Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172032 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galuh Ajeng Sanristia
"ABSTRAK
Fokus pada tugas akhir ini adalah membuat desain evaluasi perilaku pelatihan
Coaching dan Counselling untuk Penyelia di PT.ITP. Desain evaluasi perilaku
yang dibuat terdiri dari tahapan pembuatan dan bentuk evaluasi perilaku yang
dapat menjadi blue print untuk pelatihan soft skill lainnya di PT.ITP. Dalam
mendesain evaluasi perilaku, penulis menentukan metode pengumpulan data
berupa kuesioner, menurunkan indikator perilaku dengan menganalisa tujuan
pelatihan dan isi materi pelatihan, meninjau studi pustaka yang berkaitan dengan
Coaching dan Counselling, dan melakukan wawancara dengan pihak SDM,
peserta pelatihan, atasan, bawahan, dan rekan kerja dari peserta pelatihan. Penilaian mengenai perubahan perilaku peserta dilakukan dengan meminta penilai
untuk memberikan penilaian seberapa sering peserta pelatihan menampilkan
perilaku-perilaku Coaching dan Counselling di tempat keija. Yang memberikan
penilaian pada kusioner ini adalah peserta pelatihan, atasan, dan bawahan dari
peserta pelatihan yang sering bekeija sama dan mengamati perilaku peserta
pelatihan di tempat keija. Untuk mendapatkan informasi mengenai ada atau
tidaknya perubahan atau peningkatan perilaku peserta pelatihan di tempat keija
maka evaluasi perilaku dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan."
2009
T37901
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Ajeng Sanristia, Author
"ABSTRAK
Fokus pada tugas akhir ini adalah membuat desain evaluasi perilaku pelatihan Coaching dan Counselling untuk Penyelia di PT.ITP. Desain evaluasi perilaku yang dibuat terdiri dari tahapan pembuatan dan bentuk evaluasi perilaku yang dapat menjadi blue print untuk pelatihan soft skill lainnya di PT.ITP. Dalam mendesain evaluasi perilaku, penulis menentukan metode pengumpulan data berupa kuesioner, menurunkan indikator perilaku dengan menganalisa tujuan pelatihan dan isi materi pelatihan, meninjau studi pustaka yang berkaitan dengan Coaching dan Counselling, dan melakukan wawancara dengan pihak SDM, peserta pelatihan, atasan, bawahan, dan rekan kerja dari peserta pelatihan.
Penilaian mengenai perubahan perilaku peserta dilakukan dengan meminta penilai untuk memberikan penilaian seberapa sering peserta pelatihan menampilkan perilaku-perilaku Coaching dan Counselling di tempat kerja. Yang memberikan penilaian pada kusioner ini adalah peserta pelatihan, atusan, dan bawahan dari peserta pelatihan yang sering bekerja sama dan mengamati perilaku peserta pelatihan di tempat kerja. Untuk mendapatkan informasi mengenai ada atau tidaknya perubahan atau peningkatan perilaku peserta pelatihan di tempat kerja maka evaluasi perilaku dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan.

ABSTRACT
The focus of this final assignment is making design of behavior evaluation of Coaching and Counselling Training For Supervisor at PT.ITP. The design of behavior evaluation consists of behavior evaluation form and design stages, which can be blue print for other soft skill trainings in PT. ITP. In order to design training behavior evaluation, writer determines questionnaire as data collecting method, generate behavior indicator by analyzing training objective and subject delivered during training conducted, review theories of reference about Coaching and Counselling, and interviewing HRD, trainee, trainee's supervisor, subordinate, and co-workers.
The feedback about trainee behavior changes conducted with asking rater to evaluate frequency of trainee's Coaching and Counselling behavior appearance at work place. The parties who deserve to give evaluation are trainee, trainee's supervisor and subordinate. In this case, trainee's co-workers rarely observe trainee's behavior in work place so that can't give objective evaluation. In order to gain information about trainee behavior changes or enhancement, the evaluation conducted before and after training is held."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwina Dian Rianti
"PT IP merupakan anak perusahaan BUMN yang bergerak dalam bisnis pembangkitan tenaga listrik Dalam rangka meningkatkan kinerja para teknisi dan operator pembangkit yang menjadi ujung tombak perusahaan, divisi SDM kantor pusat menyelenggarakan pelatihan coaching dan mentoring bagi penyelia yang merupakan atasan langsung para teknisi dan operator pembangkit. Dengan pelatihan ini diharapkan pengetahuan penyelia tentang coaching dan mentoring meningkat sehingga dapat mengubah perilakunya dalam memberikan coaching dan mentoring kepada bawahannya sehingga kegiatan tersebut menjadi semakin efektif Bila coaching dan mentoring semakin efektif maka diharapkan bawahan dapat bekerja dengan optimal sehingga kinerja PT IP menjadi optimal.
