dikembangkan di bagian bumi bertipologi lingkungan berbeda dari Nusantara Indonesia yang teramat khas di muka bumi ini. Selayaknya mestilah didasarkan atas pertimbangan kesesuaian pada tipologi lingkungan/ekosistem Nusantara Indonesia. Kearifan masyarakat tradisional "primitif" berdasarkan pengalaman ratusan bahkan ribuan tahun patut dipertimbangkan oleh masyarakat "modern" guna dijadikan dasar pengembangan teknologi, tentunya dengan kemasan modern. Indonesia yang berupa nusantara dengan ribuan pulau besar kecil, terletak di daerah tropika katulistiwa, di antara dua benua dan di dua samudera serta di pusat kegiatan geologik aktif, vulkanik maupun tektonik, terhampar di empat daerah biogeografi, atau lebih detailnya 72 daerah bio-eko-geografi sebenarnya adalah daerah yang memiliki segalanya, baik sumberdaya alam maupun kondisi lingkungan guna menopang kehidupan yang keunggulan mutlak (absolute advantage), bukan sekedar keunggulan kompetitif atau relatif (competitive relative advantage). Tumbuhan semusim (annual) andalan untuk produksi pangan dan pakan yang memiliki tipe fotosintesis C-4, pada dasarnya kurang menguntungkan dibudidayakan secara monokultur di Nusantara katulistiwa yang bioma alaminya berupa hutan hujan katulistiwa karena melawan alam dan mengabaikan kaidah ekologik sebagaimana juga dianut kearifan masyarakat tradisional. Seharusnya dikembangkan teknologi budidaya tanaman dengan ekosistem hutan hujan katulistiwa guna menghasilkan pangan, pakan dan energi. Juga melalui riset yang komprehensif harus dikembangkan teknologi yang diseuaikan dengan selera dan perilaku masyarakat, karena perilaku makan, pola hidup dan kebiasaan tidak mudah untuk segera diubah. Teknologi harus menyesuaikan agar produk segera diterima masyarakat luas Indonesia yang beranekaragam."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 41 (2018)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Arief Udhiarto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PGB-0638
UI - Pidato Universitas Indonesia Library
Anton Wachidin Widjaja
"Peran penentu kebijakan di sektor publik dalam kegiatan inovasi untuk meningkatkan kemaslahatan masyarakat merupakan hal penting dalam menghadapi perubahan masyarakat modern. Pendekatan lama yang menekankan pada pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya tidak lagi dapat digunakan dalam menghadapi perubahan tuntutan nilai yang lebih tinggi dari masyarakat. Diperlukan terobosan-terobosan baru yang dihasilkan dalam menciptakan layanan-layanan baru yang mampu memberikan penyelesaian terhadap permasalahan yang terjadi dalam dinamika masyakarat. Wirausaha publik sebagai penentu kebijakan publik diharapkan mampu menciptakan solusi terkini terhadap layanan kepada masyarakat dan merancang cara-cara baru dalam menyampaikan informasi dan sistem komunikasi yang dapat memberikan edukasi yang akurat, lengkap, dan menarik kepada masyarakat."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2020
330 ASCSM 48 (2020)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Heri Hermansyah
Jakarta: UI-Press, 2013
PGB 0345
UI - Pidato Universitas Indonesia Library
Dillon, H.S.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999
630 DIL p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Ismarli Muis
"Keputusan untuk menjadi wirausahawan didasari oleh dua alasan, yaitu atas dasar opportunity atau necessity. Umumnya, penelitian menunjukkan bahwa peluang keberhasilan wirausahawan opportunity lebih baik daripada wirausahawan necessity, namun penelitian-penelitian tersebut belum memberikan hasil yang konklusif. Fakta juga menunjukkan bahwa terdapat individu yang memulai berwirausaha atas dasar keterdesakan ekonomi, namun dapat menunjukkan keberhasilan dalam mempertahankan dan mengembangkan bisnisnya. Disertasi ini mengajukan argumen bahwa wirausahawan necessity juga memiliki peluang berhasil yang sama dengan wirausahawan opportunity. Dengan menggunakan kuesioner, faktor identitas wirausaha, entrepreneurial passion, pengenalan peluang, dan pengambilan risiko diuji pada kelompok wirausahawan necessity dan opportunity yang telah menunjukkan keberhasilan dalam aktivitas bisnisnya. Ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari keempat faktor tersebut pada wirausahawan necessity dan opportunity. Hasil penelitian mendukung argumen. Kondisi opportunity dan necessity hanya merupakan titik awal dalam memulai berwirausaha, kategorisasi ini seharusnya tidak dijadikan pembeda dalam memprediksi keberhasilan wirausaha individu. Lebih lanjut, cara kedua kelompok wirausahawan untuk mencapai keberhasilan memiliki dinamika sendiri-sendiri. Faktor kunci untuk memiliki kemampuan pengambilan risiko yang baik pada wirausahawan opportunity adalah entrepreneurial passion, sedangkan pada wirausahawan necessity adalah pengenalan peluang secara diciptakan.
The decision to become an entrepreneur is based on two conditions, opportunity or necessity. Most studies support that opportunity entrepreneurs more likely to succeed than necessity entrepreneurs, however conclusive results have not been reached. The fact also shows that there are individuals who are successful in his business despite the forced conditions. This study argues that necessity entrepreneurs have the same chance of success as his counterpart. Using questionnaires, entrepreneurial identity, entrepreneurial passion, opportunity recognition and risk taking allegedly play a significant role in determining entrepreneurial success, tested on both groups that has shown success in business activities. It was found that there is no significant difference of these four factors between both groups. The results support the argument. The condition of opportunity and necessity is only a starting point in start up businesses, this categorization should not be a differentiator in predicting the entrepreneurial success. Further, the ways in which both groups of entrepreneurs achieve success seem to differ according to their own dynamics, with risk taking factor as criterion. The key factor for having a good risk taking ability in opportunity entrepreneurs is entrepreneurial passion, whereas in necessity entrepreneurs is created opportunities recognition."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
D2321
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library