Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202023 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reynitta Poerwito
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T37624
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trinzi Mulamawitri
"ABSTRAK
Masuknya tenaga kerja asing (TKA) ke Indonesia adalah suatu fenomena yang sudah tidak asing lagi apalagi dengan semakin maraknya globalisasi. Namun bertugas di luar negeri apalagi jika negara tersebut memiliki latar belakang budaya berbeda adalah hal yang tidak mudah. Selama tinggal di luar negeri, TKA akan mengalami akulturasi psikologis yaitu perubahan yang terjadi pada diri individu akibat kontak dengan budaya lain yang berlangsung secara terus menerus (Graves dalam Berry & Kim, 1988). Selama proses akulturasi inilah acap kali muncul berbagai sumber stres yang diakibatkan adanya perubahan tersebut (Berry, 1994). Adanya nilai-nilai budaya yang bertentangan antara negara asal dan negara yang didatanginya juga meningkatkan stres akulturatif yang dihadapinya (Adler, 1991). Penelitian ini akan melihat gambaran sumber stres akulturatif serta strategi coping yang dilakukan TKA Amerika ketika bekerja di Indonesia. Negara asal Amerika dipilih sebab jumlah ekspatriat terbanyak dari negara Barat berasal dari negara ini (Depnaker, 2002).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui wawancara dan observasi. Subyek yang diperoleh adalah 3 orang manajer Amerika yang telah tinggal di Indonesia selama 1,5 tahun hingga 2,8 tahun. Berbagai masalah dalam pekerjaan yang diakibatkan perbedaan budaya yang dikemukakan oleh Shuetzendorf (1989 dalam Ruky, 2000) serta permasalahan lainnya ternyata dialami oleh semua subyek. Sumber stres utama yang ditemukan pada ketiga subyek adalah adanya penekanan pada hubungan baik dan harmonitas kelompok saat bekerja daripada kinerja individu. Sumber stres lain adalah masalah kurangnya keterbukaan karyawan dalam berkomunikasi, kurangnya inisiatif karyawan dan kurangnya rasa tanggung jawab personal karyawan.
Berdasarkan analisis dengan menggunakan teori Hofstede (1995), Ruky (2000) dan Koentjaraningrat (1997 dalam Ruky, 2000) maka memang terbukti bahwa masalah-masalah tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dimensi nilai dalam budaya kerja Amerika dan Indonesia yang mengganggu TK A saat melaksanakan pekerjaannya. Perbedaan utama terlihat dari dimensi individualisme dan kolektivisme antara dua negara yang saling bertentangan. Kemudian adanya kesenjangan power distance juga kerap menimbulkan berbagai masalah. Dalam penelitian ini berdasarkan strategi coping yang dikemukakan oleh Carver, Scheier & Weintraub (1989) ditemukan bahwa strategi coping yang sering digunakan semua subyek untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah strategi active coping.- Strategi emotion focused coping berbentuk acceptance juga sering digunakan secara bersamasama dengan active coping.
Adanya kesamaan latar belakang budaya Amerika dan budaya perusahaan asing tempat mereka bekerja kemungkinan mempengaruhi stressor akulturatif yang dihadapi. Untuk mendapatkan gambaran stressor akulturatif yang lebih kaya maka penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan subyek yang berasal dari berbagai negara dan bekerja untuk perusahaan dalam negeri. Saran terutama diberikan pada perusahaan agar memberikan informasi lebih lanjut tentang budaya kerja Indonesia pada TKA untuk mendorong keterbukaan terhadap budaya lain. Kegiatan konseling bagi TKA untuk mengatasi stres akulturatif juga akan sangat bermanfaat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lovell Sahat Thona
"Faktor terbesar sebagai penyebab kecelakaan pesawat udara adalah kesalahan manusia (Human Error) dimana pilot airline merupakan salah satu komponennya. Stres merupakan salah satu penyebab kesalahan yang banyak dilakukan oleh pilot dalam misi penerbangan. Agar dapat mengantisipasi dan mengatasi stres yang dialami oleh pilot airline maka diperlukan usaha untuk mengetahui dan memahami sumber-sumber penyebabnya terlebih dahulu.