Saat ini, divisi SDM kantor pusat sedang mengalami masalah berkaitan dengan evaluasi pelatihan coaching dan mentoring tersebut. Divisi SDM mengalami kesulitan untuk menentukan efektivitas pelatihan coaching dan mentoring karena lembar evaluasi PT IP yang digunakan sebagai alat evaluasi tidak dapat memberikan informasi mengenai perubahan perilaku coaching dan mentoring penyelia di tempat kerja seperti yang diharapkan SDM. Oleh kerena itu, divisi SDM kantor pusat membutuhkan adanya bentuk evaluasi pelatihan lain yang dapat mengukur perubahan perilaku coaching dan mentoring peserta pelatihan sebagai hasil mengikuti pelalihan coaching dan mentoring.
Solusi yang diajukan dalam Tugas akhir ini adalah rancangan evaluasi pelatihan coaching dan mentoring bagi penyelia, mengacu kepada model 4 tahap evaluasi Kirkpatrick (1998). Rancangan evaluasi pelatihan ini dibuai hingga tahap 3. Evaluasi tahap l bertujuan untuk mengukur untuk mengukur reaksi-reaksi, perasaan, pandangan, pendapat pribadi) peserta terhadap program pelatihan. Alat ukur yang digunakan adalah lembar reaksi yang diisi peserla diakhir pelatihan.
Tahap 2, yaitu pembelajaran, berlujuan mangukur perubahan dari pengetahuan, sikap atau ketrampilan peserta sebagai hasil mengikuti program pelatihan. Alat yang digunakan adalah tes pengetahuan coaching dan mentoring yang diisi peserta diawal dan diakhir pelatihan. Tahap 3, yaitu perilaku, bertujuan mengukur perubahan perilaku bekerja selelah mengikuli pelatihan. Alat ukur yang digunakan adalah daflar periksa perilaku coaching yang diisi oleh peserta dan bawahan. Evaluasi tahap 3 ini dilakukan 4 kali untuk dapat melihat perubahan perilaku akibat pelatihan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Arninditha
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas dari pemberian coaching dan konseling dalam meningkatkan perilaku proaktif dan menurunkan intensi untuk keluar pada Excecutive Trainee (ET) batch 4 di PT. XYZ. Untuk mengetahui permasalahan awal, peneliti melihat hubungan antara perilaku proaktif dengan turnover intention pada karyawan ET. Hasil analisis dari 10 karyawan ET ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku proaktif dengan turnover intention pada karyawan ET dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,035 dan nilai signifikansi 0,005 (p<0,005). Dari hasil data tersebut dilihat karyawan ET menunjukkan perilaku proaktif yang rendah dan turnover intention yang cukup tinggi. Oleh karena itu intervensi perlu dilakukan untuk meningkatkan perilaku proaktif pada karyawan ET sehingga pada akhirnya akan dapat menurunkan intensi mereka untuk keluar dari perusahaan.
Sebagai bentuk dari intervensi, peneliti melakukan coaching dan konseling pada karyawan ET untuk meningkatkan perilaku proaktif mereka di lingkungan organisasi. Setelah diberikan intervensi berupa coaching dan konseling, terlihat bahwa terdapat perubahan yang signifikan pada skor perilaku proaktif karyawan ET namun tidak pada skor turnover intention mereka. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian coaching dan konseling ini sudah efektif dalam meningkatkan pemahaman perilaku proaktif pada karyawan ET namun belum efektif dalam menurunkan intensi mereka untuk keluar dari PT. XYZ.

This study was conducted to analyze the effectiveness of the provision of coaching to improve proactive behavior and reduce intention to leave on new employee at PT. XYZ. First, the data revealed that there was a significant negative correlation between proactive behavior and turnover intention with a correlation coefficient of 0.035 and a significance value of 0.005 (p <0.005). From these data the results it was found that employee showed low proactive behavior and the turnover intention is quite high. Therefore, intervention needs to be done to improve the proactive behavior so that employees will eventually be able to reduce their intention to leave.
