Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3769 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Easterling, Keller
Massachusetts: MIT Press, 1999
710 EAS o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Easterling, Keller
Cambridge, UK: MIT Press, 1999
710 EAS o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Martina Koesman
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Olivia Jeanette
"Penulisan ini membahas tentang pengalaman adaptasi yang dialami oleh pengguna ruang ketika berada di ruang liminal. Ruang liminal merupakan titik transisi yang menghubungkan dua area yang berbeda sehingga memiliki karakter ambigu yang membuat pengguna bisa kebingungan ketika berada di dalamnya. Penulisan ini bertujuan menjelaskan kemungkinan tindakan adaptasi yang dilakukan oleh pengguna untuk merespon kebingungan di titik-titik tertentu. Penulisan ini menggunakan kasus Stasiun MRT bundaran HI untuk menganalisis proses adaptasi pengguna melalui tindakan proses penyebaran indra ke sekitar (diffuse), meluangkan waktu sejenak untuk merenungkan kondisi (pause) dan menyatu dengan ruang (merge). Melalui penulisan ini, didapati bahwa transformasi bisa terjadi di dalam ruang liminal itu sendiri berupa tindakan proses adaptasi dalam berbagai macam gerakan dan urutannya. Hal itu bergantung pada rasa familiaritas kita yang diakibatkan faktor frekuensi dan jangka waktu pengguna dalam ruang, serta kepekaan terhadap kebutuhan pengguna dan karakter spasial ruang liminal pada tiap titik adaptasi.

This paper discusses the experiences of adaptation encountered by users in liminal spaces. Liminal spaces serve as transitional points that connect two different areas, resulting in an ambiguous nature that can confuse users when they are inside. The purpose of this writing is to explain the possible adaptive actions taken by users to respond to confusion at specific points. The case of Bundaran HI MRT Station is used to analyze the user adaptation process through actions such as sensory diffusion to the surroundings, taking a momentary pause to reflect on the conditions, and merging with the space. Through this writing, it is found that transformations can occur within the liminal space itself through various adaptive actions and sequences of movements. This depends on our sense of familiarity, influenced by factors such as the frequency and duration of the user's presence in the space, as well as awareness of user needs and the spatial characteristics of the liminal space at each point of adaptation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Porter, Tom
New York: E & FN Spon, 1997
729.2 POR a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harry
"Dinamika orientasi spasial serta potensi tubuh yang berbeda antara manusia dan serangga menciptakan perbedaan dalam hal logika gravitasi di antara keduanya. Hal tersebut dapat terlihat dari cara mereka mempersepsikan hubungan antara dirinya dengan objek di sekitarnya, baik secara statis maupun dinamis. Adanya perbedaan ini menyebabkan logika gravitasi menjadi relatif satu sama lain sehingga berpotensi timbul paradoks. Penelitian pada tugas akhir ini berfokus pada pertentangan logika gravitasi yang dimunculkan dalam paradoks ruang sehingga menghasilkan arsitektur yang tidak logis.

The changing of spatial orientation and body potentials are different between insects and humans, thus creating differences in the logic of gravity between the two creatures. It could be observed by the way they perceive relationship between self position and the surrounding object, both statically and dynamically. The difference causes relativity on the gravitational logics between one another so that paradox might happen. Research on this final project will be focusing to the deviation of gravitational logics that emerge as paradoxical space, and thus producing the illogical architecture as the following consequence."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dahlia Rafita Sari
"Tugas akhir ini membahas mengenai pergerakan dan permukaan sebagai konsekuensi dari gerak. Gerakan-gerakan dari berbagai aktivitas dapat menjadi ruang baru untuk aktivitas lainnya yang memungkinkan dan memenuhi syarat dari gerakan yang ingin dicapai. Permukaan sendiri mempengaruhi dan dipengaruhi oleh intervensi gerakan yang terjadi, dalam hal ini adalah pergerakan. Permukaan memungkinkan seseorang untuk dapat melakukan gerakan tertentu. Dengan mengetahui ritme dari suatu gerakan, suatu ruang menjadi bisa dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi tidak hanya satu ritme saja.

This project studies about movement and surface as consequences of movement. Movements from some activities potentially become a new space for other activities that have same requirements as the goal of the movement. The surface itself influences and is influenced by movements. Surface becomes an alternative way to do certain movement. By knowing the rhythm of movement, the space can be designed by some activities with the same rhythms."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Tata ruang adalah khas pada setiap kelompok masyarakat. Konsep tata ruang suatu masyarakat banyak ditentukan oleh sistem budayanya yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Tata ruang suatu masyarakat sering kali juga merupakan simbolisasi dari kenyataan slam dan sosial-budaya masyarakat tersebut.
Tata ruang penting dalam pembangunan terutama terkait dengan pembangunan pemukiman dan perwilayahan. Karena pada setiap masyarakat memiliki konsep tertentu tentang tata ruang. Dengan mengerti secara mendalam adat-istiadat tentang keruangan suatu masyarakat, niscaya program pembangunan yang berhubungan dengan pemukiman dan perwilayahan tidak bertentangan dengan pandangan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.
