Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84124 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anne Restu Latifah Hanum
"ABSTRAK
Isu putus cinta merupakan isu yang dekat dengan tahapan perkembangan
dewasa muda, yang di dalamnya terdapat isu mengenai intimacy. Intimacy merupakan
isu utama pada usia dewasa muda, yaitu saat seseorang membuat sebuah komitmen
dengan orang lain. Berkaitan hal tersebut, putus cinta merupakan stresor yang
umumnya teijadi pada mahasiswa. Putus cinta lebih banyak dikaitkan dengan efek
negatif, salah satunya dengan grief. Grief adalah respon emosional terhadap
kehilangan yang dialami oleh seseorang.
Grief akibat putus cinta dapat mengganggu fungsi seseorang dalam kehidupan
sehari-hari, seperti kurang konsentrasi dalam belajar maupun penurunan kineija,
kehilangan nafsu makan, marah, benci, kesepian, serta depresi. Oleh sebab itu,
diperlukan sebuah kajian dari sisi psikologis mengenai penghayatan seseorang wanita
dewasa muda terhadap peristiwa putus cinta.
Dari penelitian yang menggunakan metode kualitatif ini, peneliti menemukan
bahwa partisipan tidak melaluinya fase grief secara linier, melainkan dapat kembali
pada fase pertama sebelum bila terjadi hal-hal yang berkaitan dengan mantan pacar.
Peneliti juga menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi grief seseorang
adalah signifikasi hubungan, situasi yang mendukung putusnya hubungan, serta
makna kehilangan. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemulihan
adalah dukungan dari teman, pekeijaan, dan kegiatan di dunia maya."
Lengkap +
2010
T37956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Una Amanda Priharani
2004
S3324
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketika seseorang memasuki usia dewasa muda yaitu usia antara 20-30 tahun
(Santrock, 2002) maka ia akan menjalani tugas perkembangan tertentu. Misalnya seperti
memulai suatu karir, kemudian memilih pasangan hidup, belajar menyesuaikan diri dan
hidup harmonis dengan pasangan hidup, rnulai membentuk Suatu keluarga, mengasuh
dan membesarkan anak-anak dan sebagainya, Salah sam tugas terpenting adalah mencari
pasangan hidup. Salah satu caranya adalah dengan menjalin hubungan pacaran dengan
|awan jenis.
Yang dimaksud dengan hubungan pacaran aclalah proses pemilihan pasangan
hidup yang ditandai dengan adanya hubungan yang eksklusif dan perrnanen Bntara dua
orang yang berlalnan jenjs kelamin (Duvall&Miller, 1985). Ketidakpuasan dalam
menjalin hubunngan pacaran akan mengakibatkan munculnya konflik antar pasangan
yang akhimya tenj adi pemutusan hubungan.
Ketika suatu hubungan pacaran berakhir, biasanya diikuli dengan rasa sakit dan
penderitaan yang mendalam (Baumeister & Wotrnan, 1992). Ketika seseorang melakukan
hal yang menyakiti orang lain, hubungan diantara keduanya menjadi buruk. Salah satu
altematif cara untuk mencegah atau mengatasi hubungan yang buruk tersebut adalah
dengan forgiveness (memaafkan). Yang dimaksud dengan forgiveness aclalah suam
perubahan rnotivasional, menurunnya molivasi untuk balas clendam dan unruk
menghindari orang yang telah menyakili (Mc.Cullough, Worthington, & Rachal (1997).
Dengan memaafkan, diharapkan seseorang mampu merubah emosi negatifnya menjadi
lebih positif, sehingga ia mampu menyelesaikan rnasalahnya dengan cara yang lebih
konstruktif
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana garnbaran memaafkan
pada dewasa muda yang rnengalami pulus hubungan pacaran. Mengingat masalah
penelitian yang dibahas membutuhkan penghayatan individu dan tergolong sensitif; maka
peneliti menggunakan metode kualitatii Dalam penelitian ini, subyek yang digzmakan
sebanyak 4 orang dengan karekteristik usia antara 20-30 tahun.