Tujuan penelitian ini ialah untuk menemukan apa saja yang dinilai sebagai stresor oleh pilot airline khususnya yang bekerja di PT. Garuda Indonesia. Seluruh sumber stres tersebut dikelompokkan menurut penggolongan sumber stres pekerja dari Cooper (dalam Rice,1992) yaitu aspek kondisi kerja, aspek pengembangan karir, aspek organisasi, aspek fisik lingkungan kerja, aspek interpersonal dalam tugas dan aspek keluarga. Selanjutnya akan dilihat bagaimana peringkat stresor-stresor tersebut secara keseluruhan serta melihat perbedaannya diantara captain-piIot dan first- officer. Tipe penelitian ini adalah ex-post facto field study dimana pendekatannya bersifat kuantitatif dengan penggunaan alat ukur berupa kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek keluarga adalah sumber stres pilot airline yang paling utama dimana anak sakit adalah sumber stres peringkat I dan orangtua atau istri yang sakit adalah peringkat ke-Il. Stresor-stresor yang bersifat teknis merupakan sumber stres selanjutnya sedangkan stresor yang berkaitan dengan pengembangan karir seperti profifency-check merupakan sumber stres paling ringan. Hasil perhitungan t-test setiap aspek stresor antara captain-pilot dan first-officer memperlihatkan bahwa seluruh sumber stres yang berlaku untuk captain-pilot juga berlaku untuk first-officer.
Penelitian lanjutan diperlukan untuk mendalami proses timbulnya stres, khususnya mengapa kondisi-kondisi tertentu dinilai sebagai stresor dan kondisi-kondisi lain tidak. Untuk itu, sebaiknya dilakukan penelitian dengan metode pengambilan data berupa wawancara mendalam atau penelitian yang bersifat kualitatif. Selain itu mungkin diperlukan pengukuran dalam bentuk ranking berdasarkan penilaian subyektif pilot sendiri agar diperoleh gambaran tentang perbedaan ranking aspek-aspek sumber stres yang lebih akurat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Fauziah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran tingkat stres dan strategi koping
pada lansia yang tinggal di rumah di RW 02 Kelurahan Medan Satria Kota
Bekasi. Jenis penelitian adalah deskriptif. Sampel berjumlah 65 lansia berumur 60
tahun atau lebih. Pengambilan sampel dengan cara total sampling. Hasil
penelitian menunjukkan tingkat stres lansia termasuk kategori tidak stres (55,4%)
dan stres ringan (43,1%). Frekuensi penggunaan strategi koping pada lansia
termasuk kategori sering. Jumlah lansia perempuan, lansia dengan tingkat
pendidikan tidak sekolah dan lansia yang memiliki pasangan memiliki tingkat
stres dalam kategori stres rendah lebih banyak. Strategi problem focused coping
lebih sering digunakan oleh lansia perempuan dan lansia dengan tingkat
pendidikan sekolah. Strategi emotion focused coping lebih sering digunakan oleh
lansia perempuan dan lansia dengan status perkawinan menikah. Stres dan strategi
koping erat hubungannya dengan lansia yang memiliki perubahan hidup secara
kompleks maka perawat perlu melakukan berbagai intervensi untuk meningkatkan
kesehatan dan kualitas hidup lansia.

Abstract
The purpose of this research was to describe levels of stress and strategies coping
on the elderly living at home in RW 02 Sub Medan Satria Kota Bekasi. This
research used descriptive design. Sample of 65 elderly aged 60 years or more.
