Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99875 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rina Godiani Hakim
"Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) adalah insitusi litbang di bidang nuklir yang memiliki misi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk menjalankan misi tersebut, salah satu program yang digulirkan adalah Kesehatan dan Obat-Obatan, khususnya Teknologi Kedokteran Nuklir. Pemanfaatan Teknologi Kedokteran Nuklir dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Pemanfaatan Teknologi Kedokteran Nuklir merupakan rangkaian kegiatan inovatif antar unit kerja, yaitu PTKMR, PRPN, PRR, PDIN dan PKTN. Proses inovasi berkelanjutan akan menjadikannya organisasi pembelajar, yaitu organisasi yang senantiasa berubah karena terus menerus menciptakan hal baru, sehingga meningkatkan nilai kompetitif organisasi.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana meningkatkan pemanfaatan Teknologi Kedokteran Nuklir sehingga produk Batan lebih dikenal, senantiasa digunakan oleh rumah sakit dan dokter, serta didukung Depkes. Untuk mencari solusi, penelitian dipusatkan pada proses internal Batan. Hasil analisa menunjukkan bahwa rangkaian kegiatan inovatif yang diharapkan, tidak berjalan lancar, karena sikap negatif terhadap kerjasama kelompok, tidak ada rasa percaya, pengetahuan dimiliki sendiri, serta sistem dan budaya yang kurang mendukung.
Untuk membangun kerjasama antar unit kerja, digunakan prinsip-prinsip knowledge management dan teori organisasi pembelajar. Program yang direkomendasikan adalah workshop untuk membangun budaya kerjasama dan saling percaya, serta pembentukan tim kerja untuk menumbuhkan kebiasaan berbagi pengetahuan."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T37939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Susanti
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T34647
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Tyas Widyastuti
"Dewasa ini, implementasi pengelolaan pengetahuan (knowledge management / KM) menjadi kebutuhan bagi organisasi, termasuk di pemerintahan. Hal ini disebabkan karena percepatan teknologi informasi dan komunikasi yang mengharuskan organisasi untuk cepat belajar. Padahal, 'otak' organisasi berada di otak para anggotanya, yang perlu disinergikan untuk menjadi pengetahuan nuklir di BATAN telah menjadi kebutuhan yang mendesak. Kebutuhan pelestarian dan pewarisan pengetahuan nuklir tersebut dipicu oleh beberapa peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, seperti fenomena penuaan(ageing) pegawai Batan, berkurangnya mahasiswa yang belajar teknologi nuklir dan ancaman hilangnya pengetahuan akibat Brain-drain. Agar pengelolaan pengetahuan nuklir di BATAN dapat berjalan dengan efektif dan efisien, telah dilakukan analisis untuk mengidentifikasi kebutuhan pengetahuan dan daya dukung infrastruktur yang ada, untuk kemudia digunakan untuk menyusun rumusan rancangan awal roadmap penerapan KM pada tingkatan yang lebuh tinggi. Dari berbagai aktifitas dan infrastruktur yang teridentifikasi, dapat disimpulkan bahwa BATAN telah melakukan kegiatan inisiasi yang berkaitan dengan pengelolaan pengetahuan nuklir. antara lain, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, penyebarluasan pengetahuan nuklir, penyelenggaraan seminar dan sebagainya. Akan tetapi secara teoritis dan membandingkannya dengan praktik terbaik (penerapan KM di International Atomic Energy Agency / IAEA), penerapan KM di BATAN masih berada pada tahap penyimpanan pengetahuan, namum belum sampai pada aktifitas pengelolaan yang lengkap dan yang paling utama, Knowledge Management belum menjadi suatu budaya dan prosedur pembelajarang anggotanya."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 40 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wardiyono