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa tidak semua subyek mengalami
forgiveness, hal ini dikarenakan faktor penentu, seperti darnpak peristiwa yang
mernpengaruhi subyek, niat mantan pacar untuk meminta maaf dan empati yang
dirasakan oleh subyek pada pendenta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para dewasa muda yang
mengalami
hubungan pacaran, sehingga mampu mengembangkan forgiveness
untuk mengobati luka hatinya."
Lengkap +
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Gressy S. Cornelia
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Lifina Dewi
"ABSTRAK
Kematian merupakan suatu peristiwa yang tidak hanya melibatkan orang yang meninggal, namun juga orang yang ditinggalkan. Peristiwa ini merupakan awal dari suatu proses transisi bagi orang yang ditinggalkan. Kematian dianggap wajar dan lebih mudah diterima jika terjadi pada orang berusia lanjut, namun kematian anak berusia muda yang mendahului orangtuanya seringkali dianggap sebagai peristiwa tragis dalam suatu keluarga yang bertentangan dengan kondisi alamiah manusia. Orangtua yang mengalami kematian anak seringkali mengalami grief selama bertahun-tahun setelah kematian terjadi (Sarafino, 1994). Dalam menghadapi kematian anak usia remaja, orangtua seringkali mengalami saat-saat yang dirasakan menyulitkan untuk menyadari apakah mereka telah mengambil keputusan yang tepat dengan membebaskan anak mereka saat memasuki masa remaja, terutama jika kebebasan yang diberikan mengakibatkan kematian anak tersebut.
Penelitian ini menggunakan alat ukur Texas Revised inventory o f Grief (TRIG) yang dikembangkan oleh Thomas R. Faschingbauer, Richard A. DeVaul dan Sidney Zisook pada tahun 1981. Pengembangan TRIG dalam bentuk brief paper-and-pendi questionnaire bertujuan untuk mengukur intensitas dari reaksi grief individu. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menguji reliabilitas dan validitas dari Texas Revised inventory of Grief yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi grief pada orangtua yang mengalami kematian anak usia remaja.
Subyek dalam penelitian ini adalah individu yang mengalami kehilangan seseorang yang memiliki hubungan kedekatan (attachment) akibat kematian, yaitu hubungan keluarga antara orangtua dan anak. Pemilihan subyek tersebut didasari pemikiran bahwa ikatan antara orangtua dan anak merupakan ikatan yang kuat dan mendalam dalam sejarah kehidupan dan struktur psikologis orangtua. Hasil penelitian diperoleh dari 51 subyek yang menjadi responden dalam penelitian ini. Dari perhitungan uji reliabilitas terpakai dengan metode alpha cronbach terhadap TRIG bagian 1 didapat hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,8685 dan terhadap TRIG bagian 2 didapat hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,8986 yang berarti alat ukur ini mengukur behavior domain yang sama yaitu grief setelah kematian terjadi (melafui bagian 1) dan grief pada saat ini (melalui bagian 2).
Uji validitas dilakukan melalui corrected item-total correlation dimana nilai signifikansi untuk jumlah responden sebanyak 51 orang pada l.o.s.0.05 adalah 0,276, diperoleh hasil bahwa dari seluruh item dalam bagian 1 secara signifikan mengukur grief pada masa setelah kematian terjadi, sedangkan seluruh item dalam bagian 2 secara signifikan mengukur grief pada saat ini.
Dari seluruh subyek yang menjadi sampel dalam penelitian ini, sebanyak 45,1 % memperoleh total skor grief antara 21 hingga 62 pada bagian 1 dan bagian 2 , yang berarti kondisi grief yang dialami sehubungan dengan kematian anak tergolong cukup rendah hingga sedang, sedangkan 54,9 % memperoleh total skor grief antara 63 hingga 104 pada bagian 1 dan bagian 2t yang berarti kondisi grief yang dialami sehubungan dengan kematian anak tergolong cukup tinggi hingga tinggi.
