Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114992 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yustina Retno Wulandari
2007
T38206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Andina Ratnaning Dyah
"Harter (dalam Papalia, 2004) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan konslruksi kognitifyang menentukan bagaimana seseorang mcmandang dirinya serla mcnentukan perilakunya. Beberapa anak ada yang memiliki konsep diri akadcmik positifdan ada yang memiliki konscp diri akademik negatif. Anak dcngan dengan konsep diri akademik yang positif Icbih termotivasi untuk meraih sukses dan lebih tertantang untuk menyelesaikan Lugas atau masalah yang dihadapi sebaliknya anak dengan konsep diri akademik negaxif kurang memiliki motivasi untuk belajar dan cenderung mudah menyerah (Boggiano dalam Vasla, Hai1h_ Miller, 1999).
Program ini benujuan untuk mengubah konscp diri akademik anak pada pclajaran matematika dark ncgatifmenjadi positif' yang dilakul-can melalui pcrubahan pada pola pikirnya yang ncgatif menjadi positif. D telah berhasil mengubah konsep diri akdcmiknya pada pelajaran matematika dari negatifmenjadi positif dengan ditandai adanya perubahan pola pikir dari negalifmenjadi positif dan adanya perubahan perilaku. Kesimpulannya, Cognitive Behavior Therapy dapat diterapkan untuk menangani konsep diri akadcmik pada khususnya dan konsep diri pada umumnya. Meskipun begitu, masih ada beberapa kelemahan dalam program ini yang perlu diperbaiki dalam penerapan intervensi cagnilivc behavior rherapy sclanjutnya.

Harler (it1Papalia, 2002) said that se¢concept is a cognitive construction, a system of descriptive and evaluative representations about the seyf which determines how wefeel about ourselves and guides our action Some chlidren do have positive academic seMconcept, while the others have the negative one. Children who view them seU as academically skilled are more motivated to succeal more pensistent in their work. and more willing to seek out challenging tasks or problems. As signyicant, children with low opinions of their academic abilities are less motivated to work(Boggiano in Vasta, Haith, Miller, I 999).
The purpose of this program is to change client is academic selfwoncept _/rom negative to positive through changing child 's cognition from negative into positive. D succeeded change her academic seMeonceptj'om negative to positive. She shows the changing through cognition and behavioral change. The conclusion is Cognitive Behavioral Therapy can be applied to treat academic self-concept and seMconcept, in general. However, there are several things that need improvement in jivture Cognitive Behavior Therapy program in treating academic sehlconcept.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarmidi
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T38106
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Sulistio,author
"Konsep diri merupakan bagian penting dari kehidupan seorang anak. Anak dengan konsep diri positif akan merasa dirinya kompeten dalam menghadapi tugas - tugas di sekolah. Anak dengan konsep diri negatif cenderung akan merasa dirinya tidak kompeten atau meragukan kemampuannya untuk meraih prestasi di sekolah. Sehingga dapat dikatakan bahwa konsep diri seorang anak dapat mempengaruhi bagaimana anak tersebut berpikir dan bertingkah laku. Salah satu penyebab seorang anak mempunyai konsep diri negatif adalah adanya kekeliruan pola berpikir tentang diri sendiri dan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengubah kekeliruan pola berpikir pada individu adalah melalui Cognitive behavior therapy.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh cognitive behavior therapy dalam meningkatkan konsep diri anak menjadi lebih positif. Terapi dilaksanakan dengan menggunakan program - program cognitive behavior therapy yang telah disusun oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metoda studi kasus. Metoda yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara, observasi, dan dokumen. Partisipan pada penelitian ini adalah klien Klinik Bimbingan Anak Fakultas Psikologi UI yaitu; G, anak laki-laki berusia 9 tahun 7 bulan dan memiliki konsep diri negatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cognitive behavior therapy mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan konsep diri anak menjadi lebih positif. Namun, peneliti meragukan apakah keberhasilan terapi benarbenar merupakan hasil terapi atau dikarenakan kondisi yang baru terjadi pada G, yaitu penurunan raport dan ia naik kelas. Oleh karena itu disarankan untuk melakukan terapi dengan jarak yang cukup jauh dengan penerimaan raport kenaikan kelas sehingga anak juga dapat menerapkan langsung coping dan positive self-talk ketika menghadapi ulangan."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerry Olvina Faz
"Tesis ini membahas mengenai penerapan program cognitive behavioral therapy yang didasarkan pada program think good feel good untuk melihat peningkatan self esteem pada remaja putera dengan perilaku menarik diri. Penelitian ini merupakan penelitian single case dengan desain pre test-intervensi-post test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CBT ini mampu mengubah core beliefdan akhirnya meningkatkanself esteem remaja dengan perilaku menarik diri. Terdapat beberapa saran yang dikemukakan di dalam penelitian ini yaitu terkait dengan perlunya psikoedukasi bagi orangtua dan menjadikan orangtua sebagai co-terapis sehingga meski program berakhir klien tetap mendapatkan dukungan secara sosial.