Dipilihnya Baduy sebagai obyek kajian ini karena: (I) merupakan salah satu kelompok masyarakat di Jawa Barat, yang khas dan unik yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya, (2) masyarakat Baduy dianggap sebagai salah satu kelompok masyarakat di Jawa Barat yang masih memegang teguh adat istiadat leluhur, (3) masyarakat ini sebenarnya telah dikepung oleh modernisasi, namun sampai saat ini masih mampu menjaga adat istiadat mereka, dan (4) kajian tentang tata ruang masyarakat Baduy ini secara khusus belum banyak dilakukan.
Khusus mengenai kekhasan dan keunikan masyarakat Baduy ini secara nyata dapat dilihat pada rumah atau bangunan dan penataannya dalam suatu kampung. Di Baduy Dalam khususnya, rumah di mana-mana bentuk dan orientasinya sama. Penataan rumah dan bangunan-bangunan lainnya juga menunjukkan kesamaan antara satu kampung dengan kampung lainnya. Selain itu, gambaran penataan tersebut tercermin pula dalam penataan kawasan Baduy. Berdasarkan hal yang menarik tersebut, permasalahan yang dikaji adalah:
1. konsep apakah yang mendasari penataan ruang tersebut.
2. dengan adanya konsep tertentu dalam penataan ruang tersebut, bagaimanakah pengaruhnya terhadap pola perilaku
3. bagaimana `fungsi dan -makna ruang tersebut dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Baduy.
Penelitian ini pada dasarnya bersifal deskriptif kualitatif-. Untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang masih hanyak mengikuti tradisi leluhur mereka, maka lokasi penelitian utama dilakukan di Baduy Dalam. Sedangkan sehagai pemhandingnya dilakukan pula di Baduy Luar. Data yang dikumpulkan meliputi data primer, herupa (1) DATA FISIK berupa bangunan-bangunan dan .alam lingkungan, dan (2) NON FISIK berupa ideologikal (ide, norma, yang ideal atau yang seharusnya) dan sosial (realitas perilaku masyarakat). Untuk memperoleh data FISIK dilakukan dengan cara observasi dan deskripsi. Sedang NON FISIK dilakukan dengan cara wawancara (ideologikal), serta observasi dan wawancara (sosial). Sementara itu, data sekunder yang dikumpulkan berupa kepustakaan yang berhubungan dengan topik kajian ini.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penataan ruang Baduy mengacu pada konsep "Baduy sehagai pancer bumi" . Sehubungan dengan itu maka: (1) Baduydianggap sehagai pusat dunia, baik secara FISIK (awal penciptaan bumi dan asal usul manusia yang berpusat di Sasaka Domas), maupun secara MENTAL (pelindung dunia dan segala isinya), (2) Sebagai pusat bumi, Sasaka Domas menjadi orientasi atau arah 'kiblat', baik secara FISIK maupun NON FISIK. Selain itu, fungsi ruang dapat dilihat dalam dua hal, yaitu fungsi dalam hubungannya dengan pola pemanfaatan (ruang pribadi, sosial, sakral, dan profan), dan fungsi dalam kaitannya dengan pola waktu (ruang yang kontinyu, sewaktu-waktu, dan berubah-ubah).
Penataan ruang Baduy juga melahirkan suatu simbolisasi yang terwujud dalam klasifikasi dua, berupa (1) 'dalam-luar' yang memiliki makna teritorial (Baduy Dalam dan Baduy Luar), dan makna tingkat kesucian (Baduy Dalam lebih suci daripada Baduy Luar), (2) 'atas - bawah' yang memiliki makna pembagian dunia menjadi Dunia atas danDunia hawah, serta (3) 'tinggi - rendah' yang mengacu pada makna makna lantai atautempat yang tinggi dan rendah, tinggi dianggap lebih sakral dibanding rendah (pada letak rumah puun, lantai imah, tangtu); dan klasifikasi tiga berupa pembagian ruang menjadi 'atas-tengah- bawah' pada (I) 'buana luhur-buana tengah-buana handap', (2) pembagian rumah secara vertikal atap (dunia atas), badan (dunia tengah) dan kaki/ kolong (dunia hawah), dan (3) pelapisan masyarakat menjadi 'tangtu - panamping - dangka'."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triyanto
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Nugraha Bahar
"Ruang dalam masyarakat modern telah beralih, dan pandangan keteraturan menuju produk ketidakterkendalian dalam kesadaran maya. Peralihan tersebut membawa pengaruh khusus dalam konsep meruang, membangun karakter tersendiri yang secara fisik mengubah spasial dan secara abstrak mengubah ide. Manifestasi yang kini menggejala strukturnya adalah upaya mengekspansi ruang baik secara fisik, mental maupun sosial. Konteks ini membawa pengaruh ketidakterprediksian pertumbuhan dalam pemroduksian ruang. Pantai merupakan ruang fisik yang sensitif terhadap aksi pemroduksian. Tataran fisik merambah tingkatan ekspansi ke ruang mental individu dan ruang sosial. Ketidakteraturan spasial berkaitan dengan ketidakterkendalian aksi produksi ruang dari individu. Produksi aksi tersebut bersinergi dengan produk interaksi dalam sosial. Penelitian ini mengelaborasi ide pemroduksian ruang Lefebvre dan ide Habitus dari Bourdieu dalam pembentukan rurang sosial. Ketidakterkendalian ruang bersumber dari individu sebagai subjek pemroduksi. Individu memiliki nalar yang akan selalu mengelaborasi kondisi agar selalu terencana. Akan tetapi pemroduksian nalar akan selalu diinterupsi oleh faktor pertimbangan kompleks yang