Dari perhitungan korelasi antara jawaban subyek pada bagian 3 dengan skor grief, diperoleh hasil bahwa item 2 dan item 4 pada bagian 3 memiliki korelasi yang signifikan dengan skor grief pada bagian 1, skor grief pada bagian 2 dan total skor grief yang diperoleh Berdasarkan jawaban subyek pada bagian terakhir Texas Revised Inventory of Griefi diperoleh gambaran bahwa pada sebagian besar subyek, upaya yang dilakukan untuk dapat menerima kehilangan anak karena kematian dihubungkan dengan hal-hal keagamaan.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menggabungkan metode penelitian kuantitatif dengan metode penelitian kualitatif, karena kondisi grief merupakan kondisi emosional tinggi dan mendalam sehingga diperlukan wawancara mendalam untuk memperoleh gambaran sebenarnya dari kondisi grief individu yang mengalami kematian orang yang dicintai. Hasil yang diperoleh dari penggunaan alat ukur dalam metode kuantitatif hanya menunjukkan indikasi kondisi grief namun dibutuhkan metode lain untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan menyeluruh."
Lengkap +
2004
T38124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Sara
"Holmes & Rahe (1967) pemah membuat sebuah tabel yang mengurutkan hal-hal apa saja yang dapat membuat orang menjadi stres. Pada tabel tersebut, perceraian merupakan urutan kedua setelah kematian pasangan hidup. Oleh karena itu orang yang bercerai harus segera menyesuaikan dirinya, sehingga orang tersebut dapat segera mengatasi rasa sedih, dan marah, menerima dirinya sendiri, anak-anak dan mantan suaminya, kembali bekeija dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan sekitar, dan Iain-lain masalah yang biasanya timbul setelah perceraian. Adapun masalah-masalah yang biasanya dialami oleh mereka yang bercerai adalah masalah secara psikologis/emosi, dalam mengasuh anak, pelaksanaan tugas-tugas rumah tangga, keuangan, sosial hingga seksual (Hurlock, 1980).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang dialami pada wanita dewasa muda yang berpisah/bercerai. Selain itu ingin dilihat pula gambaran dan dinamika penyesuaian diri mereka setelah berpisah/bercerai. Untuk menjawab tujuan penelitian di atas, maka dilakukan wawancara mendalam terhadap empat orang subyek. Hasil wawancara yang diperoleh akan dianalisis dan diinterpretasi dengan menggunakan teori-teori yang sudah ada. Penyesuaian diri tidak selalu dilakukan setelah terjadi perceraian, mengingat adapula orang yang telah melakukan penyesuaian diri jauh sebelumnya, yaitu pada saat mereka berpisah dengan suaminya (Lasswell & Lasswell, 1987). Oleh karena itu penelitian ini akan menggali penyesuaian diri subyek setelah bercerai, maupun pada subyek yang berpisah lalu bercerai. Adapun subyek penelitian ini adalah wanita yang berpisah/bercerai pada usia dewasa muda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah yang ditemukan pada keempat subyek penelitian adalah masalah secara psikologis/emosi, yaitu subyek merasa sedih dan kecewa karena rumah tangga mereka berakhir dengan perceraian. Selain itu mereka juga merasa kesepian dan kehilangan sejak berpisah bercerai dengan suami mereka. Masalah lain yang ditemukan pada subyek adalah masalah dalam mengasuh anak, masalah dalam hal keuangan, dan sosial. Subyek dalam penelitian ini tidak raengalami masalah dalam pelaksanaan tugas rumah tangga sehari-hari dan pemenuhan kebutuhan seks. Waktu yang diperlukan subyek untuk dapat menyesuaikan diri mereka setelah berpisah^e^cerai adalah bervariasi, antara satu/dua sampai lima tahun, bahkan hingga saat subyek diwawancara. Hal ini disebabkan faktor-faktor tertentu seperti apakah subyek masih mencintai suaminya atau tidak, lama dan kualitas perkawinan subyek, siapakah yang berinisiatif untuk bercerai, pandangan subyek terhadap perceraian, jumlah anak yang dimiliki, apakah subyek bekeija dan mempunyai penghasilan sendiri, dan lain.lain."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S2701
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidwina
2004
S3377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiyah Allissah
"Fenomena perceraian orang tua yang semakin meningkat di masyarakat memiliki dampak pada anak khususnya, terutama pada hubungan romantis dewasa muda yang mengalami perceraian orang tua. Skripsi ini disusun karena masih adanya kontradiksi pada literatur-literatur mengenai dampak perceraian orang tua pada anak dewasa muda. Tujuan dari skripsi ini ialah untuk mengetahui gambaran komponen cinta pada hubungan romantis dewasa muda yang mengalami perceraian orang tua.