Sampling with a total sampling area on the elderly in RW 02 Sub Medan Satria
Kota Bekasi. Analysis of results of research include analysis univariat. The result
showed 43,1% elderly were stress and 55,4% were not. Respondents used coping
strategies frequently. Women, uneducated and married elderly had low stress
level more than men, educated and single elderly. Problem focused coping
strategies were used more frequently by women and educated elderly. Emotion
focused coping strategies were used more frequently by women and married
elderly. In regarding of stress and strategies coping have a relationship with
elderly which has complex change in life style, so that nurse of community and
related instances require the intervention in order to improve health and quality
life style of elderly."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43478
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Satyawati Yusuf
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran stres dan strategi koping pada ibu bekerja yang memiliki anak diasuh oleh asisten rumah tangga. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana. Sampel yang diteliti adalah ibu bekerja yang mempunyai anak diasuh asisten rumah tangga di Kelurahan Pondok Cina. Jumlah sampel yang diteliti adalah 88 ibu dan dipilih dengan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak diasuh asisten rumah tangga berada pada tingkat stres sedang.Dari hasil penelitian sumber stres menunjukkan, bahwa sumber stres tekanan internal lebih besar dibandingkan sumber stres tekanan eksternal. Untuk hasil strategi koping, problem focused coping lebih banyak digunakan dibandingkan dengan emotion focused coping.

The aim of the study was to look at the picture of stress and coping strategies on working mothers who have children cared for by household assistant. The study design used is simple descriptive.The samples studied were working mothers who have children taken care of by an assistant housekeeping in the Kelurahan Pondok Cina. The number of samples studied were 88 mothers and selected by purposive sampling technique.
Results showed that mothers of children cared for household assistants are at moderate stress levels. From the results of the study indicate a source of stress, sources of stress that the internal pressure is greater than external pressure source of stress. For the coping strategies, problem focused coping is more widely used than emotion focused coping.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55138
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedeh Kurniasih
"Bertambahnya umur lanjut usia (Iansia) akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologis dengan perubahan tersebut dapat mempengaruhi konsep diri (harga diri). Menurur Depkes RI (2002), perbedaan tempat tinggal antara lingkungan panti werda dan keluarga akan mempunyai pengaruh yang sama atau berbeda terhadap perkembangan harga diri lansia. Dari pernyataan di atas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran harga diri lansia yang tinggal di panti werda dengan harga diri Iansia yang tinggal di tengah keluarga dengan tujuan untuk menggambarankan perbandingan harga diri Iansia yang tinggal di panti werda dan di tengah keluarga.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif perbandingan. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnjk simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuisioner dengan skala Gurrman terdiri dari 15 pernyataan yang sesuai dengan variabel penelitian. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 20 orang Iansia dari panti werda dan 20 orang Iansia yang tinggal di tengah keluarga. Hasil peneilian ini berdasarkan uji chi-square menyatakan tidak ada perbedaaan harga diri Iansia yang tinggal di panti werda dan di tengah keluarga. Kesimpulannya hasil pnelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5362
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dalimunthe, Katris Lamira Abadi
"Pada tahap dewasa muda, rnenurut Havighurst (dalam Turner & Helms, 1995), salah satu tugas perkembangan individu yang harus dipenuhi adalah memperoleh keintiman melalui pemikahan. Melalui pemikahan terdapat persatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan pembangunan sebuah sistem ke-tiga yang bare (Santrock, 2002). Ketika seseorang memutuskan untuk menikah, sebenamya ia telah masuk ke dalam lingkungan barn dengan pola aturan dan kebiasaan yang .kemungkinan berbeda dart dirinya. Kebutuhan untuk menyesuaikan dirt semakin besar ketika setelah menikah pasangan berencana untuk linggal bersama mertua. Berdasarkan penelitian Duvall (dalam Phelan, 1979), ditemukan bahwa mertua perempuan lebih sering terlibat masalah dengan mertua perempuan karena peran gender yang menuntut pada hubungan interpersonal yang dekat dengan keluarga. Perempuan juga cenderung menghadapi masalahnya dengan berusaha mengelola emosi yang ditimbulkan akibat permasalahan tersebut Kandisi ini tentunya akan berpotensi menimbulkan masalah dan juga mempengaruhi hubungan atau interaksi apabila terjadi antara dua individu yang berjenis kelamin perempuan. Mereka akan berusaha menyelesaikan masalahnya dengan cara-cara yang mengedepankan emosi. Oleh karenanya tinggal seatap bersama mertua tidak selalu perkara yang mudah dan kerap kali memicu konflik dalam rumah tangga keluarga. Jika is merasa bahwa tuntutan yang ditujukan padanya melebihi kemampuan yang dimiliki, maka tingkat stres yang dirasakan pun akan meningkat. Untuk mengatasinya, Taylor berpendapat bahwa cara individu berespon terhadap stres berbeda-beda. Menurut Carver, Scheier dan Weintraub (1989), terdapat tiga strategi yang bisa dilakukan individu dalam menghadapi sires, yaitu: problem focused coping, emotion focused coping dan maladaptive coping. Salah satu faktor yang mempengaruhi individu dalam pemilihan strategi coping, yaitu: dukungan sosial. Sarafino (1994) menjelaskan arti penting dukungan sosial dalam membantu individu mengatasi styes. Menurut Rodin dan Salovey (dalam Smet, 1989), perkawinan dalam keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. Begitu halnya suami sebagai orang terdekat bagi pasangan merupakan salah satu bentuk dukungan sosial yang memiliki peran besar dalam membantu istri mengatasi stres dengan mertua dan membantu menciptakan hubungan yang harmonis antara menantu dan mertua.