The thesis deals with cognitive behavioral therapyprogram application which is based on think good feel good program in order to observe enchanced self-esteemof male adolescent with withdrawal behavior. Research currently held during the thesis preparation is of single case with pre-test-intervention-post-test design. Results obtained reveals that the CBT program is capable of modifying the core belief and thereby enhancing self-esteem of male adolescent with withdrawal behavior. Several suggestions are, then, offered, including parents requiring to have psychoeducation and act as co-therapist that will be continuously providing social support to clients despite the program is terminated."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41756
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Argaputri
"ABSTRAK
Self-confidence adalah keyakinan terhadap diri Sena kemampuan yang
dimiliki (Websters Dictionary, 1996). Gejala tidak percaya diri pada anak erat
kaitannya dengan persepsi anak terhadap konsep dirinya (Surya, 2007). Orangtua
yang mcmpersepsikan anaknya sebagai ?segalanya buruk?dapat menciptakan
konsep diri yang menekankan pada anak bahwa anak kurang diterima, buruk, dan
tindakannya tidak disetujui oleh orangtuanya (Frankel-Bnmswilk, dalam Burns,
1993).
Cognilfve-Behavior Therapy (CBT) adalah sebuah istiiah yang digunakan
untuk menjelaskan bentuk innervensi yang bersifat psikoterapeutik dan bertujuan
untuk mengurangi distress psikologis dan perilaku maladaptifdengan cara
mengganti proses kognitif (Kaplan et al., dalam Stallard, 2002). Program CBT
pada dasamya didasari oleh pemyataan bahwa keyakinan negatifmengenai hidup
dan seseorang adalah hasil dari se%taIk negatif yang berujung pada perasaan
negatif mengenai diri sendiri, sebf-esteem rendah, dan kepada perilaku yang
bersifat menghambat individu mencapai hasil yang diinginkan (Bumett, 1996).
Intervensi cognizive behavioral dinilai paling sukses mcningkatkan harga diri dan
konsep diri. Program diasosiasikan dengan peningkatan positive seMta1k dan CBT
dihubungkan dengan pengurangan negative se%talk (Bumett, Craven, dan Marsh,
1999).
Program CBT dalam tugas akhir ini bertujuan untuk meningkatkan
kepercayaan diri sorang anak berusia 9 tahun dengan tingkat kecerdasan rata-rata.
Ia merasa kurang percaya diri menjawab pertanyaan guru atau orangtua saat
belajar. Ia takut menjawab dengan salah. Sctelah intervcnsi, anak mampu
menyadari kcsalahan berpikimya, menjadi lebih percaya diri di sekolah. Di sisi
lain, sikap ayah yang marah saat anak melakukan kesalahan membuat anak sulit
menunjukkau perubahan positif di mmah. Anakjuga sangat memperhatikan
cvaluasi dari teman scbayanya.