As an intervention, researcher conducted a coaching and counselling program to employees in order to improve their proactive behavior in an organizational environment. Once granted intervention in the form of coaching and counselling, it appears that there was a significant score changes in proactive employee behavior but not on their turnover intention. It can be concluded that the provision of coaching and counselling has been effective in improving proactive behavior on new employees but has not been effective in reducing employee's intention to leave."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30722
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sarisusantini
"Penelitian ini difokuskan pada usaha untuk meningkatkan leader member exchange dari bawahan dan kepuasannya terhadap atasan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur leader member exchange yang diadaptasi dari Liden dan Maslyn (1998) dan faset kepuasan terhadap atasan dari Job Satisfaction Survey (Spector, 1997). Hasil analisis korelasi Pearson terhadap 35 orang bawahan di PT. X, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara leader member exchange dan kepuasan terhadap atasan (r = 0.522 dan signifikansi 0.001). Leader member exchange bawahan di PT. X tergolong rendah, oleh karena itu diusulkan intervensi coaching dari atasan kepada bawahan. Untuk itu, atasan perlu diberikan pelatihan dasar coaching dan buku panduan coaching. Walau sebatas sosialisasi kepada manajemen PT. X, tanggapan yang diberikan positif. Dengan demikian, pelatihan dan buku panduan coaching tersebut sesuai untuk diberikan kepada para atasan PT. X, sehingga diharapkan leader member exchange dan kepuasan terhadap atasan dapat meningkat.

This research is focused on the effort to improve leader member exchange from subordinate and their supervision satisfaction at PT. X. Measurement scale that is used in this research are leader member exchange scale from Liden and Maslyn (1998) and supervisory facet from Job Satisfaction Survey (Spector, 1997). Pearson correlation analysis from 35 subordinates at PT. X shows that there?s a positive and significant correlation between leader member exchange and supervisory satisfaction (r = 0.522 and significance 0.001). Leader member exchange from subordinates at PT. X are low, therefore coaching intervention from superordinate to subordinate was proposed. To that end, superordinate need to be given basic coaching training and guidance book about coaching. Although it just socialization to the management of PT. X, the response is positive. Coaching training and guidance book of coaching are suitable to be given at PT. X, so that leader member exchange and supervisory satisfaction are expected to increase.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30328
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yoga Samudra Dewa
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keadilan organisasidan persepsi dukungan organisasi terhadap komitmen afektif karyawan di PT A. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan responden penelitian sebanyak 52 karyawan. Keadilan organisasidiukur dengan menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari alat ukur organizational justice dari Neihoof Moorman 1993 yang terdiri dari 20 item a= 0,911. Alat ukur persepsi dukungan organisasi diukur menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari alat ukur perceived organizational supportdari Eisenberger 2002 yang terdiri dari 8 item a=0,892. Sementara alat ukur komitmen afektif diukur menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari alat ukur affective commitmentdari Meyer Allen 1991 yang terdiri dari 8 item a=714.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara keadilan organisasimaupun persepsi dukungan organisasi terhadap komitmen afektif R = 0,410, p < 0,001. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa persepsi dukungan organisasi lebih memengaruhi komitmen afektif jikadibandingkan dengankeadilan organisasi b= 0,418, p < 0,05. Hal ini dapat diartikan semakin tinggi persepsi dukungan organisasi maka akan tinggi pula komitmen afektif. Peneliti selanjutnya merancang intervensi yang dapat meningkatkan persepsi dukungan organisasi melalui pelatihan coaching for performanceuntuk karyawan PT A yang memiliki bawahan. Tujuannya dengan dilakukannya coachingadalah untuk meningkatkan persepsi dukungan organisasi yang selanjutnya dapat meningkatnya komitmen afektif.Hasil evaluasi pemahaman peserta menunjukkan perbedaan signifikan antara skor pre-testdan post-test t = -5,745, p < 0,001. Hal ini dapat diartikan terjadi peningkatan pemahaman mengenai coaching pada peserta pelatihan setelah pelaksanaan intervensi.