"Koleksi mikrofis literatur bidang nuklir Perpustakaan Pusat Pengembangan Informatika (PPI) Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) belurn banyak digunakan staf BATAN sebagai sumber informasi bagi penelitian dan tugas mereka. Penelitian deskriptif dilakukan untuk mendapatkan gambaran pengelolaan, pemanfaatan dan hambatan dalam penggunaan koleksi tersebut. Dalam penelitian digunakan tehnik pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner kepada para staf di Pusat-pusat penelitian yang berada di Serpong, Pasar Jum'at dan Kantor Pusat BATAN. Metode observasi semi-partisipasi serta wawancara digunakan untuk memperoleh data dari pihak perpustakaan dan stafnya. Dan 274 kuesioner yang disebarkan, diperoleh 139 tanggapan (atau 50,73%). Responden (lebih Bari separuhnya) sejumlah 79 orang (56,83%) ternyata belum mengetahui tersedianya layanan mikrofis di perpustakaan akibat kurangnya informasi tentang koleksi dan belum efektifnya promosi yang dilakukan. Masan yang diajukan untuk tidak menggunakan koleksi ini di perpustakaan disebabkan pula koleksi yang terbatas hanya di PPI Serpong, pelayanan yang dianggap kurang memuaskan, sebagai sesuatu hal yang baru, tidak mudah, terlalu mahal, dan lebih suka literatur tercetak. Perlu diperhatikan juga alasan yang berkaitan dengan pola pencarian informasi staf dan kebiasaan staf dalam membaca literatumya. Sementara dari perpustakaan diharapkan kesiapan dan dukungan program dan kebijaksanaan perpustakaan terhadap koleksi mikrofis yang lebih baik serta perbaikan promosi dan penyebaran informasi koleksi ini. Tanggapan positif diberikan terhadap layanan yang pernah diterima staf dan kesediaan staf untuk menggunakan lagi koleksi ini dimasa mendatang. Pemanfaatan CD-ROM sebagai sarana pendukung masih dapat lebih ditingkatkan melihat kaitannya yang cukup erat dalam pemanfaatan koleksi mikrofis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S15641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husnul Fitri
"Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) adalah unit organisasi di bawah Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang bertugas melaksanakan penelitian dan pengembangan industri nuklir dan aplikasi IPTEK nuklir dalam berbagai bidang pembangunan. Data PTLR pada tahun 2014 menunjukkan telah terjadi 3 kali insiden dimana 2 diantaranya disebabkan oleh unsafe act pekerja. Survei profil budaya keselamatan yang dilakukan pada tahun 2013, menunjukkan profil budaya keselamatan secara keseluruhan berada dibawah 65%. Data pemantauan proses kerja pada tahun 2011 bulan Juni hingga Juli menunjukkan bahwa dari 85 kali pemantauan ditemukannya 28 perilaku tidak selamat atau sebesar 32,94%. Menurut informasi yang didapatkan dari tim K3 perusahaan, PTLR telah menerapkan program-program K3, namun bentuk upaya manajemen perilaku masih kurang dilakukan, sehingga kasus kecelakaan dan bentuk-bentuk perilaku tidak selamat masih terjadi. Sehingga, dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menjelaskan komitmen manajemen terhadap aspek-aspek dukungan manajemen, kerjasama tim, dan kebijakan perusahaan dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) BATAN tahun 2014. Metode yang digunakan adalah kualitatif yang bersifat deskriptif dan observasional melalui wawancara mendalam dan observasi data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan komitmen manajemen dalam menerapkan SMK3 secara keseluruhan cukup baik. Dukungan manajemen dalam menerapkan SMK3 sudah cukup baik. Kerjasama tim dalam menerapkan SMK3 masih kurang baik dan Kebijakan PTLR dalam menerapkan SMK3 sudah baik.