Hasil penelitian menghasilkan mean kelompok yang dijadikan acuan untuk mengkategorikan mayoritas jenis cinta yang dimiliki oleh dewasa muda yang mengalami perceraian orang tua. Mayoritas dewasa muda yang mengalami perceraian orang tua memiliki jenis cinta consummate love. Hasil ini merupakan hasil yang baik bagi dewasa muda yang mengalami perceraian orang tua karena menurut Sternberg (1986), jenis cinta ini adalah jenis cinta yang paling lengkap karena seluruh komponen ada di dalamnya dan jenis cinta yang ingin diraih oleh seluruh pasangan. Kemudian, sebagian besar partisipan penelitian berada pada norma kelompok sedang pada komponen intimacy dan passion, sedangkan untuk komponen commitment berada pada norma kelompok tinggi. Hasil ini menandakan bahwa komponen cinta pada hubungan romantis dewasa muda yang mengalami perceraian orang tua berada pada kondisi yang cukup baik.

Phenomena about parental divorce that increasing in the society have effect to the children specifically, especially in young adult romantic relationship who experienced parental divorce. This research been compose because there are still contradictive in the literature about the effect of parental divorce to young adult children. The aims of this research is to describe the components of love in romantic relationships of young adults who experienced parental divorce.
The results of the study resulted in mean group made reference to categorize the majority of the type of love that is owned by young adults who experienced parental divorce. The majority of young adults who experienced parental divorce had a type of love, consummate love. This result is a good result for young adults who experienced parental divorce because according to Sternberg (1986), this kind of love is the most complete kind of love because all components are on it and it is kind of love that want to be achieve by all couples. Then, most of the study participants were in the moderate group norms in the intimacy and passion component, meanwhile for commitment component were in the high group norms. This result indicates that the components of love in romantic relationships of young adults who experienced parental divorce are in fairly good condition.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S53531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Izzati
"ABSTRAK
Tekanan emosional yang disebabkan oleh putus cinta dapat mengarahkan individu ke hal-hal negatif seperti terganggunya kesehatan atau kesejahteraan diri. Mengungkapkan pengalaman tidak menyenangkan seperti putus cinta merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk bisa membuat individu merasa lebih baik, namun tidak semua orang merasa nyaman dalam berbagi pengalaman pribadi dan tidak semua peristiwa putus cinta dapat diungkapkan dengan mudah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh written emotional disclosure atau pengungkapan emosional tertulis terhadap distres subjektif dan suasana hati individu yang mengalami putus cinta. Dalam pelaksanaannya, 43 partisipan dibagi secara acak menjadi dua kelompok penelitian: kelompok eksperimen yang menulis tentang pengalaman putus cinta dan kelompok kontrol yang menulis tentang topik umum. Pengukuran distres subjektif dilakukan menggunakan adaptasi alat ukur Impact of Event Scale IES , dan pengukuran suasana hati dilakukan menggunakan Profile of Mood States-Revised POMS-R . Melalui teknik analisis statistik independent sample t-test dan mixed ANOVA, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terdapat perubahan suasana hati yang signifikan pada partisipan dari hari pertama menulis hingga ke terakhir F 1,6 , 65,8 = 10,98, p< 0,001, namun tidak terdapat perubahan distres subjektif dan suasana hati yang berbeda secara signifikan antara dua kelompok penelitian F 1,41 < 1, r= 0,044. Hasil dari penelitian ini mengajukan sejumlah pertimbangan untuk penelitian-penelitian berikutnya guna mengeksplorasi lebih jauh mengenai mekanisme dan manfaat dari pengungkapan emosional tertulis, khususnya pada individu yang mengalami putus cinta.

