Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8976 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
New York: John Wiley & Sons, 2000
729 FAS (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Raniyah Nurjannah
"Penelitian ini menginvestigasi mengenai mekanisme spasial arsitektur yang hadir tanpa penerapan order. Dalam sejarahnya, proses perancangan arsitektur tidak pernah terlepas dari pengaplikasian rigid order sebagai paradigma ideal, meskipun didalam penerapannya order rigid cenderung menyebabkan beberapa permasalahan di kemudian hari. Penelitian ini menggunakan pendekatan contingency dan indeterminacy dengan potensinya dalam meredefinisi penerapan order rigid didalam perancangan arsitektur. Dalam pembahasan menemukan tiga aspek untuk menangani contingency, yaitu subjek yang selalu berubah, perubahan itu sendiri, dan kronologi waktu. Ketiga aspek ini untuk selanjutnya diguanakan untuk membedah beberapa studi kasus yang menggunakan pendekatan contingency dalam proes perancangannya. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah mekanisme spasial gradation spacr, dimana dengan mekanisme gradation space akan menghadirkan arsitektur yang dapat terlepas dari penerapan rigid order. Mekanisme spasial gradation space ini terbentuk dengan menyadari dan menghubungkan kemungkinan atas aspek perubahan intensitas yang secara alami terjadi pada alam, perubahan bentuk atau ukuran atas subjek, dan perubahan sensasi ruang. Untuk selanjutnya, dengan menggunakan mekanisme spasial gradation space didalam perancnagan, dapat meredefinisi bentuk arsitektur seperti boundary, spatial organization dan path yang dapat hadir tanpa penerapan order yang rigid.

This paper investigates the spatial mechanism of architecture without order. During the history, architectural design process has never been separated from the application of rigid order as an ideal paradigm, although the application of rigid order tends to cause several problems in the future. The study utilized a contingency and indeterminacy approach with its potential to redefine the application of rigid order in architectural design. The discussion circulates the idea that contingency is emphasized in three things, i.e., subjects that keep changing, changes of subject, and chronological lines of time. These three aspects are further utilised to analyze precedents that used contingency approach through their design process and contingency on natural phenomenon. This paper proposes gradation space as a potential mechanism for developed architectural design by no rigid order. Mechanism system of gradation space can be formed by shifting intensity of natural force such as temperature and humidity, differential of size and volume of subject’s changes and immersive sensation and experience with the nature of constantly changing according to the possibilities. Further discussion by using this gradation zone within design process, can redefine architectural form such as boundary, spatial organization and path that can exist without rigid order."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gde Rasananda Gelgel
"Representasi bersifat mewakili sesuatu. Akan tetapi ketika representasi itu kehilangan hubungannya dengan yang diwakilinya akan terjadi sebuah pemutusan. Sehingga apa yang diwakilinya adalah diri sendiri. Membentuk sebuah simulakra.
Dari pemikiran tersebut mendorong saya untuk melakukan kajian tentang simulakra. Dengan mengambil anjungan daerah TMII sebagai contoh kasus dalam menjelaskan gejala yang terjadi dan museum di TMII untuk mendukung pejelasan. Penelitian ini mengambil pendekatan semiotika dan hermeneutik dan bersifat kualitatif.
Dalam membahas fenomena ini saya menkonstruksi dari teori-teori yang sudah ada sebelumnya yaitu dari pemikiran Martin Heidegger khususnya pemikiran tentang pofret dunia dan teori simulasi dan simulacra baik yang diungkapkan oleh Jean Baudrillard maupun Umberto Eco. Saya memilih teori ini karena saya memahami teori tersebut dapat membantu saya dalam menjelaskan fenomena representasi kebudayaan dalam arsitektur yang saya amati.
Apa yang saya temukan dalam pengamatan di taman mini adalah fungsi utama yang ditampilkan oleh simulakra adalah melawan hierarki tradisional sekaligus menghidupkannya. TMII merombak dan menyusun kembali nilai-nilai tradisional. Tapi pada saat penyusunannya kembali hubungan antara representasinya dengan rujukannya mengalami keterputusan dalam nilai-nilainya. Sehingga apa yang nampak malah jadi kebalikannya reprsentasinya seakanakan lebih nyata daripada rujukannya. Hal ini menunjukkan adanya sebuah pemahaman bahwa reproduksi, representasi dan simulasinya lebih fundamental dan lebih solid daripada kenyataan yang menjadi rujukannya. Semua citra, akibatnya dibawa pada level yang sama, yaitu sebagai duplikat.
Pencapaian teknologi saat ini telah memungkinkan bentuk-bentuk simulasi yang mempertanyakan secara radikal gagasan konvensional mengenai asal-usul dan orisinalitas dan membuat yang artifisial, yang sintetis dan yang palsu tak terbedakan dari yang asli. Memang simulasi kadang kala tampak lebih hidup dan asli dan nyata daripada realitas itu sendiri.