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) is an organizational unit under the Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) which is in charge of carrying out the research and development of the nuclear industry and nuclear science and technology applications in various fields of development. PTLR’s data in 2014 shows that an incident has occurred 3 times where 2 of them are caused by unsafe act of workers. Based on the results of the safety culture profile surveys conducted in 2013, the overall safety culture profile is below 65%. Data monitoring of the work process in June and July 2011 showed that out of 85 times monitoring 28 times unsafe behavior have found or by 32.94%. According to information obtained from the company safety team, PTLR has implemented safety program, but the forms of behavior management efforts are still less done, so the case of accidents and other forms of unsafe behavior still occur. This study aims to explain about the management's commitment to the aspects of management support, teamwork, and company policies to implement the Occupational Safety and Health Management System (OSHMS) at Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) BATAN 2014. The research method used descriptive and observational through in-depth interviews and observation of secondary data. The results showed the commitment of management to implement the Occupational Safety and Health Management System (OSHMS) overall is pretty good. Management support in implementing SMK3 good enough. Teamwork in implementing SMK3 still not good and PTLR’s Policy in implementing SMK3 at already good.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S58731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Habibul Rafur
"Institusi penelitian memerlukan manfaat dari sistem ERP. Pengadopsian dan pengimplementasian sistem ERP tidak mudah. Organisasi harus mengetahui success factor dalam mengadopsi dan mengimplementasikan sistem ERP agar mendapatkan manfaat yang maksimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor kesuksesan dengan indikator kesuksesan dalam pengadopsian dan pengimplementasian sistem ERP di institusi penelitian.
Penelitian ini menggunakan tiga model yaitu DeLone & McLean IS Success Model, Technology Acceptance Model 2, dan faktor kesuksesan dalam manajemen proyek pengimplementasian sistem ERP. Ketiga model tersebut dapat menunjukkan variabel yang termasuk success factor dan hubungannya dalam pengadopsian dan pengimplementasian sistem ERP.
Teknik analisis yang digunakan adalah Partial Least Square dan statistik descriptive. Partial Least Square digunakan karena cocok untuk menganalisis hipotesis dari teori yang lemah dengan jumlah kuesioner yang kurang dari 100. Statistik descriptive digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik data dari implementasi sistem ERP ketika data tidak banyak yang tersedia.
Penelitian ini menemukan beberapa success factor dari pengadopsian dan pengimplementasian sistem ERP, seperti system quality, image, result demonstrability, internal support, dan software selection, dapat mempengaruhi success indicator melalui faktor perantara, yaitu perceived usefulness.

Research institute requires the benefits of ERP systems. The adoption and implementation of ERP systems is not easy. Organizations must be able to determine success factors in adopting and implementing ERP systems in order to get benefit as much as possible. Therefore, the purpose of this research is to analyze the relationship between success factors and success indicators for adoption and implementation of ERP systems in research institute.
This research uses three models, namely DeLone & McLean IS Success Model, Technology Acceptance Model 2, and the success factors in project management of ERP systems implementation. These models include variables that can indicate success factors and their relationship in adoption and implementation of ERP system.
The analysis techniques that are used are Partial Least Square and descriptive statistic. Partial Least Square is used because it is suitable for analyzing hypotheses from the weak theory with number of questionnaires that are less than 100. Descriptive statistic describes the characteristics of the data from the ERP system implementation when data is not much available.
This research finds that some of the success factors for the adoption and implementation of ERP systems, such as system quality, image, result demonstrability, internal support, and software selection, can affect the success indicators through an intermediary factors, namely perceived usefulness."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Chandra Perdana
"Membangun profesionalisme aparatur sangat diperlukan terlebih dalam melakukan pelayanan publik. Undang-undang Aparatur Sipil Negara diantaranya mengamanatkan bahwa membangun profesionalisme melalui jabatan fungsional karena dalam jabatan fungsional mensyaratkan keterampilan dan keahlian tertentu atau kompetensi. Diharapkan dengan kompetensi yang ada pada jabatan fungsional akan membawa aparatur kearah profesionalitas. BATAN sebagai salah satu lembaga pemerintahan yang mempunyai kompetensi yang unik yang tidak dipunyai oleh instansi lain yaitu keteknis nukliran sangat membutuhkan kompetensi dalam jabatan fungsional untuk menjawab tantangan dalam RPJMN 2015-2019. Idealnya pengembangan jabatan fungsional baik dari sisi jenis jabatan atau dari sisi formasi jabatan fungsionalnya adalah dengan menggunakan mekanisme analisis jabatan.