ABSTRACT
The emotional distress caused by heartbreak can lead one to negative effects such as an increase of the risk of physical illness and stress related diseases. Confiding in others about upsetting experiences such as heartbreak can be one of many ways to help one feel better, but not everyone is comfortable in sharing their personal stories and not every heartbreak story can be easily discussed. This experimental research is conducted to examine the effects of written emotional disclosure to subjective distress and mood on individuals experiencing heartbreak. 15 male and 28 female undergraduates were randomly assigned to experimental group, in which they wrote expressively about their heartbreak, or to a control group, in which they wrote about control topics. Subjective distress was assessed using the adapted Impact of Event Scale IES , and The Profile of Mood States Revised POMS R was used to assess participants rsquo mood. Using independent sample t test and mixed ANOVA, findings of the research indicated there was a significant mood improvement from the first day to the last day of writing session F 1,6 , 65,8 10,98, p 0,001, but there was not a significant difference in participants rsquo subjective distress and mood between the experiment and the control group F 1,41 1, r 0,044. The result suggested several considerations for future research in hopes of further exploration of the written emotional disclosure rsquo s benefits and mechanism, especially on individuals experiencing heartbreak."
Lengkap +
2017
S67445
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Aprillany
"Di Indonesia angka perceraian pada pasangan suami istri mengalami peningkatan setiap tahunnya (Kompas, 2003). Walaupun yang mengalami perceraian adalah orangtua, namun anak-anak menyaksikan dan berada di tengah-tengah konflik dan ketidakbahagiaan orangtuanya. Hal ini akan menimbulkan dampak-dampak khusus pada anak-anak. Beberapa penelitian yang dilakukan pada anak-anak yang orangtuanya bercerai menunjukkan bahwa anak-anak tersebut mengalami kebingungan, sedih, ketakutan, turunnya prestasi belajar, marah dan konsep mengenai suatu hubungan yang dapat diandalkan menjadi terganggu (Committee on the Family Group forthe Advancement of Psychiatry, 1988).
Dampak yang dialami oleh anak-anak akibat perceraian orangtuanya masih memberikan pengaruh ketika mereka tumbuh besar dan memasuki masa dewasa muda (WallerSlein St Blakeslee dalam Zachra, 1999). Masa dewasa muda ialah masa dimana mereka memiliki banyak tugas perkembangan yang Salah satunya ialah mencari pasangan hidup. Disaat mereka di hadapkan pada tugas perkembangan ini, mereka juga harus menghadapi konflik-konflik dalam diri mereka akibat dari perceraiarl orangtua mereka. Beberapa penelitian mengenai kontlik-kontlik yang dialami oleh anak-anak tersebut antara Iain adalah takut mengalaml kegagalan dalam perkawinan seperti yang dlalami orangtua mereka (Papalia & Olds, 1994) serta takut membuat komitmen dan selalu merasa khawatir dikhianati (Zachra, 1999).
Salah satu tes proyeksi yang digunakan dalam setting psikologi klinis adalah Thematic Apperception Test (T.A.T). Alat tes ini adalah suatu tes proyeksi yang dapat digunakan untuk mengetahui dinamika kepribadian yang dimanifestasikan dalam hubungan interpersonal seseorang Tes ini terdiri dari satu seri gambar yang dapat memberikan data mengenai bagaimana hubungan interpersonal sesorang terhadap tigur otoritas pria atau wanita, pria dan wanita seusia dan juga hubungan dalam konteks keluarga, Penelitian ini bermaksud untuk melihat bagaimana dinamika hubungan interpersonal subyek dewasa muda yang orangtuanya bercerai, baik terhadap lawan jenis maupun dengan tigur orangtua yang tergambar lewat respon T.A.T. Hasil yang didapat dari respon T_A_T tersebut akan dibandingkan dengan anamnesa untuk mencari kesesuaiannya dengan apa yang sebenamya dialami oleh subyek.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh subyek memproyeksikan hubungan interpersonal mereka ke dalam situasi-situasi yang terdapat dalam kartu T.A.T Analisa respon TAT dan perbandingannya dengan anamnesa juga memberikan bukti bahwa dinamika, konflik-konflik maupun pandangan mereka terhadap lawan jenls dan Hgur otorilas yang ditampilkan dalam respon TAT memiliki kesesuaian dengan yang mereka alami dalam kehidupan nyata. Penemuan ini menunjukkan bahwa penggunaan T.A.T dapat membantu dalam penanganan kasus-kasus klinis yang berkaitan dengan masalah dalam hubungan interpersonal. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti respon T_A_T pada kelompok dewasa muda yang telah meniKah atau kelompok usia dewasa."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38138
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>