Representation act to represent something, although in the end when it lost it connection with the thing that it represent, it become self reference. Which is called simulacra.
Based on that I started an analysis on simulacra. By using anjungan daerah TMII and museum in TMII as a case study to explain the phenomenon which ocure. The research used semiotic and hermeneutic method and the research it self is based in qualitative method.
To explain the phenomenon, I constructed theory based on the previous theory from Martin Heidegger, especially the essay on The Age of World Picture, and also Simulation and Simulacra from both Jean Baudrillard and Umberto Eco. II choose these theories because it can help me to explain the phenomena that ocure in cultural representation in architecture.
What I had found in the research in TMII is the main function of the simulacra is against traditional hierarchy and in the same time it also preserved it. TMII disassemble and assemble traditional value. Although when it assembled the culture, the relation between the representation and the reference is lost. It makes the representation is more realistic than it reference. It shown that there is an understanding that reproduction, representation and simulation are more fundamental and solid than the reality which it represent. All image in the end is bring to the same level, just as a mere copy. Technology achievement this day makes possibility to ask radically about the conventional idea of the origin of the reality. It also made the artificial, imposter and synthetic can't be defined between the real. And make the simulation seems more live and real than the reality it self.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ananda Setiawan
"Kajian ini mengangkat proses dan siklus yang terjadi pada unsur dan senyawa kimia esensial bagi manusia dan bumi sebagai basis dalam merancang arsitektur. Saya menelusuri dan mendalami jejaring proses yang mungkin terbentuk dari keseluruhan proses dan siklus pada unsur dan senyawa kimia esensial bagi manusia dan bumi, dengan sumber daya utama yang berupa manusia dan sisa peradabannya. Jika selama ini arsitektur cenderung dipahami sebagai salah satu alat bagi manusia untuk memenuhi kebutuhannya sebagai entitas paling 'superior' dengan alam sebagai sumber penggeraknya, perancangan ini akan menempatkan manusia sebagai entitas yang setara dengan materi alam lainnya. Anthropo-chine hadir sebagai sebuah bentuk arsitektur yang diprogram dengan basis konstelasi unsur dan senyawa kimia. Arsitektur ini hadir untuk menjaga eksistensi manusia dan merestorasi alam di tengah-tengah krisis sumber daya di masa depan. Posisi manusia sebagai materi dengan konstelasi unsur dan senyawa kimia dan relasinya dengan entitas lainnya akan berubah. Tiga sistem utama dikembangkan melalui penelusuran akan proses dan siklus senyawa kimia esensial yang menyusun makhluk hidup, yaitu the pre-living machine, the living machine, dan the post-living machine. Masing-masing sistem ini menempatkan manusia sebagai objek yang diolah, subjek yang mengolah dan diolah, dan kembali menjadi objek yang diekstrak untuk merestorasi alam dan kehidupan yang ada. Melalui penelusuran proses dan siklus unsur senyawa kimia sebagai basis dari Anthropo-chine, arsitektur memiliki potensi yang hampir tidak terbatas, khususnya secara aktif menghubungkan semua entitas dalam berbagai situasi ekosistem yang ada.

This study explores the processes and cycles that occur in the essential chemical elements and compounds for humans and the Earth as a basis for designing architecture. I delve into and study the interconnected processes that may arise from the overall processes and cycles of essential chemical elements and compounds for humans and the Earth, with the main resources being humans and the remnants of their civilization. While architecture has traditionally been understood as a tool for humans to meet their needs as the most ‘superior’ entity, with nature as its driving force, this design places humans on an equal footing with other natural materials. Anthropo-chine emerges as a form of architecture programmed based on the constellation of chemical elements and compounds. This architecture aims to preserve human existence and restore nature in the midst of future resource crises. The position of humans as material with a constellation of chemical elements and compounds and their relationship with other entities will change. Three main systems are developed through the exploration of the processes and cycles of essential chemical compounds that make up living organisms: the pre-living machine, the living machine, and the post-living machine. Each system positions humans as the object being processed, the subject processing and being processed, and then becoming the object that is extracted to restore the existing environment and life. By tracing the processes and cycles of chemical elements as the basis of Anthropo-chine, architecture has almost unlimited potential, particularly in actively connecting all entities in various ecosystem situations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
London: Academy Editions, 1998
729 HYP
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
West Sussex: Academy Editions, 1999
729 HYP II (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Khoerunnisa Ratnasari Puteri Setiabudi
"Kajian perancangan ini menggunakan proses fermentasi pada limbah makanan sebagai basis dari perancangan arsitektur yang berkelanjutan. Dengan kajian ini, saya berusaha untuk menantang hierarki yang kerap memisahkan elemen subnatural berupa limbah makanan dari sistem produksi dan konsumsi makanan. Untuk menantang pemahaman mengenai hierarki terkait proses makanan, berarti untuk meletakkan aspek natural (makanan) dan subnatural (limbah makanan) secara sejajar dan berhimpitan. Ambrosia hadir sebagai sebuah upaya untuk menjalin sistem produksi dan konsumsi makanan dengan limbah makanan yang menyusun lanskap Bumi. Melalui tiga distrik, Mycostria, Marenus dan Frigus, limbah makanan tersebut akan diproses dengan basis fermentasi yang spesifik terhadap lokasi distrik tersebut, menjadi material infrastruktur sistemnya dengan bahan dasar limbah makanan. Dalam prosesnya, arsitektur dan makanan tidak hanya berkembang bersama lagi, tetapi juga memiliki hubungan sebab akibat yang penting untuk keberlanjutan siklus produksi dan konsumsi makanan.

This manuscript aims to explore the fermentation process in food waste as a basis for designing a sustainable architecture. Through this study, I attempt to reexamine the hierarchical separation commonly observed between natural elements, such as food, and subnatural elements, namely food waste, within the food consumption and production system. Therefore, I recognize the importance of repositioning the natural (food) and subnatural (food waste) aspects on an equal and interrelated footing. Ambrosia emerges as an architectural design that intertwines the food production and consumption system with food waste, shaping a new Earth landscape. By exploring the fermentation process of food waste and studying typology-anti typology, the world of food will be arranged into three districts: Mycostria, Marenus, and Frigus. The food waste will be processed using specific fermentation methods tailored to each district’s location, thereby utilizing food waste as the primary material for the infrastructure system. Throughout this process, architecture and food not only evolve together but also construct a cause-and-effect relationship that is crucial for the sustainability of the food production and consumption cycle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dudek, Mark
London: : Spon Press, 2000
727.1 DUD k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jodidio, Philip
Hohenzollernring: Taschen, 2012
R 720 JOD a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>