Dalam penelitian ini yang altar digali adalah sumber stres, strategi coping yang digunakan seat mengalami masalah dengan ibu mertua mertua dan ketersediaan dukungan suami yang diberikan pada subyek dalam mengatasi sumber sues. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan teknik pengambilan sampel wawancara dan observasi. Subyek penelitian ini ada tiga orang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa instrumen penelilian yaitu alai perekam dan pedoman wawancara.
Dari data yang didapat serta berdasarkan basil analisis dapat terliaht bahwa sum ber sires utama yang dihadapi ketiga subyek adalah masalah berkaitan dengan dominansi ibu mertua terhadap urusan rumah langga mereka dan pandangan ibu mereka yang masih konservatif. Umumnya subyek memilih strategi problem focused coping yaitu active coping dimana subyek secara asertif menyuarakan pendapat pada mertua jika terjadi perbedaan pendapat. Dukungan suami yang diberikan pada istri untuk mengatasi sumber stres yang ditemukan pada semua subyek adalah dukungan emosi berupa mendengarkan keluh kesah subyek dan menghibur subyek saat dalam keadaan sedih."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Herlina
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3654
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marti Maria Salea
"Stres kerja dapat memberikan dampak negatif, baik bagi individu maupun bagi perusahaan, sehingga perlu diminimalisasi. Untuk itu, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja sehingga dengan melakukan penanganan terhadap faktor-faktor tersebut diharapkan dapat mengurangi stres kerja. Penelitian difokuskan pada wanita karena jumlah tenaga kerja wanita semakin meningkat, sehingga memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap produktivitas perusahaan.
Responden penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu 100 perawat yang mewakili bidang kerja tradisional, dan 80 pekerja komputer yang mewakili bidang kerja non-tradisional. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari Job Stress Survey (Spielberger, 1991) untuk mengukur intensitas, frekuensi, dan tingkat sires kerja, Personal Attributes Questionnaire (Spence & Helmreich, 1974) untuk mengukur orientasi peran jender, dan The Coping Proactive Scale (Greenglass, dick., 1999) untuk mengukur kemampuan coping proaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bidang kerja, orientasi peran jender dan coping proaktif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap frekuensi stres kerja. Orientasi peran jender dan coping proaktif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat stres kerja. Sifat maskulinitas memberikan sumbangan terbesar dan bermakna, serta berkorelasi negatif dengan frekuensi dan tingkat stres kerja. Femininitas dan coping proaktif juga memberikan pengaruh yang positif dan bcnnakna terhadap frekuensi dan tingkat stres kerja. Bidang kerja tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap frekuensi dan tingkat stres kerja. Wanita yang bekerja di bidang kerja tradisional menunjukkan tingkat stres yang sama dengan wanita yang bekerja di bidang kerja non-tradisional.
Stres kerja, baik pada wanita di bidang kerja tradisional maupun nontradisional, Iebih banyak berasal dari "lack of support" dibandingkan dengan "job pressure"."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T17984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>