Penelitian ini menganalisis tentang penerapan analisis jabatan untuk jabatan fungsional di BATAN dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan analisis jabatan di BATAN. Penelitian dilakukaan dengan pendekatan post-positivis dan metode kualitatif eksplanatif dengan mengambil lokus penelitian di BATAN.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis jabatan untuk jabatan fungsional di BATAN terdapat kekurangan pada pelaksanaannya yaitu pada tahap keempat pengumpulan dan penggalian data. Yang menjadi perhatian adalah bahwa data yang terkumpul kemudian tidak dilakukan verifikasi dan finalisasi hasil olahan. Hal ini didorong oleh faktor-faktor diantaranya bahwa analisis jabatan di BATAN masih dianggap sebagai pekerjaan rutin biasa dan belum mendapatkan perhatian yang serius sehingga tidak didukung dengan anggaran. Hal lainnya adalah karena BATAN sebagai lembaga teknis maka ada kesulitan tersendiri yang dihadapi oleh Tim Pelaksana Analisis Jabatan dalam memahami dan mengerti bahasa-bahasa teknis sehingga tidak bisa mendapatkan data yang rinci mengenai jabatan.

Building professionalism of the apparatus is needed especially in the conduct of public services. The State Civilian Apparatus Act mandates that building professionalism through functional positions because in functional positions requires certain skills and skills or competencies. Expected with the existing competence in functional positions will bring apparatus towards professionalism. BATAN as one of government institution having unique competency which is not owned by other institution that is nuclear engineering business really need competence in functional position to answer challenge in RPJMN 2015 2019. Ideally the development of functional positions either from the type of position or from the side of functional position formation is to use the mechanism of position analysis.
This study analyzes the application of job analysis for functional positions in BATAN and the factors that influence the implementation of position analysis in BATAN. The research was conducted with post positivist approach and qualitative explanative method by taking the research locus at BATAN.
The result of the research shows that position analysis for functional position in BATAN there is a deficiency in its implementation that is at fourth stage of collecting and extracting data. The concern is that the collected data is then not verified and finalized the processed results. This is driven by factors such as that position analysis in BATAN is still considered a regular work routine and has not received serious attention so it is not supported by the budget. Another thing is because BATAN as a technical institution there are difficulties faced by the Implementation Team of Job Analysis in understanding and understanding technical languages so that can not get detailed data about the position.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
T50681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Tyas Widyastuti
"Dewasa ini, implementasi pengelolaan pengetahuan (knowledge management / KM) menjadi kebutuhan bagi organisasi, termasuk di pemerintahan. Hal ini disebabkan karena percepatan teknologi informasi dan komunikasi yang mengharuskan organisasi untuk cepat belajar. Padahal, 'otak' organisasi berada di otak para anggotanya, yang perlu disinergikan untuk menjadi pengetahuan nuklir di BATAN telah menjadi kebutuhan yang mendesak. Kebutuhan pelestarian dan pewarisan pengetahuan nuklir tersebut dipicu oleh beberapa peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, seperti fenomena penuaan(ageing) pegawai Batan, berkurangnya mahasiswa yang belajar teknologi nuklir dan ancaman hilangnya pengetahuan akibat Brain-drain. Agar pengelolaan pengetahuan nuklir di BATAN dapat berjalan dengan efektif dan efisien, telah dilakukan analisis untuk mengidentifikasi kebutuhan pengetahuan dan daya dukung infrastruktur yang ada, untuk kemudia digunakan untuk menyusun rumusan rancangan awal roadmap penerapan KM pada tingkatan yang lebuh tinggi. Dari berbagai aktifitas dan infrastruktur yang teridentifikasi, dapat disimpulkan bahwa BATAN telah melakukan kegiatan inisiasi yang berkaitan dengan pengelolaan pengetahuan nuklir. antara lain, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, penyebarluasan pengetahuan nuklir, penyelenggaraan seminar dan sebagainya. Akan tetapi secara teoritis dan membandingkannya dengan praktik terbaik (penerapan KM di International Atomic Energy Agency / IAEA), penerapan KM di BATAN masih berada pada tahap penyimpanan pengetahuan, namum belum sampai pada aktifitas pengelolaan yang lengkap dan yang paling utama, Knowledge Management belum menjadi suatu budaya dan prosedur pembelajarang anggotanya."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2018