The purpose of this research is to determine the effect of organizational justice and perceived organizational support to affective commitment of the employee at A Company. The type of this study is correlational study and the number of participants are 52 employees. Organizational justice is measured by using measurement instrument adapted from organizational justice questionnaire developed by Neihoof Moorman 1993, consist of 20 item a 0,911. Perceived organizational support is measured by using measurement instrument adapted from Perceived organizational support questionnaire developed by Eisenberger 2002, consist of 8 item a 0,892. Whereas affective commitment is measured by using measurement instrument adapted questionnaire affective commitment developed by Meyer Allen 1991, consist of 8 item a 714.
The result a positive and significant relationship among organizational justice and perceived organizational support with affective commitment R 0,410 , p 0,001. The result also showed that only perceived organizational support indicating a positive and significant relationship on affective commitment than organizational justice b 0,418, p 0,05. It can be conclude that the higher perceived organizational support then the higher of affective commitment level. Researcher then designing intreventions that can improve perceived organizational support through coaching for performance training for employee of A company who has the subordinates. The purpose of the intervention is to improve perceived organizational support which can impact on improve affective commitment level. Evaluation at learning criteria show significant differences between pre test dan post test t 5,745, p 0,001. It can be concluded that there has been an increase in knowledge about coaching on the trainee after the intervention session."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarkasih
"Perusahaan perlu memperhatikan keadaan sumber daya manusianya, yaitu dengan mengembangkan potensi yang dimiliki karyawan. Karyawan yang mampu menunjukan kinerja yang optimal, adalah harapan setiap perusahaan agar perusahan tetap berjalan dengan baik. Pada kenyataannya, masih ditemukan karyawan bermasalah, yaitu perilaku karyawan yang tidak sesuai dengan peraturan perusahaan, yang dapat rnenyebabkan produktivitas perusahaan menurun.
Untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi karyawan di perusahaan, maka penyelia memiliki peran besar dalam mengatasi karyawan berrnasalah. Salah satu kemampuan yang perlu dimiliki penyelia adalah kecerdasan emosional. Penyelia yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu mengelola emosi dirinya sendiri dan emosi orang lain, memahami dan mengendalikan perusaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Diharapkan penyelia dapat berperan untuk memimpin, membina, dan mengarahkan karyawan yang bermasalah keluar dari masalah yang dihadapinya dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Dengan kecerdasan emosional tidak berarti selalu bersikap ramah, tetapi pada saat-saat tertentu dapat saja bersikap tegas yang kemungkinan tidak menyenangkan orang lain, dalam hal ini ketika mengungkapkan suatu kebenaran/kenyataan. Kecerdasan emosional juga bukan berani memberikan kebebasan kepada perasaan untuk menguasai diri kita, namun mengelola perasaan sedemikian rupa sehingga kita dapat mengekspresikan secara tepat dan efektif, yang memungkinkan dapat bekerjasama dengan orang lain.
Untuk itu dibutuhkan suatu rancangan program pelatihan yang sesuai mengenai kecerdasan emosional. Penyelia yang memiliki kecerdasan emosional akan membantu penyelia menghadapi karyawan bermasalah menjadi lebih efektif dan juga mengembangkan potensinya sehingga meningkatkan kinerja karyawan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiana Syamsiah
"Karyawan sebagai aset penting bagi perusahaan perlu dikelola motivasi dan produktivitas kerjanya, karena karyawan dengan seluruh potensi yang dimilikinya akan menentukan arah dan perkembangan perusahaan terutama dalam menghadapi persaingan bisnis. Namun demikian ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasi dan produlctivitas seorang karyawan, Salah satunya adalah iklim organisasi. Apabila Salah satu kondisi kelja di perusahaan dipersepsikan kurang baik oleh karyawan maka iklim organisasi yang ada dianggap tidak lagi menyenangkan. Seperti halnya di PT ABC, dari hasil survey iklim organisasi yang dilakukan diketahui bahwa terdapat Salah satu kondisi di penlsahaan yang dianggap kurang baik oleh karyawan yaitu aspek hubungan dengan atasan langsung.
Dari hasil analisis yang penulis lakukan, diketahui bahwa sistem coaching & counseling di perusahaan kurang berjalan dengan efektif sehingga menimbulkan kesenjangan persepsi para bawahan terhadap atasannya. Dari sistem yang ada di PT ABC, terlihat bahwa pernberdayaan atasan dalam melakukan coaching & counseling kurang optimal, ditandai dengan tidak diberdayakannya para group leader dalam proses tersebut sehingga seluruh proses umpan balik kepada para operator menjadi tanggung jawab foreman- Tentunya masalah penyediaan waktu yang cukup banyak menjadi pertimbangan bagi para foreman untu melakukan coaching & counseling sehingga banyak dari para foreman yang tidak melakukan coaching & counseling kepada bawahannya.