mampu menyimpangkan hasil akhir produk dari rencana. Pergulatan tersebut memroduksi ruang representasi individu dan antar individu yang berbeda dari yang dipikirkan. Penelitian ini mengkaji bagaimana kondisi rurang fisik pantai Losari yang berindikasi aksi ekspansi tidak terkendali sebagai latar dan ruang representasi sebagai produk dan pemroduksi latar. Berbagai faktor berpengaruh dalam lingkup aksi ekspansi seperti; kompetisi kuasa ruang, tradisi dan alam yang ekstrim menjadi pertimbangan produksi ruang. Nalar sederhana individu memutuskan untuk melakukan aksi ekspansi dengan cara masing-masing. Upaya ekspansi ruang lalu terakumuiasi dan hasilnya adalah konfrontasi dalam ketiga ruang (fisik, mental dan sosial) yang terus berlanjut untuk menghasilkan aksi dan kondisi yang lain tapi serupa. Ternyata justru kondisi tidak terprediksi ini menstruktur dan menjadi struktur pemroduksian ruang. Keteraturan terjadi akibat akumulasi ketidakferprediksian aksi yang menstruktur. Medium ketidakteraturan adalah interaksi. Skala ketidakteraturan dapat meruang cepat jika dilekatkan identitas kelompok. Ruang reperesentasi diarahkan pada nalar kelompok sehingga memiliki kekuatan untuk melawan pihak manapun. Karakter ruang representasi yang tercetus akhirnya mengalurkan reproduksi aksi beride coba-coba dan menunggu tanggapan perlawanan. Dalam kompetisi ruang, terbentuk produk keputusan sederhana atas kondisi yang tidak sederhana. Namun demikian, perubahan-perubahan yang tampak sebagai hasil dalam ruang fisik tidak semuanya merupakan indeks perubahan interaksi sosial. Sebabnya adalah karena yang tampak tersebut merupakan karya spontan, reaksi atas suatu aksi dalam suatu kondisi aktual individu masih menyimpan dasar cetak biro produk ruang sebelumnya. Meskipun pada dasamya prinsip produksi lama mereka sudah terubahkan dari proses yang dulu sehingga secara kebetulan mirip dengan ide produk mereka berikutnya.

Space in modem society has changed from regularity to a product of unpredictable in a virtual awareness. The change gives particular influence toward space concept, structuring its own character, which changes spatial physicly, and also idea abstractly. The latest structured phenomena are an effort to expand physical, mental and social space. This context brings unpredictable influence in space production process. Coast is a spatial practice that is sensitive toward production acts. Acts on that physical level reaches expansion level for mental and social space. A spatial disorderness is related to uncontrolled space production act of individual. This action is related to interaction product in social. This research elaborating the Lefebvre's idea of space production and the idea of habitus by Bourdieu, implicates each other for social space formation. An uncontrolled space comes from individual as production subject. The individual ever has logical thinking to elaborate a condition to be planed. But a logical outcome will be interrupted by a consideration of complex factor which able to deviate the final product of plan. This struggle produce individual representation space and also in-group to become different from their thought. This research particularly conducted to analyze how spatial practice of Losari Beach indicating uncontrolled expansion act as such background, and the representational space as a product and also as the background producer. Many factors are influencing expansion act, such as space competition, tradition and extreme environment. These become consideration of space production. For this case, simple thinking of individual used for expanding spatial individually. Therefore, the effort of space expansion accumulated. It is resulting a continued confrontation act into the three spaces (physic, mental, and social). Then the act circulated to produce some different action and condition, which seem similar. As matter of fact, this condition of unpredictable was structured, and becomes structure mode of space production. The orderliness happens because of structuring the unpredictable act accumulation. The disorder as production factor comes from individual. Its medium is interaction. Scale of dissorderness can spreads in space rapidly if it is attach to group identity. In this case a representational space is directed to group logic, so that it has strength to fight any group. A representational character in finally channeling reproduction of trying act and of act of wait to respond the opponent. Otherwise, the competition in space formed simple decision for complicated condition. At last, some physical changes cannot be all read as a change in social interaction. It is because the changes were a spontaneous act. Spontaneous means like a reaction to an action in an actual condition. But people in fact still keep their old production blue print in their mind. These representational spaces proceed as production principal with its own arbitrariness."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>