ABSTRACT
Self-confidence is faith about oneself and one?s own ability (Webster?s
Dictionary, 1996). Lack of confidence of symptom in a child is tight with the
child?s perception of his/her self-concept (Surya, 2007). Parents, who perceive
their child as ?all bad", create a self-concept that emphasize the child that he/she
is less accepted, bad, and does not have any approval of his action from the parent
(Frenkel-Brunswilk, in Bums, 1993).
Cognitive-Behavior Therapy (CBT) is an intervention that aims to
psychological distress and maladaptive behavior by altering cognitive processes
(Kaplan et al., in Stallard, 2002). CBT program is based on the notion that
negative beliefs about life and oneself is the result of negative self-talk which
leads to negative feelings about oneself; low self-esteem, and self-defeating
behavior (Bumett, 1996). Cognitive behavioral based interventions were the most
successful enhancers of self-esteem and self-concepts. 'I'he program was
associated with an increase in positive self-talk and CBT was linked to a decrease
in negative self-talk (Bumett, Craven, and Marsh, 1999).
CBT?s program on this final assignment was aimed to improve the self-
conlidence ofa nine year old girl with an average intelligence. She feels little of
confidence in answering the teacher?s or pa1°ent's questions. She was afraid that
she might give a wrong answer. As the result ofthe intervention, the child now is
aware of her faulty think and become more confident in school. On the other side,
her father-'s attitude that always become angry whenever she gives a wrong
answer make her more difficult to show some improvement at home setting. The
child also pays much of attention on her peer?s evaluation.
"
2007
T34197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiky Nindita
"Tesis ini membahas mengenai efektivitas dari Cognitive Behavior Therapy (CBT) ketika diterapkan untuk menangani masalah pengelolaan rasa marah (anger management) pada anak. Penelitian ini merupakan penelitian dengan subjek tunggal. Subjek merupakan anak laki-laki berusia 9 tahun yang memiliki kesulitan dalam mengelola rasa marah. Sebelum intervensi, subjek mengekspresikan rasa marah dengan sering menampilkan perilaku seperti berteriak, menangis dan berdiam diri di dalam kamar. Tingkat marah subjek juga tergolong sangat tinggi jika diukur menggunakan anger meter, sementara berdasarkan CBCL tampak bahwa ranah aggressive behavior yang berada pada area klinis. Subjek memiliki false belief bahwa lingkungan tidak menyayanginya ketika keinginannya tidak terpenuhi atau ketika ia tidak dilayani kebutuhannya.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CBT efektif dalam mengelola rasa marah dan perubahan kesalahan berpikir pada anak. Hal tersebut terlihat dari menurunnya tingkat marah saat diukur menggunakan anger meter dan nilai CBCL yang menurun, terutama ranah aggressive behavior yang berada pada area normal.

This study focuses on the effectivity of Cognitive Behavior Therapy (CBT) in anger management for the child. This study is single-case study. Subject of this study is a nine years old boy who has difficulty in managing anger, often yelling, crying and withdraw to stay in his room. He has 10 level of anger based on anger meter and clinical range for aggressive behavior based on Child Behavior Checklist (CBCL). His false belief is whenever his needs and wishes are not fulfilled or granted then no one cares for him or he is not loved.