330 ASCSM 40 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aridya Maharianto
"Penelitian ini membahas mengenai reliabilitas dan validitas dari pemetaan spesialisasi terhadap kelompok pengetahuan yang berlaku di BATAN karena taksonomi pengetahuan yang ada saat ini belum direvisi sejak diresmikan pada tahun 2004 hingga penelitian ini dilakukan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metodologi Q-Sort yang pernah digunakan pada penelitian tahun 2011. Menurut penelitian tersebut, metode ini simpel, efisien dari segi biaya, dan akurat. Pengujian dilakukan dengan menghitung nilai inter-judge raw agreement scores, indeks Kappa Cohen, dan menghitung hit ratio pemetaan yang dilakukan oleh responden yang merupakan pakar di BATAN dengan pemetaan yang saat ini berlaku di BATAN.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai rata-rata inter-judge raw agreement scores sebesar 53,17%, nilai rata-rata indeks Kappa Cohen sebesar 47,08%, dan nilai rata-rata hit ratio sebesar 53,64%. Nilai tersebut dapat berakibat pada alur pengetahuan yang tidak konsisten dan tidak tepat. Melalui hasil analisis tersebut maka disarankan agar BATAN dapat mengurangi ambiguitas dalam penamaan spesialisasi dan kelompok pengetahuan.

This research examines the reliability and validity of the mapping of the specializations to knowledge categories in BATAN which has not been revised since 2004 until this research was conducted. The testing was conducted using Q-Sort methodology which has been used in a research conducted in 2011. According to the said research, this method is simple, cost-efficient, and accurate. The testing was done using the calculation of inter-judge raw agreement scores, Cohen's Kappa index, and the hit ratio of the mapping that was done by the respondents that are experts in BATAN with the mapping applied in BATAN.
The result of the analysis shows that the average value of inter-judge raw agreement scores is 53,17%, the average value of Cohen's Kappa index is 47,08%, and the average value of hit ratio is 53,64%. These values could lead to the inconsistency and imprecision of knowledge route. According to the result of the analysis, BATAN should try to reduce the ambuigity in naming the specializations and knowledge groups.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abrar Hedar
"ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi BATAN saat ini adalah kesenjangan pengetahuan antar generasi yang disebabkan oleh kebijakan zero growth. Knowledge management merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam mengelola pengetahuan. Banyak implementasi knowledge management mengalami kegagalan karena kurang siapnya organisasi dalam menerapkan knowledge management. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran tingkat kesiapan organisasi dalam mengimplementasikan knowledge management.
Penelitian ini mengukur tingkat kesiapan BATAN dalam menerapkan knowledge management. Analisis dilakukan berdasarkan faktor-faktor pada penelitian sebelumnya, kemudian dilakukan pembobotan dengan metode Analytical Hierarchical Process (AHP). Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesiapan penerapan knowledge management di BATAN telah mencapai level 4 (receptive) yang artinya BATAN telah siap untuk mengimplementasikan KM.

ABSTRACT
The problems facing the military today is the knowledge gap between generations due to zero growth policy. Knowledge management is an attempt to improve the organization's ability to manage knowledge. Many knowledge management implementations fail due to lack of readiness of the organization in applying knowledge management. Therefore, the required measurement of organizational readiness for implementing knowledge management.
This study measured the level of preparedness BATAN in implementing knowledge management. The analysis was performed based on the factors in previous studies, then weighted by Analytical Hierarchical Process (AHP). Data was collected by questionnaire method. The analysis showed that the degree of readiness of the application of knowledge management in BATAN has reached level 4 (receptive) which means BATAN ready to implement KM.
"
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>