Selain itu, skill yang kurang memadai dari para atasan juga mempengaruhi efektivitas dari coaching & counseling. Di samping adanya kendala Iain yang muncul dari pihak karyawan berupa perasaan kurang nyarnan dalam mengutarakan permasalahan yang dihadapinya kepada atasan, terutama berkaitan dengan masalah pribadi. Menghadapi perrnasalahan di atas, ada dua altematif pemecahan masalah yang dapat ditempuh oleh PT ABC dalam memperbaiki sistem coaching & counseling di perusahaannya. Pertama dengan menerapkan metode kombinasi coaching & counseling, di mana proses coaching & counseling selain dilakukan oleh atasan langsung juga menggunakan pihak ketiga yaitu tenaga psikolog di perusahaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kendala kurangnya kemampuan teknik coaching & counseling para atasan di sarnpiug juga untuk memberikan rasa nyaman dan kerahasiaan dari para karyawan.
Alternatif kedua adalah dengan tetap mernberdayakan secara penuh para atasan langsung namun disertai prbaikan sistem coaching & counseling itu sendiri. Perbaikan sistem dilakukan terhadap kemampuan sumber daya rnanusianya Serta penyediaan perangkat yang dibutuhkan dalam proses tersebut. Mengingat kondisi yang disertai kebijakan yang ada di PT ABC, maka alternatif yang kedua merupakan alternatif yang lebih disarankan oleh penulis di mana penulis juga memberikan masukan tahapan yang harus dilakukan untuk melakukan perbaikan sistem tersebut beserta perhitungan biaya dan jangka waktu perbaikan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Fitraza Kosmaya
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perceived organizational support (POS) terhadap komitmen organisasi karyawan di PT XYZ. Tipe penelitian action research dengan responden sebanyak 66 karyawan. Alat ukur dalam penelitian ini adalah adaptasi dari Organizational Commitment Questionnare (Allen dan Meyer, 1997) dan Survey Perceived of Organizational Support (Eisenberger dkk., 1986).
Hasil uji regresi berganda (R2=0,208, p<0,05), menunjukkan bahwa ketiga komponen POS secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi karyawan. Adapun dimensi POS yang memiliki sumbangan terbesar terhadap ketiga komponen komitmen organisasi adalah perceived of supervisor support (PSS). Oleh karena itu, intervensi dirancang untuk meningkatkan PSS melalui pelatihan coaching terhadap atasan dan pendampingan saat atasan memberikan coaching kepada bawahannya.
Dari hasil uji signifikansi perbedaan pre-test dan post-test, diketahui bahwa intervensi yang diberikan berhasil meningkatkan POS (t=-2,899, p<0,05), namun tidak berhasil meningkatkan komitmen organisasi karyawan (t=-1,489, p>0,05). Hal ini disebabkan rendahnya pengalaman kerja responden (dibawah 2 tahun) atau jarak pengukuran pre-test dan post-test yang terlalu singkat. Dengan demikian, perusahaan perlu memberikan bentuk dukungan lain yang dapat meningkatkan komitmen organisasi, misalnya kebijakan, penghargaan, dan kondisi kerja yang dipersepsikan adil oleh karyawan.

The study was conducted to determine the effect of perceived organizational support (POS) to organizational commitment of XYZ employees. Type of action research study with the respondents as many as 66 employees. Measuring tool in the study were adapted from the Organizational Commitment Questionnare (Allen and Meyer, 1997) and the Survey of Perceived Organizational Support (Eisenberger et al., 1986).
The results of multiple regression test (R2=0,208, p<0,05), showed that all three components of POS is jointly significant effect on organizational commitment of employees. The dimensions of POS which has the largest contribution to the three components of organizational commitment is perceived supervisor support (PSS). Therefore, the interventions was designed to improve the PSS through coaching training and supervisory to superordinates.
The results of pre-test and post-test significance differences that intervention given had been able to improve POS (t=-2,899, p<0,05), but have not been able to improve organizational commitment (t=-1,489, p>0,05). This is due to lack of work experience of respondents (under 2 years) or a distance measurement of pre-test and post-test that is too short. Thus, companies need to provide other forms of support that can improve organizational commitment, such as policies, fair rewards, and working conditions are perceived by employees.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>