The result of this study showed that CBT is effective in managing anger and changing client's cognitive distortion. This showed by the reduction of anger meter level and also the range of aggressive behavior that become normal.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30393
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Argaputri
"Self-confidence adalah keyakinan terhadap diri serta kemampuan yang dimiliki (Webster's Dictionary, 1996). Gejala tidak percaya diri pada anak erat kaitannya dengan persepsi anak terhadap konsep dirinya (Surya. 2007). Orangtua yang mempersepsikan anaknya sebagai 'segalanya buruk'dapat menciptakan konsep diri yang menekankan pada anak bahwa anak kurang diterima, buruk, den tindakannya tidak disetujui oleh orangtuanya (Frenkei-Bronswilk, dalam Burns, 1993) Cognitille-llehavior Therapy (CB1) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan bentuk intervensi yang bersifat psikoterapeutik den bertujuan untuk mengurangi distress paikologis dan perilaku mal adaptif dengan cara mengganti proses kognitif (Kaplan et al., dalam Stallard, 2002). Program CBT pada dasamya didasari oleh pemyataan bahwa keyakinan negatif mengenai hidup dan seseorang adalah hasil dari self-talk negatif yang berujung pada perasaan negatif mengenai diri sendiri, selfesteem rendah, dan kepada perilaku yang bersifat menghambat individu mencapai basil yang diinginkan (Burnett, 1996). lntervensi cognitive behavioral dinilai paling snkses meningkatkan harga diri dan konsep diri.Program diososiasikan dengan peningkatan positive self talk dan CBT dihuhungken dengan penganangan negative self-talk (Burnett, Craven, den Marnh, 1999). Program CBT dalam tugas akhir ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri seorang anak berusia 9 tahun dengan tingkat kecerdasan rata-rata. Ia merasa kurang pereaya diri menjawab pertanyaan guru atau orangtua saat belajar. Ia takut menjawab dengan sa1ah. Setelah intervensit anak mampu menyadari kesalahan berpikirnya, menjadi lebih percaya diri di sekolah. Di sisi lain, sikap ayah yang marab saat anak melakukan kesalahan membuat anak sulit menunjukkan perubahan positif di rumah.

Self-confidence is faith about oneself and one's own ability (Webster's Dictionary, 1996). Lack of confidence of symptom in a child is tight with the child's perception of bislber self-concept (Surya, 2007). Parents, who perceive their child as "all bad1create a self-concept that emphasize the child that be/she is less accepted, bad, and does not hove any approval of his action from the parent (Frenkel-Brunswilk, in Bums, 1993). Cognitive-Behavior Therapy (CBI) is an intervention that aims to psychological distress and Maladaptive behavior by altering cognitive processes (Kaplan et al., in Stallard, 2002). CBT program is baaod on the notion that negative beliefs about life and oneself is the result of negative self-talk which lands to negative feelings about oneself; low self-esteem, and self-defeating behavior {Burnett, 1996). Cognitive behavioral based interventions were the most successful enhancers of self-esteem and self-concepts.The program was associated with an increase in positive self-talk a.nd CBT was linked to a decrease in negative self-talk (Burnett, Cmven, and Marsh, 1999). CBT's program on this final assignment was aimed to improve the self­ confidence of a nine year old girl with an average intelligence. She feels little of confidence in answering the teacher's or parent's questions. She was afraid that she might give a wrong answer. As the result of the intervention, the child now is aware of her faulty Chink and become more confident In school. On the other side, - her father's attitude that always become angry whenever she gives a wrong' answer make her more difficult to show some improvement at home setting."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T32434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Dini Candra Susila
"Skizofrenia merupakan penyakit jiwa berat yang menyebabkan gangguan pada fungsi kognitif, emosi, bahasa, perilaku dan gerak. Salah satu dampak dari gangguan jiwa berat adalah bunuh diri. Data menunjukkan setiap 40 detik, seseorang kehilangan nyawa karena bunuh diri. Kondisi pikiran negatif pasien risiko bunuh diri biasanya merupakan distorsi kognitif. Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran penerapan cognitive behaviour therapy (CBT) dan psikoedukasi keluarga pada pasien dengan risiko bunuh diri menggunakan pendekatan Tidal model. Tindakan keperawatan dilakukan kepada 6 pasien dengan risiko bunuh diri. Metode yang digunakan adalah case series. Hasil menunjukkan pemberian cognitive behaviour therapy (CBT) dan psikoedukasi keluarga dengan pendekatan Tidal model dapat menurunkan skor bunuh diri, menurunkan tanda dan gejala serta meningkatkan kemampuan keluarga dan pasien risiko bunuh diri dengan skizofrenia. Cognitive behaviour therapy (CBT) dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan dilakukan oleh perawat spesialis jiwa untuk mengatasi risiko bunuh diri dan Tidal model sebagai upaya pemulihan pasien.

Schizophrenia is a severe mental illness that causes disturbances in cognitive function, emotion, language, behavior and movement. One of the effects of severe mental disorders is suicide. Data shows that every 40 seconds, someone loses their life by suicide. The negative state of mind of patients at risk of suicide is usually a cognitive distortion. The purpose of this scientific paper is to provide an overview of the application of cognitive behavior therapy (CBT) and family psychoeducation to patients at risk of suicide using the Tidal model approach. Nursing actions were performed on 6 patients at risk of suicide. The method used is case series. The results show that giving cognitive behavior therapy (CBT) and family psychoeducation with the Tidal model approach can reduce suicide scores, reduce signs and symptoms and increase the ability of families and patients at risk of suicide with schizophrenia. Cognitive behavior therapy (CBT) and family psychoeducation are recommended to be carried out by psychiatric nurses to overcome the risk of suicide and Tidal model as an effort to recover patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Nurilla Safitri
"Psikosis ditandai dengan adanya perubahan proses pikir, perasaan dan perilaku yang menyimpang dan membuat rasa tidak nyaman dan aman. Harga diri rendah merupakan gejala negatif yang ditemukan pada klien psikosis. Tujuan karya ilmiah untuk menguraikan penerapan terapi kognitif perilaku dan psikoedukasi keluarga pada klien dengan harga diri rendah. Karya ilmiah ini menggunakan pendekatan metode case series. Sampel berjumlah 32 orang dan dibagi 3 kelompok sesuai kriteria inklusi yaitu kelompok pertama untuk klien relapse dengan perlakuan terapi kognitif perilaku, kelompok dua klien early psychosis dengan perlakuan terapi kognitif perilaku dan kelompok tiga klien early psychosis dengan perlakuan terapi kognitif perilaku dan psikoedukasi kelurga.Alat ukur menggunakan lembar evaluasi tanda dan gejala serta kemampuan klien harga diri rendah. Analisa tampilan data berupa persentasi dalam bentuk tabulasi. Hasil menunjukkan tindakan keperawatan ners, terapi kognitif perilaku dan psikoedukasi keluarga pada klien early psychosis menurunkan tanda dan gejala serta meningkatkan kemampuan klien lebih besar dibandingkan dengan klien relapse dan early psychosis yang hanya mendapatkan tindakan keperawatan ners dan terapi kognitif perilaku. Rekomendasi penulisan ini adalah penerapan terapi kognitif perilaku dan psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan harga diri klien dan dapat digunakan sebagai standar terapi spesialis keperawatan jiwa.

Psychosis is characterized by a change of thought processes, feelings and behaviors that deviate and create discomfort and security. Low self-esteem is a negative symptom found in clients of psychosis. The purpose of scientific work is to describe the application of cognitive behavior therapy and family psychoeducation to clients with low self-esteem. This study uses a case series method approach. The sample was 32 people and divided into 3 groups according to the inclusion criteria ie the first group for the relapse client with the treatment of cognitive behavior therapy, the second group clients early psychosis with cognitive behavior therapy treatment and the third group clients early psychosis with treatment of cognitive behavior and family psychoeducation therapy. Using evaluation sheets of signs and symptoms as well as low self esteem client ability. Analysis of data display in the form of percentage in tabulation form. The results show nursing actions, cognitive behavior therapy and family psychoeducation on early psychosis clients decrease signs and symptoms and increase client ability greater than with relapse and early psychosis clients who only get nursing actions and cognitive behavior therapy. Recommendation of this writing is the application of cognitive behavior therapy and family psychoeducation can increase the client's self-esteem and can be used as a standard therapy of mental nursing specialists."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>